Anda di halaman 1dari 41

A.

Konsep Teori ACS


1. Definisi
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau Sindrom Koroner Akut (SKA)
adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang terjadi akibat
kurangnya aliran darah ke miokardium dengan gejala berupa nyeri dada,
perubahan segmen ST pada electrokardiogram (EKG) dan perubahan
biomarker jantung. (Sanjani, 2018). Penyakit pembuluh darah arteri coroner
adalah gangguan fungsi sistem kardiovaskuler yang disebabkan karena otot
jantung kekurangan darah akibat adanya oklusi pembuluh darah arteri coroner
dan tersumbatnya pembuluh darah jantung (AHA, 2017).
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penumpukan plak baik total
maupun sebagian yang disebabkan oleh terbentuknya bekuan darah yang
menutupi dinding pembuluh darah yang sudah pecah, plak ini mengurangi
ruang gerak dari aliran darah (Badriyah, 2013). ACS merupakan sekumpulan
sindrom koroner pada jantung yang awalnya bermula dengan adanya suatu
akibat dari proses atherotrombosis yang terdiri dari aterosklerosis dan
thrombosis, dimana aterosklerosis merupakan proses pembentukan plak
akibat berkumpulnya beberapa bahan seperti lipid-filled macrophages (foam
cells), massive ectracellular lipid dan plak fibrous yang mengandung sel
otot polos dan kolagen (Ainiyah, 2016).
SKA adalah suatu kondisi iskemia atau infark yang menyebabkan
penurunan aliran darah koroner secara tiba-tiba yang biasanya disebabkan
oleh adanya thrombus dari plak atheroma pembuluh darah koroner yang
robek dan pecah yang akan menyumbat liang pembuluh darah koroner baik
secara total ataupun parsial (Pranatalia, et al, 2020). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ACS adalah penurunan
aliran darah pada arteri koroner secara sebagian maupun total sehingga otot
jantung tidak dapat berfungsi dengan baik atau mati.
7

2. Anatomi Jantung

Sumber : Simanjuntak
(2019) Gambar 2.1 Anatomi
Jantung
Jantung merupakan organ vital tubuh yang berfungsi memompa darah
keseluruh tubuh untuk membawa oksigen dan bahan pokok yang diburuhkan
sel untuk kelangsungan hidupnya. Secara anatomi, ukuran jantung manusia
mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira
12 cm dan lebar sekitar 9 cm. Jantung terletak di belakang tulang sternum,
tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan
dengan diafragma. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri. Berat
jantung kira-kira 300 gram.
a Lapisan Pembungkus Jantung
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardium, dimana lapisan perikardium di bagi menjadi 3 lapisan,
yaitu:
1) Lapisan fibrosa yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian dinding
dalam sternum thorax
2) Lapisan parietal yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
3) Lapisan visceral yaitu lapisan pericardium yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau epikardium
8

b Lapisan Otot Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :


1) Epicardium yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral.
2) Miocardium yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung
jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
3) Endocardium yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung yang
berhhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk
aliran darah.
c Katup Jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular
dan katup semilunar.
1) Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel.
Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium
ke ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke
atrium saat sistole ventrikel. Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu
katup triskupidalis dan katup biskuspidalis. Katup triskupidalis
memiliki 3 buah daun katup yang terletak antara atrium kanan dan
ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau katup mitral memiliki 2
buah katup dan terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
2) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta
dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan
arteri pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal. Katup yang
membatasi ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta.
Adanya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-
masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole
ventrikel.
d Arteri Koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan jantung
semdiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit sangat
penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila
arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang
disebut dengan ischemia maka dapat menyebabkan terganggunya
fungsi jantung sebagaimana mestinya. Jika arteri koroner mengalami
sumbatan total atau yang disebut dengan serangan jantung mendadak
atau
9

miokardiac infarction maka dapat menyebabkan kematian. Begitupun


apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan
berujung dengan serangan jantung juga atau miokardiac infarction.
Arteri koroner dibagi dua, yaitu: arteri koroner kiri dan arteri koroner
kanan
1) Arteri Koroner Kiri
Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior
Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung
dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus
atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan
ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan
kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan
posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat
penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot
ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum.
Sirkumflex arteri bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah
untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung jawab
mensuplai SA node
2) Arteri Koroner Kanan
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium
kanan, ventrikel kanan,permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri,
90% mensuplai AV Node,dan 55% mensuplai SA Node.
3. Fisiologi Curah Jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.
Siklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi.
Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel
kontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya,
siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA
node dan berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, sistole (kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel
sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel
10

ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai
ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup
atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga
membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel
melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian
relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus
kembali.
CO (mL/mnt) = HR (denyut/mnt) x SV (mL/denyut)
Curah jantung (cardiac output, CO) adalah volume darah yang
dipompa oleh masing-masing ventrikel per menit. Selama satu periode
waktu, volume darah yang mengalir melalui sirkulasi paru sama dengan
volume yang mengalir melalui sirkulasi sistemik. Karena itu, curah jantung
dari masing- masing ventrikel normalnya sama. Curah jantung normal
adalah 4 sampai 6 liter per menit pada orang dewasa yang sehat dengan
berat badan 70 kg saat beristirahat. Volume darah yang bersirkulasi berubah
sesuai kebutuhan oksigen dan metabolik tubuh. Misalnya selama latihan,
kehamilan, dan demam curah jantung meningkat, tetapi selama tidur curah
jantung menurun (Potter & Perry, 2015).
Volume sekuncup adalah volume darah yang dipompa oleh setiap
ventrikel pada setiap kontraksi. Sekitar dua per tiga dari volume darah
dalam ventrikel pada akhir diastolik dikeluarkan selama sistolik, disebut
fraksi ejeksi. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri
pada akhir diastol (preload), tahanan terhadap semprotan ventrikel kiri
(afterload), dan kontraktilitas jantung (Potter & Perry, 2015). Beban awal
(preload) adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir
pengisian ventrikel. Aliran balik darah vena kembali ke jantung
menentukan volume akhir diastolik ventrikel. Beban akhir (afterload)
adalah tegangan serabut miokardium yang harus terbentuk untuk kontraksi
dan pemompaan darah. Kontraktilitas merupakan perubahan kekuatan
kontraksi yang terbentuk yang terjadi tanpa tergantung perubahan pada
panjang serabut miokardium. Peningkatan kontraksi, tanpa memandang
penyebabnya, meningkatkan volume sekuncup yang memperkuat curah
jantung. Sebaliknya, penurunan
11

kontraktilitas dapat menurunkan volume sekuncup dan mempengaruhi


curah jantung (Price &Wilson, 2012).
4. Klasifikasi ACS
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(2018), menyatakan bahwa berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung,
Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:
a Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP : Unstable Angina Pectoris)
b Infark Miokard dengan Non Elevasi Segmen ST (NSTEMI: Non ST
segment Elevation Miocardial Infraction)
c Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST (STEMI: ST segment
Elevation Miocardial Infraction)
Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika
terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang
persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat
presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T,
gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization, atau bahkan
tanpa perubahan. Angina pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan
berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan peningkatan
marka jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adala Troponin I/T atau
CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi
peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi NSTEMI. Pada angina
pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat secara bermakna. (PERKI,
2018). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat secara
bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang untuk peningkatan
CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas
(upper limits of normal, ULN).
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan
indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. STEMI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury
vascular. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina
pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di 2 sadapan
yang berlebihan.
12

Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan


aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara medikamentosa
menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi koroner
perkutan primer. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan
menunggu hasil peningkatan marka jantung.
Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi
gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization
atau bahkan tanpa perubahan. Jika pemeriksaan EKG awal tidak
menunjukkan kelainan (normal) atau menunjukkan kelainan yang
nondiagnostik sementara angina masih berlangsung, maka pemeriksaan
diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan EKG tetap menunjukkan
gambaran nondiagnostik sementara keluhan angina sangat sugestif SKA,
maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang tiap 6 jam dan
setiap terjadi angina berulang.
5. Etiologi
Penyebab SKA paling sering adalah oklusi lengkap atau hampir
lengkap dari arteri koroner, biasanya dipicu oleh ruptur plak aterosklerosis
yang rentan dan diikuti oleh pembentukan thrombus. Sumbatan pada arteri
koroner ini yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke suatu bagian
dari jantung. Jika terhambatnya aliran darah ini yang berlangsung lebih dari
beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati. Ruptur plak dapat dipicu
oleh bebrapa faktor risiko.
Faktor risiko ada yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat
diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin,
keturunan dan ras. Pertambahan usia akan meningkatkan aterosklerosis, hal
ini mencerminkan lebih lama menupuknya plak pada arteri koroner. Wanita
menopause lebih beresiko terbentuknya aterosklerosis dibanding sebelum
menopause resikonya sama dengan laki-laki. Riwayat dengan keluarga yang
mempunyai penyakit jantung koroner akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya aterosklerosis prematur. Ras kulit putih lebih tinggi resiko
terjadinya aterosklerosis dibanding kulit. Faktor yang dapat diubah yaitu
13

