Manajemen Stres-Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala Stres yang
dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau
fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja.
Secara sederhana hal ini berarti bahwa Stres mempunyai potensi untuk mendorong atau
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat Stres yang dialami
oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).
Adapun menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Dan apabila pengertian Stres dikaitkan dengan penelitian ini maka Stres itu sendiri adalah
suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan
kerja mereka.
Jadi, Stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut
pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang
menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan
hasil yang baik atau sebaliknya.
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif
untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik. (id.wikipedia.org)
Stress karena operasi sehari-hari bisa disebabkan oleh reaksi emosional terhadap : Tekanan,
tuntutan terhadap karyawan, tanggung jawab peran, kesalah pahaman, kebutuhan akan
perhatian/penghargaan, antagonismen sistem pemerintah dan pihak berwenang setempat
Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan
yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu
mengalami stress kerja.
Namun apakah sebenarnya yang dikategorikan sebagai stress kerja? Menurut Phillip L. Rice,
Penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan mengalami stress kerja
jika :
Urusan stress yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu
bekerja.
Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang
terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi
penyebab stress kerja– Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu
Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan
persoalan stress tersebut
C. Mencegah Stress
Dapatkan info memadai sebelum bertugas, pupuk kesehatan jasmani dan rohani,
Keluarkan emosi,
Gunakan waktu untuk relaks bersama keluarga (misalnya jangan tunda cuti RnR didaerah
MERAH), ambil cuti bulanan dsb
D. Menyadari Stress
Indikator stres berat jika stres tidak dikelola dengan baik : Apati/lesu, depresi, tidak bisa
tidur, makan berlebihan, penyakit ringan yang kambuhan, tidak harmonis dalam
berteman, merosotnya efisiensi dan produktifitas, konsumsi alkohol berlebihan dsb.
E. Mengelola Stress
Akui bahwa anda stress :
Jaga kesehatan rohani anda (tetap berdo'a/ mendekatkan diri kepada YANG MAHA
KUASA, keluarkan emosi anda
kendalikan rasa panik, jaga kesehatan fisik dengan baik (berolah raga), tidur yang cukup,
konsumsi makanan bergizi (Vit A, C dan B), Sering istirahat
Relaksasi, Rekreasi dengan orang-orang terdekat (keluarga), Selalu berpikir positif,
Pertimbangkan untuk melakukan konsultasi dengan orang lain atau psikolog profesional
F. Konsekuensi Yang Ditimbulkan Stres di Tempat Kerja Pada Individu Pekerja dan
Organisasi.
Stres di tempat kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada individu pekerja. Secara
fisiologis, pekerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi dapat mengalami ganguan fisik
seperti: sulit tidur, perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual,
tekanan darah dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak
tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal.
Secara psikologis, timbul ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada
emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan
dan sikap kasar. Stres juga bisa berakibat pada perubahan perilaku pekerja, seperti:
menurunnya produktivitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap organisasi.
Bagi organisasi, stres di tempat kerja dapat berakibat pada rendahnya kepuasan kerja,
kurangnya komitmen terhadap organisasi, terhambatnya pembentukan emosi positif,
pengambilan keputusan yang buruk, rendahnya kinerja, dan tingginya turnover.
Sebagaimana telah dikemukakan di awal tulisan, stres di tempat kerja pada akhirnya bisa
menyebabkan terjadinya kerugian finansial pada organisasi yang tidak sedikit jumlahnya.
Secara individu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan karyawan untuk mengendalikan stres
di tempat kerja. Cara tersebut diantaranya adalah dengan menerapkan manajemen waktu,
secara rutin melakukan latihan fisik dan mental seperti olahraga dan relaksasi, serta
membina jejaring sosial yang luas. Sedangkan secara organisasi, ada lima strategi yang
bisa dilakukan perusahaan untuk membantu karyawan menangani stres di tempat kerja.
Kelima strategi adalah: menghilangkan stressor atau pemicu stres, menjauhkan karyawan dari
stressor, mengubah persepsi karyawan terhadap stressor, mengendalikan konsekuensi dari
stres, dan menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang menghadapi stres.
