Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

“ Sistem Keramgka Ternak Unggas dan Darah “

Nama : Firgilia Cindy Lesu

Nim : 420220103014

PRODI BUDI DAYA TERNAK

FAKULTAS LOGISTIK MIITER

UNIVERSITAS PERTAHANAN RI

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ
lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
pada manusia berkisar antara 7%-10% dari berat badan normal, dengan jumlah sekitar 5 liter
(Sloane, 2003). Proses pembentukan darah (hematopoiesis) pada manusia dapat berpindah-
pindah, sesuai dengan rentang usia. Pada usia 0-3 bulan intrauteri terbentuk di Yolk sac, pada
usia 3-6 bulan intrauteri terbentuk di hati dan lien,kemudian pada usia 4 bulan intrauteri
sampai dewasa terjadi di sumsum tulang (Bakta, 2006). Darah tersusun dari beberapa
komponen yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan pelat darah
(trombosit) yang terkandung didalam plasma (Tjay & Rahardja, 2007).
Plasma darah mengandung sebagian besar air, elektrolit dan protein, plasma
darah merupakan komponen terbanyak sekitar 45-60% (Sacher & McPherson, 2004).
Selain plasma darah, jumlah sel darah merah juga relative banyak dari volume darah total,
rentang normal sel darah merah (Eritrosit) pada orang laki-laki dewasa sekitar 4,2-5,5 juta
sel/mm3, sedangkan pada wanita 3,2-5,2 juta sel/mm3. Jumlah normal Hb pada Wanita
adalah 11,5 mg% dan pada laki-laki 13 mg%. Pada orang dewasa sel darah putih jumlah
normalnya adalah 7.000-9.000 sel/mm3 (Sloane, 2003), sedangkan jumlah normal trombosit
adalah sekitar 150 sampai 400x109/liter atau 150.000-400.000/ mililiter (Handayani &
Haribowo, 2008)

Parameter darah yang tidak normal dapat menimbulkan suatu penyakit atau gangguan
pada darah serta fungsi darah, dan dapat menyebabkan komplikasi atau gangguan pada organ
yang lain (Astawan et al., 2011). Beberapa gangguan yang dapat disebabkan karena
ketidakseimbangan parameter darah adalah anemia, polisitemia, leucopenia, dll. Anemia
terjadi karena jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau hemoglobin dalam sel yang
terlalu sedikit (Guyton & Hall, 2007). Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan
bahwa 21,7% orang di Indonesia mengalami anemia.Anemia di Indonesia lebih banyak
dialami oleh balita dengan usia antara 12-59 bulan. Anemia terjadi karena rendahnya kadar
hemoglobin yang dapat disertai dengan rendahnya jumlah eritrosit, anemia yang sering terjadi
karena kekurangan zat besi, dan juga ada berbagai macam penyebab lainnya. Dengan
demikian, pengobatan yang dilakukan harus tepat. Transfusi darah hanya akan menambah
kadar hemoglobin dalam

keadaan akut, maka perlu dilakukan terapi pemberian zat besi dan asam folat,
terutama
yang berasal dari bahan alami, karena bahan alami jauh lebih baik jika dibandingkan
dengan bahan sintetis (Moeljanto & Wiryanta, 2002), dengan demikian diperlukan
adanya suatu upaya untuk dapat mempertahankan parameter darah dalam tubuh agar
tetap stabil.

Anda mungkin juga menyukai