penyakit hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa dan peningkatan


kadar lipid serum hitam (Nurarif & Kusuma, 2015).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari SKA adalah adanya nyeri dada yang khas,
perubahan EKG, dan peningkatan enzim jantung. Nyeri dada khas SKA
dicirikan sebagai nyeri dada di bagian substernal, retrosternal dan
prekordial. Karakteristik seperti ditekan, diremas, dibakar, terasa penuh
yang terjadi dalam beberapa menit. Nyeri dapat menjalar ke dagu, leher,
bahu, punggung, atau kedua lengan. Nyeri disertai rasa mual, sempoyongan,
berkeringat, berdebar, dan sesak napas. Selain itu ditemukan pula tanda
klinis seperti hipotensi yang menunjukkan adanya disfungsi ventrikular,
hipertensi dan berkeringat yang menunjukkan adanya respon katekolamin,
edema dan peningkatan tekanan vena jugular yang menunjukkan adanya
gagal jantung
7. Patofisiologi
Sindrom Koroner Akut (SKA) dimulai dengan adanya ruptur plak arteri
koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet, pembentukan trombus,
serta aliran darah koroner yang mendadak berkurang. Oklusi mendadak dari
arteri koroner bila ada ruptur plaque, akan mengaktivasi sistem pembekuan.
Interaksi antara ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen arteri,
sehingga menutup lumen pembuluh darah koroner yang sudah mengalami
aterosklerosis. Hipoksemia pada daerah distal dari sumbatan menyebabkan
iskemia dan selanjutnya nekrosis miokardia. Kematian sel miokardium akibat
iskemia disebut infark miokard, dimana terjadi kerusakan, kematian otot
jantung, dan terbentuk jaringan parut tanpa adanya pertumbuhan kembali otot
jantung. Pada infark miokard, fungsi ventrikel kiri mengalami gangguan
kontraktilitas. Sumbatan tersebut mengakibatkan kontraksi jantung
meningkat. Kontraksi jantung yang meningkat menyebabkan beban jantung
juga meningkat dan tidak adekuatnya aliran darah di jantung sehingga
menyebabkan penurunan curah jantung.
14

8. WOC

Bagan 2.1 WOC


Sumber : Nurarif & Kusuma (2015)
15

9. Komplikasi
a Infark miokard
Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya
aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang
menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi
nekrotik (mati) karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi
darah.
b Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang mengakibatkan perluasan infark.
c Gagal jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu mengalirkan
darah yang cukup ke seluruh tubuh
d Syok Kardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan dihubungkan
dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan perawatan agresif
e Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada
inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan
epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga
merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan
f Aneurisma ventrikel
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan
parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan
tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol
keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat
menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat
mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada
apex dan bagian anterior jantung
16

10. Pemeriksaan Diagnostik


a EKG
1) STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut, meliputi
: hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q
pathologis, terbentuknya bundle branch block / yang dianggap baru.
Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm
pada 2 sadapan chest lead.
2) NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada
2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segmen depresi ≥
2 mm pada 2 sadapan chest lead.
b Enzim Jantung
1) CKMB : Kreatinin kinase dan isoenzimnya dipandang sebagai indicator
paling sensitif dalam menegakkan diagnosa infark miokardium. CK-
MB adalah isoenzim yang ditemukan hanya pada sel jantung. Apabila
terjadi kerusakan pada sel-sel jantung, nilai CK-MB akan meningkat
2) Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi 4-
8 jam pasca infark
3) LDH : Laktat dehidrogenase dapat mendeteksi pasien yang menderita
infark miokard akut. Untuk mendiagnosa MI, menggunakan LDH1 dan
LDH2. Normalnya LDH2 lebih tinggi dibandingkan LDH1. Apabila
kadar LDH1 melebihi LDH2 maka keadaan tersebut menunjukkan
adanya infark miokard.
c Ekokardiografi
Pemeriksaan ekhokardiografi memegang peranan penting dalam ACS.
Ekhokardiografi dapat mengidentifikasi abnormalitas pergerakan
dinding miokard dan membantu dalam menegakkan diagnosis.
Ekhokardiografi membantu dalam menentukan luasnya infark dan
keseluruhan fungsi ventrikel kiri dan kanan, serta membantu dalam
mengidentifikasi komplikasi seperti regurgitasi mitral akut, rupture LV,
dan efusi perikard
17

d Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
e Sel darah putih
Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
f AGD dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut maupun
kronis.
g Kolesterol atau trigliserida serum meningkat, menunjukkan
arterosklerosisi sebagai penyebab IMA.
11. Penatalaksanaan
ACS merupakan kasus kegawat daruratan sehingga harus mendapatkan
penanganan yang segera. Dalam 10 menit pertama sejak pasien datang ke
instalasi gawat darurat, harus sudah dilakukan penilaian meliputi anamnesa
riwayat nyeri, pemeriksaan fisik, EKG 12 lead dan saturasi oksigen,
pemeriksaan enzim jantung, elektrolit dan bekuan darah serta menyiapkan
intravena line dengan D5%
a Pasien dianjurkan istirahat total
b Pasang iv line dan infuse untuk pemberian obat-obatan intra vena
c Atasi nyeri, dengan : - Morfin 2.5-5 mg iv atau pethidine 25-50 mg - Lain-
lain : Nitrat, Calsium antagonis, dan Beta bloker
d Pasang oksigen tambahan 2-4 liter/menit
e Berikan sedatif sedang seperti Diazepam per oral.
f Antitrombotik - Antikoagulan (Unfractional Heparin / golongan Heparin
atau Low Molecul Weight Heparin / golongan Fraxiparin) - Antiplatelet
(golongan Clopidogrel, Aspirin)
g Streptokinase/ Trombolitik (pada pasien dengan akut STEMI onset <3
jam)
h Primary PCI ( pada pasien dengan akut STEMI onset > 3 jam)
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N. (2015). Peran Perawat dalam Identifikasi Dini dan Penatalaksanaan


Pada Acute Coronary Syndrome. Journal of Health Sciences, 8(2).

Aspaiani, RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan
Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Mutarobin. (2018). Modul Sistem Kardiovaskuler Acute Coronary Syndrome


(ACS). Jakarta; Poltekkes Kemenkes Jakarta 1

Newberg, A. (2011). Spirituality and the Aging Brain, Journal of the American
Society on Aging, 35 (2), 83 – 91.
Novita Joseph. (2018) Hidup Sehat Hidup Bahagia. Jakarta

Pedak, M. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stres. Jakarta: Hikmah.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2018. Pedoman Tata


laksana Sindrom Koroner Akut. (E-Book). Jakarta; PP PERKI

Potter, P.A., & Perry, A. . (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.

Pranatalia, F. V., et al. (2020). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap


Penurunan Respon Cemas Pasien Sindrom Koroner Akut Post Pemberian
Terapi Fibrinolitik Di Ruang ICCU. Jurnal Keperawatan Wiyata, 1(1), 91-
100.

Price, S.A & Wilson, L. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit (6 Volume 1; H. Hartanto, Ed.). Jakarta: EGC.

Pujianto, A., et al. (2019). Pengaruh Mendengarkan Murattal Surat Ar Rahman


Terhadap Kualitas Tidur Pasien Sindrom Koroner Akut. Jurnal Penelitian
Kesehatan SUARA FORIKES. (Journal of Health Research Forikes
Voice), 11(1), 55-60.

Rosfiati, E., et al. (2015). Pengaruh Pijat Punggung terhadap Tingkat


Kecemasan dan Kenyamanan Pasien Angina Pektoris Stabil Sebelum Tindakan
Angiografi Koroner. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(2), 102-114.

Sanjani, Rizal Dwi & Nurkusumasari, Nanda. (2020). Sindrom Koroner Akut.
Surkarta; PP PERKI

Sari, Eva Pratama & Aderita, Novi Indah. (2018). Penatalaksanaan Terapi Musik
Klasik dengan Masalah Keperawatan Gangguan Penurunan Curah
Jantung pada Pasien Hipertensi di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 5(1).

Shuvy, M., et al. (2015). Oxygen Therapy In Acute Coronary Syndrome: Are The
Benefits Worth The Risk. Eur Heart.

Smeltzer,S. C., & Bare, B. G.,2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.


Brunner & suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta : EGC.

Sucipto, A. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan


Darah pada Lansia dengan Hipertensi. Yogyakarta: Desa Karangbendo
Banguntapan Bantul

Sugiarto et al. (2012). Early Identification Of Acute Mocardial Infarction: The


Importance Of Assesing Chest Pain. Department of Nursing. Faculty of
Medicine: University of Brawijaya
Sulistyarini, I. (2013). Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan
Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita. Jurnal Psikologi Volume 40 No.1
Hal. 28- 38.

Suparmi & Ignatavicius. (2009). Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan


Dasar Manusia. Yogyakarta : Citra Aji Parama.

Sya’id, A., & Haryanto, J. (2017). Efektivitas Religious Imagery Care Untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien Sindroma Koroner Akut. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor.

Tangahu, A. L. (2015). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten
Bone Bolango. Skripsi, 1(841411029)

Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tisminetzky, et al. (2012). Multiple cardiovascular comorbidities and acute


myocardial infarction: temporal trends (1990–2007) and impact on death
rates at 30 days and 1 year. Clinical epidemiology, 4, 115.

