Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Bunuh diri adalah suatu upaya atau kesenggajaan untuk mengakhiri kehidupan secara sadar

berhasyart dan berupaya melakukan hasratnya yang ingin mati (Yosep, 2011). Bunuh diri

menurut Edwin Scheidmea dalam Kaplan (2010) adalah tindakan pembinasaan yang dilakukan

dengan sadar dan timbul keinginan dari diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional

pada kebutuhan individu yang akan menyebabkan masalah dimana tindakan tersebut dirasa

sebagai pemecah masalah terbaik.

Etiologi pada pasien resiko bunuh diri menurut (Fitria, 2011) terdapat factor presdiposisi dan

factor presipitasi sebagai berikut : Faktor Presdiposisi terdiri dari diagnosis, jadi pasien memiliki

riwayat gangguan jiwa, sifat kepribadian (antipasti, impulsive dan depresi), lingkungan dan

social (pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian tidak baik dalam

kehidupannyam penyakit kronis, perpisahan atau perceraian), riwayat keluarga dan faktor

Biokimia adapun Faktor Presipitasi terdiri dari Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan karena

stress yang sangat berlebih dialami oleh pasien. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah

melihat ataupun membaca melalui media social mengenai percobaan bunuh diri, bagi individu

yang emosinya labil hal ini akan menjadi sangat rentan.

Tanda gejala pada pasien bunuh diri ada 3 yaitu Isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri.

Isyarat : ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung. Pada kondisi ini biasanya klien

sudah mempunyai ide atau cara untuk mengakhiri hidupnya. Ancaman : diucapkan oleh klien

yang berisi keinginan dirinya untuk mati dengan bunuh diri dan mempersiapkan alat untuk
melakukan bunuh diri. Percobaan : tindakan klien melukai diri atau mencederai dirinya dengan

tujuan untuk mengakhiri hidupnya(Kaplan & Saddock, 2010).

Didapatkan pengkajian Keluarga mengatakan pasien dibawa ke RSJ karena berusaha gantung

diri, seminggu yang lalu pasien mengungkapkan ingin bunuh diri dan selalu mencari tali untuk

gantung diri di pohon. Keluarga mengatakan pasien sering marah-marah pada keluarga dan

mengancam ingin membakar rumah jika berusaha mencegahnya bunuh diri. Keluarga

mengatakan pasien mulai mudah marah semenjak 7 bulan yang lalu karena tidak dibelikan motor

ninja. Pasien mengatakan merasa malu tidak jadi dibelikan motor padahal sudah cerita ke teman-

temannya. Ibunya mengatakan dari kecil selalu menuruti apa yang diinginkan anaknya, pasien

memang terkenal manja dan harus dituruti apa yang diinginkan. Pasien jarang berminat

berkumpul dimasyarakat lebih sering dikamar untuk main games online, pasien bisa

menghabiskan lebih dari 10jam untuk main game online dikamar untuk makan dan minum

biasanya diambilkan ibunya. Pasien semenjak lulus SMA tidak bekerja dean pada malam hari

sering nongkrong dengan teman-temannya hingga dini hari. Klien kurang kooperatif. Klien saat

dikaji menjawab dengan membahas topik lain, setelah diarahkan perawat baru menjawab apa

yang ditanyakan. Klien saat menceritakan kesedihannya ekspresi datar. Klien selalu mengancam

ingin bunuh diri. Dari beberapa penjelasan teori yang ada, maka bisa disimpulkan hampir semua

yang ada diteori muncul pada kasus dengan dinamika yang lebih kompleks.

Pada rencana keperawatan menggunakan SP 1- 4 : SP 1 Pasien : Mengidentifikasi beratnya

masalah risiko bunuh diri: isarat, ancaman, percobaan (jika percobaan segera rujuk), SP 2

Pasien : Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan aman

untuk pasien), SP 3 Pasien : Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki, SP 4

Pasien : Mendiskusikan harapan dan masa depan.

Didalam intervensi keperawatan pada pasien resiko bunuh diri terdapat terapi perilaku dialetik.

Terapi perilaku dialetik adalah terapi dengan pendekatan kognitif-perilaku uang menekankan

aspek psikososial, terapi ini bertujuan untuk memperbaiki keterampilan diri pada pasien seperti

pengaturan kontrol emosi dan kemarahan, kontrol impuls, serta mengurangi upaya bunuh diri

(Robins, Schmidt III & Linehan, 2014).

