ILMU KEPERAWATAN
“TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT JEAN PIAGET’’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi dalam Keperawatan
i
Disusun Oleh :
ii
Kata Pengantar
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayahnya kepada kita, sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT JEAN PIAGET’’Atas
dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka kami banyak
mengucapkan terimakasih.
Penyusun
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................
ii
Daftar Isi.....................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Jean Piaget.......................................................................................
3
B. Teori Belajar Menurut Piaget.........................................................................
4
C. Konsep Teoritis Utama .................................................................................
5
D. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget...........................................................
7
E. Langkah Pembelajaran...................................................................................
10
F. Implikasi Teori Piaget Dalam Pendidikan.....................................................
11
G. Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran Matematika..............................
13
H. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Piaget......................................................
16
iv
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................
17
B. Kritik Dan Saran.............................................................................................
17
Daftar Pustaka
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan membahas
mengenai beberapa masalah, antara lain :
1) Bagaimana teori belajar menurut Piaget?
2) Bagaimana konsep teoritis utama menurut Piaget?
3) Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget?
4) Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika?
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Pada tahun 1920-1930, Piaget meneruskan penelitiannya dalam bidang
perkembangan kognitif anak. Bersama dengan istrinya, ia meneliti ketiga
anaknya sendiri. Hasil pengamatan terhadap anak-anaknya ini
dipublikasikan dalam The Original of Intelligence in Children dan the
Consruction of Reality tentang tahap sensorimotor. Studinya tentang masa
kanak-kanak meyakinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari tindakan
anak, bukan dari bahasa anak. Dan akhirnya dia meninggal dunia pada
tanggal 16 September 1980 di Geneva.
4
ketidakseimbangan, yang menyebabkan berubahnya skema, sehingga skema
dapat mengimbangi rangsangan baru tersebut. Skema baru, yang
memungkinkan anak dapat menggunakan mainan sebagai alat bunyi-bunyian,
telah terbentuk dan kali ini terjadilah keseimbangan. Anak-anak tersebut
sekarang telah mampu mengasimilasikan benda ka dalam skema barunya dan
dapat menentukan mainan mana yang dapat dibunyikan dan mana yang tidak.
Asimilasi
5
Asimilasi adalah adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Bagi guru
matematika, Teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan
menggunakan teori itu, guru akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap
perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di
sekolahnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang
tepat bagi para siswanya. Sehingga guru matematika perlu mencermati
apakah simbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam mengajar
cukup mudah dipahami siswa atau tidak, dengan mengingat tingkat
kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Secara khusus, Piaget banyak berbicara tentang pengajaran
matematika. Piaget menyarankan agar dalam pengajaran matematika
untuk murid, terlebih sebelum tahap operasional formal, lebih ditekankan
pada aktifitas, pengalaman, dan penggunaan metode aktif. Pengajaran
matematika hendaknya dimulai dengan memperkenalkan konsep yang
konkret menuju ke yang abstrak. Bagi orang dewasa, pengajaran
matematika dengan metode ceramah, masih mungkin dilakukan, namun
untuk anak-anak, sebaiknya pengajaran matematika tidak boleh
mengabaikan aktivitas pengamatan dan interaksi langsung antara siswa
dengan objek yang diamatinya.
Akomodasi
Akomodasi adalah konsep piaget mengenai pembentukan skema agar
sesuai dengan informasi dan pengalaman baru. Dapat terjadi bahwa
dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali
tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini
orang akan mengadakan akomodasi yaitu,:
1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang
baru atau
2) memodifikasikan skema yang ada sehinggan cocok dengan
rangsangan itu
6
D. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget believed that the development of a child occurs through a
continuous transformation of thought processes. A developmental stage
consists of a period of months or years when certain development takes
place (Bobby, 2008). Although students are usually grouped by
chronological age, their development levels may differ significantly
(Weinert & Helmke in the bobby, 2008), as well as the rate at which
individual children pass through each stage. Adapun tahapan perkembangan
kognirif anak adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor ( Umur 0 – 2 Tahun )
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir
sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor
oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan
pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat,
meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Anak-anak pada
tahap ini bersifat egosentris. Segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka
referensi dirinya sendiri,dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya
dunia yang ada. Pertumbuhan kemampuan anak pada tahap ini tampak
dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok
perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan
inderanya serta mempelajari permanensi obyek
Dalam perkembangan sensorimotor ini, terdapat enam sub tahap yang
dikategorikan dengan melihat perkembangan kebolehan tertentu pada
umur yang tertentu:
Dari 0-1 bulan (refleks)
Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar
yang ditanggapi secara refleks, spontan, tidak disengaja.
7
Bayi mulai mempunyai pengertian tentang bahagian badannya yang
tertentu, seperti bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan
matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang
ia dengar.
4-8bulan (reaksi sekular kedua)
Bayi mulai menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik
baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali
peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder).
8-12 bulan (reaksi kordinasi)
Bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya dan
bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku
yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu.
12-18 bulan (reaksi sekular ketiga)
Penemuan makna baru melalui pengalaman yang dilalui oleh bayi
berlaku secara aktif.
18 bulan-2 tahun (penggambaran pemikiran awal)
Berlakunya kombinasi mental di mana anak mulai mempunyai
upaya untuk memahami aktivitas permainan dan fungsi simbolik.
8
3. Tahap Operasional Konkrit ( Umur 7 – 11 atau 12 Tahun )
Pada tahap ini anak mengembangan kemampuan untuk
mempertahankan kemampuan mengelompokkan, mengurutkan, dan
menangani konsep angka. Tetapi, selama tahap ini pemikiran anak
diarahkan pada kejadian riil. Anak dapat menyelesaikan suatu masalah
selama masalah itu nyata baginya.
Anak sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap ini. Tahap
ini merupakan awal berfikir rasional. Karakteristik anak pada tahapan ini
adalah sebagai berikut:
Anak tidak lagi berfikir secara egosentrik.
Perasaan ingin tahu menjadikan anak pada tahap ini akan gemar
menanyakan sesuatu yang menarik minat mereka kepada orang yang
lebih dewasa.
Berkembangnya semangat ini seterusnya menyebabkan mereka mulai
menerima pendapat orang lain. Anak-anak akan mulai belajar,
bermain dan bergaul dengan teman sebayanya.
9
Mereka mulai memikirkan tentang diri mereka dan peranan mereka
dalam masyarakat.
Mereka telah membuat rancangan berdasarkan pegangan yang sesuai
dengan nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat.
E. Langkah Pembelajaran
(Nata, 2009) Piaget merumuskan tentang empat langkah yang dapat
ditempuh dalam kegiatan belajar, langkah tersebut adalah:
Menemukan topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik sendiri,
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “pokok bahasan manakah yang
cocok untuk eksperimentasi?” dan “Topik manakah yang cocok untuk
memecahkan masalah dalam situasi kelompok?”.
Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut,
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “Apakah aktivitas itu memberi
kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen?”, “Dapatkah
kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?” dan “Dapatkah siswa
membandingkan berbagai cara bernalar dalam kegiatan di kelas?”.
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah,
10
Hal ini berpedoman pada pertanyaan lanjut yang memancing berfikir
dan memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk
menimbulkan pertanyaan spontan.
Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan
melakukan revisi.
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “segi kegiatan apakah yang
menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar?” dan “segi
kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?”.
11
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang
sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki
sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika
ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan)
pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori
anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang
sudah ada dalam pikiran anak
Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan
skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian ssimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan
penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang)
tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini
terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti
12
keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan
tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau
menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan
secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah
pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental
yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut
akomodasi.
13
permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan
mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.
Dari gambar di atas, kemungkinan akan ada siswa yang menjawab lebih
banyak kelereng biru da nada siswa yang menjawab kelereng merah. Hal
ini terjadi karena anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran
keseluruhan dengan pemikiran bagiannya
14
Ketika guru meminta siswanya untuk menentukan banyaknya jeruk yang
ada, maka diharapkan para siswa akan dengan mudah menentukan
jawabannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan siswa dan dapat
diterima guru untuk menentukan hasilnya, yaitu: (1) dengan membilang dari
1 sampai 6 atau (2) dengan menjumlahkan 2 + 2 + 2 = 6. Setelah itu guru
lalu menginformasikan bahwa notasi lain yang dapat digunakan adalah 3×
2 = 6. Hal ini menyebabnya siswa paham bahwa penjumlahan berulang
ydapat disebut juga dengan perkalian.
15
H. Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget
Kelebihan:
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
Menjadikan proses berfikir siswa llebih kreatif
Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
(problem solving)
Siswa diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temanya.
Kekurangan:
Tidak dapat diukur hanya satu orang siswa saja, melainkan kita harus
melihat kemampuan mereka
Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan pada benda-benda atau
peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit
dengan realitas.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget mendeskripsikan tahap
perkembangan anak dalam empat tahap utama, yaitu: (1) sensorimotor (0-2
tahun), di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan
menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-operasional (2-7 tahun), di
mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi konkret (7-11
tahun), di mana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan
atau peimikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan
(4) operasi formal (11 tahun-dewasa), di mana anak dapat memikirkan
situasi hipotesis secara penuh.
Konsep utama dalam teori piaget adalah intelegensi (kecerdasan), skema,
asimilasi dan akomodasi. Sedangkan kunci utama teori Piaget yang harus
diketahui guru matematika yaitu perkembangan kognitif seorang siswa
bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau
pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18