Triyanto, et al. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, W J. (2013). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Wahidah, W., & Harahap, R. A. (2021). PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan SKA
(Sindrome Kororner Akut) dari Prespektif Epidemiologi. Afiasi: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 6(1), 54-65.

Widiyanto, Budi & Yamin, L. S (2014). Terapi Oksigen Terhadap Perubahan


Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark
Miokard Akut (IMA). Prosiding Seminar Nasional & Internasional.

World Health Organization (WHO). (2021). Cardiovascular Diseases (CVDs).


Diakses pada 24 November 2021, dari https://www.who.int/en/news-
room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)
Wulandari, N.K, et al. (2020). Pemberian Terapi Oksigen Untuk
Mempertahankan Status Hemodinamik Pada Pasien Dengan Infark
Miokard Akut Hemodinamik Di ruang IGD RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Surakarta; Journal of Applied Health Management and
Technology

Zunaidi, A., et al. (2014). Pengaruh Pijat Refleksi Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi di Klinik Sehat Hasta Therapetika Tugurejo
Semarang. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 2, No. 1)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pengukuran Kriteria Hasil Ny. I dan Tn. S
Hari Ny. I Tn. S
I Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Lemas Ada Ada Ada Ada
Distensi vena Ada Ada Ada Ada
jugularis
Pucat Ada Ada Ada Ada
TD 138/98 mmHg 137/98 mmHg 130/85 mmHg 130/85 mmHg
N 94 x/menit 92 x/menit 91 x/menit 91 x/menit
P 28 x/menit 26 x/menit 25 x/menit 25 x/menit
SpO2 97 % 97% 97 % 97 %
CRT < 3 detik < 3 detik < 3 detik < 3 detik

Hari Ny. I Tn. S


II Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Lemas Ada Ada Ada Ada
Distensi vena Ada Ada Ada Berkurang
jugularis
Pucat Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
TD 127/87 mmHg 124/85 mmHg 120/80 mmHg 120/80 mmHg
N 98 x/menit 94 x/menit 80 x/menit 80 x/menit
P 24 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
SpO2 98 % 97 % 98 % 98 %
CRT < 3 detik < 3 detik < 3 detik < 3 detik

Hari Ny. I Tn. S


III Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Lemas Ada Ada Ada Berkurang
Distensi vena Berkurang Berkurang Berkurang Berkurang
jugularis
Pucat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
TD 125/85 mmHg 123/85 mmHg 120/75 mmHg 115/75 mmHg
N 90 x/menit 88 x/menit 70 x/menit 70 x/menit
P 20 x/menit 20 x/menit 18 x/menit 18 x/menit
SpO2 98 % 98 % 99 % 99 %
CRT < 3 detik < 3 detik < 3 detik < 3 detik
Lampiran 2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
SOP TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
PENGERTIAN Adalah teknik yang memusatkan perhatian pada suatu
aktifitas otot dengan mengidentifikasikan otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks
TUJUAN Terapi non farmakologis untuk mengontrol hipertensi
INDIKASI Pasien penderita penyakit jantung dengan hipertensi
KONTRA INDIKASI Pasien dengan keterbatasan gerak total
PERSIAPAN ALAT - Kasur/kursi
- Bantal
- Jam dinding
PROSEDUR PELAKSANAAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menayakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak
waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C TAHAP KERJA
Gerakan 1: Melatih otot tangan
1. Lakukan pernafasan perut, kemudian hembuskan
perlahan. Saat menghembuskan nafas bayangkan
bahwa ketegangan yang berada dalamtubuh mulai
rileks mengalir pergi.
2. Genggam tangan kiri sambil membuat kepalan
3. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi
4. Ketika kepalan tangan dilepaskan, pasien dipandu
untuk merasakan rileks dalam 10 detik
5. Lakukan gerakan pada tangan kiri sengan dilakukan dua
kali sehingga pasien dapat memebedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
6. Prosedur serupa juga lakukan pada tangan sebelah
kanan
Gerakan 2: Melatih otot tangan bagian belakang
Luruskan lengan kemudian tupukkan pergelangan tangan
kemudian tarik telapak tangan hingga menghadap ke depan

Gerakan 3: Melatih otot biceps dan triceps


1. Genggan kedua tanagn sehingga menjadi kepalan
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
3. Kencangkan otot trisep dengan memperpanjang lengan
dan mengunci siku . Tahan dan kemudian rilekskan

Gerakan 4: Melatih otot bahu


1. Mengangkat kedua bahu setinggi-setingginya seakan-
akan bahu dibawa menyentuh kedua telinga.
2. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan
yang terjadi di bahu, leher dan punggung atas.

Gerakan 5: Melemaskan otot dahi


Mengerutkan dahi dan alis sampai otot-otot terasa dan
kulitnya keriput

Gerakan 6: Melemaskan otot mata


Tutup rapat dan keras mata sehingga daapt dirasakan
ketegangan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata

Gerakan 7: Melemaskan otot rahang


Katupkan rahang diikuti dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan disekitar otot rahang

Gerakan 8: Mengendurkan otot-otot sekitar


mulut Bibir di mencucukan sekuat-kuatnya sehingga
akan dirasakan ketegangan disekitar mulut

Gerakan 9: Merilekskan otot leher bagian belakang


1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang
blalul kemudian otot leher bagian depan
2. Letakkan kepala hingga dapat beristirahat
3. Tekan kepala perlahan pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan
di bagian belakang leher dan punggung bagian atas.
Gerakan 10: Melatih otot leher bagian depan
1. Membawa atau menundukan kepala ke muka
2. Kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke
dadanya, sehingga dapat merasakan ketegangan
didaerah leher bagian muka

Gerakan 11: Melatih otot punggung


1. Angkat tubuh dari sandaran kursi
2. Punggung dilengkungkan
3. Busungkan dada, tahan selama 10 detik, kemudian
rileks
4. Saat rileks, letakkan anggota tubuh kembali ke
kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas

Gerakan 12: Melemaskan otot dada


1. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara bersih sebanyak banyaknya
2. Posisi ini ditahan selama 10 detik sambil merasakan
ketegangan yang di bagian dada kemudian turunkan ke
perut
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan nafas normal dengan
lega
4. Ulangi sekali lagi , sehingga dapat dirasakan
pergbedaan antara konsisi tegang dan rileks

Gerakan 13: Melatih otot perut


1. Tarik nafas kuat perut ke dalam
2. Tahan sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah
10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk perut ini

Gerakan 14: Melatih otot paha dan betis


1. Luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot padha
terasa tegang
2. Dilanjutkan dengan mencuci lutut sedemikian
sehingga ketegangann pindah ke otot otot betis
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik lalu dilepas
4. Ulangi setiap gerakan masing masing dua kali
TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan dan kembalikan alat
4. Mengucap salam
5. Mencuci tangan
DOKUMENTASI Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan
Hari tanggal dilakukan dan respon hasil
Sumber : Azizah (2018)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI MUSIK KLASIK
SOP TERAPI MUSIK KLASIK
PENGERTIAN Pemanfaat kemampuan music dan elemen music oleh
terapis kepada klien
TUJUAN Distraksi teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan
perhatian kepada hal lain sehingga membawa pasien
menjadi lebih rileks
INDIKASI Pasien penderita penyakit jantung dengan hipertensi
PERSIAPAN ALAT Tape music/handphone/earphone/headset
PROSEDUR PELAKSANAAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menayakan identitas pasien dan menyampaikan
kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C TAHAP KERJA
1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
2. Menetapkan pilihan music klasik
3. Bantu klien untuk memilih posisi nyaman
4. Pastikan tape music/handphone dalamkondisi baik
5. Dukung dengan headphone/headset jika diperlukan
6. Nyalakan music dan lakukan terapi music klasik
7. Atur volume music agar nyaman dengan pasien
8. Berikan terapi music selama 15 menit
TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan dan kembalikan alat
4. Mengucap salam
5. Mencuci tangan
DOKUMENTASI Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan
Hari tanggal dilakukan dan respon hasil
Sumber : Ni Putu Pancani (2021)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI OKSIGEN
SOP TERAPI OKSIGEN
PENGERTIAN Memasukkan oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan melalui lubang hidung dengan
menggunakan nasal kanul
TUJUAN Membantu meningkatkan SpO2
INDIKASI Pasien penderita penyakit jantung dengan hipertensi
PERSIAPAN ALAT 1. Tabung oksigen dengan manometernya
2. Pengukur aliran (flow meter)
3. Botol pelembab (humidifier)
4. Nasal kanul
PROSEDUR PELAKSANAAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menayakan identitas pasien dan menyampaikan
kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C TAHAP KERJA
1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama
3. Jaga privacy pasien
4. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau
supine jika tidak memungkinkan
5. Mengontrol flow meter dan humidifier
6. Sambungkan selang kanul oksigen dengan
humidifier
7. Buka flow meter dengan ukuran yang sesuai
dengan kebutuhan maksimal 5 liter dan cek aliran
dengan punggung tangan petugas
8. Pasang selang kanul pada hidung pasien
9. Khusus untuk RM dan NRM flow meter yang
diberikan 6-10 liter/menit
TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan dan kembalikan alat
4. Mengucap salam
5. Mencuci tangan
DOKUMENTASI Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan
Hari tanggal dilakukan dan respon hasil
Sumber : RSUD Dr. Soedarso (2017)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TERAPI PIJAT PUNGGUNG

