Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau
konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah
kornea. Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang
nyaman karena biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan
mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah
nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan kita
akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa ocular eksternal
superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas
konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini
bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu
jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya
sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang
sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.
Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata,
menjadi merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa
mengganggu proses cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome.
Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini
didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita.
Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan tindakan medis yang
maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya pembesaran pterygium.
Dokter juga akan memastikan bahwa tidak ada efek samping dari pengobatan
dan perawatan yang diberikan.

B. Anatomi Fisiologi Mata


Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang
dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah
lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks
dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Organ luar

- Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.


- Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
- Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya
dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf
manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
- Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari
sumber cahaya.
- Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata
1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
- Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas
cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan
melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi
ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris
berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang
berwarna pada mata.
- Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina.
Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh
tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya
datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat
objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
- Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya
bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan
ke saraf optik.
- Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke
otak.

Palpebra

- Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.


- Tdd : Palpebra superior dan inferior

- Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam


diliputi oleh membran mukosa à conjunctiva.

- Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus


conjunctivalis.

- sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.

- Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus
lacrimalis) dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)
Lapisan Bola Mata
Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan :
Tunika fibrosa :
- Bagian posterior yang opak
- Sclera
- Bagian anterior yang transparan
- Cornea
Tunika Vasculosa Pigmentosa :
- Choroidea
- Corpus Cilliary
- Iris dan pupil
- Tunika Nervosa : Retina

Otot-otot penggantung bola mata


Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus
(Nervus II). Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf
optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari
retina ke otak.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf
okulomotoris (Nervus III), saraf ini bertanggungjawab terhadap
pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan mengatur konstraksi
pupil mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf
lakrimalis yang merangsang dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan
kanan dan menghasilkan air mata yang encer.

Sistem cairan mata - Intraokular

Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan


tekanan yang cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini
dibagi dua : Humor aqueous (anterior lensa), Humor vitreus (posterior
lensa & retina).
Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan
oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu
lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat
buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan
tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan
dalam bola mata/tekanan intra okuler.
1. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga
merupakan suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium
banyak terjadi pada mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar
rumah dan banyak terkena panas terik matahari. Faktor resiko terjadinya
pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak terkena sinar matahari,
daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab paling
umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara
panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini.
Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen,
kimia dan zat pengiritasi lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani,
nelayan dan orang-orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa.
2. Patofisiologi
Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen
dan ploriferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi
epithelium, Histopatologi kolagen abnormal pada daerah degenerasi
elastotik menunjukkan basofilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin.
Jaringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan elastic akan tetapi
bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini tidak bisa
dihancurkan oleh elastase.
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-
kadang berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea
menarik dan pada daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat
degenerasi stauma yang berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang
penuh pembulih darah. Degenerasi ini menekan kedalam kornea serta
merusak membran bauman dan stoma kornea bagian atas.
PATWAYS

Sinar Ultra Violet Angin Asap Debu

Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita

Meatus nasi inferior

Tenjadi iritasi

Penebalan dan pertumbuhan


Konjungtiva bulbi

Menjalar ke kornea

Perubahan rasa
Perubahan rasa nyaman
nyaman Menutupi kornea
(Rasa kemeng di mata,
(sensasi benda asing di
Sensasi benda
mata) asing)
Pandangan kabur Perubahan
persepsi sensori

Risiko cidera Dilakukan tindakan operatif Ansietas

Terjadi trauma jaringan (luka)

Perubahan persepsi Risiko Infeksi


sensori
Nyeri

Risiko Cidera
3. Manifestasi Klinis
1. Mata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.
2. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke
kornea (Zone Optic).
3. Dapat diseratai keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat
kering) dan garis besi yang terletak di ujung pteregium.

4. Klasifikasi Dan Grade


1. Klasifikasi Pterygium:
a. Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
b. Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.
2. Grade pada Pterygium :
a.Grade 1:
Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva
sklera masih dapat dibedakan), pembuluh darah sklera masih dapat
dilihat.
b.Grade 2:
Pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
c. Grade 3:
Resiko kambuh, hiperemis, pada orang muda (20-30 tahun), mudah
kambuh.
d.Grade 4:
Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan,
faktor risiko seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta
memeriksa visus pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan
lanjut. Anamnesa positif terhadap faktor risiko dan paparan serta
pemeriksaan fisik yang menunjang anamneses cukup untuk membuat
suatu diagnosa pterygium.
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk
memastikan bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya
dari diagnosa banding lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan
menggunakan alat yang terdiri dari lensa pembesar dan lampu
sehingga pemeriksa dapat melihat bagian luar bola mata dengan
magnifikasi dan pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian luar
untuk terlihat dengan jelas.

6. Penatalaksanaan
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih
muda. Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes
mata dekongestan. Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif
atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat
terjadinya astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi
media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara
kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air
mata buatan dan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen
(lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila diberi
vasokontriktor (prednisone asetat) maka perlu kontrol 2 minggu dan bila
terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang
dilakukan bila pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat
tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk
mengangkat pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi
penglihatan atau secara tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi
biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B
atau terapi lainnya.
Jenis Operasi pada Pterygium antara lain :
1. Bare Sklera
Pterygium diambil, lalu dibiarkan, tidak diapa-apakan. Tidak
dilakukan untuk pterygium progresif karena dapat terjadi granuloma
→ granuloma diambil kemudian digraph dari amnion.
2. Subkonjungtiva
Pterygium setelah diambil kemudian sisanya dimasukkan/disisipkan di
bawah konjungtiva bulbi → jika residif tidak masuk kornea.
3. Graf
Pterygium setelah diambil lalu di-graf dari amnion/selaput mukosa
mulut/konjungtiva forniks.

7. Komplikasi
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
2. Kemerahan
3. Iritasi
4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea.
Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan
memberi kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah
otot rektus umumnya menyebabkan diplopia pada pasien dengan
pterygium yang belum dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan
pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan focal kornea mata akan
tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi post operasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Reaksi material jahitan
3. Conjungtival graft dehiscence
4. Corneal scarring
5. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata
perdarahan vitreous, atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta
pada pterygium adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian
dari kasus ini dapat memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan pterygium adalah :
1) Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pekerjaan, Status perkawinan,
Alamat, Pendidikan.
2) Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya,
penglihatan kabur.
3) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan pterygium adalah penurunan ketajaman
penglihatan. Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama, gambaran
gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau memperingan,
apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolik lainnya memicu resiko pterygium.
5) Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.

6) Data Bio – Psiko – Sosial – Spiritual


a. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
b. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan
kabur / tidak jelas.
c. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah
sekali, pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan
kabur.
d. Rasa Aman
Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya
maumun tindakan operatif yang akan dijalaninya.
e. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji
riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem
vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan
diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas
fenotiazin.
7) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang
tumbuh abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan
adanya penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler
3. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.
Post Operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan akibat pembedahan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat
diskontinuitas jaringan.
3. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan
luka post operasi.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1. Perubahan rasa nyaman (rasa kemeng, sensasi benda asing)
berhubungan dengan adanya penebalan konjungtifa bulbi yang
menjalar ke kornea.
a. Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien merasa
nyaman, dan dapat memahami penjelasan perawat.
b. Kriteria Hasil :
 Pasien merasa nyaman.
 Pasien dapat rileks

Intervensi Rasional
1) Kaji dan dokumentasikan 1) Untuk mengetahui penyebab
keluhan pasien. penyakit pasien.
2) Beri pemahaman kepada pasien 2) Agar pasien paham dan
tentang penyakitnya. mengerti dengan penyakitnya
sehingga mampu menjalani
3) Beri penjelasan kepada pasien pengobatan sesuai saran dokter.
mengenai tindakan yang dapat 3) Untuk mengurangi pemaparan
membantu pasien agar merasa sunar ultraviolet maupun debu
lebih nyaman seperti: memakai pada mata.
kaca mata gelap pada siang
hari, beerusaha memperkecil
kemunginan kontak dengan
angin, asap, debu, dan sinar
matahari.
4) Sarankan kepada pasien agar 4) Untuk mengetahui
segera berkonsultasi dengan perkembangan penyakit mata
dokter bila terjadi perubahan yang pasien alami.
yang signifikan pada matanya.
5) Sarankan kepada pasien untuk
memakai obat yang telah 5) Untuk mempercepat proses
diresepkan oleh dokter. penyembuhan.

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler.


a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
b. Kriteria Hasil :
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
 Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan

Intervensi Rasional
1) Tentukan ketajaman 1) Penemuan dan penanganan
penglihatan, kemudian catat awal komplikasi dapat
apakah satu atau dua mata mengurangi resiko kerusakan
terlibat dan observasi tanda- lebih lanjut.
tanda disorientasi.
2) Orientasikan klien tehadap 2) Meningkatkan keamanan
lingkungan. mobilitas dalam lingkungan.
3) Perhatikan tentang suram 3) Cahaya yang kuat
atau penglihatan kabur dan menyebabkan rasa tak nyaman
iritasi mata, dimana dapat setelah penggunaan tetes mata
terjadi bila menggunakan dilator.
tetes mata.
4) Ingatkan klien menggunakan 4) Membantu penglihatan pasien.
kacamata.

3. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.


a. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
tidak mengalami cedera.
b.Kriteria Hasil:
Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores,
tertusuk, dsb).

Intervensi Rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Awasi pasien selama proses 2) Mencegah terjadinya risiko
pemeriksaan berlangsung. cidera pada pasien.
3) Bimbing pasien berjalan 3) Agar pasien merasa aman dan
selama pemeriksaan bila mencegah terjadinya cidera
pengelihatannya sangat kabur. pada pasien.
4) Bersihkan jalan yang dilewati 4) Untuk menghindari risiko
pasien dan yakinkan ruangan cidera, dan lebih memperjelas
dalam keadaan terang. penglihatan pasien.
5) Libatkan keluarga dalam 5) Mencegah terjadinya cidera
pengawasan pasien sehari- pada pasien.
hari. 6) Mencegah terjadinya cidera
6) Anjurkan untuk menjauhkan pada pasien.
benda-benda yang berbahaya
di sekitar lingkungan pasien. 7) Mencegah terjadinya
7) Anjurkan untuk menghindari cidera/jatuh pada pasien.
pasien melintasi lantai licin.

4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.


a. Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan kecemasan
pasien berkurang.
b. Kriteria Evaluasi
 Pasien tidak cemas
 Pasien tampak rileks

Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat ansietas, derajat 1) Factor ini mempengaruhi
pengalaman nyeri/ timbulnya persepsi pasien terhadap
gejala tiba-tiba dan ancaman diri, potensial siklus
pengetahuan kondisi saat ini. ansietas, dan dapat
mempengaruhi upaya medic
2) Berikan informasi yang untuk mengontrol TIO.
akurat dan jujur. Diskusikan 2) Menurunkan ansietas
kemungkinan bahwa sehubungan dengan
pengawasan dan pengobatan ketidaktahuan/harapan yang
dapat mencegah kehilangan akan datang dan memberikan
penglihatan tambahan. dasar fakta untuk membuat
3) Dorong pasien untuk pilihan informasi tentang
mengakui masalah dan pengobatan.
mengekspresikan perasaan.
3) Memberikan kesempatan untuk
4) Jelaskan dengan jujur pasien menerima situasi nyata,
mengenai prosedur tindakan mengklarifikasi salah konsepsi
operatif yang akan dan pemecahan masalah.
dijalaninya. 4) Pasien mengerti tentang
5) Identifikasi sumber/ orang prosedur operasi sehingga
yang menolong. kecemasan pasien akan
berkurang.
5) Memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.

Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan akibat pembedahan.
a. Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien
berkurang atau terkontrol.
b. Kriteria hasil :
 Pasien mengeluh tidak nyeri
 Skala nyeri 0 dari skala 0-10 yang diberikan.
Intervensi Rasional
1) Monitor TTV pasien 1) Mengetahui keadaan umum
pasien.
2) Kaji tingkat nyeri yang 2) Untuk mengetahui tingkat
dialami oleh klien. nyeri pasien.
3) Berikan posisi yang 3) Membantu pasien untuk
nyaman. rileks.
4) Ajarkan kepada klien 4) Untuk mengurangi rasa
tekhnik distraksi / nyeri.
relaksasi.
5) Anjurkan pasien untuk 5) Vasokontraksi dapat
tidak melakukan aktifitas meningkatkan tekanan bola
yang dapat meningkatkan mata sehinggan dapat
vasokontraksi, seperti meningkatkan nyeri yang
mengedan dan batuk dirasakan.
beruntun.
6) Ciptakan tempat tidur 6) Memberikan kenyamanan
yang nyaman. pada pasien
7) Kolaborasi dengan tim 7) Mengurangi nyeri secara
medis untuk pemberian farmakokinetik.
analgetik

2. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.


a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi infeksi
pada pasien.
b. Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien: kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolaesa.
Intervensi Rasional
1) Kaji karakteristik luka, 1) Mengetahui keadaan umum
pantau adanya tanda luka dan mengidentifikasi
infeksi (rubor, kalor, dolor, adanya tanda-tanda infeksi.
tumor, dan fungsiolaesa).
2) Gunakan tehnik aseptik 2) Untuk mencegah terjadinya
dalam perawatan post kontaminasi terhadap
operatif. mikroba
3) Beri tahu klien tentang 3) Mencegah terjadinya
pentingnya kebersihan dan infeksi. Bila tangan yang
cara mencuci tangan yang menyentuh daerah mata
baik. Yaitu cuci tangan kotor maka akan
dibawah air mengalir dan mempermudah jalan
gunakan 6 langkah cuci masuknya
tangan yang baik dan mikrooorganisme pathogen
benar. Informasikan untuk ke dalam luka.
melakukan cuci tangan yg
benar sebalum dan
sesudah menyentuh daera
mata. 4) Air hangat-hangat kuku
4) Ajarkan untuk dapat membunuh beberapa
membersihkan mata jenis mikroorganisme
dengan kapas yang pathogen
dibasahi dengan air
hangat-hangat kuku bila 5) Membantu membunuh
mata tersa gatal. mikroorganisme patogen.
5) Kolaborasi dalam
pemberian antibiotika.

3. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan


luka post operasi.
a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.

b. Kriteria Hasil :
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
 Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
Intervensi Rasional
1) Tentukan ketajaman 1) Mengetahui tingkat
penglihatan. ketajaman pengeliatan
pasien.
2) Orientasikan klien pada 2) Memudahkan pasien
lingkungan, staf, orang lain berkomunikasi dengan
di sekitar. orang disekitar.
3) Letakkan barang yang 3) Memudahkan pasien
sering diperlukan dalam mengambil barang-barang
jangkauan . yang sering digunakan.
4) Buah-buahan yang
4) Anjurkan klien untuk berwarna kuning memiliki
mengkonsumsi nutrisi yang kandungan vit. A yang
bergizi, misalnya buah- tinggi dan baik untuk
buahan yang berwarna mata. Dan asupan nutrisi
kuning, seperti pepaya, yang baik dapat
wortel dan lain-lain. mempercepat proses
penyembuhan luka.
5) Berikan obat-obatan sesuai
terapi. 5) Mempercepat
penyembuhan secara
farmakokinetik.

4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.


a. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
tidak mengalami cedera.
b. Kriteria Hasil: Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh,
tergores, tertusuk, dsb).

Intervensi Rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Bimbing pasien berjalan 2) Agar pasien merasa aman dan
selama pemeriksaan bila mencegah terjadinya cidera
pengelihatannya sangat kabur. pada pasien.
3) Bersihkan jalan yang dilewati 3) Untuk menghindari risiko
pasien dan yakinkan ruangan cidera, dan lebih memperjelas
dalam keadaan terang. penglihatan pasien.
4) Anjurkan pasien tidak 4) Peningkatan tekanan pada bola
melakukan aktifitas yang dapat mata yang terdapat luka
meningkatkan tekanan pada berisiko memperparah cidera
bola mata seperti menunduk, pada mata yang luka.
mengedan, dan batuk beruntun.
5) Anjurkan pasien agar tidak 5) Tidur kearah mata yang sakit
miring kearah mata yang sakit/ dapat menyebabkan
luka pada saat tidur. meningkatnya tekanan pada
bola mata yang sakit, sehingga
6) Anjurkan pasien untuk makan berisiko menyebabkan cidera/
makanan tinggi serat (sayur- pendarahan pada luka.
sayuran dan buah-buahan) agar 6) Pencernaan yang lancar
pencernaan menjadi lancar. mengurangi kemungkinan
7) Libatkan keluarga dalam pasien mengedan saat BAB,
pengawasan pasien dan sehingga mengurangi risiko
membantu pasien memenuhi cidera.
kebutuhan sehari-hari. 7) Mencegah terjadinya cidera
8) Anjurkan keluarga untuk pada pasien.
menciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien misalnya 8) Mencegah terjadinya cidera
menjauhkan benda-benda yang pada pasien.
berbahaya di sekitar
lingkungan pasien dan gunakan
tempat tidur yang rendah
dengan pagar pengaman di tepi
tempat tidur untuk pasien.
9) Anjurkan untuk menghindari 9) Mencegah terjadinya
pasien melintasi lantai licin cidera/jatuh pada pasien

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


mengenai perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan pasien mengetahui
tentang penyakitnya.
b. Kriteria hasil: pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya
dan cara perawatannya.
Intervensi Rasional

1) Berikan penjelasan mengenai 1) Menambah pengetahuan pasien


kondisi penyakit, proses tentang penyakitnya.
sebelumnya dan sesudah
dilakukan pembedahan.
2) Jelaskan dan ajarkan 2) Menambah pengetahuan pasien
perawatan secara teratur di tentang cara perawatannya.
pelayanan kesehatan terdekat.
3) Libatkan orang terdekat klien
3) Memudahkan dalam membantu
dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari. pasien dalam melakukan ADL.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang
ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan
respon klien. Implementasi/pelaksanaan pada diagnosa keperawatan,
mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat. Pelaksanaan rencana
tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal. Langkah-langkah persiapan tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut.
1) Memahami rencana perawatan yang telah ditentukan.
2) Menyiapkan tenaga atau alat yang diperlukan.
3) Menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan
antara lain : langkah pelaksanaan, sikap yang meyakinkan, sistematika
kerja yang tepat, pertimbangan hukum dan etika, tanggung jawab dan
tanggung gugat, mencatat semua tindakan keperawatan yang telah
ditentukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang yang telah ditentukan. Penentuan masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan
antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetatpkan.
Dimana: S (subjektif) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah diberikan tindakan. O (objektif): informasi yang didapat berupa
hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah
dilakukan tindakan. A (analisis) : membandingkanantara informasi
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. P
(palnning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada


Praktek Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Doenges Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Salim S Anissa. 2005. Asuhan Keperawatan pada Pasien Pterigium.


www.google.com,

http://www.scribd.com/doc/182335754/LP-ASKEP-PTERIGIUM-
doc#scribd

Anda mungkin juga menyukai