Anda di halaman 1dari 92

apt. Dra. Eliza Rahman, M.Farm.

REVIEW CPOB, CPOTB & CDOB


CPOB, CPOTB & CDOB

Kepada Agar
membua
industri t obat /
Pedoma farmasi OT yg
n yg
Obat/O BAIK;
dikeluark
T& mendistr
an oleh
ibusikan
BPOM distrib
obat
utor yang
farmasi BAIK
Riwayat perubahan CPOB

Pedoman Pedoman
CPOB CPOB
Edisi 1 tahun 1988 edisi 2 tahun 2001

Pedoman
CPOB
Edisi 3 tahun 2006

Pedoman Pedoman
CPOB CPOB
Edisi 4 tahun 2012 Edisi 5 tahun 2018
Pengertian

BAIK Berkualitas

Mutu sesuai dengan tujuan penggunaannya,


memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
BAIK
dokumen izin edar (registrasi), tidak menimbulkan
risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif

- Quality (kualitas, mutu)


- Efficacy (khasiat, kemanjuran)
BAIK - Safety (keamanan)
Dasar penetapan

CPOB CPOTB CDOB

LAMPIRAN PERATURAN LAMPIRAN PERATURAN LAMPIRAN


BADAN PENLAMPIRAN KEPALA BADAN PERATURAN BADAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN PENGAWAS OBAT
PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR DAN MAKANAN
MAKANAN NOMOR 34 HK.03.1.23.06.11.5629 NOMOR 6 TAHUN
TAHUN 2018 TAHUN 2011 2020

Pedoman CPOB tahun 2018 ini mengacu pada


PIC/s GMP Guideline doc. PE 009-14, July 2018
serta WHO TRS 981 Tahun 2012 (Annex 2);
WHO TRS 986 Tahun 2013 (Annex 5); WHO TRS
992 Tahun 2014 (Annex 3 dan Annex 5); WHO
TRS 996 (Annex 5) Tahun 2015; WHO TRS 999
Tahun 2016 (Annex 2).
Perubahan pada CPOB 2018

 Perubahan Pedoman CPOB ini tidak terlepas dari


keanggotaan Badan POM dalam PIC/S
(Pharmaceutical Inspection Cooperation/Scheme),
di mana PIC/S telah mengeluarkan regulasi baru
terkait persyaratan GMP yang ‘WAJIB” diadopsi oleh
seluruh anggotanya, termasuk BPOM RI. Regulasi
ini sejalan dengan Guideline yang sudah dipublikasi
oleh PIC/S, yaitu PE 009-13 Revision of Chapters 1, 2,
6 & 7 (Part I) tertanggal 1 Januari 2017 dan PE 009-14
 Revision of Chapters 3, 5 & 8 (Part I),  serta Annex 17
tertanggal 1 Juli 2018.
Perubahan pada CPOB 2018
Perubahan “Fundamental”
 Jika kita bandingkan antara CPOB: 2018 dengan CPOB: 2012,
terlihat ada perubahan yang cukup signifikan dan sangat
fundamental, karena dalam CPOB: 2018 ini, tidak saja
mengadopsi penerapan GMP (Good Manufacturing Practices)
yang sudah kita kenal selama ini, tetapi juga mengadopsi
aturan – aturan yang dalam ICH Q8 mengenai “Pharmaceutical
Development/QbD”, ICH Q9 mengenai “Quality Risk
Management/QRM” dan ICH Q10 mengenai “Pharmaceutical
Quality System”.  Hal ini terlihat, terutama pada terutama pada
Bab 1, di mana pada CPOB: 2012, bab 1 berjudul “Manajemen
Mutu”, sedangkan pada CPOB: 2018 diberi judul “Sistem Mutu
Industri Farmasi” yang MENGUBAH seluruh “paradigma”
dalam pasal – pasal yang tercantum dalam CPOB: 2018 ini
Perubahan pada CPOB 2018
Perubahan “paradigma” dalam sistem mutu yang
tercantum dalam Bab 1 tersebut, membawa
konsekuensi perubahan pada Bab-bab yang lain,
terutama Bab 2 tentang Personalia,
Bab 5 tentang Produksi,
Bab 7 tentang Pengawasan Mutu,
Bab 9 tentang Keluhan dan Penarikan Produk,
Bab 10 tentang Dokumentasi, dan
Bab 12 tentang Kualifikasi dan Validasi.
Ada banyak istilah baru, pengertian baru dan juga klausul –
klausul baru sesuai dengan perubahan “paradigma” dalam
proses penjaminan mutu produk industri farmasi, antara lain:
Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF), Manajemen Puncak, dll.
Isi Pedoman CPOB berupa :

 12 Aspek CPOB
 14 Annex
 Glossary (istilah dan definisi)
12 Bab dalam CPOB
1. Sistem Mutu Industri 8. Inspeksi Diri,Audit Mutu
Farmasi dan Audit & Persetujuan
2. Personalia Pemasok
3. Bangunan-Fasilitas 9. Keluhan dan Penarikan
4. Peralatan Produk
5. Produksi 10. Dokumentasi
6. Cara Penyimpanan 11. Kegiatan Alih Daya
dan Pengiriman Obat 12. Kualifikasi dan Validasi
yang Baik
7. Pengawasan Mutu
Prinsip

 Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) harus


membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan
Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, jika
diperlukan, dan tidak menimbulkan risiko
yang membahayakan pasien pengguna
disebabkan karena keamanan, mutu atau
efektifitas yang tidak memadai.
Prinsip

 Industri farmasi harus menetapkan Manajemen


Puncak yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan
tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam
perusahaan atau pabrik untuk mencapai
kepatuhan terhadap regulasi.
 Untuk mencapai Sasaran Mutu yang handal,
diperlukan Sistem Mutu yang didesain secara
komprehensif dan diterapkan secara benar serta
mencakup Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
Manajemen Risiko Mutu.
Sistem Mutu Industri Farmasi

1. Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas


yang mencakup semua aspek baik secara
individual maupun secara kolektif, yang akan
memengaruhi mutu produk.
Manajemen Mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat, dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat memiliki mutu yang
sesuai tujuan penggunaan. Oleh karena itu
Manajemen Mutu mencakup juga Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB)
Sistem Mutu Industri Farmasi

2. CPOB diterapkan di semua tahap siklus hidup dari


pembuatan obat untuk uji klinik, transfer teknologi,
produksi komersial hingga produk tidak diproduksi
lagi.
Namun, Sistem Mutu Industri Farmasi dapat meluas
ke tahap siklus hidup pengembangan produk seperti
diuraikan dalam ICH Q10, yang memfasilitasi inovasi
dan perbaikan berkesinambungan serta memperkuat
hubungan antara kegiatan pengembangan produk
dan
kegiatan pembuatan produk.
Sistem Mutu Industri Farmasi

 CPOBditerapkan pada tahap-tahap siklus


pembuatan obat investigasi, alih teknologi,
produksi komersial hingga produk yang tidak
diproduksi lagi.
 Namun, Sistem Mutu dapat meluas ke tahap
siklus pengembangan produk seperti diuraikan
dalam ICH Q10, yang memfasilitasi inovasi dan
perbaikan berkesinambungan serta memperkuat
hubungan antara kegiatan pengembangan
produk dan kegiatan pembuatan produk.
Suatu Sistem Mutu yang tepat bagi pembuatan obat hendaklah menjamin bahwa:
a.RealisasiProdukdiperolehdenganmendesain,merencanakan,mengimplementasi
kan,memeliharadanmemperbaikisistemsecaraberkesinambungansehinggasecar
akonsistenmenghasilkanprodukdenganatributmutuyangsesuai;
b.pengetahuanmengenaiprodukdanprosesdikelolapadaseluruhtahapansiklushidup;
c.desaindanpengembanganobatdilakukandengancarayangmemerhatikanketentu
anCPOB;
d.kegiatanproduksidanpengawasandiuraikansecarajelasdanmengacupadaketentuanC
POB;
e.tanggungjawabmanajerialdiuraikansecarajelas;
f.pengaturanditetapkanuntukpembuatan,pemasokandanpenggunaanbahanawaldanp
engemasyangbenar;seleksidanpemantauanpemasok,danuntukmemverifikasisetiap
pengirimanbahanberasaldaripemasokyangdisetujui;
g.prosestersediauntukmemastikanpengelolaanaktivitasyangdikontrakkankepihakketi
ga(outsource);
2. Personalia
Secara garis besar TIDAKBANYAK perubahan bila dibanding dengan
CPOB:2012
Namun demikian,ada beberapa hal“krusial”yang diatur dalam
CPOB:2018,yang tidak diatur dalam CPOB:2012. Antaralain:2.3Tugas
spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung
jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas
mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk namun
mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek
penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang
tindih tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personel
Kunci harus memenuhi persyaratan kualifikasi yang ditetapkan dalam
regulasi nasional, dan hendaklah selalu hadir untuk melaksanakan
tanggungjawabnya sesuai dengan Izin Industri Farmasi.

 
2. Personalia
Manajemen puncak memiliki tanggung jawab tertinggi
untuk memastikan efektivitas penerapan Sistem Mutu
untuk mencapai sasaran mutu,dan,peran,tanggung
jawab,dan wewenang tersebut
ditetapkan,dikomunikasikan serta diterapkan diseluruh
organisasi. Manajemen puncak hendaklah menetapkan
kebijakan mutu yang menguraikan keseluruhan maksud
dan tujuan perusahaan terkait mutu dan hendaklah
memastikan kesesuaian dan efektivitas Sistem Mutu dan
pemenuhan CPOB melalui keikutsertaan dalam tinjauan
manajemen.

 
2. Personalia
Manajemen puncak hendaklah menunjuk Personel
Kunci mencakup Kepala Produksi, Kepala
Pengawasan Mutu, dan Kepala Pemastian Mutu.
Posisi kunci tersebut dijabat oleh Apoteker
purnawaktu. Kepala Produksi, Kepala Pengawasan
Mutu dan Kepala Pemastian Mutu harus independen
satu terhadap yang lain. Hendaklah personel tersebut
tidak mempunyai kepentingan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau
finansial.

 
3. BANGUNAN DAN FASILITAS

 Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai,


disesuaikan kondisinya, dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.
 Tata letak dan desain ruangan untuk memperkecil risiko terjadi :
kekeliruan,
pencemaran silang (dari udara, tanah dan air, dari kegiatan
industri lain yang berdekatan) dan kesalahan lain,
memudahkan pembersihan,
 sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
 
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat harus memiliki:

 desain dan konstruksi yang tepat,


ukuran memadai
ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets- ke bets
memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat
mencegah kontaminasi silang,
mencegah penumpukan debu atau kotoran dan,
hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
  