SOP TERAPI PIJAT PUNGGUNG


PENGERTIAN Pijat punggung adalah pijat menggunakan sentuhan
tangan pada punggung klien secara perlahan dan
lembut untuk menimbulkan efek relaksasi
TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah
2. Menurunkan ketegangan otot
3. Menurunkan tekanan darah
4. Meningkatkan relaksasi
INDIKASI Pasien penderita penyakit jantung dengan hipertensi
KONTRA INDIKASI 1. Nyeri dan luka pada daerah yang akan dilakukan
pijat
2. Hindari melakukan pijat pada daerah yang
mengalami inflamasi
PERSIAPAN ALAT 1. Minyak atau lotion untuk pijat
2. Selimut
3. Bantal
PROSEDUR PELAKSANAAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menayakan identitas pasien dan menyampaikan
kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C TAHAP KERJA
1. Identifikasi factor-faktir atau kondisi yang
menjadi kontraindikasi untuk gosokan
punggung
2. Ukur tanda-tanda vital sebelum dilakukan
tindakan
3. Jeaskan prosedur dan posisi yang diminta
4. Persiapan peralatan dan bahan yang diperlukan
5. Buka punggung, bahu dan lengan atas responden
lalu tutup sisanya dengan selimut
6. Mencuci tangan
7. Aplikasikan lotion pada bagian bahu dan
punggung
8. Meletakkan kedu tangan pada sisi kanan dan kiri
tulang belakang pasien. Memulai masase dengan
gerakan effleurage, yaitu masase dengan gerakan
sirkuler dan lembut secara perlahan ke atas
menuju bahu dan kembali ke bawah hingga.
Menjaga tangan tetap menyentuk kulit
9. Selanjutnya meremas kulit dengan mengangkat
jaringan di antara ibu jari dan jari tangan.
meremas ke atas sepanjang di kedua sisi tulang
belakang dari bokong ke bahu
10. Akhiri gerakan dengan masase memanjang ke
bawah
11. Bersihkan sisa lotion pada punggung
12. Bantu klien memakai baju kembali
13. Bantu klien ke posisi semula
14. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan dan kembalikan alat
4. Mengucap salam
5. Mencuci tangan
DOKUMENTASI Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan
Hari tanggal dilakukan dan respon hasil
Sumber : Riska Fitriani (2019)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN AROMATERAPI MAWAR
SOP PEMBERIAN AROMATERAPI MAWAR
PENGERTIAN Merupakan tindakan keperawatan dengan menghirup
minyak aromaterapi mawar
TUJUAN 1. Menurunkan tekanan darah
2. Mengurangi kecemasan dan membuat rileks
INDIKASI Pasien dengan hipertensi
PERSIAPAN ALAT 1. Minyak aromaterapi mawar
2. tissue
PROSEDUR PELAKSANAAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menayakan identitas pasien dan menyampaikan
kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C TAHAP KERJA
1. Jaga privasi
2. Posisikan pasien dengan posisi nyaman
3. Ukur tekanan darah pasien sebelum tindakan
4. Tuang minyak aromaterapi mawar ke tissue
5. Instruksikan pasien untuk menghirup
aromaterapu mawar selama 30 menit
6. Ukur tekanan darah pasien setelah tindakan
7. Rapikan alat
TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan dan kembalikan alat
4. Mengucap salam
5. Mencuci tangan
DOKUMENTASI Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan
Hari tanggal dilakukan dan respon hasil
Sumber : Hidayah, dkk (2015)
Lampiran 3
PENJELASAAN PENELITIAN

Dengan hormat, anda diminta berpartisipasi dalam penelitian ini dengan tujuan
penelitian untuk Asuhan Keperawatan Perawatan Jantung Pada Pasien Acute
Coronary Syndrome (ACS) Dengan Gangguan Penurunan Curah Jantung Di
Ruangan ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022. Peneliti (saya)
akan memberikan lembar persetujuan ini dan menjelaskan bahwa keterlibatan anda
dalam penelitian ini atas dasar sukarela.
Nama saya adalah Harum Maulidia Ningsih Mahasiswa Prodi Pendidikan
Profesi Ners Jurusan Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang
beralamat Di Jalan Pepaya I RT 17 RW 05 No. 15 Kelurahan Bumi Ayu Kecamatan
Selebar Kota Bengkulu. Saya dapat di hubungi di nomor Hp 082181956858.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) .
Penelitian ini melibatkan pasien ACS dengan Penurunan Curah Jantung yang
dirawat di ruangan ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Keputusan anda untuk
ikut ataupun tidak dalam penelitian ini, tidak berpengaruh pada fasilitas
pelayanan kesehatan anda. Apabila anda memutuskan untuk ikut serta, anda juga
bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian. Sekitar 2 pasien ACS dengan
Penurunan Curah Jantung akan terlibat dalam penelitian ini. Tindakan yang akan
dilakukan yaitu berupa Perawatan Jantung pada pasien ACS .
Saya akan menjaga kerahasian anda dalam penelitian ini. Nama anda tidak
akan dicatat dimanapun. Selain itu Keterlibatan anda dalam penelitian ini, sejauh
yang saya ketahui, tidak akan menyebabkan resiko yang besar. Keterlibatan
dalam penelitian ini dapat memberikan keuntungan langsung pada anda, hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan anda tentang
mengatasi Penurunan Jantung. Apabila setelah terlibat dalam penelitian ini, anda
masih punya pertanyaan, anda dapat menghubungi saya pada nomor telepon
diatas.
Setelah membaca informasi dan memahami tujuan penelitian dan peran yang
diharapkan dalam penelitian ini, saya setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
Bengkulu,.......................2022

Mengetahui,
Saksi Saya

(_____ _ _ _ _ _ ) (___ _ _ _ _ _ ___)


Lampiran 4
Kode Responden:

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ……………………….
Umur :.............................tahun
Jenis Kelamin : L/P
Pekerjaan : ………………………..
Nomor Telepon : ………………………..
Alamat : …………………………………………………
…………………………………………………

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :


1. Penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perawatan Jantung Pada
Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan Ganggan Penurunan Curah
Jantung Di Ruangan ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek mendapat : pemeriksaan Curah
Jantung dan tindakan Perawatan Jantung di ruangan ICCU RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu.
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian : dapat meningkatkan curah jantung.
4. Tidak ada bahaya yang di timbulkan dalam penelitian ini.
5. Prosedur penelitian dimulai dengan penjelasan prosedur tindakan penelitian.

Selama prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan


mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena
itu saya bersedia / tidak bersedia *) secara sukarela menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.

Bengkulu,...........................2022
Peneliti , Responden,

(…………………...………..) (..............................................)
Saksi,

(....................................................)
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
LEMBAR KONSUL KARYA ILMIAH AKHIR NERS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU TAHUN AJARAN 2021/2022

Nama : Harum Maulidia Ningsih


NIM : P05120421023
Pembimbing KIAN : Ns. Hermansyah, S.Kep., M.Kep
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Perawatan Jantung Pada
Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan
Gangguan Penurunan Curah Jantung Di Ruangan
ICCU RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022

NO HARI/TANGGAL MASUKAN PEMBIMBING PARAF


Rabu, 24 Pengarahan Judul
1.
November 2021  Cari judul yang diminati
Konsultasi Judul
 Acc judul
Senin, 29
2.  Cari jurnal pendukung
November 2021
 Sesuaikan judul dengan SDKI
 Lanjut BAB 1
Konsultasi BAB I proposal
 Cari data dari tahun 2018-2020
Selasa, 25 Januari
3.  Tambahkan penjelasan pada tujuan
2022
studi kasus
 Perbaiki penulisan setiap paragraf
Konsultasi BAB II proposal
 Tambahkan sumber dan judul pada
setiap gambar, tabel dan gambar
Rabu, 26 Januari
4.  Tambahkan materi kebutuhan sirkulasi
2022
 Tambahkan jurnal pendukung sesuai
intervensi
 Perbaiki penulisan setiap paragraf
Konsultasi BAB III proposal
 Perbaiki subjek studi kasus
Kamis, 27 Januari  Perbaiki definisi operasional
5.
2022  Perbaiki waktu dan tempat penelitian
 Lengkapi jurnal di daftar pustaka
 Lengkapi lampiran
Jum’at, 28 Januari
6. ACC Proposal KIAN
2022
Konsultasi masalah pasien kasus yang
7. Sabtu, 14 Mei 2022
dikelola
Konsultasi BAB 4-5
 Perbaiki pengkajian
8. Senin, 16 Mei 2022  Tambahkan data objektif di
implementasi
 Tambahkan keterbatasan penelitian
Konsultasi BAB 6
9. Rabu, 18 Mei 2022  Perbaiki kesimpulan
 Perbaiki isi dari pembahasan saran
Konsultasi revisi BAB 4-6
Jum’at, 20 Mei  Perbaiki penulisan
10.
2022  Perbaiki SOP
 Tambahkan lampiran
Konsultasi revisi BAB 4-6
Selasa, 24 Mei
11.  Tambahkan lampiran
2022
 Lengkapi KIAN dari BAB 1-6
12. Rabu, 25 Mei 2022 ACC KIAN

Anda mungkin juga menyukai