Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. .. DENGAN


DIAGNOSA MEDIS PERDARAHAN POST PARTUM
( HEMORRHAGIC POSTPARTUM/HPP)

OLEH:
Itera Tabuni
( 1614314201022 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
NOVEMBER 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN


DIAGNOSA MEDIS PERDARAHAN POST PARTUM
( HEMORRHAGIC POSTPARTUM/HPP)

Laporan Clinical Study ini telah disetujui oleh


Pembimbing Institusi
Hari/Tanggal:Selasa/ 16 Desember 2020

Pembimbing Institusi

(Ns. Risna Yekti Mumpuni, M. Kep .)


NIK. 07314315080
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan..........................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................2
Pendahuluan......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
1.3 Manfaat.............................................................................................................3
BABII..................................................................................................................................4
Tinjauan Pustaka..............................................................................................................4
2.1 Definisi Thalasemia.........................................................................................4
2.2 Klasifikasi Thalasemia....................................................................................5
2.3 Diagnosis Klinis...............................................................................................6
2.4 Komplikasi Thalasemia..................................................................................7
2.5 Manajemen Thalasemia..................................................................................7
2.6 Aspek Pencegahan dan Konseling.................................................................8
BAB III...............................................................................................................................11
Asuhan Keperawatan........................................................................................................11
3.1 Kasus.................................................................................................................11
3.2 Pathway............................................................................................................18
3.3 Analisis Data....................................................................................................19
3.4 Diagnosa Keperawatan Prioritas...................................................................21
3.5 NOC dan NIC...................................................................................................22
3.6 Implementasi dan Evaluasi.............................................................................28
BAB IV...............................................................................................................................29
Penutup...............................................................................................................................29
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................32
4.2 Saran.................................................................................................................32
Daftar Pustaka...................................................................................................................33
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diagnosa Medis Perdarahan
Post Partum (Hemorrhagic Postpartum/Hpp)” dengan baik dan tidak ada halangan apapun.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Risna Yekti Mumpuni,S.Kep.,M.Kep. selaku dosen pembimbing clinical study
departemen KeperawatanAnak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tugas ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi semangat dan dukungan kepada kami.
3. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa hasil diskusi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang akan membangun makalah ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna
bagi kita semua.

Malang, 16 Desember 2020

Penyusun
BAB l

PENDAHULUHAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan peristiwa yang alamiah, mulai dari terjadinya


pembuahan (konsepsi) hingga proses pertumbuhan janin di dalam rahim. Proses
kehamilan yang normal terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir
dari kelahiran (38 minggu dari pembuahan) Fase kehamilan dibagi ke dalam tiga fase
atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan trimester. Trimester pertama adalah
periode minggu pertama sampai minggu ke-13 kehamilan, trimester kedua adalah
periode minggu ke-14 sampai minggu ke-26, dan trimester ketiga mulai minggu ke27
sampai kehamilan cukup bulan dansemua wanita hamil beresiko komplikasi
obstetrik.Komplikasi yang mengancam jiwa kebanyakan terjadi Selama persalinan,
dan ini tidak dapat diprediksi
Perdarahan setelah melahirkan atau hemorrhagic post partum (HPP)
adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di
traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Efek perdarahan banyak
bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran.
Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan
darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat
banyak.
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi diantara negara-negara
ASEAN 359/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Provinsi Bali tahun
2015 83,51/100.000 kelahiran hidup tahun 2016 78,72/100.000 kelahiran hidup.
Dari 50 kasus kematian ibu di Bali selama Tahun 2016 13 kasus kematian ibu
Perdarahan (26,00%).

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Perdarahan post partum
((Hemorrhagic Postpartum/Hpp)”

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui Definisi Perdarahan post partum (Hemorrhagic
Postpartum/Hpp)
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Perdarahan post partum (Hemorrhagic
Postpartum/Hpp)
3. Untuk mengetahui Diagnosis Perdarahan post partum (Hemorrhagic
Postpartum/Hpp)
4. Untuk mengetahui Manajemen Perdarahan post partum (Hemorrhagic
Postpartum/Hpp)
5. Untuk mengetahui Pencegahan Perdarahan post partum (Hemorrhagic
Postpartum/Hpp)

1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui Definisi Perdarahan post partum (hemorrhagic post partum/hpp)
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Perdarahan post partum (hemorrhagic post
partum/hpp)
3. Untuk mengetahui Diagnosis Perdarahan post partum (hemorrhagic post
partum/hpp)
4. Untuk mengetahui Manajemen Perdarahan post partum (hemorrhagic post
partum/hpp)
5. Untuk mengetahui Pencegahan Perdarahan post partum (hemorrhagic post
partum/hpp)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500ml atau lebih setelah
kala III selesai (setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu
serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II
dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak,
kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi dan
berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III
persalinan selesai. 28,29 Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang
hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok,
ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini
juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan
wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok.
Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan pervaginam atau > 1.000 mL
setelah persalinan abdominal (sectio cesaria). Batasan jumlah perdarahan disebutkan
sebagai “perdarahan yang lebih dari normal”, dimana telah menyebabkan perubahan
tanda vital : pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, sesak nafas
tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit.

2.2. Klasifikasi Perdarahan Postpartum


1. Perdarahan Postpartum Primer
Perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab
utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder
Perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran hingga 12
minggu setelah persalinan. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
2.3. Etiologi Perdarahan Postpartum
Penyebab langsung perdarahan postpartum terbagi atas 4T (Tonus, Tissue,
Trauma, Thrombine). Perdarahan yang diakibatkan karena pemasalahan Tonus (kontraksi
uterus yang tidak baik) adalah atonia uteri; permasalahan pada Tissue (jaringan) adalah
retensio plasenta dan sisa plasenta; permasalahan yang disebabkan karena Trauma
(perlukaan) seperti laserasi/robekan jalan lahir, inversio uteri, ruptur uteri; dan yang
terakhir permasalahan yang disebabkan oleh Thrombine yaitu permasalahan yang
diakibatkan karena gangguan faktor pembekuan darah.

1) Atonia Uteri Atonia uteri


adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah
yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Perdarahan pada atonia
uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya
plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan. Tidak terdapat kontraksi
uterus setelah massase uterus selama 15 detik.
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian
yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan pasca
persalinan. Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan ditembus
oleh pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan
sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah
partus, dengan adanya susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi
akan menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi
ini akan menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok 12 hipovolemik. Kontraksi
miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama
atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-
obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah rahim,
korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada solusio plasenta, dan
hipotermia karena resusitasi masif.

2) Retensio Plasenta Retensio plasenta


adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin
lahir. Hal tersebut disebabkan:
a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan:
o Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
o Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
o Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta).
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserata plasenta).
Terdapat jenis retensio plasenta antara lain:
 Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
 Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
 Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan serosa dinding uterus.
 Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
serosa dinding uterus.
 Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

3) Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang disebabkan
oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera
setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Apabila terdapat
beberapa bagian plasenta yang tertinggal di dalam rahim maka harus
dilakukan eksplorasi ke dalam rahim, sisa plasenta dikeluarkan secara
manual yaitu dengan kuretase dan pemberian uterotonika untuk
menghentikan perdarahan. 31,35
4) Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke
dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Pada
inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus
uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang
sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah
plasenta keluar. Sebab inversio uteri yang tersering adalah kesalahan
dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan
menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari insersinya.
Menurut perkembangannya inversio uteri dibagi dalam beberapa tingkat:
a) Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari
ruang tersebut
b) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina
c) Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak
di luar vagina.
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas. Akan tetapi,
apabila kelainan itu sejak awal tumbuh dengan cepat, seringkali timbul
rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok.

