PENDAHULUAN
1
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 28 7 hari dan berlangsung
4 2 hari, dan keluar darah rata-rata adalah 40 20 ml. Perdarahan uterus
abnormal (PUA) didefinisikan sebagai perubahan frekuensi menstruasi, durasi
aliran atau jumlah darah yang keluar. Perdarahan uterus disfungsional (PUD)
adalah diagnosis pengecualian ketika tidak ada kelainan patologi pada panggul
atau menyebabkan medis lain. PUD biasanya ditandai dengan aliran menstruasi
yang berkepanjangan dengan atau tanpa perdarahan yang berat. Ini mungkin
terjadi dengan atau tanpa ovulasi.
2
BAB II
2.1. Pengertian
Perdarahan uterus abnormal dari uterus baik dalam jumlah,
frekuensi maupun lamanya, yang terjadi didalam atau diluar haid sebagai
wujud klinis gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus
hipofisis ovarium - endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi.
2.2. Etiologi
a. Perdarahan Ovulatoar
3
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari
siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia Uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah uterus
4. Kelainan darah
Anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme
pembekuan darah.
b. Perdarahan Anovulatoar
Dengan terjadinya penurunan kadar estrogen dapat timbul
perdarahan yangkadang bersifat siklik, kadang tidak teratur sama
sekali.Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut pautnya dengan jumlah
folikel. Folikel - folikelini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami
atresia dan kemudiandiganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium
yang mula-mula proliferatif dapatterjadi perubahan menjadi
hiperplasia kistik.
Etiologi
1. Sentral : psikogenik, neurogenik, hipofisis
2. Perifer : ovarial
3. Konstitusional : kelainan gizi, metabolik, penyakit endokrin
4
Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-kelainan
ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya.
Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi
seperti tabel 1.
Perdarahan uterus disfungsional biasanya berhubungan dengan satu dari
tiga keadaan ketidak seimbangan hormonal, berupa: estrogen breakthrough
bleeding, estrogen withdrawal bleeding dan progesterone breakthrough
bleeding.Pada perdarahan uterus disfungsional ovulatorik perdarahan abnormal
terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan
hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang,
insufisiensi atau persistensi korpus luteum.Perdarahan uterus disfungsional pada
wanita dengan siklus anovulatorik muncul sebagai perdarahan reguler dan
siklik.Sedang pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik perdarahan
abnormal terjadi pada siklus anovulatorik dimana dasarnya adalah defisiensi
progesterone dan kelebihan progesterone akibat tidak terbentuknya korpus luteum
aktif, karena tidak terjadinya ovulasi. Dengan demikian khasiat estrogen terhadap
endometrium tak ber lawan.Hampir 80% siklus mens anovulatorik pada tahun
5
pertama menars dan akan menjadi ovulatorik mendekati 18-20 bulan setelah
menars.
2.3. Klasifikasi
Perdarahan uterus disfungsional dikatakan akut jika jumlah per
darahan pada satu saat lebih dari 80 ml,terjadi satu kali atau berulang dan
memerlukan tindakan penghentian perdarahan segera. Sedangkan
perdarahan uterus disfungsional kronis jika perdarahan pada satu saat
kurang dari 30 ml terjadi terus menerus atau tidak hilang dalam 2 siklus
berurutan atau dalam 3 siklus tak berurutan, hari perdarahan setiap
siklusnya lebih dari 8 hari, tidak memerlukan tindakan penghentian
perdarahan segera, dan dapat terjadi sebagai kelanjutan perdarahan uterus
disfungsional akut.
2.4. Diagnosis
6
Pada wanita pramenopause dilakukan kerokan untuk memastikan ada
tidaknya tumor ganas.
7
membuktikan pengambilan sampel endometrium yang berisi algoritma
yang menunjukkan kursus manajemen dalam penilaian endometrium.
d. Ultrasonografi
Transvaginal sonografi (TVS) untuk menilai ketebalan
endometrium dan mendeteksi polip dan myomata dengan sensitivitas
80 % dan spesifisitas 69 %. Meskipun ada bukti bahwa ketebalan
endometrium mungkin menjadi indikasi patologi pada wanita
pascamenopause, seperti untuk wanita di tahun-tahun reproduksinya.
8
Meta-analisis dari 35 penelitian menunjukkan bahwa pada menopause
wanita, ketebalan endometrium 5 mm pada USG dan memiliki
sensitivitas 92 persen untuk mendeteksi penyakit endometrium serta 96
persen untuk mendeteksi cancer. Hal ini tidak membantu ketika
ketebalan antara 5 dan 12 mm.
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional secara umum
perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:
a. Umur, status pernikahan, fertilitas.
Hal ini dihubungkan dengan perbedaan penanganan pada tingkatan
perimenars, reproduksi dan perimenopause. Penanganan juga
seringkali berbeda antara penderita yang telah dan belum menikah
atau yang tidak dan yang ingin anak.
9
Pada perdarahan uterus disfungsional langkah pertama yang harus
dikerjakan adalah memperbaiki keadaan umum, termasuk pengatasan
anemia. Langkah kedua adalah menghentikan perdarahan, baik secara
hormonal maupun operatif. Setelah keadaan akut teratasi, sebagai langkah
ketiga, dilakukan upaya pengembalian fungsi normal siklus haid dengan
cara mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi.
1. PUD Ovulatoar :
- Perdarahan tengah siklus
Esterogen 0,625 1,25 mg hari ke 10 15 siklus
2. PUD anovulatoar
Hentikan perdarahan segera
- Kuret medisinalis
Esterogen 20 hari diikuti progesteron 5 hari
- Pil KB kombinasi
2 x 1 tablet 2 3 hari diteruskan 1 x 1 tablet 21 hari
- Progesteron
10 20 mg selama 7 10 hari
10
Setelah darah berhenti atur siklus haid
- Dengan esterogen progesteron selama 3 siklus
- Pengobatan sesuai kelainan
Anovulasi Stimulasi Klomifen
Hiperrolaktin Bromokriptin
Polikistik ovarii Kortikosteroid lanjutkan stimulasi
Klomifen.
1. Manajemen medis
a. Non-steroid anti-inflammatory
11
b. Agen antifibrinolytic
c. Danazol
d. Progestin
12
dalam tahun pertama pada 80 persen wanita,dan sebanyak 50
persen dengan perdarahan yang tidak teratur.
g. GnRH agonis
13
2. Manajemen Bedah
b. Penghancuran endometrium
14
c. Histerektomi
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17