Contoh praktek manajemen stres yang dilakukan perusahaan terkait dengan kelima strategi di
atas adalah: konseling klinis dan personal, uraian pekerjaan yang jelas, jaminan kerja
seperti asuransi dan tunjangan kesehatan, jam kerja yang fleksibel, tempat atau sarana
bagi karyawan melakukan meditasi, berolahraga atau berkesenian, keterlibatan karyawan
dalam proses pengambilan keputusan dan perubahan di perusahaan, serta program-
program yang terkait dengan perbaikan kesehatan karyawan.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya Stres yaitu :
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan Stres bagi karyawan
yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena Stres. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.
Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan
cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan Stres yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin
dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat
menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam
organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat
perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan
jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan
dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua
yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan
yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin
yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
Stres. Pengertian dari tingkat Stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi
suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam
mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana
semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai
sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara
keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan
karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang.
Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan
keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap
individu yang dapat menimbulkan Stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki
oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala Stres yang timbul pada tiap-tiap
pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
K. Indikasi/gejala stress
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa
gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
Gejala fisiologik , antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat
(terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang
air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst .
Gejala psikologik , antara lain : resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit
mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb.
Tingkah laku, antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan
kaki, ticks, Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).
L. Dampak akibat stress
Apakah dampak stress? Sebagaimana terlihat pada diagram 01, dampak stress dibedakan
dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik dan dampak perilaku~
behavioral
1. Dampak Fisiologik :
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti :
mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan
atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih
serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
2. Dampak Psikologik:
Adapun dampak psikologik antara lain:
Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral
bagi terjadinya ‘burn – out’.
Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan
kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘sesorang’.
Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa
kompeten & rasa sukses.
3. Dampak Perilaku
Dampak perilaku seperti:
Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku
yang tidak berterima oleh masyaraka.
Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
M. Penyebab Orang Mengalami Stres
Stres yang dialami oleh seseorang biyasanya selalu berkonotasi negatif karena akan
mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri dapat juga membantu proses mengingat
yang dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres bisa meningkatkan
glokosa yang menuju ke otak, yang memberikan energi lebih kepada neuron.
Hal dapat mendorong untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi
lain jika stres dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya
pengiriman glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.
Adapun hal-hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya stress adalah sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan
mereka.
Ketidakpastian Politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
Perubahan Teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom
dimana-mana.
2. Faktor Organisasional
Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik
pekerjaan.
Tuntutan Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
Tuntutan Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjain
hungan yang buruk.
3. Faktor personal.
Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan
keluarga.
Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan.
Berasal dari kepribadiannya sendiri.
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang hadapi secara
personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang sangat tidak diharapkan
setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun
sangat tidak menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah tersebut. Oleh karena
itu peran sebagai pemimpin atau manajer sangat berperan supaya bisa menyelesaikan
masalah tersebut agar tidak mengganggu organisasi.
Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational Behavior (Robbin),
dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala Fisiologis, Psikologis, dan Perilaku.
Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan sakit jantung.
Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja.
Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan.
Semua gejala-gejala yang disebutkan diatas tentu sangat membuat ketidak nyamanan setiap
orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala tekanan stres yang dialaminya. Bahkan
sampai pada tingkatan stres yang tinggi dalam gejala psikologis, seseorang bisa berfikir
untuk mengakhiri hidupnya. Tekanan yang dirasa sudah cukup berat lah yang membuat
dampak seperti itu.
1. Pendekatan Individual
Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres.
Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan
pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja.
Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat.
Waktu bekerja antara jm7 pagi sampai jm6 sore, setelah itu kemungkinan daya tingkat
kejenuhan seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk
mengembalikan rasa lelah.
Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi
lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi
relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh
dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai.
Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
2. Pendekatan Organisasional
Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi
yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh.
Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan
membuat keputusan partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan
proses struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja,
memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan
mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
Penyesuaiaan penempatan yang baik dan penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu
perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya
seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya
akan kesulitan.
Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang
mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika
melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres.
Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang muadah terlebih
dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit
pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa
dihindari dan bisa dikurangi.
Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan
mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi
dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang
dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang.
Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa.
Manajemen Stress
I. Konsep Stress
Menurut Hans Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap
tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989). Stres
adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban
kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001). Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau
mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto
Heerdjan, 1987).
Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”. “Stres adalah segala masalah atau
tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita”
(Maramis, 1999). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht
(2000) bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”. Beberapa
peneliti pada abad ini telah menghasilkan beberapa perbedaan konsep tentang stres. Tiga
dari konsep berikut ini memasukkan stres sebagai respons biologis, stres sebagai kejadian
lingkungan, dan stres sebagai transaksi antara individu dengan lingkungan.
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak
dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap sebagai
kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau
kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan
stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
II. Mekanisme Stress
Stress baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru
mengalami highlight manakala kita mempresepsi tekanan dari stressor melebihi daya
tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandang
diri kita masih bisa menahan tekanan tersebut, (yang kita presepsi lebih ringan dari
kemampuan kita menahan) maka tekanan highlight belum nyata. Akan tetapi apabila
tekanan tersebut bertambah besar (dari stressor yang sama atau dari stressor lain secara
bersamaan) tekanan menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
Selama pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya ke otak, mekanisme Stress ini
berjalan terus. Belakangan ini sejumlah penelitian paduan bidang psikologi dan syaraf
(Goleman, 2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki banyak neuron mirror yang
bekerja otonom menangkap signal pada saat kita ber- interaksi sosial, kemudian
membangun (set-up) sistem sirkuit yang sesuai dengan bacaannya. Dengan perkataan
lain, meskipun secara mental kita bisa melakukan adjustment, tubuh secara otonom
melakukan mekanisme pertahanan atau perlindungan sesuai bacaan neuron mirror.
Proses terjadinya stress merupakan hal yang kompleks dan melibatkan hubungan antara
perasaan dan tubuh manusia. Informasi dari lingkungan diproses melalui dua mekanisme
dasar, yaitu:
1. Mekanisme subkonsius (autonomic nervous system)
Mekanisme ini merupakan refleks fisik dan emosional yang bekerja untuk mempersiapkan
tubuh terhadap segala aksi potensial yang mungkin diperlukan. Persiapan tubuh ini
berdiri sendiri atau terpisah dari aksi akhir.
2. Mekanisme konsius
Mekanisme volunter berupa persepsi, evaluasi, dan pembuatan keputusan. Mekanisme ini
memiliki peran untuk menentukan apakah stressor yang timbul diperlukan dan berguna
atau tidak dan menimbulkan sesuatu yang buruk atau tidak. Aksi atau respon itu sendiri
adalah konsius dan dapat timbul hanya apabila kita dapat melihat dan mengevaluasi
situasi.
III. Kategori Stress
1. Stres Kepribadian (Personality Stress)
Stres kepribadian adalah stress yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang.
Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang
yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkenal stress jenis
yang satu ini.
2. Stes Psikososial (Psychosocial Stress)
Stres psikososial adalah stress yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di
sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan
baru, masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di jalan raya, diolok-olok, dan lain-
lain.
3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)
Stres bio-ekologi adalah stress yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama yaitu
ekologi/lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis
seperti akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat
penyakit dan kondisi tubuh lainnya.
4. Stres Pekerjaan (Job Stress)
Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan,
tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, ancaman phk, target tinggi, usaha
gagal, persaingan bisnis, adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya
stress akibat karir pekerjaan.
Stres sebaiknya segera ditindaklanjuti agar tidak berujung pada yang lebih parah seperti
depresi dan gila. Bimbingan konseling, psikolog, dokter, teman dekat, keluarga, pasangan
istri/suami, anak, dan sebagainya mungkin bisa membantu masalah yang kita miliki.
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat
digolongkan sebagai berikut :
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat
bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya,
atau keagamaan.
Adapun menurut Grant Brecht (2000), stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah
tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
IV. Reaksi-Reaksi Terhadap Stress
1. Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu
penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak
menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar,
keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan agresi
Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan
serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku
kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
2. Respon Fisiologi Terhadap Stress
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap
stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
*. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll.
Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti
yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya
pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah
ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin
berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan
yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain
yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih
lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
*. General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat
didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks
GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah
jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir
ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan
hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu
untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin
dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah
ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan
atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor
masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor
penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil,
termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel
yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS
yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti
sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor
inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
V. Strategi Penanganan Stress
Dalam penanganan stress, setidaknya ada 3 cara :
Primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini
kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya: skill mengatur waktu, skill
menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara
exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau
diperlukan meminta bantuan jaringan supportive (social-network) ataupun bantuan
profesional.
Menangani Stress Kampus
Secara sederhana, kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai
STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.
S = Study skills
Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin
diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress, seyogyanya mahasiswa
perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga saya bisa belajar secara efektif
tetapi juga effisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainnya.
T = Tempo – Time management
Skill manajemen waktu perlu juga dikuasai, untuk keperluan tersebut mahaiswa perlu
memiliki paradigma waktu yang tepat.
R = Rehat ~ Rest ~ istirahat
Tubuh kita memerlukan jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi
juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan
istirahat, leisure, santai (bukan leha-leha) maka besar kemungkinan kita mengalami
stress.
E = Eating & Exercise – Makan dan Olah raga Kebugaran
Tubuh kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga ‘exercise’ yang memadai, agar
bisa bugar.
S = Self-talk ~ percakapan kalbu
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa
mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu
bisa positif, membuat kita optimis, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-
stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita kepada hati
nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan
diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar mengganti isi
percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita.
S = Social support ~ jaringan pendukung
Manusia adalah makhluk social, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan
tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa
kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan
stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap
punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan
kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan supporifnya sehingga bisa
saling mendukung di saat diperlukan.
VI. Stress dan Kinerja
Stress kerja merupakan segala sesuatu yang dialami oleh karyawan yang dimana mereka ada
ketidak seimbangan diantara fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi proses dan
kondisi karyawan, sehingga orang yang mengalami stresss kerja menjadi nervous. Oleh
karena itu penanganan stresss kerja harus dilakukan dengan baik dan berkesinambungan
dengan, dan pimpinan harus cepat tanggap terhadap hal tersebut, karena akan berdampak
pada kinerja perusahaan.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup untuk mengerjakan
sesuatu pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai
tujuannya.
Berdasarkan definisi di atas mengenai stress kerja dan kinerja, maka dapat dilihat bahwa
pengelolaan stress yang dilakukan oleh perusahaan akan selalu mempunyai hubungan
dengan kinerja pada setiap karyawan. Sehingga, apabila perusahaan mampu mengelola
stress kerja dengan baik, maka kinerjanya dari karyawan akan meningkat sesuai dengan
yang diharapkan oleh perusahaan, karena kinerja tersebut merupakan salah satu tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan.
VII. Kesimpulan
Stress merupakan keadaan yang tidak dihindarkan, setiap orang akan dan pernah
mengalaminya. Respon yang timbul akibat stress sangat tergantung pada kemampuan
adaptasi seseorang dan besarnya stressor. Stress akan berpengaruh negatif apabila
kemampuan adaptasinya kurang atau stressor yang ada terlalu besar atau melampaui batas
kemampuan adaptasinya. Stress biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif
padahal tidak. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor.
Bentuk stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian
stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus, di mana penyebab stress dianggap
sebagai sesuatu hal yang biasa. Stress juga dikatakan sebagai respons, artinya dapat
merespons apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni hubungan antara stresor.
Dianggap positif karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan.
