DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AFRIANTI (PO.76.3.01.20.1.021)
NINING LESTARI (PO.76.3.01.20.1.002)
MILKAYANI (PO.76.3.01.20.1.009)
ASWEET RATU AL-VIONITA (PO.76.3.01.20.1.037)
........................................... .............................................
B. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux, jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong keatas
menuju eesofagus (saluran muskolo membranosa yang membentang dari faring
kedalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri d dada. Beberapa obat-obatan,
seperti obat anti inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispesia belum dapat ditemukan, penyebab dispepsia secara rinci
adalah :
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangann kadung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidak mempuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stres psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis, dan
lainy).
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
C. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktiss, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispesia menjadi tiga tipe :
1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas, denga gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual dan muntah
d. Upper abdominal boating
e. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer,
et al, 2017).
Syndroma dyspesia dapat bersifat ringan, sedng, dan berat, serta dapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborogmi). Pada
beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang
lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan
yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dyspesia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan
atau gejala lain yang tidak biasa, makan penderita harus menjalani
pemeriksaan.
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres.
Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa implus muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan
E. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik harus bias menyingkirkan kelainan serius,
terutama kanker lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin.
Sebagian pasien memiliki resiko kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi
empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz, M William (2004) dan Wibawa
(2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:
a. Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan
serius. Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan
ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran
pencernaan.
b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret,
dan ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes
CLO).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan
kausa organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H.
pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia
baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien dengan
keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda
alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan
yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan
kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ,
endoskopi direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi
penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan
keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan
endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan
patologis mukosa lambung.
F. Pemeriksaan medis
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
BAB II
KASUS
A. Pengkajian
Unit : Kemuning
Kamar : 3AII
Tgl. Masuk RS : 20 April 2022
Tgl. Pengkajian : 20 April 2022
I. Identifikasi
1. Pasien
Nama (Inisial) : Tn. M
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum menikah
Jumlah anak :-
Agama/Suku : Islam
Warganegara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan terakhir : SLTP
Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa
Alamat : Mammbi. Binuang
2. Penanggung Jawab
Nama : Hasmia
Umur : 61 Tahun
Alamat : Mammi
Hubungan dengan pasien : Orang tua
II. Data medik
1. diagnosa medik
saat masuk : Febris + Dyspepsia
saat pengkajian : Febris + Dyspepsia
2. pemeriksaan diagnostik
a. laboratorium : Febris+Dyspepsia
b. USG
c. Lain – lain
3. Therapy
a. Infus RL 30 tpm
b. Sanmol
c. Omeprazole
d. Neurosambi
e. Ranithidin
f. Pct
I. Keadaan Umum
A. Keadaan Sakit
Sakit
B. Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tekanan darah : 150/98 mmHg
3. Suhu : 39,4 C
4. Pernapasan : 30 x/ menit
5. Nadi : 98 x/menit
C. Antropometri
1. Lingkar Lengan Atas : 24 cm
2. Tinggi Badan : 167 cm
3. Berat Badan : 54 kg
4. Indek massa tubuh (IMT) : 20,5
5. Kesimpulan : status gizi pasien normal
D. Genogram
II. Pengkajian Pola Kesehatan
A. Pola Persepsi Kesehatan Dan Pemeliharaan Kesehatan
1. Keadaan sebelum sakit
Sebelum sakit pasien mengatakan keadaannya baik-baik saja
2. Riwayat penyakit saat ini
a. Keluhan utama :
Nyeri ulu hati
b. Riwayat keluhan utama :
Pasien masuk RS pada tanggal 20 April 2022 dengan
keluhan nyeri ulu hati,pasien mengeluh menggigil, pasien
nampak sesak pasien megeluh, Pasien mengatakan sesak
jika banyak bergerak, sakit kepala, pasien mengatakan
sulit tidur
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Keluarga pasien mengatakan belum pernah di rawat di rs
sebelumnya, keluarga pasien mengatakan pasien belum
pernah pembedahan, keluarga pasien mengatakan pasien
tidak ada alergi obat-obatan, keluarga pasien mengatakan
pasien tidak ada ketergantungan zat/minuman/obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit yang sama seperti di derita
oleh pasien.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan rambut : kulit kepala bersih
b. Kebersihan kulit kepala : tidak ada ketombe
c. Kebersihan rongga mulut :-
d. Kebersihan genetalia :-
e. Kebersihan anus :-
B. Pola Nutrisi Dan Metabolik
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien makan teratur 3 kali dalam sehari
2. Keadaan saat sakit
Sulit menelan makanan, karena nafsu makannya berkurang
C. Pola Eliminasi
1. Keadaan sebelum sakit
Sebelum sakit pasien mengatakan BAK dan BAB nya lancar
2. Keadaan sejak sakit
Setelah sakit pasien mengatakan BAB tidak lancar
ANALISA DATA
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Nama / Umur :Tn.M
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx
Tanggal/Pukul Implementasi
Keperawatan
1.
Rabu, 20 April
2022 17:00
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Posisi semi-fowler
19:45
Hasil : pasien merasa nyaman
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI KE 1
No. Dx
Tanggal/Pukul Evaluasi
Keperawatan
Rabu, 20 April S : Pasien mengatakan masih nyeri dibagian uluh
2022 pukul hati skala nyeri 5
1
18:00 wita O : Pasien nampak meringis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Memberikan aktivitas relaksasi
- Mengatur posisi tidur senyaman mungkin
Rabu, 20 April S : pasien mengatakan masih merasa sesak
2022 pukul O : pasien nampak gelisah pola napas 28x/menit
2
21:00 wita A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Memonitor pola napas
- Berikan oksigen
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI KE 2
Nama / Umur :Tn.M
Ruang / Kamar : Kemuning / 3AII
No. Dx
Tanggal/Pukul
Evaluasi
Keperawatan
Kamis,21 April S : Pasien mengatakan masih nyeri skala nyeri 4
1 2022 Pukul O : Pasien nampak tenang
09:00 wita A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Memberikan aktivitas relaksasi
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI KE 3