“RUPTUR URETRA”
Oleh :
Tabel 1.4 Klasifikasi Batu Saluran Kemih berdasarkan Etiologi (Turk et al.,
2011)
Batu Non- Batu Infeksi Batu Genetik Drug
Infeksi Stone
Kalsium Magnesium- Cistine Indinavir
Oksalat Amonium
Sulfat
Kalsium Apatit Xanthine
Fosfat
Asam Urat Amonium Urat 1,8-
dihydroxyaden
ine
1. Batu Kalsium
Batu yang palng sering terjadi pada kasus batu ginjal. Knadungan
batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsim fosfat, atau campuran
keduanya. Faktor-faktor terbentuknya batu kalsium adalah (Fauzi & Putra,
2016):
a. Hiperkalsiuria : akibat penigkatan absorbsi kalsium usus (absorptif),
gangguan kemampuan reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal (renal),
peningkatan resorpsi tulang (resorptif)
b. Hiperoksaluria : ekskresi oksalat urin >45 gram/hari
c. Hiperurikosuria : kadar asam urat urin >850 mg/24 jam
d. Hipositraturia : sitat berfungsi untuk menghalangi ikatan kaslium
dengan oksalat
e. Hipomagnesuria : magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya
batu kalsium kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab hipomagnesuria
tersering adalah penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan gangguan
malabsorbsi
2. Batu Struvit
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih (Fauzi &
Putra, 2016).
3. Batu Asam Urat
Biasanya diderita pasien dengan gout, penyakit mieloproliperatif,
pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak
menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat
(Fauzi & Putra, 2016).
4. Batu Jenis Lain
Batu jenis lain seperti sistin, xnathine, batu triamteran, dan batu
silikat sangat jarang dijjumpai (Fauzi & Putra, 2016).
E. Diagnosis dan Diagnosis Banding Batu Saluran Kemih
Diagnosis batu saluran kemih ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, pasien biasanya mengeluh nyeri
pinggang yang bersifat kolik maupun tidak di area pinggang dengan derajat
yang sangat bervariasi. Keluhan seperti hematuria, disuria, retensi urin,
hingga anuria juga dapat muncul (Rasyid et al., 2018).
Pada Pemeriksaan fisik, pasien dengan batu saluran kemih sangat
bervariasi mulai tanpa kelainan fisik dampai adanya tanda-tanda sakit berat,
tergantung letak batu dan penyulit yang ditimbulkan (komplikasi). Pada
pemeriksaan fisik urologi, apabila dicurigai terdapat batu di ginjal atau
nefrolithiasis dapat ditemukan nyeri tekan, nyeri ketok, atau pembesaran
ginjal di sudut kostovertebra. Batu pada buli dapat dicurigai apabila pada buli
didapatkan adanya nyeri tekan, buli terasa penuh, hingga teraba batu di area
surpa simfisis, batu juga dapat teraba pada buli saat melakukan pemeriksaan
rectal toucher. Jika dicurigai terdapat batu pada urethra, khususnya pada
laki-laki, dapat teraba batu di uretra. Pada pemeriksaan fisik umum perlu
dipastikan pula apakah pasien mengalami hipertensi, demam tanda-tanda
anemia hingga syok (Rasyid et al., 2018).
F. Pemeriksaan Penunjang Batu Saluran Kemih
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah dan Urinalisis
Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, dan hitung jenis darah, apabila pasien akan direncanakan untuk
diintervensi, maka perlu dilakukan pemeriksaan darah berupa, ureum,
kreatinin, uji koagulasi (activated partial thromboplastin time/aPTT,
international normalised ratio/INR), natrium, dan kalium. Bila diperlukan
dapat dilakukan pemeriksaan kalsium dan atau C-reactive protein (CRP)
(Rasyid et al., 2018).
Pemeriksaan urine rutin digunakan untuk melihat eritrosuria,
leukosuria, bakteriuria, nitrit, pH urine, dan atau kultur urine. Hanya
pasien dengan risiko tinggi terjadinya kekambuhan, maka perlu dilakukan
analisis spesifik lebih lanjut. Analisis komposisi batu sebaiknya dilakukan
apabila didapatkan sampel batu pada pasien BSK. Pemeriksaan analisis
batu yang dianjurkan menggunakan sinar X terdifraksi atau spektroskopi
inframerah. Selain pemeriksaan di atas, dapat juga dilakukan pemeriksaan
lainnya yaitu kadar hormon PTH dan kadar vitamin D, bila dicurigai
hiperparatiroid primer (Rasyid et al., 2018).
2. Pemeriksaan Pencitraan
Diagnosis klinis sebaiknya dilakukan dengan pencitraan yang tepat
untuk membedakan yang dicurigai batu ginjal atau batu ureter. Evaluasi
pada pasien termasuk anamnesis dan riwayat medis lengkap serta
pemeriksaan fisik.Pencitraan rutin antara lain, foto polos abdomen
(kidney-ureter-bladder/KUB radiography). Pemeriksaan foto polos dapat
membedakan batu radiolusen dan radioopak serta berguna untuk
membandingkan saat follow-up (Rasyid et al., 2018).
Gambar Algoritma Pemilihan Tindakan untuk Batu Ginjal Pelvis atau Kaliks
Superior/Media (Rasyid et al., 2018)