Stres dan kinerja mempunyai hubungan timbal-balik. Stress dapat mempengaruhi kinerja
individu terhadap pekerjaan dan sebaliknya. Stress yang dihayati oleh individu dapat
menjadi sumber ketidakpuasan. Kebutuhan utama pekerja pada era teknologi canggih ini
adalah adanya hubungan sosial yang baik dengan pekerja lainnya dan dengan
penyelia/atasan serta penghargaan terhadap prestasi kerjanya. Sehingga dengan demikian,
agar kinerja kerja yang baik dapat tercapai maka perusahaan hendaknya memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Pada sisi lain, adanya hubungan sosial yang baik ini dapat dipersepsi pekerja sebagai
dukungan sosial yang dapat menurunkan ketegangan yang dihayatinya. Usaha
menurunnya stres dan dampaknya dari lingkungan pekerjaan dapat dilakukan melalui
perancangan kembali pekerjaan dan memilih pekerja sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakannya. Tujuannya adalah agar pekerjaan tidak dipersepsi sebagai suatu tekanan
atau sumber ketegangan oleh pekerja. Dalam usaha mengurangi kadar stress dan
dampaknya tersebut penyelia atau atasan dapat berperan sebagai konselor yang berusaha
membantu pekerja mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
REFERENSI
Firmansyah, Andan.(2009).KONSEP CEMAS, STRESS DAN
ADAPTASI [online].Tersedia: http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-
stress-dan-adaptasi.html (di akse s tanggal 04 Desember 2010)
Ghina, Intan.(2009).HUBUNGAN STRESS KERJA DENGAN KINERJA
KARYAWAN [online].Tersedia: http://perpusunpas.wordpress.com/2009/10/03/hubungan-
stresskerjadeng an-kinerja-karyawan.html (di akses tanggal 04 Desember 2010)
Godam.(2009).Jenis/Macam Kategori Pemicu Stress/Penyebab Stres Psikologis
Manusia [online].Tersedia: http://organisasi.org/jenis-macam-kategori-pemicu-stress-
penyebab-stres-psikologis-manusia (di akses tanggal 04 Desember 2010)
Gunarya, Dr Arlina.(2008).Manajemen Stress [online].Tersedia: http://www.unhas.ac.id/ma
ba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20MD08-Manajemen%20Stress.pdf (di akses
tanggal 04 Desember 2010)
Indriani, Fitria. dkk.(2009).KONSEP STRES DAN MANAJEMEN
STRES [online].Tersedia: http://www.scribd.com/doc/30270598/Konsep-Stres-Dan-
Manajemen-Stres.html (di akses tanggal 04 Desember 2010)
Leila, Gustiarti.(2002).STRES DAN KEPUASAN
KERJA [online].Tersedia: http://repository.u
su.ac.id/bitstream/123456789/3574/1/psikologi-Gustiarti.pdf (di akses tanggal 04
Desember 2010)
Suyono B.(2002).Stress sebagai Salah satu Sebab Gangguan Menstruasi.Dalam: Seminar
kelainan menstruasi. Bag/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi;
11 Mei 2002; Semarang.
A. PENDAHULUAN
Stres bagi banyak orang menjadi musuh utama dalam menjalani kehidupan. Stres adalah
rangsangan dalam bentuk apapun dan dari manapun yang dapat mempengaruhi proses pikir
dan tindakan seseorang. Stres dengan frekuensi dan jumlah yang tinggi akan menimbulkan
ketidakseimbangan baik fisik ataupun psikis pada individu. Ketidakseimbangan tersebut harus
segera diselesaikan melalui pemenuhan kebutuhan berdasarkan jenis stresnya.
Selain itu juga kita dapat mengartikan stress sebagai apa saja yang menstimulasi dan
meningkatkan tingkat kewaspadaan anda. Hidup tanpa stimulus akan sangat membosankan.
Hidup dengan terlalu banyak stimulus menjadi tidak menyenangkan dan melelahkan, dan
dapat merusak kesehatan anda. Terlalu banyak stress dapat sangat mempengaruhi kinerja.
