PENDAHULUAN
1
2
dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.
Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan
paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti
menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi
untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. SN
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 43 tahun
Alamat : Negara Ratu, Natar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. ANAMNESIS
Hari/tanggal : Selasa, 17Mei 2016
Keluhan Utama : Kedua mata merah penglihatan normalsejak 2
hari yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Awalnya, gejala mata merah ini dirasakan hanya pada mata sebelah kanan
sejak 3 hari yang lalu, disertai dengan gatal dan mata berair, 1 hari kemudian mata
kiri juga mengalami hal yang sama. Mata pedih, kadang terasa nyeri, tidak ada
penurunan penglihatan, pandangan ganda (-),sakit kepala (-), Sekret (-), riwayat
alergi (-), batuk (-), pilek (-). Riwayat bepergian jauh seminggu yang lalu,
Riwayat Alergi :
Status Oftalmologis
OD OS
5
OD Pemeriksaan Mata OS
20/40 Visus 20/40
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Bulbus Okuli Dalam batas normal
(-) Paresis / Paralisis (-)
Edema (+), benjolan (-) Palpebra Edema (+), benjolan (-)
Hiperemis (+), edema (-), Hiperemis (+), edema (-),
Konj. Palpebra
sekret (-) sekret (-)
Hiperemis (+), hematome Hiperemis (+), Injeksi
(-), Injeksi konjungtiva Konj. Bulbi konjungtiva (+), Injeksi
(+), Injeksi siliar (-) siliar (-)
Edema, (-), Hiperemis Edema (-), Hiperemis
Konj. Fornices
(+), Sekret (-) (+), Sekret (-)
Warna putih, ikterik (-) Sklera Warna putih, ikterik (-)
Permukaan rata, Permukaan rata,
Kornea
mengkilap mengkilap
Isi jernih, kedalaman Kamera Okuli Isi jernih, kedalaman
sedang Anterior sedang
Warna coklat, kripta Warna coklat, kripta
jelas, bentuk bulat, Iris jelas, bentuk bulat,
sinekia (-) sinekia (-)
Bulat, sentral, refleks (+) Pupil Bulat, sentral, refleks (+)
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSA KERJA
OD = Konjungtivitis Virus OD
OS = Konjungtivitis Virus OS
6
Konjungtivitis Alergi
VII. PROGNOSIS
1. Medikamentosa :
Tobro ED MD No. I 3 dd gtt I ODS
Hervis ED MD No. I 3 dd gtt I ODS
RESUME
S:
Mata kanan merah (+)
Mata kiri merah (+)
Penurunan penglihatan (-)
Mata berair (+)
Gatal (+)
Kedua mata pedih (+)
Nyeri (+)
Riwayat di kucek (-)
Riwayat alergi (-)
Batuk (-)
Pilek (-)
OD konjungtiva palpebra hiperemis, konjungtiva fornices hiperemis,
konjungtiva bulbi hiperemis, injeksi konjungtiva (+), palpebra edem.
OS konjungtiva palpebra hiperemis, konjungtiva fornices hiperemis,
konjungtiva bulbi hiperemis, injeksi konjungtiva (+), palpebra edem.
7
O:
OD Pemeriksaan Mata OS
20/40 Visus 20/40
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Bulbus Okuli Dalam batas normal
(-) Paresis / Paralisis (-)
Edema (+), benjolan (-) Palpebra Edema (+), benjolan (-)
Hiperemis (+), edema (-), Hiperemis (+), edema (-),
Konj. Palpebra
sekret (-) sekret (-)
Hiperemis (+), Injeksi Hiperemis (+), Injeksi
konjungtiva (+), Injeksi Konj. Bulbi konjungtiva (+), Injeksi
siliar (-) siliar (-)
Edema, (-), Hiperemis Edema (-), Hiperemis
Konj. Fornices
(+), Sekret (-) (+), Sekret (-)
Warna putih, ikterik (-) Sklera Warna putih, ikterik (-)
Permukaan rata, Permukaan rata,
Kornea
mengkilap mengkilap
Isi jernih, kedalaman Kamera Okuli Isi jernih, kedalaman
sedang Anterior sedang
Warna coklat, kripta Warna coklat, kripta
jelas, bentuk bulat, Iris jelas, bentuk bulat,
sinekia (-) sinekia (-)
Bulat, sentral, refleks (+) Pupil Bulat, sentral, refleks (+)
OS = Konjungtivitis Virus OS
P:
- Medikamentosa :
Tobro ED 3 dd gtt 1 ODS
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1 Anatomi
Persarafan oleh N.V cabang pertama (relatif sedikit serat nyeri), sensoris
dengan free end or tactile corpuscle, yang berakhir sebagai ujung-ujung yang
lepas terutama dibagian palpebra. Pembuluh getah bening, terdapat banyak sekali.
2 Definisi
3 Etiologi
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari.1
4 Klasifikasi
B. Konjungtivitis Membranasea
C. Konjungtivitis Alergi
Keluhan:
Pengobatan: Jagalah kebersihan mata yang baik. Berikan antibiotik lokal dan
sistemik setelah sekret dibersihkan. Topikal dengan salep atau obat tetes seperti;
terramycin, kemicytin, neomycin, dan garamycin atau obat-obat kemoterapeutika
seperti sulfasetamid. Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24
jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4
kali sehari selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk
mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan1 Bila terdapat
ulkus kornea berikan sulfas atropin % 2-3 tetes sehari.
Keluhan: gatal, ngeres, rasa berat dimata, pagi hari keluar kotoran banyak, mata
terasa ada pasir.
Gejala :
Pengobatan:
14
Lokal : mata dibersihkan setiap jam dengan kapas basah disusul dengan
pemberian salep mata penisilin, bila sudah tenang berikan setiap jam.
Sistemik : Penisilin 50.000 U/kgBB IM atau sulfa peroral, bila 1-2 hari
tak ada perbaikan atau tidak tahan penisilin, berikan salep mata tetrasiklin
garamisin, kemisitin. Bila terdapat kelainan kornea ditambah sulfas atropin
% 3x sehari satu tetes. Selama pengobatan seklret diperiksa, bila 3 kali
pemeriksaan berturut turut negatif, maka boleh dipulangkan.
Dibedakan 3 stadium
1) Stadium infiltrasi
2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat. Palpebra masih bengkak, hiperemi, tapi
tidak begitu tegang, blefarospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar
terus menerus, khasnya saat palpebra dibuka sekret memancar muncrat.
2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak,
konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Konjungtiva bulbi; injeksi
konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret berkurang.
Komplikasi:
Ulkus kornea sebelah atas terjadi pada stasium I atau II, dimana
blefarospasme dan pembentukan sekret yang banyak, sekret menumpuk. Kuman
gonokok mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidup
intraseluler, sehingga menimbulkan keratitis tanpa didahului kerusakan epitel
15
Pencegahan:
MEMBRAN PSEUDOMEMBRAN
- Merupakan reaksi nekros - Merupakan endapan dari
dan koagulasi dari jaringan eksudat atau sekret pada
konjungtiva permukaan konjungtiva
- Permukaan tidak rata - Permukaan rata
- Bila diangkat menimbulkan - Bila diangkat tidak berdarah
perdarahan
Konjungtivitis membranasea
Didapat pada :
Penyulit : adanya membran dapat disusul dengan jaringan parut yang hebat
yang dapat melengketkan konjungtiva dengan bola mata dan terbentuklah
simblefaron kalau ya yang lengker margo palpebra superior inferior. Membran
dapat menutupi saluran mata yang dapat menyebabkan mata kering dan
meradang. Membran pada kornea dapat menyebabkan visus terganggu juga
menimbulkan ulkus dengan neovaskularisasi. Bila sembuh dapat menimbulkan
jaringan parut yang tebal, sehingga dapat memperhebat gangguan penglihatan
dan buta.
Pengobatan :
Konjungtivitis pseudomembranasea
D. Konjungtivitis Alergi
a. Konjungtivitis Flikten
Radang terbatas dari konjungtiva dengan pembentukan satu atau lebih dari
satu tonjolan kecil, berwarna kemerah-merahan, yang disebut flikten. Flikten
terdiri dari sel limfoid dibawah sel epitel, yang dapat mencair diujungnya,
menjadi ulkus. Bila terjadi pada konjjuntiva bulbi disebut konjungtivitis
flikten, bila terjadi di limbus disebut keratokonjungtivitis fliktens. Konjungtiva
flikten lekas sembuh tanpa meninggalkan bekas. Bila ada dilimbus dan
mengenai kornea agak lambat sembuhnya dan sering disertai pembentukan
neovaskularisasi berbentuk pita (fasikel) karena itu disebut keratitis fasikularis.
Bila terdapat banyak keratitis fasikularis sehingga membentuk pita yang lebar
maka disebut panus fasikularis atau panus fliktenularis. Kadang-kadang flikten
berpindah-pindah disebut wander phyctaen. Flikten dikornea bila sembuh
menimbulkan kekeruhan, berupa jaringan parut, karena penyakit ini cepat
sembuh dan sering kambuh maka di kornea terlihat gambaran geographic
pattern.
b. Konjungtivitis Vernalis
Suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan dianggap
sebagai suatu alergi. Banyak didapat pada musin berbunga bila empat musim,
dan didaerah panas didapatkan sepanjang masa terutama musim panas.
