DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa dari
saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. Diare adalah buang air besar
dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan
konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari
biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). (Desak Putu, 2017)
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese. Seseorang
dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga
kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,
2016).
Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa, Gastroenteritis akut adalah diare
dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan
muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari dimana kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam
B. ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2009) penyebab terjadinya gastroenteritis ada 5 faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama gastroentritis pada infeksi internal, meliputi :
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E Coli, Samonela, Shigella, Campylobachter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Ento (virus echo), coxsackie, poliomytis, adenovirus, rotavirus, astovirus, dan
lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoo, dan jamur
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi lactora, maltose, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, friktosa, dan gluktosa), pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan
karbohidrat utama dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka
pada bayi dam balita diare intoleransi laktosa mendaat perhatian khusus.
Penyababnya karena pada bayi pembentukan enzim lipase yang berfungsi memecah
laktosa belum sempurna, sehingga menyababkan bayi diare, dan lipase akan berfungsi
optimal saat berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia bayi 1-2 bulan
dan tidak menyababkan berat badannya turun. Selain itu malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan gastoentritis karena dapat merangsang
peningkatan peristaltic usus.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
Fisiologi
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan
tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Faring
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
d. Lambung
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
- Asam klorida (HCl)
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Adapun menurut Nurarif & Kusuma (2015), manifestasi klinis dari diare adalah :
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
4) Demam.
F. KOMPLIKASI
Bila penderita telah banyak kehilangan banyak cairan elektrolit, maka gejala dehidrasi
tampak. Menurut Nelson (2009), ada 3 tingkatan dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan
mata cekung, minum normal, kencing normal.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus,
pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum
normal.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun,
warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan
mata cekung sekali, dan tidak mau minum. Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.(sitti
khadijah,2017)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Famakologi
a. Obat-obatan Antiemetik
Untuk mengatasi muntah
b. Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta
dapat diberikan oralit.
c. Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk
mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
d. Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan
intravena. Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk
kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah
volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan
garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan
membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
e. Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui
apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare
Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat-obatan antidiare
Pertahankan tirah baring
kolaborasi untuk mendapat antibiotic
Monitor intake cairan dan output
Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak
Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman
Beri kompres hangat diperut
Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Timbang BB tiap hari
Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)
Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan hangat
Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa
Monitor suhu dan tanda vital
Monitor intake dan output cairan
Beri kompres
Anjurkan untuk minum banyak
Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi
Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut bilas dengan air bersih,
keringkan dengan seksama dan taburi talk
Beristik laken diatas perluk klien
Gunakan pakaian yang longgar
I. PATHWAY