5. Produksi
BAHAN AWAL
 Seleksi, kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan pemasok
bahan awal, beserta pembelian dan penerimaannya,
hendaklah didokumentasikan sebagai bagian dari sistem
mutu. Tingkat pengawasan hendaklah proporsional dengan
risiko yang ditimbulkan oleh masing-masing bahan, dengan
mempertimbangkan sumbernya, proses pembuatan,
kompleksitas rantai pasokan, dan penggunaan akhir di mana
bahan tersebut digunakan dalam produk obat.
 Bukti pendukung untuk setiap persetujuan pemasok / bahan
hendaklah disimpan. Personel yang terlibat dalam kegiatan ini
hendaklah memiliki pengetahuan terkini tentang pemasok,
rantai pasokan, dan risiko yang terkait. Jika memungkinkan,
bahan awal hendaklah dibeli langsung dari pabrik pembuat.
5. Produksi
BAHAN AWAL
 Persyaratan mutu bahan awal yang ditetapkan
oleh pabrik pembuat hendaklah didiskusikan
dan disepakati bersama pemasok. Aspek
produksi,pengujian dan pengawasan yang
tepat,termasuk persyaratan
penanganan,pelabelan,persyaratan
pengemasan dan distribusi,serta prosedur
keluhan,penarikan dan penolakan hendaklah
didokumentasikan secara formal dalam
perjanjian
5. Produksi
Untuk persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan aktif dan
eksipien,diperlukan hal-hal berikut:
Bahan aktif Ketertelusuran rantai pasokan hendaklah ditetapkan dan risiko
terkait,mulai dari bahan awal untuk pembuatan bahan aktif hingga produk
jadi,hendaklah dinilai secara formal dan diverifikasi secara berkala.
Langkah-langkah yang tepat hendaklah dilakukan untuk mengurangi risiko
terhadap mutu zat aktif. Catatan rantai pasokan dan ketertelusuran untuk
setiap bahan aktif (termasuk bahan awal untuk pembuatan bahan aktif)
hendaklah tersedia dan disimpan oleh pabrik pembuat produk obat.
Audit hendaklah dilakukan terhadap pabrik pembuat dan distributor bahan
aktif untuk memastikan bahwa mereka memenuhi Pedoman Cara
Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dan Cara Distribusi Obat yang
Baik. Pemegang nomor izin edar hendaklah memverifikasi kepatuhan
tersebut baik oleh dirinya sendiri maupun melalui entitas yang bertindak
atas namanya di bawah suatu kontrak.
5. Produksi
 Audit hendaklah dilakukan dalam durasi waktu dan ruang
lingkup yang tepat untuk memastikan bahwa penilaian
CPOB yang lengkap dan jelas dilakukan; pertimbangan
hendaklah diberikan pada potensi kontaminasi silang dari
bahan lain dilokasi. Laporan hendaklah sepenuhnya
mencerminkan apa yang telah dilakukan dan diamati saat
audit dengan segala ketidaksesuaian yang diidentifikasi
dengan jelas. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang
diperlukan hendaklah dilaksanakan.
 Audit lebih lanjut hendaklah dilakukan pada interval yang
ditentukan berdasarkan proses manajemen risiko mutu
untuk memastikan pemeliharaan standar dan penggunaan
berkelanjutan dari rantai pasokan yang disetujui.
5. Produksi

 Eksipien
Eksipien dan pemasok eksipien hendaklah
dikendalikan secara tepat berdasarkan hasil
penilaian risiko mutu secara formal. Penilaian
risiko mutu dapat mengacu pada Pedoman PIC/S
mengenai pelaksanaan penilaian risiko untuk
pemastian penerapan Cara Pembuatan yang
Baik untuk eksipien produk obat atau pedoman
internasional lain terkait.
5. Produksi

 Pembuat produk jadi bertanggung jawab atas,


pengujian bahan awal* sebagaimana dijelaskan dalam
dokumen registrasi. Mereka dapat menggunakan hasil
tes parsial atau lengkap dari pabrik pembuat bahan
awal yang disetujui tetapi minimal harus melakukan
uji identifikasi* *sesuai dengan Bab 7 Pengawasan
Mutu.* pendekatan serupa hendaklah diterapkan
pada bahan pengemas sebagaimana tercantum dalam
bagian 5.117**Uji identitas bahan awal hendaklah
dilakukan sesuai dengan metode dan spesifikasi pada
dokumen registrasi.
5. Produksi
 PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG
Mengatur secara rinci “Manajemen Risiko Mutu”
pencegahan pencemaran silang , baik melalui Tindakan
Teknis maupun Tindakan Organisasi.
 KETERBATASAN PASOKAN PRODUK AKIBAT
KENDALA PROSES PEMBUATAN
Industri farmasi hendaklah melapor kepada pemilik izin
edar setiap kendala dalam kegiatan pembuatan yang
dapat mengakibatkan keterbatasan jumlah pasokan
yang tidak normal. Hal ini harus dilakukan tepat waktu
untuk memfasilitasi pelaporan pembatasan pasokan
oleh pemegang izin edar, kepada otoritas terkait, sesuai
dengan kewajiban hukumnya.
5. Produksi

 Dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah


ditetapkan;
 Memenuhi ketentuan CPOB, yang menjamin
produk senantiasa memenuhi persyaratan mutu,
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(saat didaftarkan di BPOM)
 Diawasi oleh personil yang kompeten (Manajer
Produksi)
 Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa
untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan
Bab 6. Cara Penyimpanan dan
Pengiriman Obat Yang Baik

Sama dengan yang terdapat pada Annex 12 pada


CPOB 2012
7. Pengawasan Mutu
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian
Pengawasan Mutu.
Pengawasan Mutu mencakup:
 pengambilan sampel,
 spesifikasi,
 Pengujian, pengaturan,
 dokumentasi
 prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian
yang relevan telah dilakukan,
 dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
 produk diluluskan untuk dijual,
 mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
7. Pengawasan Mutu

 Pengawasan Mutu tidak terbatas pada


kegiatan laboratorium saja,
 Harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk.
 Pengawasan Mutu harus independen dari
bagian Produksi agar Pengawasan Mutu
dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan
7. Pengawasan Mutu
Ada beberapa hal “krusial” yang diatur dalam CPOB:2018,
yang tidak diatur dalam CPOB:2012.
PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel hendaklah mewakili bets bahan atau produk yang
sampelnya diambil. Sampel lain dapat diambil untuk
memantau bagian proses berkondis iterkritis (misal,awal
atau akhir suatu proses). Rencana pengambilan sampel
hendaklah dijustifikasi dengan benar dan berdasarkan
pendekatan manajemen risiko.
TRANSFERMETODEANALISIS
Diatur hal khusus mengenai Transfer Metode Analisis dari
satu laboratorium (laboratorium pemberi transfer) ke
laboratorium lain (laboratorium penerima) hendaklah
dijelaskan dalam protokol yang rinci.
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT &
PERSETUJUAN PEMASOK

 Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi


pemenuhan semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi sesuai dengan
ketentuan pada CPOB.
 Mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB
dan menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan.
 Dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas
yang kompeten dari perusahaan yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT &
PERSETUJUAN PEMASOK

 Dilakukan secara rutin


 Pada situasi khusus, (terjadi penarikan
kembali obat jadi /recall atau terjadi
penolakan yang berulang).
 Semua saran untuk tindakan perbaikan
supaya dilaksanakan.
 Prosedur dan catatan inspeksi diri harus
didokumentasikan dan dibuat program
tindak lanjut yang efektif.
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT &
PERSETUJUAN PEMASOK

 Audit mutu sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit


mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau
sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan
spesifik untuk meningkatkannya.

 Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian


Mutu/QA) bertanggung jawab bersama bagian lain
yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok
yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan
bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang
telah ditentukan.
Bab 9. Keluhan dan Penarikan
Produk
 Pada bab ini ada banyak HALBARU yang sebelumnya tidak diatur
dalam CPOB:2012
 Secara “fundamental”,Bab ini mengalami perubahan yang sangat
signifikan dibanding denganCPOB:2012
Jumlah klausul CPOB:201829 klausul, CPOB:201219 klausul
Beberapa Klausul baru tersebut,antaralain:
•Personel dan Pengelolaan: 4 klausul
•Prosedur Penanganan dan Investigasi Keluhan Termasuk Cacat
Mutu Yang Mungkin Terjadi: 5 klausul
•Investigasi dan Pengambilan Keputusan:6 klausul
•Analisis Akar Masalah & Tindakan Perbaikan dan Pencegahan: 4
klausul
•Penarikan Kembali Produk: 10 klausul
Bab 9. Keluhan dan Penarikan
Produk

 PRINSIP
Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem
dan prosedur yang sesuai hendaklah tersedia untuk
mencatat, menilai, menginvestigasi dan meninjau
keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu,
segera melakukan penarikan obat termasuk obat uji
klinik dari jalur distribusi secara efektif. Prinsip-prinsip
Manajemen Risiko Mutu hendaklah diterapkan pada
investigasi, penilaian cacat mutu dan proses
pengambilan keputusan terkait dengan tindakan
penarikan produk, tindakan perbaikan dan pencegahan
serta tindakan pengurangan-risiko lain
Bab 9. Keluhan dan Penarikan
Produk

 KLAUSUL
•Personel dan Pengelolaan
•Prosedur Penanganan dan Investigasi Keluhan
Termasuk Cacat Mutu Yang Mungkin Terjadi
•Investigasi dan Pengambilan Keputusan
•Analisis Akar Masalah dan Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
•Penarikan Produk dan Kemungkinan Tindakan
Pengurangan Risiko Lain
Bab 9. Keluhan dan Penarikan
Produk

 Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan


dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus
dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
 Ditunjuk personil penanggung jawab untuk
keluhan
  Untuk menangani semua kasus yang mendesak,
hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif.
10. Dokumentasi
 Sebagai konsekuensi dari perubahan fundamental pada Bab 1,
maka dalam CPOB:2018 ini banyakp erubahan terjadi pada Bab
10 tentang Dokumentasi.
 Tujuan utama sistem dokumentasi juga dijabarkan,yaitu harus
bisa untuk membangun, mengendalikan, memantau dan
mencatat semua kegiatan yang secara langsung atau tidak
langsung yang berdampak pada semua aspek kualitas produk
obat.
 Beberapa “hal baru” yang sebelumnya tidak ada di CPOB:2012,
antara lain: penggolongan jenis dokumentasi utama, DIIF
(Dokumen Induk Industri Farmasi), dan lain–lain.
 Dalam CPOB: 2018 ini juga diatur klausul mengenai
Penyimpanan Dokumen yang diatur sangat terperinci.
10. Dokumentasi
PRINSIP
Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk,
termasuk media berbasis kertas, elektronik atau
fotografi.
Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan
untuk mengelola dan mencatat pemenuhan CPOB:
1. prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan
2. catatan/laporan.
Pelaksanaan dokumentasi yang baik dan benar
hendaklah diterapkan sesuai dengan jenis
dokumen.
10. Dokumentasi
PENYIMPANAN DOKUMEN
Diperlukan persyaratan khusus untuk catatan bets yang
harus disimpan selama satu tahun setelah tanggal
daluwarsa betsatau lima tahun setelah diluluskan bets oleh
Pemastian Mutu, yang mana yang lebih lama. Catatan bets
obat uji klinik harus disimpan paling sedikit lima tahun
setelah uji klinik selesai atau penghentian formal.
Persyaratan lain untuk penyimpanan dokumen dapat
dijelaskan dalam peraturan perundang-undangan terkait
dengan jenis produk tertentu (misal Advanced Therapy
Medicinal Products) dan penentuan jangka waktu penyimpanan
yang lebih lama ditetapkan untuk dokumen tertentu.
10. Dokumentasi
Beberapa pengertian“istilah baru”yang terdapat pada CPOB:2018
 Dokumen Induk Industri Farmasi (DIIF) adalah Dokumen yang
menjelaskan tentang aktivitas terkaitCPOB.
 Spesifikasi adalah dokumen yang menguraikan secara rinci
persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang
digunakan atau diperoleh selama pembuatan.Dokumen ini
merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.
 Dokumen Produksi Induk,Formula Pembuatan,Prosedur
Pengolahan,Prosedur Pengemasan dan Instruksi
Pengujian/MetodeAnalisis adalah dokumen yang menyajikan
rincian semua bahan awal,peralatan dan sistem komputerisasi
(jika ada) yang akan digunakan dan menjelaskan semua prosedur
pengolahan,pengemasan,pengambilan sampel dan pengujian.
Pengawasan selama- proses dan process analytical technologies
(PAT) yang akan digunakan hendaklah ditentukan dimana
diperlukan bersama kriteria keberterimaannya.
11. Kegiatan Alih Daya

 Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan


Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang
menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak.
 Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
 Kontrak tertulis yang meliputi pembuatan
dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan
semua pengaturan teknis terkait.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

 Validasi perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian


terhadap aspek kritis /penting dari kegiatan yang
dilakukan.
 Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan
dan proses yang dapat memengaruhi mutu
produk hendaklah divalidasi misal ganti peralatan
/mesin produksi, ganti sumber bahan baku, dll
 Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah
digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan
cakupan validasi lakukan analisis risiko
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

Bab ini juga merupakan salah satu Bab yang banyak mengalami revisi
dibanding dengan CPOB:2012, terutama pada bagian “Validasi
Proses”. Revisi tersebut seiring dengan perubahan “paradigma” dalam
Sistem Mutu Industri Farmasi (SMIF) yang digunakan dalam
CPOB:2018
Ruang lingkup Kualifikasi dan Validasi, tidak saja hanya di Produksi
dan Pengawasan Mutu, melainkan “Sepanjang Siklus Hidup”
produk atau proses.
CPOB:2018 menggunakan pendekatan “Manajemen Risiko
Mutu”termasuk kajian cakupan dan luas-dalam SETIAP pelaksanaan
kegiatan Kualifikasi dan Validasi.
Validasi “Retrospektif ” TIDAK LAGI DIANGGAP sebagai
pendekatan yang dapat diterima.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

KLAUSUL
 Pengorganisasian dan Perencanaan Kualifikasi dan Validasi
 Dokumentasi, Termasuk RIV
 Tahap Kualifikasi Peralatan, Fasilitas, Sarana Penunjang dan
Sistem
o Spesifikasi Kebutuhan Pengguna (SKP)
o Kualifikasi Design (KD)
o Factory Acceptance Testing (FAT)/Site Acceptance Testing
(SAT)
o Kualifikasi Instalasi (KI)
o Kualifikasi Operasional (KO)
o Kualifikasi Kinerja (KK)
 Kualifikasi Ulang
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

KLAUSUL
 VALIDASI PROSES
o Validasi Konkuren
o Validasi Proses Tradisional
o Verifikasi Proses Kontinu
o Pendekatan Hibrida
o Verifikasi Proses On-going selama siklus Hidup Produk
 Verifikasi Transportasi*
 Validasi Pengemasan*
 Kualifikasi Sarana Penunjang*
 Validasi Metode Analisis
 Validasi Pembersihan
 Pengendalian Perubahan*
 Klausul baru
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

 PERUBAHAN MENDASAR
•JENIS –JENIS VALIDASI CPOB: 2018
Terdapat 4 (empat) jenis Validasi Proses, yaitu
(1) Validasi Awal dari Proses Baru,
(2) Validasi bila terjadi Perubahan Proses,
(3) Transfer Lokasi Pembuatan, dan
(4) Verifikasi Proses On-Going.
Terdapat 3 pendekatan pelaksanaan validasi proses,
yaitu :
• Pendekatan Tradisional
• Pendekatan Kontinu
• Pendekatan Hibrida
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

Validasi Perubahan“significant”:
• VALIDASI KONKUREN Bagian dari Validasi Awal
dari Proses Baru
CPOB: 2018 Validasi yang dilakukan dalam kondisi
diluar kebiasaan,ketika ada rasio manfaat-risiko
yang besar bagi pasien, sehingga dimungkinkan
untuk tidak menyelesaikan program validasi
sebelum produksi rutin dilaksanakan. Keputusan
untuk melakukan validasi konkuren harus
dijustifikasi dan disetujui oleh Badan POM serta
didokumentasikan secara jelas dalam RIV dan
disetujui oleh Kepala Pemastian Mutu.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

 Validasi Proses (dengan) Pendekatan Tradisional adalah validasi


yang dilakukan terhadap sejumlah bets produk yang diproduksi
dalam kondisi rutin untuk memastikan reprodusibilitas. Pada
umumnya minimal produksi tiga betsberturut- turut dalam kondisi
rutin.
 Validasi Proses (dengan) Pendekatan Kontinu adalah validasi yang
dilakukan terhadap produk yang dikembangkan berdasarkan
pendekatan quality by design (QbD), selama proses pengembangan
telah ditetapkan secara ilmiah,s trategi pengendalian,yang
memberikan tingkat kepastian mutu produk yang tinggi.
 Pendekatan Hibrida merupakan validasi yang dilakukan dengan
pendekatan “hibrida” (tandem/gabungan) dari pendekatan
tradisional dan verifikasi proses kontinu. Pendekatan ini dapat
digunakan bilamana sudah diperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang tinggi mengenai produk dan proses yang
diperoleh dari pengalaman pembuatan dan data riwayat bets.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

Keterangan beberapa “istilah baru”:


 Spesifikasi Kebutuhan Pengguna (SKP) adalah suatu
dokumen yang menguraikan SEMUA kebutuhan
fungsional dari suatu peralatan,fasilitas,sarana
penunjang atau sistem yang akan diadakan.(Biasanya
dinyatakan dalam skala prioritas misalnya“harus
ada”,“sebaiknya ada”dan“baik bila ada”)
 FactoryAcceptanceTest(FAT)adalah Inspeksi dan
pengujian sistem statis dan/atau dinamis .
 •SiteAcceptanceTest(SAT)adalahInspeksidan/atau
pengujian dinamis dari sistem atau komponen sistem
utama untuk mendukung kualifikasi sistem peralatan
yang dilakukan dan didokumentasikan dilokasi pabrik.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

KLAUSULBARU
 Verifikasi Transportasi
Ruanglingkup: Obat Jadi,Obat uji klinik, Produk ruahan dan sampel
Sasaranmutu: Diangkut sesuai kondisi yang ditentukan dalam izin edar,
label yang disetujui, spesifikasi produk atau yang dapat dijustifikasi oleh
produsen Faktor Penting:Jalur transportasi,variasi musim,dan variasi lain
Penilaian Risiko: penundaan transportasi, kegagalan perangkat
pemantau, penambahan nitrogen cair, kerentanan produk dan faktor lain
yang relevan
 Validasi Pengemasan bertujuan untuk membuktikan bahwa variasi pada
parameter peralatan selama proses pengemasan primer tidak berdampak
signifikan dan fungsi kemasan yang benar,misal strip,blister,sachet,dan
bahan pengemas steril.
 •Kualifikasi Sarana Penunjang adalah konfirmasi mutu dari uap air, air,
udara, gas dan lain-lain.
14 Annex dalam CPOB
1. Pembuatan Produk Steril 8. Cara Pembuatan Bahan
2. Pembuatan Bahan dan Baku Aktif Obat yang Baik
Produk Biologi untuk 9. Pembuatan Radiofarmaka
penggunaan manusia 10. Penggunaan Radiasi Pengion
3. Pembuatan Gas Medisinal dalam Pembuatan Obat
4. Pembuatan Inhalasi Dosis 11. Sampel Pembanding dan
Terukur Bertekanan (Aerosol) Sampel pertinggal
5. Pembuatan Produk dari 12. Cara Penyimpanan dan Cara
Darah atau Plasma Manusia Pengiriman Obat yang Baik
6. Pembuatan Obat Investigasi 13. Pelulusan Parametris
untuk Uji Klinis 14. Manajemen Risiko Mutu
7. Sistem Komputerisasi
CPOTB
Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik .......
11 Bab dalam CPOTB 2011
8. Pembuatan dan Analisis
1. Prinsip
berdasarkan Kontrak
2. Personalia
9. Cara Penyimpanan dan
3. Bangunan dan Fasilitas Pengiriman Obat
dan Peralatan Tradisional yang Baik
4. Sanitasi dan Higiene 10. Penanganan Keluhan
5. Dokumentasi terhadap Produk,
6. Produksi Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembalian
7. Pengawasan Mutu
11. Inspeksi Diri
Bab 1.
 Prinsip: Industri obat tradisional harus membuat obat
tradisional agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif.
 Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar
serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB) termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu.
Bab 1.
 Unsur dasar Manajemen Mutu adalah :
a) suatu infrastruktur atau Sistem Mutu yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya;
b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan
kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga
produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
 Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan
personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan
memadai.
 Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
tradisional yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan
yang dibuat tujuan untuk memastikan bahwa obat tradisional dihasilkan dengan
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu mencakup
CPOTB + faktor lain desain dan pengembangan produk.
Bab 1.
Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOTB, Pengawasan
Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek
Manajemen Mutu yang saling terkait.
 Pemastian Mutu
 CPOTB
 Pengawasan Mutu
 Pengkajian Mutu produk
 Manajemen Resiko Mutu
Bab 2. Personalia
 Personil terkualifikasi dalam jumlah yang memadai .
 Ada struktur organisasi, uraian tugas tertulis
 Personil Kunci terdiri dari kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) yang purnawaktu, independen, dipimpin oleh orang berbeda
serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
Kepala Bagian Produksi dan Pengawasan Mutu seorang yang
terkualifikasi, lebih diutamakan apoteker. Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) seorang apoteker terdaftar,
terkualifikasi, berfungsi sebagai Penanggung jawab.
 Personil memperoleh pelatihan dasar , berkesinambungan, juga
spesifik sesuai tugasnya,diberikan orang yang terkualifikasi.
Pelatihan ada programmya,dinilai efektivitasnya secara berkala dan
catatan pelatihan disimpan.
 
Bab 3. BANGUNAN, FASILITAS dan PERALATAN

 Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, sesuai


kondisinya, dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar.
 Tata letak dan desain ruangan untuk memperkecil risiko terjadi :
 kekeliruan,
 pencemaran silang dan kesalahan lain,
 memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang,
 penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat tradisional.
  Karena berpotensi untuk terdegradasi dan terserang hama serta
sensitivitasnya terhadap kontaminasi mikroba maka produksi dan
terutama penyimpanan bahan yang berasal dari tanaman dan binatang
memerlukan perhatian khusus.
 Bangunan dan fasilitas serta semua peralatan kritis hendaklah
dikualifikasi untuk menjamin reprodusibiltas dari bets-ke-bets.
Bab 3. BANGUNAN, FASILITAS dan PERALATAN

 Kegiatan pada area yang ditentukan (penimbangan, produksi,


penyimpanan, pengawasan mutu, sarana pendukung)
 Desain dan konstruksi peralatan sesuai persyaratan. Peralatan hendaklah
ditempatkan sedemikian rupa, jarak yang cukup untuk :
 Mencegah kesesakan dan campur baur, kekeliruan
 memperkecil kemungkinan pencemaran silang antar bahan di area yang sama

 Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari


area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi penandaan
yang jelas.
 Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas
yang jelas.
 Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain dipasang
agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi
penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.  
 Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama dicatat
dalam buku log alat
Bab 4. Sanitasi dan Higiene
Karena sumbernya, bahan obat tradisional dapat mengandung cemaran mikrobiologis;
disamping itu, proses pemanenan/pengumpulan dan proses produksi obat tradisional
sangat mudah tercemar oleh mikroba. Untuk menghindarkan perubahan mutu dan
mengurangi kontaminasi, diperlukan penerapan sanitasi dan higiene berstandar tinggi :
 Higiene perorangan, memakai pakaian pelindung bagi semua personil sebelum masuk ke area
produksi dan mencuci tangan
 Program higiene, prosedur dipatuhi dan ada pelatihan tentang higiene perorangan
 Pemeriksaan kesehatan sewaktu direkrut, dan secara berkala. Tidak mempekerjakan personil yang
sakit infeksi, sakit kulit, luka terbuka yang mempengaruhi mutu
 Hindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan
yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.
 Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, merokok atau
obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang
dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
 Sanitasi bangunan dan fasilitas, tersedia ruang ganti pakaian, toilet. Area khusus untuk penyiapan,
penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman.
 Sampah hendaklah dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai dan diberi penandaan yang jelas
untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala.
 Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan
awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi. Ada prosedur tertulis untuk
pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agens fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat.
 Pembersihan dan sanitasi peralatan dengan cara dan bahan pembersih yang sesuai dan dicatat.
Bab 5. Dokumentasi
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental
Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personil yang diberi wewenang.
Isi dokumen hendaklah tidak berarti ganda; judul, sifat dan tujuannya
hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen dibuat rapi
dan mudah dicek. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca.
Dokumen hendaklah tidak ditulis-tangan; namun, bila dokumen
memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah
ditulis-tangan dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus.
Hendaklah disediakan ruang yang cukup untuk mencatat data.
Laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia
secara tertulis.
Contoh Dokumen :
 Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan,
prosedur, metode dan instruksi,
Bab 6. Produksi
 Produksi dilaksanakan mengikuti prosedur tervalidasi yang
telah ditetapkan; memenuhi ketentuan CPOTB yang
menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatan dan izin edar (registrasi).
 UMUM, BAHAN AWAL, PENCEGAHAN KONTAMINASI SILANG dan
KONTAMINASI MIKROBA, SISTEM PENOMORAN BETS/LOT ,
PENIMBANGAN dan PENYERAHAN, PENGOLAHAN, BAHAN dan
PRODUK KERING, BAHAN PENGEMAS, KEGIATAN PENGEMASAN,
PENGEMBALIAN, PENGEMASAN SELAMA PROSES, BAHAN DAN
PRODUK YANG DITOLAK, DIPULIHKAN DAN DIKEMBALIKAN,
KARANTINA DAN PENYERAHAN PRODUK JADI, CATATAN
PENGENDALIAN PENGIRIMAN PRODUK, PENYIMPANAN BAHAN
AWAL, BAHAN PENGEMAS, PRODUK ANTARA, PRODUK RUAHAN
DAN PRODUK JADI, PENGIRIMAN DAN PENGANGKUTAN.
Bab 7. Pengawasan Mutu
 Ruang lingkup Pengawasan Mutu mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian serta organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan dilakukan,
dan bahwa bahan-bahan yang tidak diluluskan untuk
digunakan, atau produk jadi diluluskan untuk dijual atau
didistribusikan, sampai kualitasnya dinilai memenuhi syarat.
 Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua
keputusan yang terkait dengan mutu produk. Independensi
Pengawasan Mutu dari Produksi adalah fundamental
sehingga Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan
dengan benar.
Bab 7. Pengawasan Mutu
 UMUM,
 CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU
YANG BAIK,
 DOKUMENTASI,
 PENGAMBILAN SAMPEL,
 PENGUJIAN,
 PROGRAM STABILITAS PASCA PEMASARAN,
 PENGENDALIAN LINGKUNGAN,
 PENGAWASAN SELAMA PROSES,
 PROSES ULANG
Bab 8. Pembuatan dan
Analisis Berdasarkan Kontrak
 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus
dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk
menghindarkan kesalahpahaman yg dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan.
 Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima
Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
 Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
Bab 8. Pembuatan dan
Analisis Berdasarkan Kontrak
 Umum.
 Pemberi Kontrak
 Penerima Kontrak
 Kontrak
Bab 9. Cara Penyimpanan dan
Pengiriman OT yang Baik
 Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian
yang penting dalam kegiatan dan manajemen
rantai pemasokan produk yang terintegrasi.

 UMUM, PERSONALIA, ORGANISASI DAN


MANAJEMEN, MANAJEMEN MUTU, BANGUNAN DAN
FASILITAS PENYIMPANAN DAN SISTEM
PERGUDANGAN, PENGIRIMAN, DOKUMENTASI,
KELUHAN, KEGIATAN KONTRAK.
Bab 10. Penanganan Keluhan Terhadap
Produk,Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian

 Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan


dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat
hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis.
 Untuk menangani semua kasus yang mendesak,
hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif.
Bab 10. Penanganan Keluhan Terhadap
Produk,Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian
Untuk menangani semua kasus yang mendesak,
hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup
penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga
cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
• KELUHAN
• PENARIKAN KEMBALI PRODUK
• PRODUK KEMBALIAN
• DOKUMENTASI
Bab 11. Inspeksi Diri
 Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri obat tradisional
memenuhi ketentuan CPOTB.
 Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan.
 Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan
 Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping
itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan
kembali produk jadi atau terjadi penolakan yang berulang.
 Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.
 Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan
dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Bab 11. Inspeksi Diri

