Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN
“TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT JEAN PIAGET’’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi dalam Keperawatan

i
Disusun Oleh :

Dwiti Hikmah Sari : 16. IK. 466


I Putu Suparlika : 16.IK .472

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2017

ii
Kata Pengantar

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayahnya kepada kita, sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT JEAN PIAGET’’Atas
dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka kami banyak
mengucapkan terimakasih.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang


maksimal dan mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki,
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi
bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan krtikik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu
kesempurnaan.

Banjarmasin, 06 November 2017

Penyusun

iii
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................
ii
Daftar Isi.....................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Jean Piaget.......................................................................................
3
B. Teori Belajar Menurut Piaget.........................................................................
4
C. Konsep Teoritis Utama .................................................................................
5
D. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget...........................................................
7
E. Langkah Pembelajaran...................................................................................
10
F. Implikasi Teori Piaget Dalam Pendidikan.....................................................
11
G. Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran Matematika..............................
13
H. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Piaget......................................................
16

iv
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................
17
B. Kritik Dan Saran.............................................................................................
17

Daftar Pustaka

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam dunia pendidikan, setiap siswa mempunyai hak yang sama


untuk memperoleh hasil akademik yang baik dan memuaskan. Namun
dalam realitas atau kenyataan yang sekarang terjadi, setiap siswa pasti
memperoleh hasil akademik yang berbeda-beda. Ada yang sangat
memuaskan, sedang, ataupun mengecewakan. Dalam arti mengecewakan di
sini, mereka tidak dapat menerima apa yang seharusnya menjadi hak setiap
siswa untuk memperoleh hasil akademik yang memuaskan. Salah satu hal
yang menyebabkan itu semua terjadi yaitu terletak pada masalah yang
timbul dari siswa itu sendiri. Mereka mungkin mengalami masalah pada
kesulitan belajar yang menyebabkan hasil akademiknya mengecewakan.
Banyak sekali faktor-faktor yang mengarah pada kesulitan belajar, namun
kami di sini juga akan memberikan kiat ataupun alternatif dalam mengatasi
masalah kesulitan belajar.
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi
belajar. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting
prooses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif,
tingkah laku manusia tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental, seperti: motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan
sebagainya. Dan pakar yang mengemukakan teori kognitif ini ialah Jean
Piaget.
Oleh karena itu, kita sebagai calon para pendidik (guru) harus
mengetahui teori belajar Piaget tentang perkembangan kognitif. Hal ini
sangat penting bagi guru mengetahui perkembangan kognitif anak didiknya
agar dapat menunjukkan pengajaran dan mengarahkan para anak didik
secara tepat dalam mencapai tujuan umum pendidikan

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan membahas
mengenai beberapa masalah, antara lain :
1) Bagaimana teori belajar menurut Piaget?
2) Bagaimana konsep teoritis utama menurut Piaget?
3) Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget?
4) Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1) Untuk mengetahui teori belajar menurut Piaget
2) Untuk mengetahui konsep teoritis utama menurut Piaget
3) Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget
4) Untuk mengetahui implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Biografi Jean Piage

Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1898 di Neuchatel, Swiss.


Ayahnya adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi abad pertengahan.
Ibunya adalah seorang yang dinamis, inteligens, dan taqwa. Pada tahun
1916, Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana bidang biologi di
Universitas Neuchatel. Pada usia 21 tahun ia telah menyelesaikan disertasi
tentang moluska dan memperoleh gelar doctor filsafat.
Pada tahun 1920, Piaget bekerja bersama Dr. Theophile Simon di
laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran
yang kemudian diujikan. Berdasarkan hasil tes tersebut, Piaget mendapatkan
tiga pemikiran penting yang mempengaruhi berpikirnya dikemudian hari.
Pertama, Piaget melihat bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakan
cara berpikir yang bebeda. Kedua, metode klinik digunakannya untuk
mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam. Ketiga, Piaget berpikir
bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan untuk mememahami
pemikiran anak.
Pada tahun 1921, Piaget diangkat sebagai direktur penelitian di Institut
Jean-Jacques Rousseu di Geneva. Di situ ia memperoleh kesempatan untuk
mempelajari pemikiran anak. Hasil penelitiannya banyak dipublikasikan
pada tahun 1923-1931. Selama penelitian, Piaget semakin yakin akan
adanya perbedaan antara proses pemikiran anak dengan orang dewasa. Itulah
sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif
yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.