Dari jurnal yang berjudul Terapi perilaku dialetik untuk resiko bunuh diri yang tinggi pada

pasien dengan gangguan jiwa yang dilakukan oleh Marsha M Linehan (2014) pada 99 responden

dengan upaya bunuh diri dan tindakan melukai diri sendiri, hasilnya terapi perilaku dialaetik

terbukti secara signifikan meningkatkan harapan ingin hidup pada pasien bunuh diri. Dan

penelitian kedua dilakukan oleh Ahmad Karbalae (2012) Terapi perilaku dialetik untuk pasien

depresi pada 12 responden hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua

kelompok dalam menurunkan tingkat depresi berat dan mengurangi kecenderungan bunuh diri.

Dengan demikian Terapi Perilaku Dialektik efektif untuk menurunkan resiko bunuh diri.
BAB V

PENUTUP

Simpulan

Proses keperawatan merupakan metode asuhan keperawatan yang ilmiah,

sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka

pemecahan masalah kesehatan klien yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.
Bunuh diri dilakukan karena adanya kebutuhan yang dihalangi atau tidak

terpenuhi, perasaan putus asa, ketidakberdayaan, adanya konflik antara keinginan

hidup dan tekanan dari masalah yang dirasakan, menyempitkan pilihan yang

dirasakan dan kebutuhan meloloskan diri; orang yang akan melakukan bunuh diri

biasanya menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan & Saddock, 2010). Saat

pengkajian didapatkan Data Subjektif : Keluarga mengatakan pasien dibawa ke

RSJ karena berusaha gantung diri, seminggu yang lalu pasien mengungkapkan

ingin bunuh diri dan selalu mencari tali untuk gantung diri di pohon. Keluarga

mengatakan pasien sering marah-marah pada keluarga dan mengancam ingin

membakar rumah jika berusaha mencegahnya bunuh diri. Keluarga mengatakan

pasien mulai mudah marah semenjak 7 bulan yang lalu karena tidak dibelikan

motor ninja. Pasien mengatakan merasa malu tidak jadi dibelikan motor padahal

sudah cerita ke teman-temannya. Ibunya mengatakan dari kecil selalu menuruti

apa yang diinginkan anaknya, pasien memang terkenal manja dan harus dituruti

apa yang diinginkan. Data Objektif : Klien kurang kooperatif. Klien saat dikaji

menjawab dengan membahas topik lain, setelah diarahkan perawat baru

menjawab apa yang ditanyakan. Klien saat menceritakan kesedihannya ekspresi

datar. Klien selalu mengancam ingin bunuh diri.

Diagnosa prioritas adalah reisko bunuh diri dengan intervensi keperawatan

menggunakan SP 1- 4 : SP 1 Pasien : Mengidentifikasi beratnya masalah risiko

bunuh diri: isarat, ancaman, percobaan, SP 2 Pasien : Mengidentifikasi benda-

benda berbahaya dan mengamankannya, SP 3 Pasien : Latihan cara

mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri,
latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki, SP 4 Pasien : Mendiskusikan

harapan dan masa depan. Dan melakukan implementasi keperawatan pada pasien

resiko bunuh diri dengan terapi perilaku dialetik.

Saran

Bagi Penulis

Penulis diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan asuhan keperawatan

selanjutnya pada pasien dengan gangguan jiwa dengan resiko bunuh diri.

Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan meningkatkan informasi dari berbagai sumber lain

tentang asuhan keperawatan jiwa dengan resiko bunuh diri, sehingga dapat

memberikan gambaran kepada pasien tentang mengenal dan merawat

kesehatan tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Captain, C. (2010). Assessing Suicide Risk, Nursing Mode Incredibly Easy,6 : p 46-53

Ernawati, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta :

Trans Info Media

Fitria, Nita. (2011). Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Kaplan, I, H., Sadock, J. B., & Grebb, A. J. (2010). Sinopsis Psikiatri. Tangerang :

BINAPURNA AKSARA

Karbalaee, Ahmad. (2012). Declining The Rate Of Major Depression : Effectiveeness of

Dialectical Behaviour Therapy. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.02.083

Keliat Budi Ana. (2012). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., dkk. (2019). Asuhan

Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Linehan, Marsha M. (2014). Dialectical Behavior Therapy for High Suicide Risk In

Individuals With Borderline Personality Disorder : A randomized Clinical Trial and

Component Analysis. Doi:10.1001/jamapsychiatry.2014.3039

Riskesdas. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. Jakarta.

Townsend, M.C. (2014). Psychiatric Mental Perawatan Kesehatan : Konsep Perawatan

di Bukti-Based Practice 6 Ed., FA Davis Perusahan

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi IV. Bandung : PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai