Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUME MATERI DASAR PRODUKSI TERNAK

Nama : Firgilia Cindy Lesu

Nim : 420220103014

Prodi : Budi Daya Ternak

Zat toksik adalahh zat yang dapat menimbulkan kerja yang merusak dan
berbahaya bagi Kesehatan.

Kerja dan efek toksik, proses ini umumnya dikelompokkan kedalam tiga fase :

1) Fase eksposisi ( fase farmaseutika )


Jika suatu objek biologis berkontak dengan sesuatu zat maka kecuali zat
radioaktif, hanya dapat terjadi efek biologi atau toksik setelah absorpsi
zat tersebut. Pada umumnya hanya bagian zat yang berada dalam bentuk
terlarut, terdispersi secara molekul, yang dapat diabsorpsi.
2) Fase toksikinetik ( fase farmakokinetik )
Hanya sebagian dari jumlah zat yang diabsorpsi mencapai tempat
kerjanya yang sebenarnya, jaringan yang sesuai dan reseptor, lokasi
kerjanya ditingkat molekul. Fase toksokinetik, bersama bagian prosesnya,
yaitu invasi absorpsi dan distribusi dan evasi biotransformasi dan
ekskresi.
3) Fase toksodinamik
Interaksi antara tokson dengan respoter tempat kerja toksik dan juga
proses-proses yang terkait dimana akhirnya muncul efek toksik atau
farmakologik, menggolongkan efek yang muncul berdasarkan manfaat
dari efek tersebut terapwutis, efek hasil interaksi xenobiotika.
 Taksologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajaribegek atau dampak
dari zat-zat yang merugikan organisme hidup dan system biologisnya
 Toksisitas merupakan potensi dari suatiu senyawa kimia untuk dapat
menyebabkan jerusakan Ketika senyawa mengenai masuk ke dalam
tubuh.
 Xenobiotika/tokson merupakan zat asing yang masuik dalam tubuh
kedalam tubuh manusia. Contohnya obatan, insktisida, zat kimia
tambhana pada makanan, dan zat karsinogen lainnya.

RACUN ALAMI PADA PAKAN TERNAK


1) Lantana ( pohon bunga telakan ) atau babadotan

Daun babadotan secara kimiawi mengandung senyawa pyrrolizidine alkaloid


dalm struktur kimia berupa lycopsamin dan echinatin yang bersifat toksik.
Keracunan pada ternak terjadi karena kelaparan melalui perjalanan jauh serta
ternak di gembalakan pada lokasi yang baru dan tidak memiliki keterbatsaan
pakan hijauan.

2) Singkong

Singkong mengandung senyawa yang potensi racunnya linamarin dan


lotaustralin termaksud dalam golongan glikosida sianogenetik. Singkong
memliki 2 tipe, yaitu pahit dan manis. Tipe pahit mengandung kadar racung
yang lebih tinggi dari tipe manis yang manis mangandung sianida lebih 50 mg
per kilogram. Sianida yang masuk kedalam tubuh harus 1 mg per kg berat badan
tidak boleh lebih per hari. Singkong yang mentah atau yang di masak kurang
matang dan di komsumsi maka racun akan menjadi senyawa kimia yang disebut
hydrogen sianida yang dapat menggangu Kesehatan. Hewan yang rentan
terkena ialah hewan ruminansia dimana gejala keracunan sianida ini dapat
meliputi penyempitan saluran nafas, mual muntah, gejala kejang-kejang, serta
keluarnya buih keputihan dari mulut. Jika terjadi kasus yang besar dapat
menimbulkan hingga kematian.
3) Lantana camara

Senyawa toksin lantana asam triterpenoid yang di kenal sebagai lantadene A,


disebut rehmannic acid yang dosis toksik secara oral dari lantadene A pada
domba sebesr 60 mg/kg secara intravenous sebesar 4 mg/kg. daun sebagai
sumber utama lantadene A, sedangkan bunga, buah dan akar toksiknya rendah.
Keracunan terjadi Ketika hewan berpindah ke tempat yang baru saat musim di
mana pakan hijauan sangat sulit di dapatkan karena perubahan tempat dan
kondisi musim yang mengakibatkan kekurangan pakan. Pada keracunana akut,
gejala klinis yang muncul beberapa jam setelah memakan tanaman ternak mulai
mengalami depresi, yang membuat nafsu makannya tidak ada dan menurunnya
motilitas rumen. Keracunna kronis di tandai dengan gejala fotsensitisasi yang
keretakannya telihat di deskuamasi kulit yang gatal, peradangan sclera, dan
adanya perubahan dari cornea dengan peningkatan sensitivitas mata terhadapa
cahaya terang. Kematiannya terjadi setelah 2 hari intoksikasi yang parah, yang
mengakibatkan kombinasi antara penyakit hati dan kegagalan ginjal.
Pencegahan absorbs toksin oleh saluran pencernaan yang membantu pengobatan
penyakit yang mengeluarkan toksin dari rumen dengan menggunakan ruang
aktif atau bentonite.

