Anda di halaman 1dari 43

Pengertian Manajemen Stress

Manajemen Stres-Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.

Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala Stres yang
dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau
fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja.

Secara sederhana hal ini berarti bahwa Stres mempunyai potensi untuk mendorong atau
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat Stres yang dialami
oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).

Adapun menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.

Dan apabila pengertian Stres dikaitkan dengan penelitian ini maka Stres itu sendiri adalah
suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan
kerja mereka.

Jadi, Stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut
pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang
menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan
hasil yang baik atau sebaliknya.

Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif
untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik. (id.wikipedia.org)

Manajemen stres adalah kecakapan menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan


tanggapan secara proporsional.
Stres adalah reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita
dan bagian dari sistem pertahahan yang membuat kita tetap hidup. (Erica , all-about-
stress.com)
Stres sudah ada sejak kita dalam kandungan dan tak pernah lepas dari kehidupan kita 
A. Reaksi Stress
Reaksi fisik, reaksi yang mudah terlihat, sakit kepala, jantung deg-degan, hilang nafsu
makan, tangan dingin dsb.
Reaksi emosi, reaksi sifat ; marah-marah, cemas, mudah tersinggung, pesimis, dsb.
Reaksi Kognitif, reaksi otak, berpikir negatif, sulit konsentrasi, sulit berpikir, dsb/
Reaksi tingkah laku, reaksi sikap ; menarik diri dari pergaulan, tidur berlebihan, jadi
pendiam, jadi kasar dsb
B. Sumber stres
Tingkat ekstrim pada Stress bisa disebabkan oleh keadaan krisis dan operasional kantor
sehari-hari. Stress karena krisis bisa disebabkan oleh reaksi emosional terhadap :
Kehilangan pribadi, trauma, kegagalan misi,kesalahan manusia, pemberitaan media

Stress karena operasi sehari-hari bisa disebabkan oleh reaksi emosional terhadap : Tekanan,
tuntutan terhadap karyawan, tanggung jawab peran, kesalah pahaman, kebutuhan akan
perhatian/penghargaan, antagonismen sistem pemerintah dan pihak berwenang setempat

Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan
yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu
mengalami stress kerja.

Namun apakah sebenarnya yang dikategorikan sebagai stress kerja? Menurut Phillip L. Rice,
Penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan mengalami stress kerja
jika :

Urusan stress yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu
bekerja.

Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang
terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi
penyebab stress kerja– Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu
Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan
persoalan stress tersebut

C. Mencegah Stress
Dapatkan info memadai sebelum bertugas, pupuk kesehatan jasmani dan rohani,
Keluarkan emosi,
Gunakan waktu untuk relaks bersama keluarga (misalnya jangan tunda cuti RnR didaerah
MERAH), ambil cuti bulanan dsb

D. Menyadari Stress
Indikator stres berat jika stres tidak dikelola dengan baik : Apati/lesu, depresi, tidak bisa
tidur, makan berlebihan, penyakit ringan yang kambuhan, tidak harmonis dalam
berteman, merosotnya efisiensi dan produktifitas, konsumsi alkohol berlebihan dsb.

E. Mengelola Stress
Akui bahwa anda stress :
Jaga kesehatan rohani anda (tetap berdo'a/ mendekatkan diri kepada YANG MAHA
KUASA, keluarkan emosi anda
kendalikan rasa panik, jaga kesehatan fisik dengan baik (berolah raga), tidur yang cukup,
konsumsi makanan bergizi (Vit A, C dan B), Sering istirahat
Relaksasi, Rekreasi dengan orang-orang terdekat (keluarga), Selalu berpikir positif,
Pertimbangkan untuk melakukan konsultasi dengan orang lain atau psikolog profesional

F. Konsekuensi Yang Ditimbulkan Stres di Tempat Kerja Pada Individu Pekerja dan
Organisasi.
Stres di tempat kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada individu pekerja. Secara
fisiologis, pekerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi dapat mengalami ganguan fisik
seperti: sulit tidur, perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual,
tekanan darah dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak
tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal.

Secara psikologis, timbul ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada
emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan
dan sikap kasar. Stres juga bisa berakibat pada perubahan perilaku pekerja, seperti:
menurunnya produktivitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap organisasi.

Bagi organisasi, stres di tempat kerja dapat berakibat pada rendahnya kepuasan kerja,
kurangnya komitmen terhadap organisasi, terhambatnya pembentukan emosi positif,
pengambilan keputusan yang buruk, rendahnya kinerja, dan tingginya turnover.
Sebagaimana telah dikemukakan di awal tulisan, stres di tempat kerja pada akhirnya bisa
menyebabkan terjadinya kerugian finansial pada organisasi yang tidak sedikit jumlahnya.

G. Faktor Pemicu Terjadinya Stres di Tempat Kerja.


Ada tiga kelompok utama pemicu stres (biasa disebut stressor) di tempat kerja :
Kelompok pertama adalah faktor pribadi, seperti: keluarga, ekonomi rumahtangga, dan
karakteristik kepribadian. Adanya persoalan pada kehidupan pernikahan, perceraian serta
anak-anak yang tidak disiplin dan sulit diatur; penghasilan yang kurang mencukupi
pemenuhan kebutuhan rumahtangga dan gaya hidup; serta kepribadian yang tertutup,
mudah tersinggung, perfeksionis, sangat berorientasi pada waktu dan hasil, merupakan
beberapa contoh faktor pribadi yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres di tempat
kerja.
Kelompok kedua adalah faktor organisasi, seperti: pekerjaan, peran, dan dinamika hubungan
atau interaksi antar karyawan. Pekerjaan yang bersifat rutin, monoton, membutuhkan
kecepatan dalam pengerjaan, dengan ruang atau lokasi kerja yang bising dan panas;
tuntutan peran yang tidak jelas atau bertentangan dengan sistem nilai yang dianut; serta
hubungan kerja antar rekan yang tidak cocok, apalagi bila diwarnai dengan adanya
konflik mental maupun fisik, merupakan beberapa contoh faktor organisasi yang dapat
menjadi pemicu terjadinya stres di tempat kerja. Selain itu juga budaya perusahaan yang
sangat menekankan individualisme dan persaingan, struktur organisasi dengan kontrol
dan komando yang ketat, kurangnya penguasaan terhadap teknologi yang digunakan,
serta perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat di dalam perusahaan.
Kelompok ketiga adalah faktor lingkungan, seperti: ekonomi, politik, dan teknologi.
Ketidakpastian kondisi politik, krisis ekonomi negara yang berkepanjangan, serta
perkembangan teknologi yang mengancam kelangsungan kerja merupakan beberapa
contoh faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres di tempat kerja.
H. Strategi Menangani Stres di Tempat Kerja
Kemampuan individu dalam menangani stres di tempat kerja berbeda-beda. Dalam
menghadapi stressor yang sama, misalnya deadline waktu penyelesaian suatu tugas,
tingkat atau konsekuensi stres yang dialami bisa berbeda. Karyawan yang satu bereaksi
terhadap stressor tersebut dengan tetap rileks dan fokus. Sedangkan rekannya terlihat
panik dan tegang dalam penyelesaian tugas, serta menjadi mudah marah.

Secara individu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan karyawan untuk mengendalikan stres
di tempat kerja. Cara tersebut diantaranya adalah dengan menerapkan manajemen waktu,
secara rutin melakukan latihan fisik dan mental seperti olahraga dan relaksasi, serta
membina jejaring sosial yang luas. Sedangkan secara organisasi, ada lima strategi yang
bisa dilakukan perusahaan untuk membantu karyawan menangani stres di tempat kerja.
Kelima strategi adalah: menghilangkan stressor atau pemicu stres, menjauhkan karyawan dari
stressor, mengubah persepsi karyawan terhadap stressor, mengendalikan konsekuensi dari
stres, dan menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang menghadapi stres.

Contoh praktek manajemen stres yang dilakukan perusahaan terkait dengan kelima strategi di
atas adalah: konseling klinis dan personal, uraian pekerjaan yang jelas, jaminan kerja
seperti asuransi dan tunjangan kesehatan, jam kerja yang fleksibel, tempat atau sarana
bagi karyawan melakukan meditasi, berolahraga atau berkesenian, keterlibatan karyawan
dalam proses pengambilan keputusan dan perubahan di perusahaan, serta program-
program yang terkait dengan perbaikan kesehatan karyawan.

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres


Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan Stres disebut Stressors. Meskipun Stres dapat
diakibatkan oleh hanya satu Stressors, biasanya karyawan mengalami Stres karena
kombinasi Stressors.

Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya Stres yaitu :

1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.

Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan Stres bagi karyawan
yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena Stres. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.
Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan
cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.

2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan Stres yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin
dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.

b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat
menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam
organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat
perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.

c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan
jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan
dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua
yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan
yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin
yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
Stres. Pengertian dari tingkat Stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi
suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam
mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana
semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai
sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563).

3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara
keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan
karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang.
Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan
keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap
individu yang dapat menimbulkan Stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki
oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala Stres yang timbul pada tiap-tiap
pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

J. Cara Menanggulangi Stres


Karena Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan,
kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur
dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif
lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres.

Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis. 


1. Lapis pertama ~ primary prevention
Dengan cara merubah cara kita melaku kan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki
skills yang relevan, misal-nya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill
mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst. 

2. Lapis kedua ~ Secondary prevention


Strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi,
istirahat , meditasi, dst.

3. Lapis ketiga ~ Tertiary prevention 


Strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta
bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.

K. Indikasi/gejala stress 
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa
gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu : 
Gejala fisiologik , antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat
(terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang
air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst .
Gejala psikologik , antara lain : resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit
mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb.
Tingkah laku, antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan
kaki, ticks, Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang). 
L. Dampak akibat stress 
Apakah dampak stress? Sebagaimana terlihat pada diagram 01, dampak stress dibedakan
dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik dan dampak perilaku~
behavioral 

1. Dampak Fisiologik : 
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti :
mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan
atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih
serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.

2. Dampak Psikologik: 
Adapun dampak psikologik antara lain:
Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral
bagi terjadinya ‘burn – out’.
Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan
kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘sesorang’.
Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa
kompeten & rasa sukses.
3. Dampak Perilaku 
Dampak perilaku seperti:
Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku
yang tidak berterima oleh masyaraka.
Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
M. Penyebab Orang Mengalami Stres
Stres yang dialami oleh seseorang biyasanya selalu berkonotasi negatif karena akan
mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri dapat juga membantu proses mengingat
yang dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres bisa meningkatkan
glokosa yang menuju ke otak, yang memberikan energi lebih kepada neuron.
Hal dapat mendorong untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi
lain jika stres dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya
pengiriman glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.

Adapun hal-hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya stress adalah sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan
mereka.
Ketidakpastian Politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
Perubahan Teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom
dimana-mana.
2. Faktor Organisasional
Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik
pekerjaan.
Tuntutan Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
Tuntutan Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjain
hungan yang buruk.
3. Faktor personal.
Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan
keluarga.
Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan.
Berasal dari kepribadiannya sendiri.
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang hadapi secara
personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang sangat tidak diharapkan
setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun
sangat tidak menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah tersebut. Oleh karena
itu peran sebagai pemimpin atau manajer sangat berperan supaya bisa menyelesaikan
masalah tersebut agar tidak mengganggu organisasi. 

N. Dampak Dan Akibat Dari Stress


Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti sangat sering terjadi.
Hal ini lah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak terganggu. Semua bisa di atasi
asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang
mendapatkan tekanan diluar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan
mengalami stres pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak termasuk
dengan daya ingat.

Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational Behavior (Robbin),
dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala Fisiologis, Psikologis, dan Perilaku.
Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan sakit jantung.
Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja.
Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan.
Semua gejala-gejala yang disebutkan diatas tentu sangat membuat ketidak nyamanan setiap
orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala tekanan stres yang dialaminya. Bahkan
sampai pada tingkatan stres yang tinggi dalam gejala psikologis, seseorang bisa berfikir
untuk mengakhiri hidupnya. Tekanan yang dirasa sudah cukup berat lah yang membuat
dampak seperti itu.

O. Manajemen stres atau cara mengatasi stress


Ada dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:

1. Pendekatan Individual
Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres.
Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan
pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja.
Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat.
Waktu bekerja antara jm7 pagi sampai jm6 sore, setelah itu kemungkinan daya tingkat
kejenuhan seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk
mengembalikan rasa lelah.

Penambahan waktu olah raga


Dalam tubuh manusia diperluakan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf
motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang
dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1
minggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga
yang ringan.

Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi
lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi
relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh
dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai.
Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.

Perluasan jaringan dukungan social


Berhubungan dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan
mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa
kita manfaatkan sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami.
Terkadang setiap orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia
adalah makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.

2. Pendekatan Organisasional
Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi
yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh.
Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan
membuat keputusan partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan
proses struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja,
memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan
mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.

Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.


Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang dimiliki oleh seyiap orang mungkin akan
berbede satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat
menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan

Penyesuaiaan penempatan yang baik dan penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu
perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya
seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya
akan kesulitan.

Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.


Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga
terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan peran
suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu sangat
diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri.
Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga
ambigious itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu
konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.

Penetapan tujuan yang realistis.


Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit maupun non
profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari
skli yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti
tentunya juga sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan
tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu
menekan anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.

Pendesainan ulang pekerjaan.


Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkina terjadi karena faktor kerjaan yang sangat
berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah
membuat teknik cara pengerjaannya.

Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang
mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika
melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres.

Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang muadah terlebih
dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit
pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa
dihindari dan bisa dikurangi.

Perbaikan dalam komunikasi organisasi.


Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat
mempermudah kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang
tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang
akan dilakukan.

Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan
mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi
dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang
dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang.
Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa.
Manajemen Stress
I. Konsep Stress
Menurut Hans Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap
tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989). Stres
adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban
kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001). Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau
mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto
Heerdjan, 1987).
Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”. “Stres adalah segala masalah atau
tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita”
(Maramis, 1999). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht
(2000) bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”. Beberapa
peneliti pada abad ini telah menghasilkan beberapa perbedaan konsep tentang stres. Tiga
dari konsep berikut ini memasukkan stres sebagai respons biologis, stres sebagai kejadian
lingkungan, dan stres sebagai transaksi antara individu dengan lingkungan.
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak
dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap sebagai
kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau
kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan
stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
II. Mekanisme Stress
Stress baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru
mengalami highlight manakala kita mempresepsi tekanan dari stressor melebihi daya
tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandang
diri kita masih bisa menahan tekanan tersebut, (yang kita presepsi lebih ringan dari
kemampuan kita menahan) maka tekanan highlight belum nyata. Akan tetapi apabila
tekanan tersebut bertambah besar (dari stressor yang sama atau dari stressor lain secara
bersamaan) tekanan menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
Selama pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya ke otak, mekanisme Stress ini
berjalan terus. Belakangan ini sejumlah penelitian paduan bidang psikologi dan syaraf
(Goleman, 2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki banyak neuron mirror yang
bekerja otonom menangkap signal pada saat kita ber- interaksi sosial, kemudian
membangun (set-up) sistem sirkuit yang sesuai dengan bacaannya. Dengan perkataan
lain, meskipun secara mental kita bisa melakukan adjustment, tubuh secara otonom
melakukan mekanisme pertahanan atau perlindungan sesuai bacaan neuron mirror.
Proses terjadinya stress merupakan hal yang kompleks dan melibatkan hubungan antara
perasaan dan tubuh manusia. Informasi dari lingkungan diproses melalui dua mekanisme
dasar, yaitu:
1. Mekanisme subkonsius (autonomic nervous system)
Mekanisme ini merupakan refleks fisik dan emosional yang bekerja untuk mempersiapkan
tubuh terhadap segala aksi potensial yang mungkin diperlukan. Persiapan tubuh ini
berdiri sendiri atau terpisah dari aksi akhir.
2. Mekanisme konsius
Mekanisme volunter berupa persepsi, evaluasi, dan pembuatan keputusan. Mekanisme ini
memiliki peran untuk menentukan apakah stressor yang timbul diperlukan dan berguna
atau tidak dan menimbulkan sesuatu yang buruk atau tidak. Aksi atau respon itu sendiri
adalah konsius dan dapat timbul hanya apabila kita dapat melihat dan mengevaluasi
situasi.
III. Kategori Stress
1. Stres Kepribadian (Personality Stress)
Stres kepribadian adalah stress yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang.
Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang
yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkenal stress jenis
yang satu ini.
2. Stes Psikososial (Psychosocial Stress)
Stres psikososial adalah stress yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di
sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan
baru, masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di jalan raya, diolok-olok, dan lain-
lain.
3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)
Stres bio-ekologi adalah stress yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama yaitu
ekologi/lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis
seperti akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat
penyakit dan kondisi tubuh lainnya.
4. Stres Pekerjaan (Job Stress)
Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan,
tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, ancaman phk, target tinggi, usaha
gagal, persaingan bisnis, adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya
stress akibat karir pekerjaan.
Stres sebaiknya segera ditindaklanjuti agar tidak berujung pada yang lebih parah seperti
depresi dan gila. Bimbingan konseling, psikolog, dokter, teman dekat, keluarga, pasangan
istri/suami, anak, dan sebagainya mungkin bisa membantu masalah yang kita miliki.
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat
digolongkan sebagai berikut :
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat
bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya,
atau keagamaan.
Adapun menurut Grant Brecht (2000), stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah
tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
IV. Reaksi-Reaksi Terhadap Stress
1.  Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu
penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak
menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar,
keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan agresi
Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan
serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku
kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
2.  Respon Fisiologi Terhadap Stress
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap
stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
*. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll.
Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti
yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya
pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah
ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin
berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan
yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain
yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih
lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
*. General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat
didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks
GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah
jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir
ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan
hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu
untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin
dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah
ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan
atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor
masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor
penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil,
termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel
yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS
yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti
sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor
inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
V. Strategi Penanganan Stress
Dalam penanganan stress, setidaknya ada 3 cara :
Primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini
kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya: skill mengatur waktu, skill
menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara
exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau
diperlukan meminta bantuan jaringan supportive (social-network) ataupun bantuan
profesional.
Menangani Stress Kampus
Secara sederhana, kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai
STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.
S = Study skills
Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin
diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress, seyogyanya mahasiswa
perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga saya bisa belajar secara efektif
tetapi juga effisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainnya.
T = Tempo – Time management
Skill manajemen waktu perlu juga dikuasai, untuk keperluan tersebut mahaiswa perlu
memiliki paradigma waktu yang tepat.
R = Rehat ~ Rest ~ istirahat
Tubuh kita memerlukan jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi
juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan
istirahat, leisure, santai (bukan leha-leha) maka besar kemungkinan kita mengalami
stress.
E = Eating & Exercise – Makan dan Olah raga Kebugaran
Tubuh kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga ‘exercise’ yang memadai, agar
bisa bugar.
S = Self-talk ~ percakapan kalbu
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa
mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu
bisa positif, membuat kita optimis, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-
stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita kepada hati
nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan
diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar mengganti isi
percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita.
S = Social support ~ jaringan pendukung
Manusia adalah makhluk social, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan
tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa
kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan
stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap
punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan
kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan supporifnya sehingga bisa
saling mendukung di saat diperlukan.
VI. Stress dan Kinerja
Stress kerja merupakan segala sesuatu yang dialami oleh karyawan yang dimana mereka ada
ketidak  seimbangan diantara fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi proses dan
kondisi karyawan, sehingga orang yang mengalami stresss kerja menjadi nervous. Oleh
karena itu penanganan stresss kerja harus dilakukan dengan baik dan berkesinambungan
dengan, dan pimpinan harus cepat tanggap terhadap hal tersebut, karena akan berdampak
pada kinerja perusahaan.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki  derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup untuk mengerjakan
sesuatu pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai
tujuannya.
Berdasarkan definisi di atas mengenai stress kerja dan kinerja, maka dapat dilihat bahwa
pengelolaan stress yang dilakukan oleh perusahaan akan selalu mempunyai hubungan
dengan kinerja pada setiap karyawan. Sehingga, apabila perusahaan mampu mengelola
stress kerja dengan baik, maka kinerjanya dari karyawan akan meningkat sesuai dengan
yang diharapkan oleh perusahaan, karena kinerja tersebut merupakan salah satu tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan.
VII. Kesimpulan
Stress merupakan keadaan yang tidak dihindarkan, setiap orang akan dan pernah
mengalaminya. Respon yang timbul akibat stress sangat tergantung pada kemampuan
adaptasi seseorang dan besarnya stressor. Stress akan berpengaruh negatif apabila
kemampuan adaptasinya kurang atau stressor yang ada terlalu besar atau melampaui batas
kemampuan adaptasinya. Stress biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif
padahal tidak. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor.
Bentuk stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian
stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus, di mana penyebab stress dianggap
sebagai sesuatu hal yang biasa. Stress juga dikatakan sebagai respons, artinya dapat
merespons apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni hubungan antara stresor.
Dianggap positif karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan.
Stres dan kinerja mempunyai hubungan timbal-balik. Stress dapat mempengaruhi kinerja
individu terhadap pekerjaan dan sebaliknya. Stress yang dihayati oleh individu dapat
menjadi sumber ketidakpuasan. Kebutuhan utama pekerja pada era teknologi canggih ini
adalah adanya hubungan sosial yang baik dengan pekerja lainnya dan dengan
penyelia/atasan serta penghargaan terhadap prestasi kerjanya. Sehingga dengan demikian,
agar kinerja kerja yang baik dapat tercapai maka perusahaan hendaknya memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Pada sisi lain, adanya hubungan sosial yang baik ini dapat dipersepsi pekerja sebagai
dukungan sosial yang dapat menurunkan ketegangan yang dihayatinya. Usaha
menurunnya stres dan dampaknya dari lingkungan pekerjaan dapat dilakukan melalui
perancangan kembali pekerjaan dan memilih pekerja sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakannya. Tujuannya adalah agar pekerjaan tidak dipersepsi sebagai suatu tekanan
atau sumber ketegangan oleh pekerja. Dalam usaha mengurangi kadar stress dan
dampaknya tersebut penyelia atau atasan dapat berperan sebagai konselor yang berusaha
membantu pekerja mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
REFERENSI
Firmansyah, Andan.(2009).KONSEP CEMAS, STRESS DAN
ADAPTASI [online].Tersedia: http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-
stress-dan-adaptasi.html (di akse s tanggal 04 Desember 2010)
Ghina, Intan.(2009).HUBUNGAN STRESS KERJA DENGAN KINERJA
KARYAWAN [online].Tersedia: http://perpusunpas.wordpress.com/2009/10/03/hubungan-
stresskerjadeng an-kinerja-karyawan.html (di akses tanggal 04 Desember 2010)
Godam.(2009).Jenis/Macam Kategori Pemicu Stress/Penyebab Stres Psikologis
Manusia [online].Tersedia: http://organisasi.org/jenis-macam-kategori-pemicu-stress-
penyebab-stres-psikologis-manusia (di akses tanggal 04 Desember 2010)
Gunarya, Dr Arlina.(2008).Manajemen Stress [online].Tersedia: http://www.unhas.ac.id/ma
ba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20MD08-Manajemen%20Stress.pdf (di akses
tanggal 04 Desember 2010)
Indriani, Fitria. dkk.(2009).KONSEP STRES DAN MANAJEMEN
STRES [online].Tersedia: http://www.scribd.com/doc/30270598/Konsep-Stres-Dan-
Manajemen-Stres.html (di akses tanggal 04 Desember 2010)
Leila, Gustiarti.(2002).STRES DAN KEPUASAN
KERJA [online].Tersedia: http://repository.u
su.ac.id/bitstream/123456789/3574/1/psikologi-Gustiarti.pdf (di akses tanggal 04
Desember 2010)
Suyono B.(2002).Stress sebagai Salah satu Sebab Gangguan Menstruasi.Dalam: Seminar
kelainan menstruasi. Bag/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi;
11 Mei 2002; Semarang.
A.  PENDAHULUAN
 Stres bagi banyak orang menjadi musuh utama dalam menjalani kehidupan. Stres adalah
rangsangan dalam bentuk apapun dan dari manapun yang dapat mempengaruhi proses pikir
dan tindakan seseorang. Stres dengan frekuensi dan jumlah yang tinggi akan menimbulkan
ketidakseimbangan baik fisik ataupun psikis pada individu. Ketidakseimbangan tersebut harus
segera diselesaikan melalui pemenuhan kebutuhan berdasarkan jenis stresnya.
Selain itu juga kita dapat mengartikan stress sebagai apa saja yang menstimulasi dan
meningkatkan tingkat kewaspadaan anda. Hidup tanpa stimulus akan sangat membosankan.
Hidup dengan terlalu banyak stimulus menjadi tidak menyenangkan dan melelahkan, dan
dapat merusak kesehatan anda. Terlalu banyak stress dapat sangat mempengaruhi kinerja.
Stres menurut ilmu psikologi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan diri dan
menjadikan kewaspadaan pada diri seseorang. Stres ketika kita menghadapi ujian, tindakan
yang dilakukan adalah berusaha belajar keras untuk meraih nilai yang bagus. Stres karena
akan ada perampingan jumlah karyawan, segera mungkin akan mencari lowongan kerja untuk
menyelesaikan masalah. Selain contoh stres di atas ada banyak macam stres dan penyelesaian
disesuaikan dengan jenis stresnya.Pada dasarnya bahwa stres itu harus di kelola, diatur, dan
dikendalikan dalam manajemen stres sehingga, tidak menimbulkan penyimpangan psikologis.

B.  PENGERTIAN STRESS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress
adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan
stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress
dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun
dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai
suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut,
dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu
persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Arti Penting Strees :
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan
stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak
dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu
terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau
tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
C.  PENGERTIAN MANAJEMEN STRES
Dalam menjalankan aktifitas kehidupan, kita harus dapat ”memanage” segala sesuatunya
dengan baik. Menurut wikipedia manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber
daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan
emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri
adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-
orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan. Tidak ada seorang
pun yang bisa menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga justru
mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena
dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup (Mudjaddid, Diffy:
2005) dalam (www.OBATSTRESS :Manajemen stres.com).
Sesuai dengan pendapat (Hawari D, 2001) manajemen atau penatalaksanaan stres, cemas,
dan depresi pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik/psikiatrik, psikososial, dan
psikoreligius. Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan stres, cemas,
dan atau depresi maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar
mampu menanggulangi stresor psikososial yang muncul dengan cara hidup yang teratur,
serasi, selaras, dan seimbang antara dirinya dengan Tuhan (vertikal), sedangkan secara
horizontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.

D.  MENGENALI TANDA DAN GEJALA STRES


Tanda dan Gejala Stres
Secara umum gejala stres dapat dikenali sebagai berikut:
1.    Gejala fisik
a.       Sering merasa sakit kepala
b.      Pusing
c.       Gangguan telinga (telinga berdenging)
d.      Gemetaran
e.       Perasaan jantung atau dada terbakar
f.        Diare dan susah buang air besar
2.    Gejala emosi dan mental
a.       Gangguan tidur
b.      Ansietas atau merasa ketakutan
c.       Depresi ,tidak punya keinginan atau semangat hidup
d.      Menangis dengan tiba-tiba
e.       Merasa marah secara tiba-tiba
f.        Tidak dapat mengambil keputusan
g.       Tidak dapat berpikir memecahkan masalah
h.       Tidak dapat mengambil keputusan

E.   MENGHINDARI STRES
Melalui berbagai penelitian medis maupun non medis, pengamatan dan pengalaman hal-
hal yang dilakukan untuk menghindari stres adalah :
1)      Jaga selalu kondisi tubuh dan diperkuat dengan mengkonsumsi makanan dan
minuman sehat (4 sehat 5 sempurna) secara disiplin (konstan makan pada jam yang
sama). Tambahkan dengan asupan multivitamin dan mineral yang cukup.
2)      Tidur dan istirahat yang cukup. Tidur merupakan salah satu terapi untuk
mengurangi kemarahan dan kesedihan karena tidur memberikan kesempatan otak
untuk rilex.
3)      Olah Raga teratur. Gerak tubuh akan merangsang keluarnya zat ”endorphine” yaitu
zat yang dapat membuat tubuh merasa nyaman selain zat tersebut juga dikenal
sebagai anti rasa sakit pada tubuh. Itulah sebabnya yang berolah raga teratur
umumnya tampak lebih fit dan bahagia.
4)      Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh.
5)      Tidak meminum minuman keras (alkohol). Dampak dari minuman keras dapat
mengakibatkan gangguan mental dan perilaku , dan juga penyakit lever yang
berlanjut pada kematian.
6)      Mengontrol berat badan ideal. Orang yang obesitas atau sebaliknya akan
menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh.
7)      Selalu berpikir positif karena tindakan atau perasaan negatif pasti berasal dari
pikiran negatif. Sebaliknya tindakan positif pasti berasal dari pikiran positif.
8)      Melakukan hobby (atau hal-hal menyenangkan positif menurut kita) karena hobby
dapat membuat kita rilex dan melupakan ”sejenak” rutinitas atau masalah yang ada
misalnya olah raga, mendengarkan musik, masak, jahit, memodifikasi mobil, motor,
sepeda dan sejenisnya.
9)      Sosial ekonomi. Mengatur pemasukan dan pengeluaran belanja. Penggunaan uang
sebaiknya bersifat produktif dan pengeluaran yang konsumtif sifatnya perlu
dikendalikan dan dibatasi.
10)  Jangan terpaku pada ”rutinitas”, berani berubah, tidak malu dan ragu. Hal sederhana
yang dapat dilakukan adalah mulai dari menata ulang meja kerja, ruang tidur, rumah,
menempuh route yang berbeda ke kantor, sekali waktu makan siang atau malam di
mall sekaligus cuci mata, creambath di salon, pijat reflexi, berendam di air hangat
yang merupakan salah satu cara untuk memperlancar aliran darah dan meredakan
ketegangan. Selain itu bila ada rejeki lebih kita perlu juga melakukan penggantian
barang-barang lama kita misalnya mengganti hp dengan model baru, ganti velg racing
atau tambah accesories pada kendaraan kita atau sedikit merubah penampilan kita
dengan sepatu baru, model rambut dll (secara phsikologi hal ini membawa
”semangat” baru).
11)  Murah senyum, tertawa lepas, bersenandung atau bernyanyi dan bersosialisasi
dengan teman atau lingkungan (perlu teman curhat, tidak memendam masalah
sendiri). Kegiatan semacam ini dapat merangsang endorphine dan serotonin dalam
tubuh sehingga otak lebih tenang.
12)  Kasih sayang. Merupakan kebutuhan psikologis sehingga masing-masing orang
mempunyai rasa aman dan terlindungi untuk ketahanan dan kekebalan keluarga
sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
13)  Yang terakhir tetapi merupakan hal terpenting adalah Beribadah dan berdoa kepada
Yang Maha Kuasa tidak pada masa sulit saja, berbuat baik kepada semua orang,
bersyukur terhadap setiap hasil usaha kita, baik yang berhasil maupun yang tidak
berhasil, mensyukuri rejeki.

F.   STRATEGI MENGATUR STRES


Selain belajar untuk menghindari penyebab stress, anda dapat pula menerimanya secara
realistis. Mencoba berteman dan belajar mengelola stress dengan benar amat membantu anda
untuk hidup lebih baik secara fisik dan emosional serta memberi kebahagian lahir dan batin.
Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi stress adalah tindakan positif untuk
menurunkan tingkat stress yaitu :
1)   Relaksasi
Relaksasi atau berlatih untuk mengatur cara pernafasan dapat dilakukan. Dengan kegiatan
untuk melemaskan otot syaraf seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambil
mendengarkan iringan musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.
2)   Berolahraga
Berolahraga secara teratur membantu anda menurunkan stres dan meningkatkan
kepercayaan diri, selain yang terpenting dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan
mencegah penyakit. Penambahan energi untuk beraktifitas, peningkatan kualitas tidur,
daya konsentrasi, rasa bahagia dan keyakinan diri serta penurunan risiko serangan jantung
adalah manfaat penting olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil
menghirup udara segar selama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk mengurangi stres.
3)   Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana
Tak pernah ada larangan untuk bermimpi dan menginginkan sesuatu. Cita-cita dan harapan
bahkan dapat menjadi daya hidup yang menganggumkan. Namun perlu diketahui
seringkali stress muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda
dengan keinginan atau harapan.
4)   Menjadi pribadi Asertif (Don’t say Yes, if you want to say No..!)
Sungkan dan perasaan hati yang tidak enak untuk menolak atau mengatakan tidak kerap
terjadi pada seseorang Belajar menjadi orang yang asertif, yang mampu mengatakan No
dan bukan Yes, ketika ia memang ingin mengatakan No, memang sulit. Kita seringkali
merasa tidak dapat menolak permintaan dan akhirnya terpaksa menerima dan kemudian
merasa terperangkap dengan permintaan tersebut. Hal tersebut membuat kita merasa marah
dan tidak berdaya, lalu berujung pada timbulnya stress. Karena itu, belajar untuk menolak
permintaan (jika kita memang tidak sanggup memenuhinya), menjadi sangat penting jika
anda peduli pada kesehatan lahir batin anda.
5)   Manajemen Waktu
yang selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan stress. Oleh karena itu manajemen waktu
menjadi penting. Beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengelola waktu dengan
baik:
a.    Tentukan hasil akhir dan jadikan skala prioritas anda
b.    Buat daftar pekerjaan dan prioritaskan tugas dan pekerjaan yang utama terlebih dahulu
c.    Buat perencanaan sebelum anda melakukan pekerjaan tersebut. Satu pekerjaan yang
dikerjakan selama satu jam yang telah direncanakan akan lebih efektif daripada anda
mengerjakan pekerjaan selama 3-4 jam yang tidak anda rencanakan terlebih dahulu.
d.    Kerjakan tugas anda sesuai dengan waktu dimana anda merasa produktif. Misal,
seseorang akan lebih baik melakukan pekerjaan pada pagi hari dibandingkan sore hari.
Batasi pula gangguan seperti adanya tamu serta bunyi telepon selama waktu-waktu
produktif anda.
e.    Belajarlah untuk mendelegasikan beberapa tugas anda
f.      Buat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.
6)   Positive Thinking
Yakinkan diri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian
merupakan salah satu caranya. Karena apa yang seseorang pikirkan akan berhubungan
langsung pada perasaan atau suasana hatinya dan pada gilirannya juga mempengaruhi
kinerja dan produktifitasnya.
7)   Mencari Dukungan Sekitar
Berbicara tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasa kecewa.
ataupun sekedar membicarakan topik yang hangat, dapat membantu menenangkan hati.
Oleh karenanya, anda dapat menurunkan tingkat stress anda dengan berbicara pada seorang
pendengar yang baik yang akan membantu anda untuk berpikir realistis ataupun
mengambil sisi positif dari suatu peristiwa. Mulailah mencari seseorang yang dapat
menjadi pendengar yang baik. Anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang
membuat anda nyaman untuk berbagi dan bisa dipercaya.

G.  MANAJEMEN STRES DENGAN BERBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang digunakan untuk menerapkan sistem
manajemen dalam suatu stres kehidupan yaitu :
1.      Terapi Psikofarmaka
Menurut Hawari, D (2001) mengatakan bahwa, terpi psikofarmaka adalah pengobatan
untuk stres, cemas, atau depresi dengan memakai obat-obatan (farmaka) yang berkhasiat
memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat
otak (lymbic system). Sebagaimana diketahui sistem limbik tersebut merupakan sebagai bagian
dalam otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku atau dengan kata
lain mengatur fungsi psikis seseorang.
Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan jalan memutuskan jaringan atau sirkuit psiko-
neuro-imunologi, sehingga stressor psikososial yang dialami seseorang tidak lagi mempengaruhi
fungsi kognitif, afektif, psikomotor, dan organ-organ tubuh lainnya. Terapi psikofarmaka yang
banyak dipakai oleh para dokter (psikiater) adalah obat anti cemas (anxiolytic) dan obat anti
depresi (anti depressant) yang juga berkhasiat sebagai obat anti stres.
Obat anti cemas dan depresi yang ideal hendaknya memenuhi kriteria antara lain :
a.       memiliki efek terapeutik yang tinggi dalam waktu relatif singkat
b.      jangka waktu pemakaian relatif pendek
c.       efek samping yang minimal
d.      memiliki dosis yang rendah
e.        tidak menyebabkan kantuk
f.        memperbaiki pola tidur
g.       tidak menyebabkan habituasi (kebiasaan), adiksi (ketagihan), dan dependensi
(ketergantungan)
h.       memiliki efek perbaikan pada gangguan fisik (somatik) sebagai gejala ikutan atau
gejala ‘terselubung’ (co-morbidity)
i.         tidak menyebabkan lemas
j.        dan jika memungkinkan pemakaiannya dosis tunggal (single dose).

2.      Terapi Somatik
Dalam pengalaman praktek sehari-hari sering dijumpai gejala atau keluhan fisik
(somatik) sebagai gejala ikutan atau akibat dari stres, kecemasan, dan depresi yang
berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik itu dapat diberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
3.      Psikoterapi
Pada pasien yang mengalami stres, kecemasan dan atau depresi selain diberikan terapi
psikofarmaka (anti cemas danb anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi kejiwaan
(psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung
dari kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya :
a.        Psikoterapi suportif
Terapi ini memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri
(self confindence) bahwa dia mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang
dihadapinya.
b.      Psikoterapi re-edukatif
Terapi ini memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan
faktor psiko-edukatif masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan
remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor
psikososial yang sedang dihadapinya.

c.       Psikoterapi re-konstruktif
Terapi dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh
pasien yang bersangkutan.
d.       Psikoterapi kognitif
Terapi digunakan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya ingat. Selain itu
yang bersangkutan mampu membedakan nilai – nilai moral etika mana yang baik
dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang haram dan halal.
e.       Psikoterapi psiko-dinamik
Terapi ini dimanfaatkan untuk menganalisa proses dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga dia jatuh sakit (stres, cemas, dan
atau depresi). Dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang
bersangkutan mencari jalan keluarnya.
f.        Psikoterapi perilaku
Dengan terapi ini diharapkan agar dapat memulihkan gangguan perilaku
yang maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial yang
dideritanya. Dengan terapi ini diharapkan pasien yang bersangkutan dapat
beradaptasi dengan kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara
wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah atau kampus, di
tempat kerja, dan lingkungan sosialnya.
g.       Psikoterapi keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kecemasan dan atau depresi
yang disebabkan oleh stresor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi
digunakan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor tidak lagi
menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan. Pada terapi ini tidak hanya
ditujukan pada pasien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota
keluarga lainnya.
4.      Terapi Psikoreligius
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Organisasi Kesehatan seDunia
(WHO, 1984) dalam (Hawari. D, 2001) telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai
salah satu dari 4 unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik,
sehat psikis, sehat sosial, dan sehat spiritual. Pendekatan baru ini telah diadopsi oleh
psikiater Amerika Serikat (the American Psychiatric Asssociation/APA, 1992) yang
dikenal dengan pendekatan ”bio-psycho-socio-spiritual”.
Terapi psikoreligius dibutuhkan karena mengandung unsur kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme terhadap penyembuhan suatu penyakit
disamping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan.
5.      Terapi Psikososial
Digunakan untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi agar yang
bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di
rumah, di sekolah atau kampus, di tempat kerja, maupun di lingkungan pergaulan
sosialnya.
Teknik terapi psikososial dilakukan dengan cara analisa SWOT yaitu :
a.      Strength
Upaya mencari aspek-aspek yang positif pada diri seseorang yang merupakan
kekuatan yang perlu dikembangkan untuk mengatasi stresor psikososial yang
dihadapi.
b.      Weakness
Upaya mengetahui faktor-faktor yang merupakan kelemahan dan kekurangan
pada diri seseorang. Hal tersebut dapat dikompensasikan agar tidak menghambat
penyelesaian dalam menghadapi stresor psikososial.
c.       Opportunity
Usaha melihat ke depan akan adanya kesempatan yang lebih baik untuk
dijadikan sebagai penentu keberhasilan penanggulangan stresor psikososial pada
seseorang. Dan diharapkan keberhasilan tersebut lebih baik dari sebelumnya.
d.       Threat
Upaya untuk mengetahui dan menyadari adanya ancaman sebagai faktor
pengganggu bagi penanggulangan stresor bahkan dapat membahayakan atau
menggagalkan penyelesaian stresor psikososial. Oleh karena itu seseorang harus
mempertimbangkan faktor ini.
6.      Konseling
Semua proses terapi tersebut di atas dilakukan melalui konseling. Konseling
dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya memberikan konsultasi yaitu dokter
atau psikiater. Istilah konselor dilakukan untuk orang yang memberikan konseling,
sedangkan klien dianggap sebagai pihak yang diberi konseling.
Konseling ditujukan tidak hanya kepada individu tetapi bisa keluarga, teman
dekat, suami/istri. Selama berlangsungnya konseling suasana formal dan profesionalisme
dari pihak konselor harus mematuhi aturan terkait moral etika.
7.      Teknik Simulasi

Beberapa manajemen stres yang berhubungan reaksi tubuh seseorang :


1)      Peningkatan Strategi Koping
a.       Berfokus pada emosi
Pengaturan pada respon emosional melalui perilaku individu dengan cara meniadakan
fakta-fakta yang tidak menyenangkan; kontrol diri, jaga jarak terhadap stres, positif
thinking, menerima tanggung jawab.

b.      Berfokus pada masalah


Mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang dapat menyelesaikan masalah;
merencanakan problem solving, meningkatkan dukungan sosial.
2)      Homeostatis
Suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala
kondisi yang dihadapi. Dapat juga diartikan sebagai suatu proses perubahan yang terus menerus
untuk memelihara kestabilan dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Stres dikendalikan oleh sistem endokrin dan saraf otonom, yang secara alamiah proses
homeostatis terjadi di dalam tubuh manusia. Cara tubuh melakukan homeostatis: self regulation,
berkompensasi, sistem umpan balik negatif, dan umpan balik untuk mengoreksi ketidak
seimbangan fisiologis.

H.   TEKNIK MANAJEMEN STRES


Ada beberapa teknik manajemen stress yang sudah diterapkan dan dibuktikan
keberhasilannya menurun stress yaitu :
1.      Hypnoterapy
Metode hypnoteraphy yang paling mudah diterapkan adalah self-hypnosis, metode ini
memungkinkan seseorang melakukan hipnosis pada diri sendiri, metode itu
dinamakan Autohipnosis diterjemahkan sebagai swa-upaya-terarah yaitu keadaan hipnosis yang
dibangkitkan tanpa bantuan orang lain. Dalam pengertian ilmiah dapat diartikan sebagai upaya
sistimatis dan terprogram yang dilakukan sendiri dengan memasukkan program-program positif
sebagai usaha untuk lebih meningkatkan faktor positif diri sendiri.
Cara ini diketahui dapat menetralisir ketegangan (stress) kehidupan yang dialami sehari-
hari, dan merelaksasikan 3 unsur jiwa raga, yaitu; nafas, gerak, dan nalar. Ketika seseorang
berada dalam kondisi ini, dan diperiksa dengan mesin EEG (Elektro-Ensefalo-Grafi) akan
terlihat dominasi gelombang Alfa, yaitu gelombang setengah lingkaran (sinusoid, tumpul)
dengan frekuensi 8 – 12 silkus perdetik. Situasi yang akan dicapai seseorang dalam keadaan
sangat tenang. Jika telah trampil melakukan metode ini, maka relaksasi akan mudah dicapai
ketika kita menglami stres atau saat menghadapi masalah psikomatik seperti sulit tidur, sulit
konsentrasi, emosi tidak stabil dan sebagainya. Self –hypnosis sebenarnya bisa dilakukan kapan
saja, dan dimana saja, oleh siapa saja.
Langkah self-hypnosis Menurut Linda-Ann Stewart, salah seorang 
hypnoterapist penulis buku Self healing, cara-cara self-hypnosis adalah sebagai berikut:
a.    Posisikan tubuh senyaman mungkin
b.    Pejamkan mata. Tarik nafas dalam-dalam dari hidung dan hembuskan melalui mulut,
ulangi hingga 3 kali
c.    Fokuskanlah perhatian pada organ tubuh Anda, bisa dimulai dari yang paling atas
(kepala) atau sebaliknya dari bawah (ujung kaki). Perintahkanlah setiap bagian tubuh
untuk relaks. Misalnya; Kepala, relaks; Dahi, relaks. Lakukanlah untuk setiap bagian
tubuh, sambil berusaha menvisualisasikan setiap otot berubah dari tegang menjadi
lentur
d.    Kemudian bayangkan bahwa sekeliling Anda sangat nyaman dan aman. Langkah ini
perlu dilakukan untuk melindungi diri dari faktor eksternal yang akan mengganggu
e.    Lakukanlah perhitungan mundur dari 10 hingga 1,bayangkan diri Anda sedang
menuruni tangga, ataueskalator. Dan setiap perhitungan mundur membuat Anda
berada semakin rendah. Jika Anda masihmerasa tegang, lakukanlah langkah ini 2 kali
f.      Atur waktu biologis Anda, pastikan berapa lama Anda ingin melakukan relaksasi
g.    Kemudian bayangkan Anda berada di tempat yang aman, dan damai.Cobalah
menikmatinya
h.    Kemudian bayangkan tujuan Anda beberapa kali. Visualisasikan keinginan Anda,
atau ucapkan hal yang menjadi tujuan Anda. Gunakan seluruh pancar indera untuk
menghayati tujuan itu, dan lakukan penguatan yang positif
i.      Secara otomatis setelah waktu biologis yang Anda atur habis, Anda akan terjaga,
dan lakukan perhitungan mundur dari 7 hingga 1; dan lakukan sugesti pada diri sendiri
bahwa setelah selesai melakukan self hypnosis, Anda akan menjadi lebih segar, peka,
damai dan merasa sangat bahagia
Beberapa manfaat self-hypnosis setelah mencapai ketenangan adalah dampak lanjutan
menerapkan self-hypnosis :
a.       Peningkatan potensi dan rasa percaya diri
b.      Memperbaiki kualitas tidur (jika seseorang memiliki gangguan tidur)
c.       Mengendalikan emosi, sehingga meminimalkan stres
d.      Menetralisir kebiasaan buruk yang dipicu stres berkepanjangan, misalnya perasaan
sedih, cemas dan ketakutan, kemarahan yang sulit diungkapkan
(http://rumahcantikcitra.co.id).
2.      Meditasi
Ide meditasi adalah memfokuskan pikiran anda pada suatu pikiran yang membuat
santai untuk suatu periode tertentu. Meditasi mengistirahatkan pikiran dengan
mengalihkan pikiran dari masalah yang membuat stress. Memberikan tubuh anda waktu
untuk beristirahat dan membuang racun yang muncul karena stress dan kegiatan mental
atau fisik lainnya.
Meditasi berguna ketika :
a.       Anda mengalami stress dalam jangka waktu panjang
b.      Anda mengalami stress dalam jangka waktu pendek yang menyebabkan terlepasnya
adrenalin dalam aliran darah
c.       Anda sedang khawatir akan suatu masalah
d.      Anda sedang aktif secara fisik
Relaks dengan meditasi mempunyai efek berikut :
a.       Memperlambat pernapasan
b.      Mengurangi tekanan darah
c.       Menolong otot bersantai
d.      Memberi tubuh waktu untuk membuang asam laktat dan produk buangan lainnya
e.       Mengurangi kecemasan
f.        Menghilangkan pikiran yang membuat stress
g.       Membantu berpikir jernih
h.       Membantu fokus dan konsentrasi
Teknik meditasi
Harus dilakukan dalam posisi yang membuat anda tetap nyaman dalam jangka
waktu tertentu (idealnya 20-30 menit). Dapat menggunakan beberapa fokus konsentrasi,
seperti pernapasan, fokus pada suatu objek, fokus pada suara, perumpamaan.Sangat
penting bagi pikiran untuk tetap focus
3.      Teknik Relaksasi Napas Dalam
Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Tujuan Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Persiapan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam Pastikan anda dalam keadaan tenang
dan santai (rileks) Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika anda di kerjaan atau
di rumah) Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau
sholawat.
Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang
mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut :
1.    Ciptakan lingkungan yang tenang
2.    Usahakan tetap rileks dan tenang
3.    Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3.
4.    Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas
dan bawah rileks
5.    Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6.    Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7.    Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8.    Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
9.    Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10.               Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11.               Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12.               Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Manfaat Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
1.      Ketentraman hati
2.      Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
3.      Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
4.      Detak jantung lebih rendah
5.      Mengurangi tekanan darah
6.      Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
7.      Tidur lelap
8.      Kesehatan mental menjadi lebih baik
9.      Daya ingat lebih baik
10.  Meningkatkan daya berpikir logis
11.  Meningkatkan kreativitas
12.  Meningkatkan keyakinan
13.  Meningkatkan daya kemauan
14.  Intuisi
15.  Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
Manajemen Stress & Adaptasinya dalam Keperawatan
Kehidupan di dunia ini selalu dipenuhi oleh berbagai macam kebutuhan. Sehingga
mendorong seseorang untuk segera memenuhinya . Namun tidak jarang pula kebutuhan
yang akan kita penuhi menimbulkn masalah, menyebabkan kebingungan yang bertahan
lama dalam fikiran dan tidak mampu menyelesaikannya sehingga dapat menimbulkan apa
yang dinamakan stress. Stress yang terjadi berbeda – beda dari masing-masing orang
tergantung dari masalah yang di hadapi dan kemampuan personal dalam menghadapi
masalah tersebut.
Jika seseorang dapat menyelesaikannya dengan baik, maka stress akan berkurang.
Sedangkan jika seseorang tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah, maka akan
bertambah pula stress yang dihadapi. Diperlukan mekanisme penyelesaian atau koping
yang tepat agar tidak lagi menimbulkan stress yang berlarut-larut.
Adaptasi sendiri merupakan proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis sosial
berubah dalam merespon adanya stress. Ada beberapa macam bentuk adaptasi
diantaranya adaptasi fisiologis, adaptasi psikologis, dan adaptasi perkembangan. Proses
adaptasi itu akan terjadi pada saat stimulus dari lingkungan internal dan eksternal yang
dapat menimbulkan penyimpangan keseimbangan pada seseorang. Sehingga adaptasi
dapat dikatakan sebagai upaya untuk mempertahankan fungsi agar lebih optimal.
Adaptasi akan melibatkan refleksi pribadi, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan penguasaan akan situasi yang dihadapi.
Stress dan adaptasi memiliki hubungan. Apabila seseorang mengalami hambatan atau
kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi
dapat menimbulkan stress. Stress tre terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak
terpenuhi.    
        
A.     Stress
1.      Definisi Stress
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang
individu untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1.      Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2.      Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau tress, atau tekanan dari pasangan ).

Beberapa pengertian stress sebagai berikut:


1.      Menurut Hans Style, “stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
2.      “Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap reseptor tubuh terhadap strestor psiko-
sosial (tekanan mental atau beban kehidupan).” (Dadang Hawari, 2001).
3.      “Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang.” (Soeharto Heerdjan, 1987).
Stress juga harus dibedakan dengan stressor. Stressor adalah sesuatu yang
menyebabkan stress. Stress itu sendiri adalah akibat dari interaksi (timbal-balik) antara
rangsangan lingkungan dan respon individu.

2.      Gejala Akibat Stres


Gejala atau akibat tress yang dibicarakan di sini adalah gejala/akibat yang tresse
karena seringkali mengganggu kehidupan manusia. Tingkat tress yang tinggi dan
berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada jalan keluar tre mengakibatkan berbagai
macam penyakit seperti : gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi,
asma, radang sendi rheumatoid, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit menelan,
panas ulu hati, mual, berbagai macam keluhan perut, keringat dingin, sakit leher, sering
buang air seni, kejang otot, mudah lupa,  terserang tres, sembelit, diare, insomnia, dan
lain-lain.
Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala tress dapat berupa tanda-tanda
berikut ini:
1.      Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa
panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit
kepala, salah urat dan gelisah.
2.      Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham, tidak berdaya,
tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit
konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas,
hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3.      Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas
menjadi lekas tres, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-
ledak.

3.      Penggolongan Stress
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menuruti Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),
dapat digolongkan sebagai berikut.
a.      Stress fisik, disebabkan oleh suatu tressehe yang terlalu tinggi atau rendah, suara bising,
sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.      Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, tress, atau
gas.
c.       Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau tresse yang menimbulkan
penyakit.
d.      Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
e.      Stres psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, tress,
budaya, atau keagamaan.

4.      Penyebab Stress
Adapun menurut Brench Grand (2000), tress ditinjau dari penyebabnya dibedakan
menjadi dua macam:
a.      Penyebab makro, yaitu menyankut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, tress, luka batin, dan kebangkrutan.
b.      Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, antri.

5.      Kemampuan Manusia Menahan Stres


Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan yang
tress. Hal tersebut tergantung pada:
a.      Sifat dan hakikat tress, yaitu intensitas, lamanya, tres, dan umum (general)
b.      Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Menurut Rosenmen dan Chensey (1980), sebagaimana dikemukakan oleh Prof.
dadang Hawari (2001) bahwa tress apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
·         Tipe yang rentan (vulnerable)
Terdapat pada tipe A yang disebut A Type Personality dengan pola perilakuType
A Behavior Pattern.Individu dengan tipe ini memiliki risiko tinggi mengalami tress
dengan ciri-cirikepribadian sebagai berikut.
a.      Cita-citanya tinggi (ambisius)
b.      Suka menyerang (agresif)
c.       Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat.
d.      Banyak jabatan rangkap.
e.      Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami
ketegangan, dan kurang sabar.
f.        Terlalu percaya diri (over confident)
g.      Self control kuat.
h.      Terlalu waspada.
i.        Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif).
j.        Cakap dalam berorganisasi (Organisatoris).
k.       Cakap dalam memimpin (leader).
l.        Tipe kepemimpinan otoriter.
m.    Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
n.      Bila menghadapi tantangan sengan bekerja sendiri
o.      Disiplin waktu yang tepat.
p.      Kurang rileks dan serba terburu-buru.
q.      Tidak ramah.
r.       Tidak mudah bergaul.
s.       Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan.
t.        Sulit dipengaruhi.
u.      Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
v.       Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur.
w.     Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali.

·         Tipe yang Kebal (tress)


Terdapat pada tipe B yang disebut B Type Personality dengan pola perilakuType
B Behavior Pattern.Individu dengan tipe ini kebal terhadap tress, yang ciri-ciri
kepribadiannya sebagai berikut.
a.      Cita-cita atau ambisinya wajar.
b.      Berkompetisi secara sehat.
c.       Tidak agresif.
d.      Tidak memaksakan diri.
e.      Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung,
penyabar, penyabar, dan tenang
f.        Kewaspadaan wajar
g.      Self control wajar.
h.      Self confident wajar.
i.        Cara bicara tenang.
j.        Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat.
k.       Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat.
l.        Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi.
m.    Mudah bekerja sama (kooperatif).
n.      Tidak memaksakan diri dalam menghadapi rintangan.
o.      Bersikap ramah.
p.      Mudah bergaul.
q.      Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
r.       Bersikap fleksible, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar.
s.       Dapat melepaskan masalah pekerjaan atau kehidupan di saat libur.
t.        Mampu menahan dan mengendalikan diri.

6.      Manifestasi Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya,
tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik
individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami
tress dapat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1.      Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan  
2.      Wajah tegang, dahi berkerut, tres tress serius, tidak santai, bicara berat, sulit
tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3.      Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4.      Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga
mukanya tress merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari
juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
5.      Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare
6.      Sering berkemih.
7.      Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila
digerakkan.
8.      Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (tressehea)
9.      Libido menurun atau tre juga meningkat.
10.  Gangguan makan tre nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan
11.  Tidak tre tidur
12.  Sakit mental-histeris

7.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stress


Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun
stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress
karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama
yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu :
1.      Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam tress lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi
karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena
adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.
Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena tress semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan
cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2.      Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa tress yang dapat menimbulkan stress yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Empat tress organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya
tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya
kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh
individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan
dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima
sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563)
3.      Faktor Individu
Pada dasarnya, tress yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara
keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan
karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan
yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan
seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus
diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
8.      Tahapan Stress
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof.
dadang Hawari (2001) bahwa tahapan tress sebagai berikut:
a.      Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu tress yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenanga yang dimiliki, dan penglihatan menjai tajam.
b.      Stres tahap kedua, yaitu tress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat
rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot
tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c.       Stres tahap ketiga, yaitu tahapan tress dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.      Stres tahap keempat, yaitu tahapan tress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.      Stres tahap kelima, yaitu tahapan tress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang
sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung dan tres.
f.        Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan tress dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat,
loyo, serta pingsan atau collaps.

9.      Sumber Stres Psikologi


Menurut Maramis (1990), ada empat sumber atau penyebab tress psikologis, yaitu:
·         Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya
apabila ada perawat Pukesmas lulusan SPK bercita-cita mengikuti D3 Akper program
khusus Pukesmas, tetapi tidak diizinkan istri/suami, tidak punya biaya, dan sebgainya.
Frustasi yang ada bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha)
danekstrensik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan
ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
·         Konflik
Timbul karena tidak tre memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan,
atau tujuan.Bentuk approach-approach conflict, approach-avoidance
conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
·         Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasala dari dalam
diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari
luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu rangking satu.
·         Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan tress pada individu,
misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segara
operasi. Keadaan tress dapat terjadi bebrapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik,
dan tekanan.

10.  Pengelolaan Stres Dalam Keperawatan


Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks
pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan tress, dan  menuntut seseorang
untuk mengatasinya.  Cara seseorang mengatasi tress dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori.
Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana
pengelolaan tress berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi
diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam
kelompok ini adalah:
1.      Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku
ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri,
misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.      Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini tre bermakna
positif, tre pula bermakna tresse. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa
dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk
mempelajarinya; tre bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan
kemampuan; bermakna tresse bila kemampuannya tidak meningkat karena memang
potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan
potensi lain yang ada dalam dirinya.
3.      Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada
pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman.
Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan
guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-
murid di kelas.
4.      Rasionalisasi, yaitu membuat tress-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya:
Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari
mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang
mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.

Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara
sadar melakukan upaya untuk mengatasi tress. Jadi pengelolaan tress dipusatkan pada
masalah yang menimbulkan tress. Ada dua strategi yang tre dilakukan untuk mengatasi
tress, yaitu:
Meningkatkan toleransi terhadap tress, dengan cara meningkatkan
keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara
psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa tress memang selalu ada dalam setiap aspek
kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang
berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi
1.      makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di tresse,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2.      Mengenal dan mengubah sumber tress, yang dapat dilakukan dengan tiga macam
pendekatan, yaitu:
(a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber
tress. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah,
melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur
(b)  menarik diri/menghindar dari sumber tress. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber
tress tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan
menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai
masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan
© kompromi, yang tre dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber tress,
pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber tress dan
meningkatkan toleransi terhadap stress).

B.      Adaptasi
1.      Definisi Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon
individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil
dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu
keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda
dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang
memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.

2.      Tujuan Adaptasi
Berikut ini merupakan tujuan dari adaptasi :
a.      Menghadapi tuntunan keadaan secara sadar.
b.      Menghadapi tuntunan keadaan secara realistik.
c.       Menghadapi tuntunan keadaan secara  objektif.
d.      Menghadapi tuntunan keadaan secara rasional.
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
a.      Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b.      Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.
c.       Kompromi (kesepakatan).

3.      Adaptasi Terhadap Stress


a.      Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara
fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang
menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit
ketubuh manusia.
b.      Adaptasi psikologi
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku
klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena
kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor,
maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya
hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme
koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang
merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media
terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,
komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan. (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993)
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
§  LAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi
bersifat lokal contoh: seperti  ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit
tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah
sekitar yang terkena.
§  GAS ( general adaptation syndroma)adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi
maka dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses
penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat
4.      Management Stress dalam Keperawatan
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas
atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung
pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat
bertanggung jawab pada implementasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah
perawatan. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling
berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1.      Pengaturan Diet dan Nutrisi
2.      Istirahat dan Tidur
3.      Olah Raga atau Latihan Teratur
4.      Berhenti Merokok
5.      Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
6.      Pengaturan Berat Badan
7.      Pengaturan Waktu
8.      Terapi Psikofarmaka
9.      Terapi Somatik
10.  Psikoterapi
11.  Terapi Psikoreligius
12.  Homeostatis

Anda mungkin juga menyukai