Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KIMIA MEDISINAL

“AMIL SALILISAT”

OLEH :

NAMA : MUAADZATUL IZZAH SUDARMAN

STAMBUK : G 701 15 024

KELAS :D

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
Amil salilisat merupakan cairan berwarna bening yang biasanya memiliki warna kuning, mendidih
pada suhu 280 derajat Celcius, larut dalam alkohol, tidak larut dalam air, digunakan dalam
pembuatan sabun dan parfum. Juga dikenal sebagai isoamil aslisilat. Amil salisilat merupakan
turunan asam salisilat yang memiliki efek antiinflamasi dan antipiretik. Beberapa turunan asam
salisilat lain yang memiliki efek farmakologi yang sama diantaranya adalah acetyl salicylic acid
(aspirin), sodium salicylate dan salicylamide.

Struktur amil salisilat


Nama kimia : Pentyl 2-hydroxybenzoate
Rumus molekul : C12H16O3
Berat molekul : 208,26
Kegunaan : flavoring agent, odor agents,
Nama lain : pentyl 2-hydroxybenzoate, pentyl salicylate, 2-hydroxybenzoic acid,
pentyl ester, salicylic acid, amyl ester, benzoic acid, pentyl ester, salicylic
acid, n-amyl salicylate

Hubungan struktur dan sifat kimia fisika antara aspirin, sodium salicylate, dan salycilamide

Aspirin Sodium salicylate Salycilamide


pKa 3,5 3,0 ; 13,4 8,2
Log p -1,1 2,3 1,3
t1⁄2 17 menit 2-4 jam (dosis< 3 gr) 1 jam
dan meningkat hingga
19 jam pada dosis
besar
Vd 0,15 0,1-0,2

Absorbsi
Kelurata obat dalam lemak atau air dan derajat ionisasi sangan mempengaruhi absorbsi obat dalam
saluran cerna. Golongan asam salisilat yang bersifat asam lemah pada lambung yang bersifat asam
akan berada dalam bentuk tidak terionkan yang diliat dari nilai pKa, mudah larut dalam ;emak
sehingga diharapkan akan mudah menembus membran lambung. Dilihat dari nilai pKa ketiga
senyawa tersebut, sodium salisilat yang memiliki pKa terendah sehingga paling mudah diabsorbsi
dimana sodium salisilat bersifat zwiter ion. Sedangkkan jika dilihat dari koefisien partisinya
sodium salisilat memiliki koefisien partisi terbesar dan yang terkecil adalah aspirin. Semakin besar
koefisien partisi menunjukan bahwa senyawa tersebut makin non polar (makin mudah larut lemak)
semakin banyak obat yang tersedia di sistem sistemik sehingga semakin besar kemungkinannya
untuk menduduki reseptor dan meningkatkan efek

Distribusi
Aspirin dan sodium salicylate memiliki kemampuan berikatan dengan protein plasma yang relatif
tinggi yaitu 50-90%. Kemampuan berikatan dengan protein ini akan menurun seiring dengan
meningkatnya dosis. Dari sifat fisiko kimianya, dapat dilihat bahwa sodium salicylate merupakan
senyawa yang paling nonpolar dibandingkan dua senyawa lainnya. Semakin non polar maka
volume distribusi senyawa ini juga akan meningkat karena obat akan lebih mudah terdistribusi ke
jaringan dan konsentrasi obat dalam plasma akan lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh sifat
lipofilisitas senyawa non polar tersebut tinggi sehingga akan lebih mudah menembus membran
lipid bilayer (lebih mudah mengalami transpor trans membran). Kemudahan untuk menembus
membran ini akan meningkatkan kemungkinan senyawa untuk berikatan dengan reseptor dan
menimbulkan efek farmakologis. Semakin cepat suatu obat didistribusikan, maka semakin cepat
obat tersebut dapat menimbulkan aktivitas biologis karena akan lebih cepat membentuk kompleks
obat –reseptor. Waktu yang dibutuhkan oleh ketiga senyawa tersebut untuk mencapai kadar
puncak dalam darah berurutan dari yang tersingkat adalah salicylamide (0,3 jam), aspirin (0,5-1
jam) dan sodium salicylate (0,9 jam) (Moffat et al, 2005). Waktu yang dibutuhkan oleh sodium
salicylate untuk mencapai kadar puncak lebih lama dibanding aspirin karena volume distribusinya
yang lebih kecil. Sedangkan untuk salicylamide, data mengenai volume distribusinya belum dapat
ditemukan. Onset terapi salicylamide cepat namun durasinya singkat. Hal ini tidak dipengaruhi
oleh ikatannya dengan protein, tetapi karena senyawa ini mampu berdifusi dengan sangat cepat
melewati jaringan tubuh. Aktivitas farmakologinya disebabkan oleh bentuk tidak terkonjugasinya,
yaitu amida bebas.