4) Kacang tanah

Kacang tanah atau bungkil kacang tanah sebagai limbah industri sering
dimanfaatkan untuk makanan penguat bagi ternak, utamanya sapi dan babi.
Kacang tanah atau bungkil kacang tanah dalam situasi tertentu dapat
mengakibatkan keracunan akibat dari daya kerja aflatoksin

Dalam keadaan biasa pakan ternak dari bungkil kacang tanah ini adalah normal
dan biasa diberikan, namun dalam situasi tertentu dapat menjadi racun karena
kacang atau bungkil kacang tersebut telah ditumbuhi jamur Aspergillus flavus.
Galur tertentu dari jamur tersebut dapat diproduksi toksin, terutama bila bungkil
yang tersedia tidak betul-betul keringHewan rentan terhadap racun dari jamur
Aspergillus ini adalah sapi, babi, dan ayam, sedangkan domba termasuk lebih
tahan Hewan muda lebih rentan daripada hewan dewasa.
Gejala klinis akibat pengaruh dari racun jamur Aspergillus flavus pada
kebanyakan hewan antara lain adalah kecepatan pertumbuhannya berkurang dan
nafsu makan juga berkurang. Keracunan yang hebat dapat menyebabkan
kekejangan dan kemudian hewan akan ambruk. Pedet yang keracunan dapat
mengalami tenesmus dan buta. Pengaruh paling menonjol pada sapi dewasa
yang sedang laktasi adalah penurunan produksi susu.

5) Umbi bakung pohon bung lily

Bakung termasuk dalam keluarga Liliaceae. Hampir semua jenis bakung


adalah beracun dan tidak mudah dicerna. Tanaman jenis ini banyak tumbuh di
padang penggembalaan sehingga secara tidak sengaja dapat termakan oleh
ternak umbi bakung sering lebih banyak mengandung racun daripada bagian
tanaman yang berada di atas tanah. Hewan yang termasuk rentan adalah sapid
an babi. Babi sering terkena racun bakung karena kebiasaannya makan umbi-
umbian dengan cara menggali tanah menggunakan moncongnya.

Gejala klinis pada ternak yang keracunan bakung terlihat gejalanya


bervariasi, tergantung banyaknya bakung yang dimakan. Glikosida atau alkaloid
merupakan bahan pokok racun yang berakibat pada jantung dan sistem saraf.
Bila hanya sebagian kecil yang termakan, maka akan terlihat gejala saraf. Tetapi
bila sebagian besar termakan, maka yang timbul adalah gejala jantung sebelum
sempat menunjukkan gejala saraf. Sapi yang keracunan sering muntah-muntah,
diare, dan kemudian mati karena berhentinya fungsi jantung. Pada uji pascamati
yang sering terlihat adalah gastroenteritis.
 FAKTOR PENENTU RESIKO TOKSISITAS

 Dosis
Semua zat beracun yang tidak ada zat yang buka racun di mana hanya
dosis yang bisa membuat suatu zat tersebut bukan mengandung racun, karena
zat yang digunakan membutuhkan jumlah besar lalu menimbulkan kerusakan
dan keracunan bagi tubuh dengan dosis yang ditentukan oleh konsentrasi
membutuhkan waktu lama ke eksposisi zat sehingga racun pada konstrasi
rendah tetapi terdapat kotak yang lama dapat menimbulkan efek toksik yang
sama zatnya karena terpapar konsentrasi tinggi dengan waktu kontak singkat.
 Keadaan dan kebersihan tempat kerja dan perorangan
Hal yang terutama penyimpanan zat berbahaya zat kimia, digunakan
dalam rumah tangga, contohnya deterjen, desinfektan, kosmetik, dan obat harus
di simpan ke tempat yang aman dan jauhkan dari jangkauan anak. Karena jika
di simpang sembarang zat-zatnya dapat menimbulkan keracunanan pada anak.
Sehingga kinerja kerja penting terutama dalam
 Pembatasan sebuah pembentukan debu atau pemaparan zat kimia
 Meminimalkan kontak yang berbahaya dengan kulit atau anggota tubuh
 Perlu adanya pengetahuan dan peraturan tentang penggunaan pelindung
seperti alat-alat kerja sarung tangan, dan lain secara benar.
 Keadaan fungsi organ yang kontak
Keadaan yang fungsi organnya kontak dengan zat toksik
dipengaruhi oleh eksposisi zat, yang di ketahui zat toksik merupakan zat
yang dapat menimbulkan kerja yang merusak dan berbahaya bagi tubuh.
Contohnya, absrobsi yang melalui kulit terpengaruh dari kandungan
kelembapan peredaran darah kulit, yang keadaan setiap kulit. Apabila
lapisan yang dipermukaan kulitnya rusak maka fungsi kulitnya sebagai
barrier atau penghambat terhadap zat-zat yang masuk kedalam tubuh
akan berkurang yang disebabkan oleh zat atau bakteri dan virus lain yang
mudah masuk. Selain lipofil, hidrofil juga bisa masuk melalui salura
pernapasan yang ada industrialisasi menyebabkan terjadi polusi bagi
udara. Dengan kondisi saluran napas dan paru-paru yang mengalami
eksposisi sebeumnya mempengaruhi keadaan organ pajanan dengan
resiko penularan dengan pajanan yang lebih lama.
Contohnya : jika paru-paru terkena arsen yang beracun, akan terjadi
iritasi local pada organ apabila pajanan terjadi cepat atau lebih lama mak
akan terjadi kanker paru-paru. Dengan jalur penyerapan xenobiotika yang
saluran pencernaanya berupa paru-paru dan kulit.
 Metabolisme
Xenobiotika yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan
struktur kimia oleh sistem enzim tubuh yang mengalami perubahan struktur
kimia oleh system enzim tubuh yang pada akhirnya dapat disekresi dari dalam
tubuh dengan proses biokimia yang dialami xenobiotika dikenal sebagai reaksi
bitransformasi di kenal sebagai reaksi metabolisme. Yang biotransformasi atau
metabolisme pada umumnya berlangsung dihati dengan Sebagian kecil dari
organ-organ lain seperti : ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, kelenjer susu,
otot, kulit atau darah.
 Toksin alami
Kelompok yang toksin secara alamiah ada dalam makanan termasuk
dalam kelompok phenol glikosida sianogen glukosinolat inhibitor
asetilcholinesterase amina biogenic dan stimulant.
I. Kelompok fenol
biasanya dijumpai dalam proses produksi makanan dan minuman,
memiliki kelompok racun yang jarang menyebabkan keracunan akut.
Sperti pada asam fenolat seperti asam kafeat, asam ferulat, asam galat,
flavonoid, lignin, serta tannin yang dapat terhodlisis, dan turunnya tannin
yang terkondensasi.
II. Kelompok glikosida sianogen
glokosida mampu menghasilkan sianida akibat terjadinya proses
aktifitas enzim hidrolitik. Dengan berapa jenis tanaman yang
mengandung glikosida sianogen diantaranya ketela pohon, sorgum,biji
karet, gadung, dan pucong.
III. Glukosinolat
hirolisis glikosinolat yang menghasilkan isotiosianat dan nitril
dengan beberapa isotiosianat dalam menunjukan efek racun pada embrio
tikus sedang dan beberapa di anatranya menyebabkan sitotoksik dan
mutagenic. Glukosinolat terdapat dalam sayur-sayuran seperti kol dann
brokoli.
IV. Inhibitor asetillkolinesterase
sekelompok alkoid dengan salah satu umbi yang cukup berpotensi
menghasilkan inhibitor ialah kentang. Kentang mengandung
glikoalkaloid solanin. Umbi kentang yang berwarna hijau memiliki
kandungan solanin yang lebih tinggi dan terkonsentrasi kulit. Jika terjadi
keracunan solanine dapt menganggu system pencernaan dan simtom
syaraf.
V. Amino biogenik
Bebrapa tanaman tertentu seperti buah alpokat, pisang, kurma,
nanas, dan tomat. Dengan amino biogenic yang beresiko yaitu
phenetylamines, dopamine, norephrine, dan tyramine yang dapat
menyebabkan hipertensi.
VI. Stimulant
didalam nya termaksud kafein teofilin dan teoborim.

 ZAT ANTI NUTRISI


Zat anti nutrisi merupakan zat pada bahan makanan yang menganggu
proses penyerapan zat gizi dalm tubuh serta pengaruh yang tampak dari
komsumsi zat anti nutrisi dengan kekurangan gizi dalam keadaan nutrisi
marginal dan kekurangan nutrisi marginal adalah nutrient tertentu dalam jumlah
yang menangani ouncak kebutuhan nutrien dalam mendukung fungsi dasar
tubuh dan otak.
Zat nutrisi dibedakan menjadi 3 kelompok :
 Anti protein : proses inhibitor yang terdapat pada kacang-kacangan.
 Anti minirel : asam fitat, asam oksalat, glukosinolat, serat pangan, dan
gosipol.
 Anti vitamin : dalamnya termaksud asam askorbat oksidase, anti tiamin,
antipiridoksin.
Berbagai anti nutrisi dalam bahan pakan
 Macam nutrisi pada berbagai bahan pakan berlainan
 Senyawa anti nutrisi yang ditemukan, antara lain : protein inhibitor
atau penghambat protease, goitrogen, nekaloid, oksalat, fitat,
tannin, HCN dan gossipol.
 Antinutrisi seringkali mengikat protein, zat-zat mineral, sehingga
pemanfaatan gizi dalam bahan pakan oleh ternak menjadi
berkurang. Sebagai akibatnya akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan pada ternak atau gangguan kesehatan yang lain.
 Leguminosa
Protein inhibitor (penghambat protease), phytphaemagluttin (Lectin),
urease, lipoxygenase, glukosidesianogenik dan faktor-faktor antivitamin.
Protein inhibitor (penghambat protease) Hampir semua leguminosa
mengandung unsur penghambat tripsin sehingga terbemtuk suatu kompleks
inaktif sebagai pancreas yang akan mengalami hipertrofi dalm mensintesis
tripsin secara berlebihan. Hipertrofi pancreas akan
 phytphaemagluttin (Lectin)
Lectin terikat secara reversibel dengan gula-gula yang berkombinasi
dengan protein (glikoprotein) pada permukaan mikrovilli usus halus, dan
menimbulkan lesi-lesi serta perkembangan mikrovilli yang tidak normal serta
gangguan absorbsi nutrisi lewat dinding intestinum.diikuti dengan hambatan
pertumbuhan dan menurunnya efisiensi pakan. Dengan gangguan absorbsi
dalam factor anti vitamin yang mungkin ditemukan pada leguminosa yakni
vitamin E yang berakibat penurunan tocoferol yang menimbulkan dystrophia
otot pada ayam. Penyakit yang menyebabkan otot menjadi lebih lemah, serta
kehilangan kepadatan dan fungsi secara cepat. Dengan urease yang
menghidrolisis urea menjadi ammoniak dan CO2 Yang dapat menyebabkan
racun dan gangguan pernafasan pada ternak.
Singkong (ubi kayu )
 cyanogenic-glucosides
senyawa toksik yang terkandung dalam ubi kayu Daun ubi kayu
mengandung sianida yang beracun jika akan dimanfaatkan untuk bahan sayur
harus diolah dengan cara yang benar agar efek toksiknya hilang misalnya
dengan dipanaskan Kandungan sianida pada daun ubi kayu bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Ubi kayu mentah tidak dapat digunakan untuk ternak.
ß-glycosidase, linamarin akan terurai dan menghasilkan aseton, glukosa dan
HCN. Terbebasnya HCN inilah yang menyebabkan keracunan pada ternak.
Enzim ß-glycosidase merupakan protein yang mudah rusak selama pemanasan.
Jika enzim tersebut rusak, maka tidak mampu mengkatalisis pembebasan HCN
yang toksik.
 Biji kapas
Biji Kapas Biji kapas sebagai bahan pakan ternak yang penggunaannya
dibatasi, karena mengandung zat antinutrisi yang dikenal dengan sebutan
”gossipol”. Gossipol merupakan senyawa polifenol dan menyebabkan pucatnya
kuning telur pada ayam atau unggas petelur. Bagi tumbuhan kapas, gossipol
merupakan senyawa yang berperan penting dalam mekanisme pertahanan diri
terhadap serangan insekta. Gossipol bersifat sangat toksik bagi ruminansia
maupun monogastrik muda. Lesi-lesi pada jantung, saluran reproduksi, paru-
paru dan hati terjadi pada ayam dan ruminansia. Oleh adanya gossipol, jika biji
kapas digunakan pada ayam petelur, maka akan terjadi kepucatan pada warna
kuning telur. Pada ransum unggas, bungkil biji kapuk bisa diberikan sampai 9
%, 20% pada babi penggemukan dan sapi perah

 SENYAWA RACUN ALKOID


Alkoid merupakan senyawa orgamik yang didalamnya terdapat nitrogen
yang terdapat pada tumbuhan.
a) Piperidin alkaloid merupakan : alkaloid diidentifikan dari lingkaran
heterosiklik jenuh yang dimilikinya, sebagai contoh adalah inti piperidin.
Senyawa terpenting dari piperidin alkaloid adalah coniin yang di jumpai
pada tanaman conium maculatum atau lebih dikenal dengan nama
tanaman hemlock beracun. Racun ini mudah menyebar karena mudah
menguap sehingga dapat terhirup alat pernafasan. Hemlock beracun ini
dapat menyebabkan kacanduan pada ternak.
b) Indol Alkaloid: turunan dari asam-asam amino triptofan yang mudah
diamati oleh perbandingan kandungan inti nitrogen pada struktur zat
kimia triptofan. Indol alkaloid beracun pada ternak yang paling penting
adalah alkaloid ergot yang diproduksi oleh jamur parasit pada biji jenis
rumput-rumputan dan biji padi-padian. Istilah ergot umumnya digunakan
untuk jenis jamur Claviceps. Tiga jenis Claviceps yang utama adalah
Claviceps Purpurea, Claviceps paspali, dan Claviceps cinerea. Ketiga
jenis jamur Claviceps tersebut terdapat pada tanaman gandum dan
beberapa rumput liar.
c) Indolizidin alkaloid : salah satu senyawa yang merupakan golongan dari
alkaloid. Dalam tanaman, senyawa indolizidin alkaloid ini mempunyai
sifat racun dan dapat membahayakan bagi ternak, terutama bila
dikonsumsi secara berlebihan. Jenis-jenis tanaman yang mengandung
indolizidin alkaloid swainsonin adalah Astragalus dan Oxytropis.
Tanaman ini biasanya ditemukan di daerah Australia barat. Ternak
yang biasanya mengkonsumsi tanaman ini adalah sapi, kuda dan domba,
namun kadang-kadang diberikan juga pada unggas.
d) Linamarin : senyawa turunan dari glikosida sianogenik. System metabol
ism dalam tanaman meyebabkan salah satu hasil dari degradasi asam
amino L-valin adalah linamarin. Linamarin terdapat dalam tanaman
linum usitatissinum linseed, phaseolus lunatus java bean, trifolium repens
white clover, lotus spp. lotus, dimorphoteca spp cape marigolds dan
manihot spp. ubi kayu. Namun linamarin diberikan karena serupa dengan
yang diketemukan dalam tanaman rami (linum spp).
e) Lotaustralin : senyawa turunan dari glikosida sianogenik. System
metabolism dalam tanaman menyebabkan salah satu dari degradasi asam
amino L-isoleusin adalah lotaustralin. Lotaustralin terdapat bersama
linamarin dalam tanaman yang sama, tetapi berbeda jumlahnya. Gejala
keracunan antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah,
sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian
f) Asam sianida HCN :Lebih dari 100 jenis tanaman mempunyai
kemampuan untuk memproduksi asam sianida. Jenis tanaman tersebut
antara lain family rosaceae, possifloraceae, leguminosae, sapindaceae,
dan graminae. Manihot utilissima sebagai salah satu tanaman yang
mengandung asam sianida.Jenis tanaman tersebut antara lain family
rosaceae, possifloraceae, leguminosae, sapindaceae, dan graminae. Asam
sianida merupakan anti nutrisi yang diperoleh dari hasil hidrolisis
senyawa glikosida sianogenik seperti linamarin, luteustralin, dan durin.
gejala keracunan pertama adalah hewan tampak lesu, tak bergairah
seolah-olah tidak mempunyai banyak tenaga untuk bergerak, nafsu
makannya juga sangat menurun. Hidrolisis merupakan reaksi kimia
antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat baru.
g) Solanin : Solanin merupakan senyawa golongan glikosida yang diketahui
sebagai antienzim, yaitu penghambat enzim akholinesterase. Solanin
yang ditemukan pada tanaman yang tergolong dalam suku solanaceae
yang kebanyakan berupa terna berbatang basah, jarang berupa semak atau
pohon, atau umumnya pada kentang-kentangan, dengan spesiesnya
adalah: Solanum dulcamara L, Solanum ningrum L, dan Solanum
tuberosum L.
h) Fitoestrogen Isoflavon dan Coumestan : Dua senyawa yang merupakan
fitoestrogen adalah isoflavon dan coumestan yaitu zat yang berasal dari
kelas fenilpropanoid dan merupakan penggabungan decumarol (3.3
metyhylenebis atau 4-OH coumarin) melalui posisi ketiga. Isoflavon
adalah senyawa yang dibentuk sebagai reaksi kondensasi antara gula dan
gugus hidroksil dari senyawa kedua yang dapat tidak dapat merupakan
gula yang lain.

 Senyawa racun protein dan asam amino :


1. Anti tripsin
Anti tripsin atau inhibitor tripsin adalah senyawa penghambat kerja
tripsin yang secara alami terdapat pada kedelai, lima bean (kara), gandum, ubi
jalar, kentang, kecipir, kacang polong, umbi leguminosa, alfalfa, sorgum,
kacang fava, beras dan ovomucoid. Kesemuanya tanaman tersebut mempunyai
antitrypsin dengan protein berberat molekul rendah, keculi anti tripsin yang
terdapat pada ovomucoid yang terdiri dari 75% asam amino dan 25%
karbohidrat. Akibatnya mengalami beberapa gejala seperti kesulitan
mengkonsumsi pakan, hipertropi pankreatik dengan adanya peningkatan jumlah
sel-sel jaringan pancreas, gangguan pencernaan protein, gangguan absorpsi
lemak, pengurangan sulfur asam amino dan terhambatnya pertumbuhan. Tripsin
yang berlimpah dari pembesaran pancreas menyebabkan sulfur asam amino.

2. Lectin ( hemagglutinin )
Lektin adalah glikoprotein yang mempunyai bobot molekul 60.000-
100.000 yang dikenal untuk kemampuannya menggumpalkan eritrosit.
Tanaman yang mengandung lectin dijumpai dalam banyak kelompok botani
meliputi monokotiledon dan dikotiledon, jamur dan lumut, tetapi yang paling
banyak terdapat pada leguminoseae dan euphobiaceae. Lectin berada dalam
berbagai jaringan pada tanaman yang sama dan mempunyai lokasi seluler dan
sifat molekuler yang berbeda. Menganggu sel-sel darah, kemudia didalam sel
darah merah terjadi pengumpulan pada sel darah merah.

3. Mimosin
Mimosin merupakan zat racun atau zat anti nutrisi yang berasal dari
lamtoro atau leguminosa Mimosin merupakan racun yang berasal dari turunan
asam amino. Mimosin merupakan racun yang berasal dari turunan asam amino
heterosiklik, yaitu asam amino yang mempunyai rantai karbob melingkar
dengan gugus berbeda. Mimosin mempunyai gugus keton dan hidroksil pada
inti pirimidinnya, yang diketahui bersifat toksik. Mimosin sering disebut
leusenina, dengan rumus molekul C8H10O4N2.

4. Latirogen
Latirogen adalah racun yang ditemukan dalam chick pea dan vetch yaitu
sejenis kacang polong. Latirogen merupakan derivate asam amino yang bekerja
melawan metabolism asam glutamate, sebagai neurotransmitter di otak. Ketika
latirogen terkonsumsi dalam jumlah banyak oleh ternak, maka akan terjadi
kelumpuhan. Penyakit yang disebabkan oleh racun latirogen dinamakan
latirisme.
5. Linatin, indospecineden canavanine

Bungkil biji rami (Linum Usitatissimum) mengandung sebuah zat


antagonis dari piridoksin yaitu asam amino 1-amino-D-prolin. Pada bungkil biji
rami, zat yang apabila dihidrolisis akan mengahasilkan dipeptida 1-amino-D-
prolin dan asam glutamate dikenal sebagai linatin. 1-amino-D-prolin bereaksi
dengan piridoksal fosfat membentuk hidrazona dan akan menghalangi fungsi
sebagai kofaktor di metabolism asam amino. Produksi piridoksal fosfat
dimasukkan pada transaminasi, dekarboksilasi dan reaksi metabolism asam
amino lainnya. Gejala defisiensi piridoksal meliputi depresi nafsu makan,
pertumbuhan lambat, dan konvulasi pada ayam yang mengkonsumsi bungkil
biji rami. Pemanasan dan ekstraksi air serta suplementasi piridoksi pada bungkil
biji rami akan menanggulangi efek antipiridoksin.

Anda mungkin juga menyukai