3
Pada tahun 1920-1930, Piaget meneruskan penelitiannya dalam bidang
perkembangan kognitif anak. Bersama dengan istrinya, ia meneliti ketiga
anaknya sendiri. Hasil pengamatan terhadap anak-anaknya ini
dipublikasikan dalam The Original of Intelligence in Children dan the
Consruction of Reality tentang tahap sensorimotor. Studinya tentang masa
kanak-kanak meyakinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari tindakan
anak, bukan dari bahasa anak. Dan akhirnya dia meninggal dunia pada
tanggal 16 September 1980 di Geneva.

B. Teori Belajar Menurut Piaget


Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak
memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai
realitas. Piaget tertarik bagaimana cara seorang anak memahami dunianya.
Dia mengamati prilaku si anak lalu menghasilkan teori yang menekankan
bahwa anak-anak memiliki cara berfikir yang berbeda dengan orang dewasa.
Dalam teori ini, proses belajar tidak hanya berhubungan dengan masalah
pematangan, karena meskipun anak-anak bergerak dari tahap yang satu ke
tahap berikutnya seiring dengan semakin dewasanya mereka, perkembangan
anak pun tergantung pada interaksi lingkungan juga termasuk interaksi
lingkungan keluarga. Ketika anak bermain, peranan orang tua dalam
mengawasi dan membimbing anak sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat
fundamental. Anak-anak yang berada di lingkungan yang mendukung
keakktifannya akan mengalami perkembangan yang lebih cepat daripada
mereka yang berada dilingkungan yang tidak mendukung.
Anak mendapat umpan balik dari lingkungannya bertujuan agar dia dapat
memperbaiki persepsinya. Misalnya, beberapa mainan akan berbunyi pada
saat digenggam oleh anak-anak yang pada bulan pertamanya sedang belajar
mengenai skema menggenggam dan mengisap mainan. Sturktur yang mereka
miliki tidak dapat menghadapi kejadian ini, dan inilah yang dinamakan

4
ketidakseimbangan, yang menyebabkan berubahnya skema, sehingga skema
dapat mengimbangi rangsangan baru tersebut. Skema baru, yang
memungkinkan anak dapat menggunakan mainan sebagai alat bunyi-bunyian,
telah terbentuk dan kali ini terjadilah keseimbangan. Anak-anak tersebut
sekarang telah mampu mengasimilasikan benda ka dalam skema barunya dan
dapat menentukan mainan mana yang dapat dibunyikan dan mana yang tidak.

C. Konsep Teoritis Utama


Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami
teori perkembangan Piaget, yaitu;
 Intelegensi (kecerdasan)
Teori Piaget sering disebut sebagai genetic epistimologi (epistimologi
genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan
intelektual. Menurut Piaget, intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis
sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin
matang secara biologis dan mendapat pengalaman, intelegensi juga
merupakan bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme
yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan
hidup mereka.   Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual
adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses
pengaturan diri (ekuilibrium)
 Skemata
Piaget menggunakan skema (schema, jamaknya skemata, schemata)
sebagai perantara favoritnya. Skema adalah cara mempersepsi,
memahami, dan berfikir tentang dunia. Kita biasa menyebutnya sebagai
kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental. Skema yang ada
pada seseorang akan menentukan bagaimana ia akan merespons
lingkungan fisik.