 ASPEK UNTUK INSPEKSI DIRI


 TIM INSPEKSI DIRI
 CAKUPAN DAN FREKUENSI INSPEKSI DIRI
 LAPORAN INSPEKSI DIRI
 TINDAK LANJUT
CDOB
Cara Distribusi
Obat yang Baik .......
12 Bab dalam CDOB 2020
8. Fasilitas Distribusi
1. Manajemen Mutu
berdasarkan Kontrak
2. Organisasi, Manajemen
dan Personalia 9. Dokumentasi
3. Bangunan dan Peralatan 10. Ketentuan Khusus Bahan
4. Operasional
Obat
5. Inspeksi Diri 11. Ketentuan Khusus Produk
Rantai Dingin (Cold Chain
6. Keluhan Obat dan /atau
Product/CCP)
Bahan Obat Kembalian,
Diduga Palsu dan Penarikan 12. Ketentuan Khusus Narkotika,
Kembali Psikotropika, dan Prekursor
7. Transportasi Farmasi
Pendahuluan
 Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau
bahan obat dalam rantai distribusi.
 Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan
mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi.
 Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku pembanding dan obat
uji klinis.
 Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip
kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya dalam
prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan identifikasi risiko.
 Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai,
lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang, industri farmasi, fasilitas
distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk penyediaan obat,
memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan obat palsu
terhadap pasien.
 Ruang Lingkup Dokumen ini menetapkan pedoman untuk distribusi obat, bahan
obat dan produk biologi termasuk vaksin yang digunakan untuk manusia.
Bab 1. Manajemen Mutu

 UMUM
 SISTEM MUTU
 PENGELOLAAN KEGIATAN BERDASARKAN
KONTRAK
 KAJIAN dan PEMANTAUAN MANAJEMEN
 MANAJEMEN RISIKO MUTU
Bab 2. Organisasi, Manajemen dan
Personalia

 UMUM
 ORGANISASI dan MANAJEMEN
 PENANGGUNG JAWAB
 PERSONIL LAINNYA
 PELATIHAN
 HIGIENE
Bab 3. Bangunan dan Peralatan

 UMUM
 BANGUNAN
 SUHU dan PENGENDALIAN LINGKUNGAN
 PERALATAN
 SISTEM KOMPUTER
 KUALIFIKASI DAN VALIDASI
Bab 4. Operasional

 UMUM
 KUALIFIKASI PEMASOK
 KUALIFIKASI PELANGGAN
 PENERIMAAN
 PENYIMPANAN
 PEMISAHAN OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT
 PEMUSNAHAN OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT
 PENERIMAAN PESANAN
 PENGAMBILAN
 PENGEMASAN
 PENGIRIMAN
 EKSPOR dan IMPOR
Bab 5. Inspeksi Diri

 Inspeksi Diri harus dilakukan dalam rangka memantau


pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan
untuk bahan tindak lanjut langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan
 Program Inspeksi Diri dilaksanakan dalam jangka waktu yang
ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, pedoman dan
prosedur tertulis.
 Inspeksi dilakukan dengan cara independen dan rinci oleh
personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan.
 Pelaksanaan Inspeksi Diri harus dicatat, laporan disampaikan
kepada pihak manajemen dan pihak terkait.Jika ada
penyimpangan atau kekurangan, penyebabnya diidentifikasi dan
dibuat CAPA. CAPA didokumentasi dan ditindak lanjuti
Bab 6. Keluhan Obat dan /atau Bahan
Obat Kembalian, Diduga Palsu dan
Penarikan Kembali
 UMUM
 KELUHAN
 OBAT DAN /ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN
 OBAT DAN /ATAU BAHAN OBAT DIDUGA PALSU
 PENARIKAN KEMBALI OBAT DAN/ATAU BAHAN
OBAT
Bab 7. Transportasi

 UMUM
 TRANSPORTASI DAN PRODUK DALAM TRANSIT
 OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT DALAM
PENGIRIMAN
 KONTAINER, PENGEMASAN dan PELABELAN
 TRANSPORTASI OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT
YANG MEMERLUKAN KONDISI KHUSUS
 KENDARAAN DAN PERALATAN
 KONTROL SUHU SELAMA TRANSPORTASI
Bab 8. Fasilitas Distribusi
Berdasar Kontrak

 UMUM
 PEMBERI KONTRAK
 PENERIMA KONTRAK
 KONTRAK
Bab 9. DOKUMENTASI
 Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem
manajemen mutu. Dokumentasi tertulis secara manual harus jelas
untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan, memenuhi
prinsip ketertelusuran, keamanan, aksesibilitas, integritas dan
validitas.
 Dokumentasi meliputi dokumen tertulis terkait distribusi
(pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), dokumen
prosedur tertulis dll dalam bentuk kertas maupun elektronik
 Prosedur tertulis disetujui, ditandatangani, diberi tanggal oleh
personil berwenang. Tidak ditulis tangan dan harus tercetak.
 Dokumen disimpan minimal 3 tahun
 Contoh Dokumen : Surat Pesanan, faktur, surat jalan, kartu stok
dll. Khusus Surat Pesanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
ada format mengikuti ketentuan perundang-undangan.
Bab 10. Ketentuan Khusus Bahan Obat

 PENGEMASAN ULANG DAN PELABELAN


ULANG
 PENANGANAN BAHAN OBAT YANG TIDAK
SESUAI
 DOKUMENTASI
Bab 11. Ketentuan Khusus Produk
Rantai Dingin (CCP)

 PENDAHULUAN
 PERSONIL dan PELATIHAN
 BANGUNAN dan FASILITAS
 OPERASIONAL
 PEMELIHARAAN
 KUALIFIKASI, KALIBRASI dan VALIDASI
Bab 12. Ketentuan Khusus Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi

 PRINSIP
 UMUM
 PERSONALIA
 BANGUNAN dan PERALATAN
 OPERASIONAL
 NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA dan PREKURSOR
FARMASI KEMBALIAN
 DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai