Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pengkajian Fisik dan Psikologis Pada Pasien Paliatif

NAMA KELOMPOK 6 :

1. Natalia Charisma L warfandu 170601012

2. Ayu Lestari Tempoh 17061188

3. Ni Luh Sri Indajuliani 17061018

4. Rindah Laheba 17061114

5. Chelsia Sigandong 17061024

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
makalah tentang ”Pengkajian Fisik dan Psikologis Pada Pasien Paliatif” ini disusun untuk
memenuhi tugas dari Jurusan Keperawatan S1 Universitas katolik de la salle manado
semester V.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya, Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat serta pembaca.

2
DAFTAR ISI
Kata …………………………………………………………………………….
Daftar isi……………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perawatan Paliatif…………………………………………………….
a. Masalah Fisik……………………………………………………………….
b. Masalah Psikologi………………………………………………………….
2.2 Bantuan Yang Dapat Di Berikan Pada Pasien Terminal………………………….
a. Bantuan Emosional…………………………………………………………..
b. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis…………………………………..
c. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial………………………………………
d. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual……………………………………
2.3 Faktor-Faktor yang Perlu Di Kaji Dalam Perawatan Paliatif……………………
2.4 Pengkajian Fisik Dan Psikologis Dalam Keerawatan Paliatif……………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan
paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan
penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker
di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus
2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur

4
65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus
HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan
883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo &
Sherman, 2015).Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau
sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas
hidup (WHO,2016). Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan
psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan
yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan
paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan
menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwakebutuhan pasien paliatif
tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan
yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang
tehadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan
pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret
& Sanchia, 2016).Spiritual merupakan bagian penting dalam perawatan, ruang lingkup
dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga
keagamaan.Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan
dapat juga diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk,
2013).Hidayat (2009) mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam
memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan
selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.Dukungan keluarga adalah suatu bentuk
hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

5
keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit merasa ada yang memperhatikan
(Friedman, 2010).Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. S
usilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan
(Susilawati, 2015). Adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam
melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga
merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat
membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan
keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam
menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Morris dkk (2015)
menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak mati di tempat yang mereka
inginkan.Selain itu terdapat 63% pasien paliatif menyatakan ingin di rawat oleh
keluarganya.
Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien
paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak berharga dan merasa tidak
dicintai maka dari itu peran dari keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien
merasa diperhatikan, nyaman dan damai. Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif
lebih nyaman mendapatkan perawatan ataupun bantuan dari keluarganya.Dimana
bantuan ataupun dukungan yang didapatkan dari keluarga dapat mengurangi beban
psikososial dan spiritual pada pasien dengan perawatan paliatif (Hudson dkk, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Januari 2017 di RS
PKU Muhammadiyah gamping berdasarkan hasil wawancaran dengan perawat bahwa
perawatan paliatif yang diberikan ke pasien lebih berfokus pada masalah fisik, terkait
spiritual pasien yang melakukan adalah bina rohani dan untuk asuhan keperawatan terkait
dengan dukungan keluarga terhadap spiritual pasien belum ada. Selain itu peneliti juga
mewancarai 6 pasien dengan penyakit palliative dan didapatkan hasil 5 pasien
mengatakan selalu melaksanakan kegiatan spiritual walaupun tidak semua kegiatan
spiritual terlaksana dan untuk memenuhi kebutuhan spiritual terkait ibadah terkadang

6
pasien sulit dan tidak dapat melakukan kegiatan spritual dikarenakan keadaan mereka
yang sakit dan sangat membutuhkan pertolongan orang lain terutama dari keluarga dan 1
pasien non muslim yang dirawat atau di damping selama sakit oleh keluarganya yang
muslim, anggota keluarga mengatakan bahwa kegiatan beribadah pasien berupa berdoa
dan kebutuhan beribadah pasien di fasilitasi sebisa mungkin oleh anggota keluarga sesuai
dengan agama pasien.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berbasis
perawatan paliatif yaitu dukungan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual
pada pasien paliatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal ?
2. Apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif ?
3. Bagaimana pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif ?
1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien
terminal ?
2. Mahasiswa dapat mengetahui pa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan
paliatif ?
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengkajian fisik dan psikologis dalam
perawatan paliatif ?

BAB II
PEMBAHASAN

7
2.1 Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization
(WHO) 2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah,
dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian
penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta
untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National
Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini,
kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian
merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan
normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)dan
Aziz,Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya,
penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar
pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai
masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien
dan keluarganya.

A.Masalah Fisik

8
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman
emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya
jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat
yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapatditegakkan
apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria
(NANDA, 2015).

B.Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan.Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi
pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan
suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan
jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya
atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut
Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat
mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom
dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut
yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda
waspada yang member tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah
individu tersebut mengatasinya.
Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup,

9
kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier
komunikasi.
1) Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan
kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu
keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014).Isolasi sosial
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Kelliat, 2006 ).
2) Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada
pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena
diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan
serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana
biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Hamid,
2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalahgangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011)
3) Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah
menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.

10
4) Problem Eliminasi
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang
diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia
fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon),
retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
5) Problem Nutrisi dan Cairan
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi
abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
6) Problem suhu
Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
7) Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi
menurun.
8) Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
9) Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga
pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

2.2 Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal

11
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat
tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.Keadaan sakit itu dapat disebabkan
oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.Dalam perawatan paliatif peran perawat
adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu
pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.Perawat harus
memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat
menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam
hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal yakni :
1. Bantuan Emosional
a. Pada Fase Denial.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan
cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah atau anger.
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa
masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan
menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada
perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan
menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu
pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar.
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa
bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi.
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa
yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non

12
verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi
non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai.Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
a. Kebersihan Diri.
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan
sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit.
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.Pemberian obat ini
diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien.Obat-
obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular
atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas.
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik
dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan
nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim
dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak.
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah
decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat
untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.

13
e. Nutrisi.
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik.Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein
serta vitamin.Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia,
perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan,
kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena atau Invus.
f. Eliminasi.
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses.Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi.Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi.Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori.
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang.Klien
masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat
dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan
klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat,
atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.

14
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan
teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila
klien mampu membacanya.

4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual


a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-
rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.
2.3 Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital,
mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien,
klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian.Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal.Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien
terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih,

15
depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal
antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus
mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya.Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku
isolasi.Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien
dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga
terdekat untuk selalu menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah
semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan
keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
Konsep dan prinsip etika, norma, budaya.Dalam pengkajian Pasien
Terminal
nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya
mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi
kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap
kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi
menghakimi harus dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan.Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-
keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien

16
yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang
kematian dapat terpenuhi.
2.4 Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif
a. Mengkaji Kondisi Kesehatan Fisik
1. Nyeri :Ketika mengkaji pasien sangat penting untuk mendengarkan pasien,
memperhatikan pada bahaa yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri
akan membantu diagnosanya. Tipe nyeri dapat ditentukan dari obat apa yang
harus digunakan.
b. Mengkaji Kondisi Psikologis
1) Kondisi pikiran dan suasana hati (mood).
Meliputi : Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan:Merasa putus
asa atau merasa tidak berdaya? kehilangan minat? Apakah anda merasa
depresi?Apakah anda merasa tegang atau cemas?Apakah anda pernah
mengalami serangan panic?Apakah ada hal spesifik yang anda
harapkan?
2) Penyesuaian terhadap sakit.
Meliputi : Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan
hati-hati ekspektasi pasien.
3) Sumber – sumber dan hal yang menguatkan.
Meliputi : Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang,
hobi, iman dan kepercayaan
4) Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol)
Meliputi : Adakah masalah psikologis, sosial, spiritual yang dialami
yang berkontribusi terhadap gejala yang dialami?
5) Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah
risiko stress psikologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam
mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan
penderitaan.Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan

18
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual. Dalam perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan
seoptimal mungkin.Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada
saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang
dan damai.
3.2 Saran
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi
pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian.Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal
karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribe.com/document/403603262/KELOMPOK-2-MAKALAH-
PENGKAJIAN-FISIK-DAN-PSIKOLOGI-KEPERAWATAN-PALIATIF-docx.

19

Anda mungkin juga menyukai