OLEH
NIM : N014192012
KELAS : APOTEKER A
Industri farmasi merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memegang penting dalam
penyediaan obat yang bermutu. Industry farmasi sangat erat kaitannya dengan obat karena
proses pembuatan obat hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi. Setiap industri farmasi
wajib memenuhi persyaratan cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
CPOB (cara pembuatan obat yang baik) adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan sebagai suatu persyaratan dan ketentuan bagi setiap industry farmasi untuk
dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat terjamin keamanannya dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang dihasilkan dan mendapatkan mutu obat yang baik.
Validasi adalah Tindakan pembuktian dengan cara yang sesuia bahwa tiap bahan, proses,
prodesur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini berguna untuk menjamin
bahwa produk yang dihasilkan adalah produk unggul.
Validasi Proses produksi merupakan hal yang sangat vital bagi industri farmasi dalam hal
penjaminan mutu dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap mutu produk. Prinsip
dasar dari sistem pemastian mutu adalah bahwa agar obat dibuat sesuai dengan tujuan
penggunaannya, maka tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk
tersebut. Mutu, khasiat dan keamanan produk harus dirancang dan ditanamkan ke dalam
produk. Di samping itu, tiap langkah dalam proses pembuatan obat harus terkendali untuk
memastikan obat yang dihasilkan akan senantiasa memenuhi persyaratan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Validasi
Validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu sehingga tercantum sebagai
persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk
mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan,
unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan
didalam rencana induk validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni validasi
pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses.
1. Bahan awal
Bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa
hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor
bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal daluarsa (Badan POM
RI,2018).
Seleksi, kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan awal, beserta
pembelian dan penerimaannya, hendaklah didokumentasikan sebagai bagian dari
sistem mutu industri farmasi. Tingkat pengawasan hendaklah proporsional dengan
risiko yang ditimbulkan oleh masingmasing bahan, dengan mempertimbangkan
sumbernya, proses pembuatan, kompleksitas rantai pasokan, dan penggunaan akhir
di mana bahan tersebut digunakan dalam produk obat.
Persyaratan mutu bahan awal yang ditetapkan oleh pabrik pembuat hendaklah
didiskusikan dan disepakati bersama pemasok. Aspek produksi, pengujian dan
pengawasan yang tepat, termasuk persyaratan penanganan, pelabelan, persyaratan
pengemasan dan distribusi, serta prosedur keluhan, penarikan dan penolakan
hendaklah didokumentasikan dalam perjanjian mutu atau spesifikasi yang resmi.
Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat.
Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal
penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal kedaluwarsa bila ada
4. Pengembalian
Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang penyimpanan
hendaklah didokumentasikan dengan benar (Badan POM RI,2018).
Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur
pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan.
Prosedur ini hendaklah mencakup Tindakan pencegahan terhadap kontaminasi
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut
hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang
atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui
oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.
6. Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.
Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan
hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan danmenggunakan
bahan pengemasan yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian
pelaksanaan hendaklah dicatat dalam catatan pengemasan bets (Badan POM RI, 2018).
BAB III
KESIMPULAN
Validasi proses produksi bertujuan untuk membuktikan bahwa proses yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang konsisten, mengurangi masalah yang terjadi selama produksi
dan memperkecil kemungkinan terjadinya peroses ulang. Di samping itu, tiap langkah
dalam proses pembuatan obat harus terkendali untuk memastikan obat yang dihasilkan
akan senantiasa memenuhi persyaratan. Validasi proses produksi terdiri dari beberapa
tahap yaitu bahan awal, pencegahan pencemaran silang, penimbangan dan penyerahan,
pengembalian, pengolahan produk ruahan dan produk antara, kegiatan pengemasan,
pengawasan selama proses, dan Karantina dan penyerahan produk jadi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Rockville, MD, FDA, May. 1987. Guideline on General Principles of Process Validation.
Widhiswastiawan, T.A. 2017. Validasi Proses Produksi Sebagai Bagian Implementasi Lean
Manufacturing Di Industri Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila-Jakarta