5) Ruptur Uteri
Ruptur uteri adalah robeknya otot uterus yang utuh atau bekas
jaringan parut pada uterus setelah janin lahir. Ruptur sempurna melibatkan
ketiga lapisan otot uterus dan mungkin disebabkan oleh perlemahan
jaringan parut pada persalinan sesar, trauma obstetri, kelainan uterus, atau
trauma eksternal. Tanda-tanda pada ruptur meliputi rasa sakit yang sangat
dan hilangnya kontraksi, perdarahan per vagina kemungkinan terlihat
tetapi biasanya tidak parah, dan perdarahan internal. Ruptur uteri
mengakibatkan janin terdorong ke dalam abdomen menjadi lebih aktif
karena mengalami asfiksia, denyut jantung 16 janin (DJJ) menjadi
melemah dan kemudian hilang karena janin mati.
6) Laserasi Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
39 Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Robekan jalan lahir
selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu
sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan
dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptur
uteri)
7) Thrombin (Kelainan pembekuan darah)
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering perdarahan postpartum adalah
atonia uteri, yang disusul dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun,
gangguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan
postpartum. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan
penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan
darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun 18 didapat. Kelainan
pembekuan darah dapat berupa hipofibrinogenemia, trombositopenia,
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP syndrome
(hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), Disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional coagulopathy.
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa
kondisi kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia
dan sepsis intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi
darah inkompatibel, aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan
koagulasi yang sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang potensial
menimbulkan gangguan koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya
sehingga persiapan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum
dapat dilakukan sebelumnya.

2.4. Gejala Klinik Perdarahan Postpartum


Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum
hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan
adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami perubahan
besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak
darah tersebut menimbulkan 19 tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan
lain-lain.
Gambaran klinis pada hipovolemia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel
2. Gambaran Klinis Perdarahan Postpartum

Volume darah Tekanan darah Tanda dan Derajat syok


yang hilang (sistolik gejala

2.5.Pencegahan Perdarahan Postpartum

Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan memudahkan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil
saat perawatan antenatal dan melahirkan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan,
semua kehamilan mempunyai risiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah
satunya adalah perdarahan postpartum. 38 Pencegahan perdarahan postpartum
dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III. Manajemen aktif kala III adalah
kombinasi dari pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir, peregangan tali
pusat terkendali, dan melahirkan plasenta. Setiap komponen dalam 21 manajemen
aktif kala III mempunyai peran dalam pencegahan perdarahan postpartum. 44
Semua wanita melahirkan harus diberikan uterotonika selama kala III persalinan
untuk mencegah perdarahan postpartum. Oksitosin (IM/IV 10 IU)
direkomendasikan sebagai uterotonika pilihan.
Uterotonika injeksi lainnya dan misoprostol direkomendasikan sebagai alternatif
untuk pencegahan perdarahan postpartum ketika oksitosin tidak tersedia.
Peregangan tali pusat terkendali harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih dalam menangani persalinan. Penarikan tali pusat lebih awal yaitu kurang
dari satu menit setelah bayi lahir tidak disarankan

2.6.Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum


Penanganan pasien dengan perdarahan postpartum memiliki dua
komponen utama yaitu resusitasi dan pengelolaan perdarahan obstetri yang
mungkin disertai syok hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan penyebab
dari perdarahan. Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum mengharuskan
kedua komponen secara simultan dan sistematis ditangani. 44 Penggunaan
uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama) memainkan peran sentral
dalam penatalaksanaan perdarahan postpartum. Pijat rahim disarankan segera
setelah diagnosis dan resusitasi cairan kristaloid isotonik juga dianjurkan.
Penggunaan asam traneksamat disarankan pada kasus perdarahan 22 yang sulit
diatasi atau perdarahan tetap terkait trauma. Jika terdapat perdarahan yang terus-
menerus dan sumber perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus harus
dipertimbangkan. Jika kala tiga berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali
pusat terkendali dan pemberian oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk
menangani retensio plasenta. Jika perdarahan berlanjut, meskipun penanganan
dengan uterotonika dan intervensi konservatif lainnya telah dilakukan, intervensi
bedah harus dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut.
Rekomendasi WHO tahun 2012 untuk pengelolaan perdarahan postpartum
berupa intervensi non farmakologis sebagai berikut:
1) Pijatan uterus:
Intervensi yang aman dan murah untuk dilakukan setelah perdarahan
telah didiagnosis. 24
2) Kompresi uterus bimanual:
Dapat ditawarkan sebagai tindakan sementara dalam penanganan
perdarahan postpartum karena atonia uteri setelah persalinan
pervaginam.
3) Balon intrauterine atau tamponade kondom:
Dapat digunakan dalam penanganan perdarahan postpartum karena
atonia uterus ketika uterotonik lain gagal atau jika uterotonik tidak
tersedia. Kemungkinan infeksi adalah risiko yang terkait dengan
intervensi ini.
4) Kompresi aorta eksternal:
Dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk memperlambat
kehilangan darah dalam penanganan perdarahan postpartum karena
atonia uterus setelah persalinan pervaginam, sampai perawatan yang
tepat tersedia.
5) Embolisasi arteri uterus:
Dapat ditawarkan sebagai penanganan perdarahan postpartum karena
atonia uteri jika tindakan lain gagal dan sumber daya tersedia.
6) Pakaian anti-shock non-pneumatik:
Disarankan sebagai tindakan sementara sampai perawatan yang tepat
tersedia.

2.7. Metode Pengukuran Estimasi Kehilangan Darah


Penilaian kehilangan darah setelah persalinan diakui cukup sulit. Adapun
beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan untuk menghitung perkiraan
jumlah kehilangan darah setelah persalinan berupa estimasi visual, pengukuran
langsung dan gravimetri.
1) Estimasi Visual46,47 Estimasi visual merupakan metode yang paling sering
digunakan dalam praktek sehari-hari untuk mengukur kehilangan darah dalam
persalinan. Estimasi yang dilakukan dapat berupa:
 Pembalut Pembalut standar berukuran 20 cm mampu menyerap 100 ml
darah.
 Tumpahan darah di lantai Tumpahan darah dengan diameter 50 cm, 75
cm, 100 cm secara berturut turut mewakili kehilangan darah 500 ml, 1000
ml, dan 1500 ml.
 Kidney dish/Nierbeken Nierbeken atau kidney dish mampu menampung
500 ml darah.
 Stained incontinence pad/underpad Underpad dengan ukuran 90 cm x 60
cm, mampu menampung sampai 500 ml darah
 Kasa Kasa standar ukuran 10 cm x 10 cm mampu menyerap 60 ml darah
sedangkan kasa ukuran 45 cm x 45 cm mampu menyerap 350 ml darah.
A. PENGKAJIAN ANTENATAL
1. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. K
Umur : 40 Tahun
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :-
Alamat :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :

Nama Suami : Tn.


Umur :
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

1. ANAMNESA
a. Kunjungan Ke : Pertama
b. Keluhan-keluhan : Ny.K datang ke RSUD Maharani dengan keluhan
Perdarahan banyak dari vagina sejak 3 kain panjang +3 dan ada nyeri perut
c. Riwayat Menstruasi :
1) Haid pertama :
2) Teratur/ Tidak teratur :
3) Siklus :
4) Lamanya :
5) Banyaknya : Membasahi 3 kain panjang +3 pembalut
6) Sifat Darah : berwarna merah kehitaman
7) Dismenorrhoe :-
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
N U Usia Jenis Tempat komplikasi Pe Bayi Nifas
o mu kehamil Pers Persalinan nol
Ibu Bayi BB/ Ke Lact Keada
PB JK ada asi an
r an alina on an
1 40 Kurr Di rumah Pend - Bid 3900g Ad - -
ete arah an r a
an lan
gsu
ng
me
nag
is