Stres menurut ilmu psikologi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan diri dan
menjadikan kewaspadaan pada diri seseorang. Stres ketika kita menghadapi ujian, tindakan
yang dilakukan adalah berusaha belajar keras untuk meraih nilai yang bagus. Stres karena
akan ada perampingan jumlah karyawan, segera mungkin akan mencari lowongan kerja untuk
menyelesaikan masalah. Selain contoh stres di atas ada banyak macam stres dan penyelesaian
disesuaikan dengan jenis stresnya.Pada dasarnya bahwa stres itu harus di kelola, diatur, dan
dikendalikan dalam manajemen stres sehingga, tidak menimbulkan penyimpangan psikologis.
B. PENGERTIAN STRESS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress
adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan
stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress
dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun
dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai
suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut,
dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu
persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Arti Penting Strees :
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan
stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak
dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu
terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau
tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
C. PENGERTIAN MANAJEMEN STRES
Dalam menjalankan aktifitas kehidupan, kita harus dapat ”memanage” segala sesuatunya
dengan baik. Menurut wikipedia manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber
daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan
emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri
adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-
orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan. Tidak ada seorang
pun yang bisa menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga justru
mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena
dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup (Mudjaddid, Diffy:
2005) dalam (www.OBATSTRESS :Manajemen stres.com).
Sesuai dengan pendapat (Hawari D, 2001) manajemen atau penatalaksanaan stres, cemas,
dan depresi pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik/psikiatrik, psikososial, dan
psikoreligius. Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan stres, cemas,
dan atau depresi maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar
mampu menanggulangi stresor psikososial yang muncul dengan cara hidup yang teratur,
serasi, selaras, dan seimbang antara dirinya dengan Tuhan (vertikal), sedangkan secara
horizontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.
E. MENGHINDARI STRES
Melalui berbagai penelitian medis maupun non medis, pengamatan dan pengalaman hal-
hal yang dilakukan untuk menghindari stres adalah :
1) Jaga selalu kondisi tubuh dan diperkuat dengan mengkonsumsi makanan dan
minuman sehat (4 sehat 5 sempurna) secara disiplin (konstan makan pada jam yang
sama). Tambahkan dengan asupan multivitamin dan mineral yang cukup.
2) Tidur dan istirahat yang cukup. Tidur merupakan salah satu terapi untuk
mengurangi kemarahan dan kesedihan karena tidur memberikan kesempatan otak
untuk rilex.
3) Olah Raga teratur. Gerak tubuh akan merangsang keluarnya zat ”endorphine” yaitu
zat yang dapat membuat tubuh merasa nyaman selain zat tersebut juga dikenal
sebagai anti rasa sakit pada tubuh. Itulah sebabnya yang berolah raga teratur
umumnya tampak lebih fit dan bahagia.
4) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh.
5) Tidak meminum minuman keras (alkohol). Dampak dari minuman keras dapat
mengakibatkan gangguan mental dan perilaku , dan juga penyakit lever yang
berlanjut pada kematian.
6) Mengontrol berat badan ideal. Orang yang obesitas atau sebaliknya akan
menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh.
7) Selalu berpikir positif karena tindakan atau perasaan negatif pasti berasal dari
pikiran negatif. Sebaliknya tindakan positif pasti berasal dari pikiran positif.
8) Melakukan hobby (atau hal-hal menyenangkan positif menurut kita) karena hobby
dapat membuat kita rilex dan melupakan ”sejenak” rutinitas atau masalah yang ada
misalnya olah raga, mendengarkan musik, masak, jahit, memodifikasi mobil, motor,
sepeda dan sejenisnya.
9) Sosial ekonomi. Mengatur pemasukan dan pengeluaran belanja. Penggunaan uang
sebaiknya bersifat produktif dan pengeluaran yang konsumtif sifatnya perlu
dikendalikan dan dibatasi.