Metabolisme
Reaksi metabolisme obat terdiri dari dua tahap yaitu reaksi fase I atau reaksi fungsionalisasi dan
reaksi fase II atau reaksi konjugasi. Yang termasuk reaksi fase I adalah oksidasi, reduksi dan
hidrolisis. Tujuan reaksi fase I adalah memasukkan gugus fungsional tertentu yang bersifat polar
seperti OH, COOH, NH dan SH ke struktur molekul senyawa. Sedangkan reaksi fase II yang
mencakup reaksi konjugasi, metilasi dan asetilasi bertujuan untuk mengikat gugus fungsional hasil
metabolit reaksi fase I dengan senyawa endogen yang mudah terionisasi dan bersifat polar seperti
asam glukoronat, sulfat, glisin, dan glutamin, menghasilkan konjugat yang mudah larut dalam air.
Struktur kimia suatu senyawa akan mempengaruhi proses metabolismenya. Aspirin yang
mengandung gugus ester akan mengalami reaksi hidrolisis yang akan menghasilkan metabolit
asam salisilat yang merupakan senyawa aktifnya. Metabolit ini bersifat polar dan mudah
terkonjugasi. Reaksi hidrolisis aspirin ini dibantu oleh enzim mikrosom yaitu esterase yang
terdapat dalam jaringan hati, ginjal, usus dan plasma. Asam salisilat selanjutnya dikonjugasi oleh
asam glukoronat dan glisin menjadi bentuk asil dan eter glukoronida dan asam salisilurat yang
tidak aktif. Konjugat ini bersifat polar, mudah larut dalam air dan diekskresikan melalui ginjal.
Sama dengan aspirin, sodium salicylate yang mengandung gugus fenol akan mudah mengalami
reaksi konjugasi. Sodium salicylate mengalami reaksi konjugasi dengan asam glukoronat dan
glisin untuk menghasilkan asam salisilurat, salisil O-glukoronid dan salisil ester glukoronid.
Sedangkan salicylamide yang mengandung gugus fenol dan amin aromatik akan cenderung
mengalami reaksi konjugasi sulfat. Konjugasi sulfat ini meningkatkan kelarutan senyawa dalam
air dan membuatnya menjadi tidak toksik.

Eliminasi
Aspirin, sodium salicylate dan salicylamide diekskresikan melalui ginjal. Salisilat direabsorpsi
oleh tubulus ginjal dari asam urat melalui proses difusi pasif. Proses reabsorpsi ini dipengaruhi
oleh sifat fisika kimia seperti ukuran molekul dan koefisien partisi. Sodium salicylate memiliki
koefisien partisi tertinggi sehingga lebih non polar dibanding dua senyawa lainnya dan lebih
mudah larut dalam lemak sehingga memiliki kemungkinan lebih besar untuk diabsorpsi kembali
oleh membran tubulus. Sedangkan meskipun aspirin memiliki koefisien partisi yang rendah,
senyawa ini bersifat elektrolit lemah, sehingga pada pH urin normal akan berada dalam bentuk
tidak terdisosiasi, mudah larut dalam lemak sehingga mudah diabsorpsi kembali oleh tubular.
Proses reabsorpsi pada tubulus ginjal ini juga dipengaruhi oleh pH urin. Senyawa-senyawa turunan
asam salisilat yang bersifat asam lemah tersebut akan meningkat bila pH urin dibuat basa dan akan
menurun bila pH urin dibuat asam.
Proses ekskresi dan metabolisme saling berkaitan dalam menyebabkan terjadinya penurunan kadar
obat dalam darah. Kecepatan metabolisme akan mempengaruhi kecepatan eliminasi suatu obat.
Kecepatan eliminasi obat dapat dilihat dari data waktu paruhnya (t ½) dimana parameter ini
menggambarkan waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat agar kadarnya menurun menjadi setengah
konsentrasi awalnya. Secara berurutan, senyawa yang memiliki waktu paruh tersingkat hingga
terpanjang adalah aspirin (17), salicylamide (1 jam), dan sodium salicylate ( 2-4 jam tergantung
dosis). Aspirin memiliki waktu paruh tersingkat karena metabolisme senyawa ini berlangsung
cepat. Semakin lama proses metabolismenya, waktu paruh senyawa akan makin panjang dan
semakin lama tinggal di dalam tubuh.