Terbanyak adalah usia 2-25 tahun dan banyak pada laki-laki.
Gejala kliniknya terdapat dua bentuk; antara lain bentuk palpebra dan bentuk
limbus:
Terapi :
c. Konjungtivitis Atopik
diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur
dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan.1,3
Terapi
E. Konjungtivitis Folikularis
1. Trakoma
2. Non Trakoma
1. Trakoma
ada yang menonjol kebagian stroma kornea. Bagian ini dinamakan lunula dari
Millet. Pada bagian ini dapat timbul folikel yang tertutup konjungtiva, bila
folikel ini diresorbsi maka akan timbul bekas yang disebut Hebert Periferal Pits.
Papil hipertrofi menyebabkan konjungtiva palpebra tampak seperti beludru
dengan titik merah yang merupakan neovaskularisasi. Bentuknya poligonal bila
dilihat dari atas. Sikatrik berasal dari prefolikel atau folikel. Tampak garis-garis
sejajar dengan margo palpebra yang disebut Line of Artle. Panus yaitu tirai yang
terdiri dari infiltrat dan neovaskularisasi diukur dalam mm. neovaskularisasinya
terdiri dari end arteri yang ujungnya mengadakan anastomose, sehingga tampak
sebagai sisir (comb appearance) terdapat panus aktif (terdiri dari infiltrat dan
neovaskularisasi) dan panus nonaktif (terdiri dari neovaskularisasi saja).
Stadium III; disebut stadium parut, dimulai terbentuknya sikatriks pada folikel
konjungtiva tarsal superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Pannus pada
kornea lebih nyata. Tidak jarang pada stadium ini masih terlihat trikiasis sebagai
penyakit. Pada stadium ini masih dijumpai folikel pada konjungtiva tarsal
superior.
Stadium IV; disebut stadium penyembuhan. Pada stadium ini, folikel pada
konjungtiva tarsal superior tidak ada lagi, yang ada hanya sikatriks. Pada kornea
bagian atas pannus tidak aktif lagi. Pada stadium ini dijumpai komplikasi-
komplikasi seperti entropion sikatrisiale, yaitu pinggir kelopak mata atas
melengkung ke dalam disebabkan sikatriks pada tarsus. Bersamaan dengan
enteropion, bulu-bulu mata letaknya melengkung kedalam menggosok bola mata
(trikiasis). Bulu mata demikian dapat berakibat kerusakan pada kornea, yang
mudah terkena infeksi sekunder, sehingga mungkin terjadi ulkus kornea. Apabila
penderita tidak berobat, ulkus kornea dapat menjadi dalam dan akhirnya timbul
perforasi.
Pengobatan meliputi pemberian salep atau obat tetes antibiotik yang berisi
tetracyclin dan erythromycin 3-4 kali sehari selama 4-6 minggu. Selain itu,
antibiotik tersebut juga bisa diberikan dalam bentuk tablet. Jika terjadi kelainan
bentuk kelopak mata, kornea maupun konjungtiva, mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaikinya.
2. Non Trakoma
a. Konjungtivitis Folikularis Virus Akut
1. Inclusion Conjungtivitis
24
Inclusion Blenorrhoe
Inclusion Conjungtivitis
25
2. Keratokonjungtivitis Epidemika
Terapi. Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin
akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis
akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari.
Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
3. Demam Faringokonjungtival
Terapi. Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada
orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi.
Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen
kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering,
meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus
topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam
sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine
0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu
malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima
kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali
sehari selama 7 hari.3
Penyebaran. Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang
dan oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
b. Konjungtivitis Kronika
30
c. Konjungtivitis Toksik
Merupakan konjungtivitis yang terjadi akibat iritasi kronis oleh benda asing
pada mata. Penyakit ini dapat terjadi pada satu mata (unilateral), dapat pula
bilateral, tergantung bagian yang terpajan.
Gejalanya dapat berupa rasa gatal, berair, dan rasa terbakar. Dari
pemeriksaan didapatkan injeksi konjungtiva palpebra dan bulber, kemosis,
folikel dan papil pada konjungtiva palpebra superior dan atau inferior, serta
tidak ditemukannya pembesaran kelenjar preaurikuler.
d. Folikulosis
DAFTAR PUSTAKA
1983.
http://www.aafp.org/afp/980215ap/ morrow.html:1998.
Koswandi, A. dan Robby N.L. Mata. Dalam Histologi. Jilid 4. Ed. Robby