10) Jangan terpaku pada ”rutinitas”, berani berubah, tidak malu dan ragu. Hal sederhana
yang dapat dilakukan adalah mulai dari menata ulang meja kerja, ruang tidur, rumah,
menempuh route yang berbeda ke kantor, sekali waktu makan siang atau malam di
mall sekaligus cuci mata, creambath di salon, pijat reflexi, berendam di air hangat
yang merupakan salah satu cara untuk memperlancar aliran darah dan meredakan
ketegangan. Selain itu bila ada rejeki lebih kita perlu juga melakukan penggantian
barang-barang lama kita misalnya mengganti hp dengan model baru, ganti velg racing
atau tambah accesories pada kendaraan kita atau sedikit merubah penampilan kita
dengan sepatu baru, model rambut dll (secara phsikologi hal ini membawa
”semangat” baru).
11) Murah senyum, tertawa lepas, bersenandung atau bernyanyi dan bersosialisasi
dengan teman atau lingkungan (perlu teman curhat, tidak memendam masalah
sendiri). Kegiatan semacam ini dapat merangsang endorphine dan serotonin dalam
tubuh sehingga otak lebih tenang.
12) Kasih sayang. Merupakan kebutuhan psikologis sehingga masing-masing orang
mempunyai rasa aman dan terlindungi untuk ketahanan dan kekebalan keluarga
sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
13) Yang terakhir tetapi merupakan hal terpenting adalah Beribadah dan berdoa kepada
Yang Maha Kuasa tidak pada masa sulit saja, berbuat baik kepada semua orang,
bersyukur terhadap setiap hasil usaha kita, baik yang berhasil maupun yang tidak
berhasil, mensyukuri rejeki.
2. Terapi Somatik
Dalam pengalaman praktek sehari-hari sering dijumpai gejala atau keluhan fisik
(somatik) sebagai gejala ikutan atau akibat dari stres, kecemasan, dan depresi yang
berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik itu dapat diberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
3. Psikoterapi
Pada pasien yang mengalami stres, kecemasan dan atau depresi selain diberikan terapi
psikofarmaka (anti cemas danb anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi kejiwaan
(psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung
dari kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya :
a. Psikoterapi suportif
Terapi ini memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri
(self confindence) bahwa dia mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang
dihadapinya.
b. Psikoterapi re-edukatif
Terapi ini memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan
faktor psiko-edukatif masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan
remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor
psikososial yang sedang dihadapinya.
c. Psikoterapi re-konstruktif
Terapi dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh
pasien yang bersangkutan.
d. Psikoterapi kognitif
Terapi digunakan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya ingat. Selain itu
yang bersangkutan mampu membedakan nilai – nilai moral etika mana yang baik
dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang haram dan halal.
e. Psikoterapi psiko-dinamik
Terapi ini dimanfaatkan untuk menganalisa proses dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga dia jatuh sakit (stres, cemas, dan
atau depresi). Dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang
bersangkutan mencari jalan keluarnya.
f. Psikoterapi perilaku
Dengan terapi ini diharapkan agar dapat memulihkan gangguan perilaku
yang maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial yang
dideritanya. Dengan terapi ini diharapkan pasien yang bersangkutan dapat
beradaptasi dengan kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara
wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah atau kampus, di
tempat kerja, dan lingkungan sosialnya.
g. Psikoterapi keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kecemasan dan atau depresi
yang disebabkan oleh stresor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi
digunakan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor tidak lagi
menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan. Pada terapi ini tidak hanya
ditujukan pada pasien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota
keluarga lainnya.
4. Terapi Psikoreligius
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Organisasi Kesehatan seDunia
(WHO, 1984) dalam (Hawari. D, 2001) telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai
salah satu dari 4 unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik,
sehat psikis, sehat sosial, dan sehat spiritual. Pendekatan baru ini telah diadopsi oleh
psikiater Amerika Serikat (the American Psychiatric Asssociation/APA, 1992) yang
dikenal dengan pendekatan ”bio-psycho-socio-spiritual”.
Terapi psikoreligius dibutuhkan karena mengandung unsur kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme terhadap penyembuhan suatu penyakit
disamping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan.