 Asimilasi

5
Asimilasi adalah adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Bagi guru
matematika, Teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan
menggunakan teori itu, guru akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap
perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di
sekolahnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang
tepat bagi para siswanya. Sehingga guru matematika perlu mencermati
apakah simbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam mengajar
cukup mudah dipahami siswa atau tidak, dengan mengingat tingkat
kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Secara khusus, Piaget banyak berbicara tentang pengajaran
matematika. Piaget menyarankan agar dalam pengajaran matematika
untuk murid, terlebih sebelum tahap operasional formal, lebih ditekankan
pada aktifitas, pengalaman, dan penggunaan metode aktif. Pengajaran
matematika hendaknya dimulai dengan memperkenalkan konsep yang
konkret menuju ke yang abstrak. Bagi orang dewasa, pengajaran
matematika dengan metode ceramah, masih mungkin dilakukan, namun
untuk anak-anak, sebaiknya pengajaran matematika tidak boleh
mengabaikan aktivitas pengamatan dan interaksi langsung antara siswa
dengan objek yang diamatinya.
 Akomodasi
Akomodasi adalah konsep piaget mengenai pembentukan skema agar
sesuai dengan informasi dan pengalaman baru. Dapat terjadi bahwa
dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali
tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini
orang akan mengadakan akomodasi yaitu,:
1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang
baru atau
2) memodifikasikan skema yang ada sehinggan cocok dengan
rangsangan itu

6
D. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget believed that the development of a child occurs through a
continuous transformation of thought processes. A developmental stage
consists of a period of months or years when certain development takes
place (Bobby, 2008). Although students are usually grouped by
chronological age, their development levels may differ significantly
(Weinert & Helmke in the bobby, 2008), as well as the rate at which
individual children pass through each stage. Adapun tahapan perkembangan
kognirif anak adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor ( Umur 0 – 2 Tahun )
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir
sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor
oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan
pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat,
meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Anak-anak pada
tahap ini bersifat egosentris. Segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka
referensi dirinya sendiri,dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya
dunia yang ada. Pertumbuhan kemampuan anak pada tahap ini tampak
dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok
perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan
inderanya serta mempelajari permanensi obyek
Dalam perkembangan sensorimotor ini, terdapat enam sub tahap yang
dikategorikan dengan melihat perkembangan kebolehan tertentu pada
umur yang tertentu:
 Dari 0-1 bulan (refleks)
Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar
yang ditanggapi secara refleks, spontan, tidak disengaja.

 1-4 bulan (reaksi asas sekular)

7
Bayi mulai mempunyai pengertian tentang bahagian badannya yang
tertentu, seperti bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan
matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang
ia dengar.
 4-8bulan (reaksi sekular kedua)
Bayi mulai menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik
baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali
peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder).
 8-12 bulan (reaksi kordinasi)
Bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya dan
bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku
yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu.
 12-18 bulan (reaksi sekular ketiga)
Penemuan makna baru melalui pengalaman yang dilalui oleh bayi
berlaku secara aktif.
 18 bulan-2 tahun (penggambaran pemikiran awal)
Berlakunya kombinasi mental di mana anak mulai mempunyai
upaya untuk memahami aktivitas permainan dan fungsi simbolik.

2. Tahap Preoperational ( Umur 2 - 7 Tahun )


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol
atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
Tahap pemikiran pra-operational terbagi menjadi dua :
 Pemikiran prakonseptual ( sekitar 2 - 4 tahun )
Pada tahap ini anak merepresentasikan suatu objek yang dinyatakan
dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan.
 Periode pemikiran intuitif ( sekitar 4 – 7 tahun )
Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi
pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.

8
3. Tahap Operasional Konkrit ( Umur 7 – 11 atau 12 Tahun )
Pada tahap ini anak mengembangan kemampuan untuk
mempertahankan kemampuan mengelompokkan, mengurutkan, dan
menangani konsep angka. Tetapi, selama tahap ini pemikiran anak
diarahkan pada kejadian riil. Anak dapat menyelesaikan suatu masalah
selama masalah itu nyata baginya.
Anak sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap ini. Tahap
ini merupakan awal berfikir rasional. Karakteristik anak pada tahapan ini
adalah sebagai berikut:
 Anak tidak lagi berfikir secara egosentrik.
 Perasaan ingin tahu menjadikan anak pada tahap ini akan gemar
menanyakan sesuatu yang menarik minat mereka kepada orang yang
lebih dewasa.
 Berkembangnya semangat ini seterusnya menyebabkan mereka mulai
menerima pendapat orang lain. Anak-anak akan mulai belajar,
bermain dan bergaul dengan teman sebayanya.

4. Tahap Operasional formal ( Umur 12 Tahun – Dewasa )


Tahap ini juga sering disebut tahap operasi hipotetik-deduktif yang
merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual. Pada tahap ini
pemikiran anak semakin logis, dan tidak lagi bergantung pada hal-hal
yang rill. Beberapa karakteristik anak pada tahapan ini adalah sebagai
berikut:
 Pemikiran dan penguraian pendapat individu pada tahap ini dikatakan
lebih baik dan nyata.
 Mereka dikatakan mampu membuat keputusan dan telah dapat
membuat hipotesis melalui perhatian. Individu telah mulai mencari
jalan untuk menyelesaikan masalah secara rasional dan lebih bersifat
sistematik
 Pada tahap ini anak akan lebih berhati-hati dengan pendapat dan
pedoman.

9
 Mereka mulai memikirkan tentang diri mereka dan peranan mereka
dalam masyarakat.
 Mereka telah membuat rancangan berdasarkan pegangan yang sesuai
dengan nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat.

Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada


hubungnnya dengan perkembangan kognitif :

a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan


syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-
benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi
terhadap benda-benda itu.

c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu


d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja
untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan
interksi social.

E. Langkah Pembelajaran
(Nata, 2009) Piaget merumuskan tentang empat langkah yang dapat
ditempuh dalam kegiatan belajar, langkah tersebut adalah:
 Menemukan topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik sendiri,
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “pokok bahasan manakah yang
cocok untuk eksperimentasi?” dan “Topik manakah yang cocok untuk
memecahkan masalah dalam situasi kelompok?”.
 Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut,
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “Apakah aktivitas itu memberi
kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen?”, “Dapatkah
kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?” dan “Dapatkah siswa
membandingkan berbagai cara bernalar dalam kegiatan di kelas?”.
 Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah,

10
Hal ini berpedoman pada pertanyaan lanjut yang memancing berfikir
dan memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk
menimbulkan pertanyaan spontan.
 Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan
melakukan revisi.
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “segi kegiatan apakah yang
menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar?” dan “segi
kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?”.

F. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan


Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan
intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan
intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi,
akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai
tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif
menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan
diagram berikut :

11
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang
sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki
sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika
ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan)
pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori
anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
 Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang
sudah ada dalam pikiran anak
  Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan
skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian ssimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan
penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang)
tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini
terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti

12
keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan
tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
 Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau
menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
 Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan
secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah
pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental
yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut
akomodasi.

G. Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran Matematika.


Kunci utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu
perkembangan kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh
siswa itu dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat
dikaitkan. Keterhubungan antara pengetahuan yang satu dengan
pengetahuan lainnya itu dalam istilah Piaget disebut dengan struktur
kognitif, kerangka kognitif atau skemata (schema). Jadi, skema atau
skemata adalah suatu organisasi mental yang terbentuk pada saat seseorang
berinterkasi dengan lingkungannya. Dua proses yang termasuk adaptasi
adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses dimana suatu
informasi atau pengalaman baru dimasukkan dan memperkuat kerangka
kognitif yang sudah ada dibenak siswa; dan akomodasi adalah suatu proses
perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada di benak
siswa sebagai akibat dari informasi atau pengalaman yang baru dialami.
Berikut adalah bebarapa contoh implikasi teori piaget dalam pembelajaran
matematika:
1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman
tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat
membantu anak- anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan

13
permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan
mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.

2) Tahap Preoperational ( Umur 2 - 7 Tahun )


Pada umur 4–7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi
perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi
yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang
tidak logis. Contoh: Terdapat 35 kelereng, 24 berwarna biru dan 11
merah diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut:
“Manakah yang lebih banyak kelereng biru ataukah kelereng merah?”

Dari gambar di atas, kemungkinan akan ada siswa yang menjawab lebih
banyak kelereng biru da nada siswa yang menjawab kelereng merah. Hal
ini terjadi karena anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran
keseluruhan dengan pemikiran bagiannya

3) Tahap Operasional Konkrit ( Umur 7 – 11 atau 12 Tahun )


Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran
yang didasarkan pada aturan – aturan tertentu yang logis. Tahap operasi
konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang
kelihatan nyata/konkret. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi
penjumlahan (+), pengurangan (-).
Contoh:
Dimisalkan para siswa SD/MI sudah belajar tentang penjumlahan dan sudah
menguasai penjumlahan seperti 2 + 2 + 2 = 6. Pada pembelajaran tentang
perkalian, guru dapat mengawali kegiatan dengan menunjukkan adanya tiga
piring yang berisi 2 jeruk pada setiap piringnya seperti ditunjukkan gambar
di bawah ini.

14
Ketika guru meminta siswanya untuk menentukan banyaknya jeruk yang
ada, maka diharapkan para siswa akan dengan mudah menentukan
jawabannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan siswa dan dapat
diterima guru untuk menentukan hasilnya, yaitu: (1) dengan membilang dari
1 sampai 6 atau (2) dengan menjumlahkan 2 + 2 + 2 = 6. Setelah itu guru
lalu menginformasikan bahwa notasi lain yang dapat digunakan adalah 3×
2 = 6. Hal ini menyebabnya siswa paham bahwa penjumlahan berulang
ydapat disebut juga dengan perkalian.

4) Tahap Operasional Formal (Umur 12 Tahun – Dewasa)


Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada
suatu berbentuk kerucut. Seperti halnya ia ingin mengetahui volume dari
topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan
memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm. Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu
memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang (volume
kerucut).
Volume kerucut = ⅓(luas alas)(tinggi kerucut)
= ⅓ × л × r² × t²
= ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
= 154 cm³

15
H. Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget
Kelebihan:
 Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
 Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
 Menjadikan proses berfikir siswa llebih kreatif
 Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
(problem solving)
 Siswa diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temanya.

Kekurangan:
 Tidak dapat diukur hanya satu orang siswa saja, melainkan kita harus
melihat kemampuan mereka
 Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan pada benda-benda atau
peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit
dengan realitas.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget mendeskripsikan tahap
perkembangan anak dalam empat tahap utama, yaitu: (1) sensorimotor (0-2
tahun), di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan
menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-operasional (2-7 tahun), di
mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi konkret (7-11
tahun), di mana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan
atau peimikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan
(4) operasi formal (11 tahun-dewasa), di mana anak dapat memikirkan
situasi hipotesis secara penuh.
Konsep utama dalam teori piaget adalah intelegensi (kecerdasan), skema,
asimilasi dan akomodasi. Sedangkan kunci utama teori Piaget yang harus
diketahui guru matematika yaitu perkembangan kognitif seorang siswa
bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau
pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.

B. Kritik dan Saran


Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa kami memiliki banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
pembaca pada umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri .2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hergenhahn, B. R dan Olson, M. H. 2008. Theories Of Learning. Jakarta:


Kencana

Hill, W. F. 2011. Theories of Learning. Bandung: Nusa Media

Ojose, Bobby. 2008. Applying Piaget’s Theory of Cognitive Development to


Mathematics Instruction. Journal The Mathematics Educator. Vol. 18, No.
1, 26–30.

Santrok, J. W. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

18

Anda mungkin juga menyukai