Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) RETINOBLASTOMA

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga
kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan
oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai
penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah
memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah
penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin
pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus
lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit
retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan.
Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan retino blastoma.

1. Rumusan Masalalah
1. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?
2. Tujuan
Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan keperawatan
yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma
7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma
8. Manfaat
Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan faham akan asuhan
keperawatan yang tepat untuk pasien retina blastoma,sehinggga didunia rumah sakit nanti dapat
menerapkan asuhan keperawatan ke pasien retino blastoma dengan tepat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina.
Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat
diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa
kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi
pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan
dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah
1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

2.2 Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan menjadi
dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak
diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi
dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan.
Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang
merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke
kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2.3 Manifestasi klinis


Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat
terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan
gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai
endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan
menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak,
melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang
melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan
kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen,
ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata
atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata
menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila
stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah,
berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah
bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.

2.4 Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui
pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran
secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke
sumsum tulang dan visera , terutati.
2.5 Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt
pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana
retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
2.6 Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local
untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional,
dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran
seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis
biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau
setelah gagal pengobatan local.

Jenis terapi

1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola
mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik.
Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah
akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga
terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis
iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti
pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis
tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular
seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan
relaps orbita.

1. External beam radiotherapy (EBRT)


Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif
lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan
pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi
dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata
dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran
tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan
fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti
enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan
meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.

1. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang
ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang
residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah
kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.

1. Kryo atau fotokoagulasi


Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini
sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal
terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda
kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk
tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh
diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut
yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan
komplikasi jangka panjang.

1. Modalitas yang lebih baru


Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi
awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat
tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus
intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata,
obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT
atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi
dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan
sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
1. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif
dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan
resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang
dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada
gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan
risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien
retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang
pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi
ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang
digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin,
adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir
menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran
yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan
pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh
pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan
dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan
dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.
DOWNLOAD : WOC ASKEP RETINOBLASTOMA
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
RETINO BLASTOMA
Kasus Retino Blastoma Pada Anak
Anak T umur 3 tahun di diagnosa retino blastoma pada mata kanannya setahun yang lalu.
Lima bulan yang lalu, mata kanan anak T di lakukan oprasi pengangkatan tumor . Saat ini anak
T masuk rumah sakit karena di mata kirinya terdapat bercak putih di mata tengahnya.
Matanya menonjol terdapat stabismus. Anak T mata kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil
pemriksaan patologi anatomi d temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan
keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker servix.
3.1 Pengkajian
Anamnesa:
1. Identitas pasien
a. Nama : T
b. Usia : 3 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah kanan.
Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata kiri pasien terdapat
retino blastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi penonjolan,dan
terdapat stabismus.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah menderita
kanker servix.
5. Riwayat penyakit masa lalu

Pemeriksaan Fisik

 § B1 : Breathing (Respiratory System)


Normal

 § B2 : Blood (Cardiovascular system)


Normal

 B3 : Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60, strabismus, bola mata


menonjol
 § B4 : Bladder (Genitourinary system)
Normal
 § B5 : Bowel (Gastrointestinal System)
Normal

 § B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.

 § Biopsikososial spiritual
Gejala : Perasaan tidak percaya diri ,berbeda dengan teman sebayanya.
Tanda : murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung
3.2 Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
sensori pada lapisan sensori penglihatan
 Pasien mengeluh buram saat
fotoreseptor
melihat sesuatu.

Data objektif :
Ketajaman penglihatan
menurun
 Visus mata kiri 1/60

2. Data subjektif: Keterbatasan lapang pandang Resiko cedera (trauma)



 Klien mengeluh
Resiko tinggi cedera
pandanganya kabur
Data objektif :

 Tajam penglihatan menurun

3. Data subjektif : Retinoblastoma Nyeri Kronis



 Mengeluh nyeri di bagian
mata kiri
Metastase lewat aliran darah
 Keluhan nyeri saat

menggerakan mata
Ke otak
Data objektif :

 Ekspresi meringis
 Sering menangis
 Bola mata menonjuol
4. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra diri
setelah operasi
 Klien mengeluh malu

 Klien mengeluh takut
Malu
Data objektif :

Gangguan citra diri
 Rasa percaya diri berkurang
 Menutup diri
5. Data objektif : Pembatasan aktivitas Risiko keterlambatan
↓ perkembangan
 Kurang percaya diri
Fungsi motorik terganggu
 Suka menyendiri

Kurang percaya diri

Risiko keterlambatan
perkembangan

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori dari mata
2. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
3. Nyeri berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah otak.
4. d. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan pasca operasi
5. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan pembatasan aktivitas.
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Goal Statement (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1. Gangguan  Mempertahankan lapang
persepsi ketajaman penglihatan tanpa
 Orientasikan pasien terhadap  Dengan
sensori kehilangan lebih lanjut.
lingkungan, staf, orang lain di menget
penglihatan  Tentukan ketajaman
areanya. ekspres
penglihatan, catat apakah satu
 Letakkan barang yang pasien
atau kedua mata terlibat.
dibutuhkan/posisi bel pemanggil mempe
dalam jangkauan. tindaka
 Dorong klien untuk keperaw
mengekspresikan perasaan selanju
tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
 Lakukan tindakan untuk
membantu pasien untuk
menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, atur
perabot/mainan, perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan
malam
o Ketajaman penglihatan
dapat digunakan untuk
mengetahui gangguan
penglihatan yang terjadi
o Orientasi akan
mempercepat penyesuaian
diri pasien di lingkungan
baru
o Mempermudah
pengambilan barang jika
dibutuhkan
2. Nyeri akut  Rasa nyeri yang ri rasakan
pasien berkurang / hilang
 Berikan tindakan kenyamanan
o Tentukan riwayat
dasar (misalnya: reposisi) dan  Persetu
nyeri, misalnya lokasi
aktifitas hiburan (misalnya: dan kel
nyeri, frekuensi,
mudik, telefisi). mempe
durasi, dan intensitas
 Bicarakan dengan individu dan pelaksa
(skala 0 – 10) dan
keluarga penggunaan terapi terapi
tindakan
distraksi, serta metode pereda
penghilangan yang
nyeri lainnya. Untuk selanjut
digunakan
 Ajarkan tindakan pereda nyeri dapat melakuk
 Beri individu pereda rasa sakit pereda nyeri se
yang optimal dengan analgesik mandiri
 Dengan mengetahui skala nyeri

penderita maka dapat ditentukan
tindakan yang sesuai untuk
menghilangkan rasa nyeri
tersebut
 Tindakan kenyamanan dasar
dapat menurunkan rasa nyeri
3 Cemas  Kecemasan dapat segera
berhubungan teratasi.
dengan  Kaji tingkat ansietas, derajat
penyakit yang pengalaman nyeri/timbulnya
diderita klien. gejala tiba – tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
 Berikan informasi yang
akurat dan jujur. Diskusikan
dengan keluarga bahwa
pengawasan dan pengobatan
dapat mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
 Dorong pasien untuk
mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
 Identifikasi sumber/orang
yang menolong.
 Untuk mempermudah
rencana tindakan
keperawatan yang akan
diberikan selanjutnya
 Kolaborasi dengan keluarga
pasien akan mempercepat
proses penyembuhan.
4 Resiko cidera  Resiko cedera berkurang.
trauma.  Orientasikan pasien klien
terhadap lingkungan, staf,
 Dukun
dan orang lain yang ada di
keluarg
areanya.
dalam p
 Anjurkan keluarga
penyem
memberikan mainan yang
pasien
aman (tidak pecah), dan
pertahankan pagar tempat
tidur.
 Arahkan semua alat mainan
yang dibutuhkan klien pada
tempat sentral pandangan
 Mempe
klien dan mudah untuk
pengam
dijangkau.
 Orientasi akan mempercepat mainan
penyesuaian diri pasien di
lingkungan baru
5 Risiko  Proses perkembangan klien
keterlambatan berjalan dengan normal.
perkembangan  Berikan kesempatan anak
mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan.
 Orang
o Melibatkan orang tua
berpera
berperan aktif dalam
dalam t
perawatan anak
kemban
o Lakukan pendekatan
 Cara pa
melalui metode
dan efe
permainan.
anak-an
o Buat jadwal untuk
prosedur terapi dan
latihan.
o Upaya meningkatkan
pola pikir klien

BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang)
atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional.
Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya
pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita
sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat
segera diobati.

Daftar Pustaka

(Anonim Oktober 2010,09:00)


(Anonim) retinoblastoma.com/retinoblastoma/frameset1.htm
(07 Oktobebr 2010,10:00)
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta:Badan Penerbit
IDAI.
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35544-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-
Askep%20Retinoblastoma.html#popup

Anda mungkin juga menyukai