2. Riwayat Kehamilan ini


a. G......P.....A..... : G3P1A1
b. HPHT :-
c. Taksiran Persalinan : -
d. Keluhan-keluhan pada
1) Trimester I : Mual dan muntah serta pusing
2) Trimester II :-
3) Trimester III :-
e. Pergerakan janin pertama kali
1) Bila pergerakan janin sudah terasa, pergerakan janin 24 jam terakhir berapa
kali:
( ) < 10X ( ) 10 – 20 X ( ) > 20 X
2) Bila >20 X dalam 24 jam, dengan frekuensi :
( ) <150 ( ) >150
f. Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan) :
1) Rasa lelah :-
2) Mual muntah yang lama :-
3) Nyeri perut : Ada
4) Panas menggigil :-
5) Sakit kepala berat : Tidak ada
6) Pengelihatan kabur : Tidak ada
7) Rasa nyeri waktu BAK : Tidak ada
8) Rasa gatal pada vulva/vagina : Tidak ada
9) Nyeri dan tegang pada tungkai : Ada sedikit
10) Oedeme : Tidak ada
g. Diet/makan
1) Makanan sehari-hari : Nasi, sayuran dan
dilengkapi susu untuk ibu
hamil
2) Perubahan makanan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu makan turun,
dll) : Tidak mengalami ngidam
h. Pola eliminasi
1) BAK :-
2) BAB :-
i. Aktivitas sehari-hari :-
j. Pola istirahat dan tidur :-
k. Seksualitas :-
l. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
m. Imunisasi TT1, tanggal : Tidak ada
n. Imunisasi TT2, tanggal : Tidak ada
o. Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB (Suntikan)
p. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita
1) Jantung : Tidak ada
2) Ginjal : Tidak ada
3) Asma/TBC Paru : Tidak ada
4) Hepatitis : Tidak ada
5) DM : Tidak ada
6) Hipertensi : Tidak ada
7) Epilepsi : Tidak ada
8) Lain-lain :-
q. Riwayat penyakit keluarga
Jantung : Tidak ada
Hipertensi :-
DM : Tidak ada
r. Riwayat sosial
Kehamilan ini : ( Ö ) direncanakan
( ) tidak direncanakan
( Ö ) diterima
( ) tidak diterima
s. Perasaan tentang kehamilan ini : Bahagia
t. Status Perkawinan : (Menikah) kawin: 1 kali
Kawin I : Umur 40 tahun, dengan
suami umur - tahun
Lamanya - tahun, anak: 1
Orang
Kawin II : Tidak pernah

3. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)


Tanda Vital
Tekanan Darah : 80/40 mmHg
Denyut Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
BB sebelum hamil : - kg
BB Sekarang : - kg
Lila :- cm
TB : - cm
Suhu : 38 0 C
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Rambut dan kulit
( Ö ) Bersih, Kotor ( ), Kelainan/ sebutkan :
2) Muka
Cloasma Gravidarum : ( ) Ya (Ö) tidak
3) Mata
Conjungtiva : ( ) anemis (Ö ) tidak
Oedeme : ( ) Ya/dimana (Ö) tidak
4) Leher :
Peningkatan JVP :( ) Ya (Ö) tidak
Pembesaran Kelnjar tiroid :( ) Ya (Ö) tidak
5) Dada
Bentuk Payudara : (Ö) Simetris ( ) tidak
Putting susu : (Ö) Menonjol ( ) tidak
Hiperpigmentasi pada : (Ö) Ya ( ) tidak
aerola mamae
Kebersihan : (Ö) Cukup ( ) kurang
Colostrum : ( ) keluar ( ) tidak
6) Abdomen
Besar sesuai usia kehamilan : (Ö) Ya ( ) tidak
Striae : (Ö) Ada ( ) tidak
Kontraksi/His : ( ) Ada/ 3 kali (Ö ) tidak
Bekas luka operasi : ( ) Ada (Ö) tidak
Operasi : tidak pernah

a. Palpasi Abdomen
Leopold I :-

Leopold II:-
Leopold III:-
Leopold IV:-

7) \Genetalia:
Vulva :
Varises : ( ) Ya (Ö) tidak
Oedeme : ( ) Ya (Ö) tidak
Keputihan : ( ) Ya (Ö) tidak
Kebersihan : (Ö ) Bersih ( ) kotor
Anus
Hemoroid : ( ) Ya (Ö) tidak
8) Ekstremitas
Oedeme kaki : ( ) Ya (Ö) tidak
Varises kaki : ( ) Ya (Ö) tidak
9) Sikiskologi ( kejiwaan):
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Kasus

Ny. K umur 40 tahun datang ke RSUD Maharani dengan keluhan pendarahan


banyak dari vagina sejak 3 jam sebelum MRS, darah berwarna merah kehitaman,
membasahi 3 kain panjang + 3 pembalut dan ada nyeri perut. Sebelum pasien melahirkan
dirumah di tolong dengan bidan, 10 hari yang lalu, BB anak 3900 gr, anak langsung
menangis. Plasenta lahir 20 menit kemudian kesan di akui oleh bidan lengkap. Selama
masa nifas, keluar darah berbongkah berwarna merah segar seperti darah haid, dan tidak
berbau. Riwayat demam tidak ada. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pucat, kesadaran composmentis kooperatif, suhu 38oC, TD 80/40 mmHg, Nadi : 98
x/menit, RR : 26 x/menit.

Anda mungkin juga menyukai