Hampir semua obat yang memiliki efek farmakologis sama, pada umumnya mempunyai gambaran
struktur tertentu. Gambaran struktur ini disebabkan oleh orientasi gugus-gugus fungsional dalam
ruang dan pola yang sama. Dari gambaran sterik dikenal berbagai macam struktur isomeri, antara
lain adalah isomer geometrik, isomer konformasi, diasterioisomer, dan isomer optik. Bentuk-
bentuk isomer tersebut dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat (Siswandono dan Soekardjo,
2008).

Ketiga obat turunan asam salisilat tersebut memiliki isomer geometrik karena strukturnya hanya
dibedakan oleh atom-atom atau gugus-gugus yang terikat secara langsung pada suatu ikatan
rangkap atau dalam suatu sistem asiklik. Dibandingkan dengan senyawa induknya (asam salisilat),
aspirin kehilangan gugus hidroksinya yang digantikan dengan ester. Hal ini mengakibatkan
kepolarannya dan keasamannya berkurang. Adanya gugus ester membuat aspirin mudah
mengalami metabolisme hidrolitik menjadi asam salisilat yang merupakan senyawa aktifnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa substitusi gugus OH pada asam salisilat dengan ester akan
meningkatkan lipofilisitas senyawa sehingga lebih mudah menembus membran biologis dan dapat
berubah kembali menjadi senyawa aktifnya melalui reaksi hidrolisis pada proses metabolisme.

Gugus fungsi adalah letak kereaktifan kimia dalam molekul dan timbul dari ikatan pi atau dari
perbedaan dalam keelektronegatifan antara atom yang berikatan. Sodium salicylate dan
salicylamide sama-sama kehilangan gugus karboksilatnya dan secara berturut-turut digantikan
dengan gugus yang mengandung Na dan gugus amina. Dilihat dari tabel periodik unsur, Amina
jelas lebih elektronegatif dibanding Na. Semakin elektronegatif suatu senyawa, makin mudah ia
akan berikatan dengan reseptor sehingga aktivitasnya akan lebih cepat. Hal ini dapat dibuktikan
dari data tmax-nya dimana salicylamide yang lebih elektronegatif memiliki tmax yang lebih
singkat (0,3 jam) dan sodium salicylate yang lebih elektropositif memiliki tmax yang blebih lama
(0,9 jam).

Untuk data toksisitas, dapat digunakan parameter polaritas dimana senyawa yang lebih non polar
akan lebih mudah larut dalam lemak sehingga ketersediaannya lebih banyak di sistem sistemik dan
kemungkinannya menduduki reseptor lebih besar. Namun hal ini juga mengakibatkan senyawa
makin sulit dieliminasi sehingga kemungkinan untuk terakumulasi besar dan toksisitasnya tinggi.
Sedangkan untuk senyawa yang lebih polar kemungkinan terakumulasinya lebih kecil dan
toksisitas lebih rendah. Jika diurutkan dari yang tertinggi, senyawa yang memiliki toksisitas
tertinggi hingga terendah adalah sodium salicylate, salicylamide dan terakhir aspirin.

Anda mungkin juga menyukai