5. Terapi Psikososial
Digunakan untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi agar yang
bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di
rumah, di sekolah atau kampus, di tempat kerja, maupun di lingkungan pergaulan
sosialnya.
Teknik terapi psikososial dilakukan dengan cara analisa SWOT yaitu :
a. Strength
Upaya mencari aspek-aspek yang positif pada diri seseorang yang merupakan
kekuatan yang perlu dikembangkan untuk mengatasi stresor psikososial yang
dihadapi.
b. Weakness
Upaya mengetahui faktor-faktor yang merupakan kelemahan dan kekurangan
pada diri seseorang. Hal tersebut dapat dikompensasikan agar tidak menghambat
penyelesaian dalam menghadapi stresor psikososial.
c. Opportunity
Usaha melihat ke depan akan adanya kesempatan yang lebih baik untuk
dijadikan sebagai penentu keberhasilan penanggulangan stresor psikososial pada
seseorang. Dan diharapkan keberhasilan tersebut lebih baik dari sebelumnya.
d. Threat
Upaya untuk mengetahui dan menyadari adanya ancaman sebagai faktor
pengganggu bagi penanggulangan stresor bahkan dapat membahayakan atau
menggagalkan penyelesaian stresor psikososial. Oleh karena itu seseorang harus
mempertimbangkan faktor ini.
6. Konseling
Semua proses terapi tersebut di atas dilakukan melalui konseling. Konseling
dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya memberikan konsultasi yaitu dokter
atau psikiater. Istilah konselor dilakukan untuk orang yang memberikan konseling,
sedangkan klien dianggap sebagai pihak yang diberi konseling.
Konseling ditujukan tidak hanya kepada individu tetapi bisa keluarga, teman
dekat, suami/istri. Selama berlangsungnya konseling suasana formal dan profesionalisme
dari pihak konselor harus mematuhi aturan terkait moral etika.
7. Teknik Simulasi
3. Penggolongan Stress
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menuruti Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),
dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Stress fisik, disebabkan oleh suatu tressehe yang terlalu tinggi atau rendah, suara bising,
sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, tress, atau
gas.
c. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau tresse yang menimbulkan
penyakit.
d. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
e. Stres psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, tress,
budaya, atau keagamaan.
4. Penyebab Stress
Adapun menurut Brench Grand (2000), tress ditinjau dari penyebabnya dibedakan
menjadi dua macam:
a. Penyebab makro, yaitu menyankut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, tress, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, antri.
6. Manifestasi Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya,
tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik
individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami
tress dapat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2. Wajah tegang, dahi berkerut, tres tress serius, tidak santai, bicara berat, sulit
tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga
mukanya tress merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari
juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila
digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (tressehea)
9. Libido menurun atau tre juga meningkat.
10. Gangguan makan tre nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan
11. Tidak tre tidur
12. Sakit mental-histeris
Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara
sadar melakukan upaya untuk mengatasi tress. Jadi pengelolaan tress dipusatkan pada
masalah yang menimbulkan tress. Ada dua strategi yang tre dilakukan untuk mengatasi
tress, yaitu:
Meningkatkan toleransi terhadap tress, dengan cara meningkatkan
keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara
psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa tress memang selalu ada dalam setiap aspek
kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang
berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi
1. makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di tresse,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2. Mengenal dan mengubah sumber tress, yang dapat dilakukan dengan tiga macam
pendekatan, yaitu:
(a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber
tress. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah,
melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur
(b) menarik diri/menghindar dari sumber tress. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber
tress tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan
menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai
masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan
© kompromi, yang tre dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber tress,
pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber tress dan
meningkatkan toleransi terhadap stress).
B. Adaptasi
1. Definisi Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon
individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil
dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu
keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda
dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang
memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.
2. Tujuan Adaptasi
Berikut ini merupakan tujuan dari adaptasi :
a. Menghadapi tuntunan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntunan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntunan keadaan secara objektif.
d. Menghadapi tuntunan keadaan secara rasional.
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.
c. Kompromi (kesepakatan).