Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tahapan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat
Dosen Niken Widyastuti Hariati, S.Gz., M.Kes

Disusun oleh :

Feyza Rheznandya Annurrahmah


Anisa Rahmah
Fatimatuz Zahra
Putri Seviani
Muhammad Azhar nafarin
Ridha Ul Fitriah
Maulidah
Isma Ahdiah

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA JURUSAN GIZI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
BANJARMASIN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas izin
dari kehendak-Nya jualah makalah ini dapat kami rampungkan tepat pada
waktunya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat mengenai tahapan upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat, kami sebagai penyusun berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan pembacanya. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada ibu Niken Widyastuti Hartati,
S.Gz., M.kes telah memberikan kesempatan bagi kami untuk membuat
makalah ini, serta terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dari pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
kami harapkan kritik dan sarannya yang membangun untuk menjadikan
makalah ini semakin lengkap.

Banjarbaru, 7 Agustus 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN..................................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN..........................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................
2.1 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan bagi Kader...........................................
2.2 Proses Perwujudan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan
bagi Kader.........................................................................................................................................
2.2.1 Pengenalan kondisi wilayah...............................................................................................
2.2.2. Survey mawas diri.............................................................................................................
2.2.3 Musyawarah desa/kelurahan...............................................................................................
2.2.4 Perencanaan Partisipatif.....................................................................................................
2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan.........................................................................................................
BAB III...................................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana tertulis di pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, upaya
kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus agar
masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam pembangunan dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Nurbeti, M. 2009)
Pemerintah Indonesia memprioritaskan penurunan stunting. Pada tahun
2019, 160 kabupaten/kota di 34 provinsi ditetapkan sebagai lokasi prioritas untuk
penurunan stunting. Sebagian besar masyarakat tidak menyadarinya, meskipun
telah menjadi masalah nasional. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa masyarakat
kurang memahami penyebab, dampak, dan pencegahannya. Akibatnya, suatu
proses pembelajaran partisipatif diperlukan agar masyarakat dapat mengetahui
masalah kesehatan yang mereka hadapi serta peluang mereka, dan secara mandiri
merencanakan penyelesaian masalah kesehatan tersebut. Untuk mencegah
stunting, diperlukan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak. Kegiatan yang
dikenal sebagai posyandu di tingkat desa atau kelurahan memiliki kemampuan
untuk menyediakan pelayanan sosial dasar bagi masyarakat. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 18 Tahun 2018, Sebagai salah satu fungsi
Kemasyarakatan Desa (LKD) dan Lembaga Adat Desa (LAD), posyandu
bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, yang berdampak
pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, posyandu memainkan peran
penting dalam mempercepat penurunan stunting.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya dalam menciptakan dan
menumbuhkan kapasitas masyarakat menjadi lebih baik, baik secara individu
ataupun dalam kelompok, untuk memecahkan berbagai masalah yang berkaitan
dengan upaya meningkatkan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.

2
Pemberdayaan masyarakat membutuhkan partisipasi yang lebih besar dari
perangkat pemerintah daerah dan pihak yang lain untuk memberikan peluang dan
memastikan keberlanjutan beberapa hasil yang ingin dicapai.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan bahwa dalam
rangka melaksanakan pembangunan kesehatan diperlukan upaya peningkatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi dan bersinergi
dengan bidang lainnya sesuai kewenangan di berbagai tingkat pemerintahan.
Terdapat beberapa jenis permasalahan pemberdayaan yang terdapat di
masyarakat, salah satu di antaranya yaitu masalah pemberdayaan di bidang
kesehatan. Permasalahan kesejahteraan dalam bidang kesehatan disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya yaitu masalah kematian ibu dan bayi. Untuk itu,
terdapat beberapa tahapan untuk melaksanakan dan mencapai tujuan dari upaya
ini, yang akan kami bahas dalam makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tahapan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan bagi kader?


2. Bagaimana proses perwujudan tahapan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan bagi kader?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui tahapan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan


bagi kader
2. Untuk mengetahui proses tahapan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan bagi kader

1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Menambah pengetahuan penulis serta pembaca tentang tahapan


pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan bagi kader
2. Menambah pengetahuan penulis serta pembaca tentang proses tahapan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan bagi kader

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan bagi Kader

● Pengenalan kondisi wilayah


● Survey mawas diri
● Musyawarah desa/kelurahan
● Perencanaan partisipatif
● Pelaksanaan kegiatan UKBM
● Pembinaan kelestarian

2.2 Proses Perwujudan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat bidang


Kesehatan bagi Kader

2.2.1 Pengenalan kondisi wilayah

Langkah pertama yaitu pendataan kesehatan masyarakat seperti data


terkait penyakit menular dan tidak menular, data terkait kesehatan lingkungan,
data terkait KIA, data terkait Gizi Masyarakat, data terkait Imunisasi, data UKBM
(Posyandu) dan profil desa seperti keadaan geografis desa, keadaan demografi
desa, keadaan sosial dan pendidikan, keadaan ekonomi kependudukan, kondisi
pemerintahan desa, dan sarana umum. Langkah ini bertujuan agar langkah
selanjutnya dapat dilakukan dengan benar, dengan mempertimbangkan urgensi,
dan tingkat prioritas masalah yang akan diatasi dengan menyesuaikan profil desa
yang telah diketahui.

2.2.2. Survey mawas diri

Survei mawas diri dilakukan untuk mengetahui masalah kesehatan yang


ada di masyarakat dan urutan prioritas penanganannya, mengetahui faktor

4
penyebab masalah kesehatan, termasuk perilaku berisiko,
non-perilaku/lingkungan, dan mengetahui kebijakan yang ada di masyarakat dan
potensi yang dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah kesehatan
termasuk keberadaan UKBM.
Survei Mawas Diri (SMD) sangat penting untuk dilakukan karena
membantu masyarakat menjadi sadar akan adanya masalah kesehatan yang sedang
dihadapi memberikan kemampuan untuk mengenal, mengumpulkan data, dan
mengkaji masalah yang ada di lingkungan mereka sendiri menumbuhkan minat
dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan pentingnya mengatasi
masalah tersebut segera; dan mengeksplorasi sumber daya yang mereka miliki
atau miliki saat ini. Hasil SMD Puskesmas kemudian akan digunakan sebagai
dasar untuk menyusun solusi masalah.

Gambar 1. Tabel penggabungan pengenalan kondisi wilayah dan penyakit


yang dirasakan masyarakat dan penentuan prioritas masalah kesehatan melalui
metode USG

Permasalahan yang telah disepakati ditentukan prioritas masalahnya


dengan musyawarah mufakat atau menggunakan metode USG yaitu :
1. Keterdesakan : seberapa mendesak permasalahan itu untuk segera
diselesaikan (U).
2. Serius : Seberapa serius permasalahan itu untuk segera diselesaikan (S).
3. Perkembangan : Seberapa memungkinkan permasalahan itu menjadi
berkembang dan memburuk jika tidak segera diselesaikan (G).
Penilaian diisi dengan menggunakan skala likert 1-5 (5 = sangat besar dan 1 =
sangat kecil). Pengisian pada masing-masing kolom U, S, dan G tidak boleh
memiliki nilai yang sama. Jika nilai total permasalahan kesehatan sama, maka
dicari nilai Kemungkinan (F) yang merupakan seberapa memungkinkan
permasalahan kesehatan itu untuk segera diselesaikan.

5
Gambar 2. Tabel instrumen survei mawas diri yang disusun
tim pelaksana bersama fasilitator

Untuk memudahkan rekapitulasi, instrumen SMD disusun berdasarkan


masalah kesehatan yang menjadi prioritas dengan mempertimbangkan faktor
perilaku dan non perilaku (lingkungan dan kebijakan), serta potensi sumber daya
yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.

2.2.3 Musyawarah desa/kelurahan

Musyawarah masyarakat desa dilakukan untuk mensosialisasikan program


kesehatan dan hasil survei mawas diri, menyepakati urutan prioritas masalah
kesehatan yang hendak ditangani, menyepakati kegiatan yang akan dilaksanakan
melalui UKBM atau kegiatan lain yang memberdayakan masyarakat, memetakan
data/informasi potensi dan sumber daya desa/kelurahan, dan menggalang
partisipasi warga desa/kelurahan untuk mendukung Pemberdayaan Masyarakat.
Musyawarah masyarakat desa dihadiri oleh Kepala Desa dan jajarannya, Kepala
BPD, tim pelaksana SMD, perwakilan Puskesmas, Bidan Desa, pendamping
teknis pemberdayaan masyarakat, Kader Pembangunan Manusia, Kader
Posyandu, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

6
Gambar 3. Contoh susunan acara musyawarah masyarakat desa

Gambar 4. Contoh penyebab masalah yang didapat hasil rekap SMD

Penyebab masalah yang didapat dari hasil rekapitulasi SMD,


dimusyawarahkan bersama untuk menentukan strategi intervensi yang tepat, juga
mencari langkah kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan
yang telah ditetapkan.

2.2.4 Perencanaan Partisipatif

Tahap perencanaan partisipatif, dilakukan oleh masyarakat bersama


pemerintah desa/kelurahan, dan Kader. Perencanaan partisipatif mencakup :
UKBM yang akan dibentuk atau diaktifkan kembali, dan/atau kegiatan lain yang
memberdayakan masyarakat yang akan dilaksanakan, sarana prasarana yang

7
diperlukan untuk Pemberdayaan Masyarakat, dan rencana anggaran, jadwal
pelaksanaan, sasaran kegiatan, dan penanggung jawab.

Gambar 4. Contoh tabel perencanaan partisipatif

Pemerintah desa/kelurahan dapat menggunakan hasil dari perencanaan


partisipatif sebagai pedoman untuk menyusun rancangan rencana kerja
pemerintah desa/kelurahan dan daftar usulan rencana kerja pemerintah
desa/kelurahan. Hasil ini ditujukan pada kegiatan yang termasuk dalam
kewenangan lokal dan bersifat kearifan lokal. Hasil dari perencanaan partisipatif
yang membutuhkan dukungan puskesmas dapat digunakan sebagai dasar bagi
puskesmas untuk membuat rencana usulan kegiatan.

2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan

Perencanaan partisipatif menargetkan kegiatan yang dilakukan oleh


masyarakat melalui UKBM atau kegiatan lain seperti penggerakan masyarakat
dengan bantuan dari pendamping teknis terkait. Untuk evaluasi, juga dilakukan
pencatatan dan pelaporan terkait pelaksanaan kegiatan. Pencatatan kegiatan
UKBM dilakukan dalam format laporan yang digunakan oleh masing-masing
UKBM.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu UKBM yang dapat
dikembangkan oleh masyarakat untuk mencegah stunting. Posyandu memiliki
lima kegiatan utama: KIA, KB, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare.
Selain bekerja untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, Posyandu juga dapat

8
melakukan dan mengembangkan kegiatan sosial dasar lainnya yang dibutuhkan
masyarakat. Posyandu adalah Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) dan salah
satu tanggung jawab lokal berskala desa. Sistem Informasi Posyandu digunakan
untuk mencatat semua tindakan yang dilakukan oleh anggota Posyandu.
Pembinaan Posyandu meliputi pembinaan kelembagaan dan teknis. Yang
pertama diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri, Dinas PMD, Camat,
Kades/Lurah, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Yang kedua diberikan oleh
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. Yang terakhir
diberikan oleh Lembaga Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat.

Gambar 6. Pembinaan Kelembagaan dan Teknis


POSYANDU

2.2.6 Pembinaan Kelestarian


Pembinaan kelestarian dilakukan oleh masyarakat bersama dengan
pemerintah desa/kelurahan dan pendamping teknis sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa program pemberdayaan
masyarakat dapat berlangsung secara berkesinambungan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.

9
Gambar 7. Tahap pembinaan kelestarian

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu fokus Kementerian Kesehatan adalah pencegahan stunting,
yang memerlukan dukungan dari Lintas Sektor Terkait untuk menerapkan
intervensi spesifik dan sensitif. Pengembangan Posyandu, yang memungkinkan
berbagai layanan sosial dasar, adalah salah satu cara untuk mencegah stunting.
Posyandu adalah salah satu jenis lembaga kemasyarakatan desa yang berada di
bawah tanggung jawab lokal berskala desa. Pengembangan Posyandu berhasil
tidak hanya dilakukan oleh pimpinan dan perangkat Desa dan Pemerintahan
Kelurahan, namun banyak orang, terutama kelompok masyarakat dan mitra
potensial lainnya, dapat membantu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurbeti, M. 2009. Pemberdayaan masyarakat dalam konsep “kepemimpinan yang


mampu menjembatani ”. Rineka Cipta, Jakarta

Prohoyekti, D., Pimanih, Cahyaningrum, Nilawaty, E., Ramadityo, D., &


Noviandari P, T. R. (2019). Buku Saku TAHAP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN. Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Tahun 2019

12

Anda mungkin juga menyukai