5
BLOOD, SUPPORT, AND MOVEMENT DISORDER
Varicella
Herpes Zoster dan Herpes Simpleks
Jenis-Jenis Kelainan Kulit dan UKK
Osteoarthritis
Arthritis Reumatoid
Arthritis Gout (Asam Urat)
Anemia
2
12
15
20
26
28
30
VARICELLA
Seorang perempuan berusia 17 tahun, datang ke dokter umum di praktek swasta dengan
keluhan plenting-plenting hampir di seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. Penderita mengatakan
bahwa 3 hari sebelum muncul plenting-plenting, ia kelelahan setelah mengikuti acara outbond di
sekolahnya, kemudian badan terasa demam, nyeri telan, pusing dan nafsu makan berkurang.
Plenting yang terasa agak gatal awalnya muncul di area wajah, dada, perut, dan punggung lalu
meluas ke hampir seluruh tubuh. Sebagian plenting tersebut mudah pecah. Penderita menunjukkan
beberapa plenting yang baru muncul pagi hari sebelum periksa ke dokter. Penderita belum pernah
mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Penderita tinggal bersama kedua orang tua serta 2 adik
perempuan yang berusia 10 dan 5 tahun, dimana kedua adiknya belum pernah memiliki keluhan
yang sama dengan penderita. Kedua orang tua sudah pernah menderita plenting-plenting seperti
yang sedang dirasakan oleh penderita. Sedangkan, seorang teman sekolah penderita memiliki
keluhan yang sama sekitar 2 minggu yang lalu.
Penderita memiliki berat badan 50 kg dan tinggi badan 165 cm. Pada pemeriksaan fisik,
tekanan darah 120/80 mmHg (normal), frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi nafas 16x/menit dan
suhu per aksila 38 derajat C (suhu meningkat). Pada perabaan teraba kelenjar getah bening di aksila,
servikal, supra klavikula, dan inguinal, terasa nyeri bila di tekan. Pada hampir seluruh tubuh
dengan dominasi pada badan dan wajah, tampak papul, vesikel, dan pustul diatas kulit eritematosa,
sebagian vesikel tampak umbilicated. Di beberapa tempat tampak erosi, dan sebagian tampak erosi
tertutup krusta kehitaman.
Dokter menetapkan diagnosis banding varicella, dan impetigo bulosa. Dokter melakukan
pemeriksaan tzanck tes pada vesikel yang terbaru.
Dokter melakukan diagnosis penderita dengan varicella. Penderita diberi obat asiklovir per
oral 5x800 mg selama 7 hari, dan paracetamol 3x500 mg , bedak dengan mentol 0,25-0,5% atau
celamin lotion pada vesikel, dan gentasimin cream 2x oles pada lesi erosi. Penderita disarankan
istirahat, perbanyak minum air putih, makan makanan lunak, memakai masker wajah, kuku jari
dipotong, tidak boleh menggaruk, mandi dengan air hangat, dan kontrol 1 minggu kemudian.
I Klarifikasi Istilah
Asiklovir
Bedak
mentol
Calamin Lotion
Erosi
Gentamisin cream
Impetigo bulosa
Krusta
Kulit Eritematosa
Multinucleated
Giant Cell
Polimorfik
Papul
Paracetamol
Pustul
Tzanck test
Vesikel
Umbilicated
Plenting-plenting
Gatal
Nyeri telan
II
Batasan Masalah
1. Apa penyebab dari penyakit di kasus?
Chicken pox (Cacar air) / Varicella
1 Definisi:
a Penyakit ringan sangat menular terutama pada anak-anak, ditandai secara klinik
dengan suatu erupsi vesikuler pada kulit dan selaput lendir, atau penyakit akut
yang terjadi setelah kontak pertama dengan virus.
b Infeksi akut primer oleh virus Varicella-Zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Manifestasi klinis didahului oleh gejala konstitusi kelainan kulit polimorfik
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh (Djuanda, 2009).
2 Etiologi: Virus Varicella-Zoster. Infeksi primer menyebabkan varisela, reaktivasinya
menyebabkan herpes zoster
Yang menular: dua hari sebelum infeksi, 5 hari setelah timbul lesi.
Masa inkubasi : tergantung kondisi imunitas pejamu/penderita
a Immunocompetent sistem imun masih kuat (14-17 hari atau bahkan 21 hari)
3
Pustula Lesi yang menonjol berbatas tegas, mengandung eksudat pirulen, didalamny
dapat leukosit dan debris seluler yang mengandung bakteri.
Krusta onggokan cairan darah, nanah, kotoran, dan obat yang sudah megering diatas
permukaan kulit, biasanya warnanya merah hitam coklat
Plaque penonjolan diatas permukaan kulit yang mengenai area p[ermukaan yang
relatif besar dibanding dengan tinggi
Ulkus lesi yang menunjukka kerusakan epidermis dan dermis
Likenifikasi penebalan kulit akibat sering digaruk akibatnya makin jelas garis kulit
normal
Diagnosis banding : herpes zooster, herpes simplex, varisela.
Virus masuk ke tubuh melalui inhalasi dan kontak langsung nantinya virus masuk
melalui saluran pernafasan menuju ke limfonodi regional akan terjadi replikasi virus I
pada hari ke 2-4 virus tersebar lewat aliran darah dan limfonodi keadaan itu
dinamakan viremia primerpada hari ke 4-6 ketika orang itu sistem imun lemah sehingga
virus mengalahkan pertahana tubuh dan ke fase replikasi virus II di hepar dan lien diesbut
viremia sekunder karena sudah replikasi maka akan menyebar ke seluruh tubuh dan
mencapai epidermis pada hari ke 14-16 ketika virus sudah mencapai epidermis akan
terjadi respon tubuh berupa inflamasi vasodilatasi awal muncul lesi kulit sehingga terjadi
kemerahan dan makula karena aliran darah meningkat sehingga terjadi penumpukan
mediator inflamasi dan pembuluh darah bocor keluar epidermis nanti cairannya akan
berubah menjadi vesikel dan pustula saat pecah maka zat akan mengering menjadi crusta.
4. Mekanisme penularan dan orang dengan resiko tertular plenting plenting
Penularan dari chicken pox ini dari inhalasi dan kontak langung dengan lesi. Orang dengan
resiko tertular adalah orangh yang belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya dan
juga orang dengan keadaan imun yang rendah, mungkin karena pada penularan diawali
dengan bertemunya pasien dengan teman2ny yang memiliki gejala yang sama lalu pada saat
lelah mulailah mucul plenting2.
Varicela menempel pada mukosa faring atau alveolus
karena masuk jaringan ini yang menytebabkan pletning tubuh bisa terdapat dimana saja
5. Mengapa bisa muncul demam, nyeri, pusing, dan nafsu makan kurang?
Virus asuk melalui mukosa sal napas, virus akan menyebar ke kel limfe, yg berfungsi
menyaring mikroorganisme maka akan melawan virus, juga akan menyterap virus yang
sudah difagosit oleh makrofag. Krena virus banyak, sisa didegradasi menyebabkan kerja kel
getah bening berlebih, menyebabkan kel getah bening membesar utk mengatasi virus tsb.
Krn membesar akan menekan saraf disekitarnya sehingga nyeri bila ditekan.
7. Mengapa penderita disarankan istirahat, perbanyak air putih, makan makanan lunak,
memakai masker wajah, kuku jari dipotong, tidak boleh menggaruk, mandi dengan
air hangat?
a Istirahat: Memperbaiki saistem imun, agar kondisi tubuh stabil.
b Perbanyak air putih: untuk membantu tubuh mengurangi VVZ dan mengurangi rasa
tidak nyaman, memperkuat daya tahan tubuh sehingga penyakit cepat sembuh
c Makan makanan lunak: jika terdapat lesi di mulut agar tidak semakin memperparah lesi.
d Masker: menghambat dan mencegah penularan virus kepada org lain karena menyebar
melalui aeroborn
e Kuku jari dipotong: mengurangi penyebaran inf bakteri karena bisanya sering
menggaruk.
f Tidak boleh menggaruk: mencegah infeksi sekunder (lecet, dll)
g Mandi air hangat: mencegah infeksi sekunder karena bakteri (jadi diperbolehkan mandi)
8. Bagaimana sifat, taksonomi dan struktur virus varisela?
a. Taksonomi
Famili: Herpes viridae
Subfamily: Alpha herpes viridae
Genus: Varicellovirus
Spesies: Varicella zoster
b. Struktur
c. Sifat
Memperbanyak diri di jaringan embrionik manusia dan menghasilkan badan inklusi
intranuklear. Bersifat sistemik, reaksi menyeluruh, dan pada cairan vesikel penderita,
virus dapat ditemukan.
6
Siklus replikasi
kedua di hepar
dan lien
Viremia
Sekunder
Siklus repiklasi
pertama regional
di limfonodi (hari
2-4)
Virus kalahkan
respon imun yang
belum matang
Virus menyebar ke
seluruh tubuh dan
mencapai
epidermis (Hari
14-16)
Penyebaran
sedikit lewat
darah dan kel
limfe (hari 4-6)
Viremia Primer
Lalu Berpindah keujung saraf sensorik dan ditransfer secara sentripetal lewat serabut saraf
sensorik lalu menuju ganglia sensorik dan terjadi periode laten dan ada kemungkin tidak
menular da multifikasi atau bisa menginfeksi reaktivasi dari virus contoh penurunan imun
sel dan pengobat imuno supresor dan akan teraktivasi dan replikais dan muncul reaksi
radang dan akan merusak ganglion sensoris dan menyebar ke sumsum tulang, batang otak,
kulit memalui saraf sensoris. Ketika infeksi primer mereda, virus varisela tidak menghilang
sepenuhnya tapi akan tidak aktif dan menetap disaraf akar ganglia dorsalis sensoris dan akan
aktif lagi jika sistem imun melemah dan akan menyebakan herpes zooster.
10. Bagaimana siklus hidup varisela zoster?
Siklus : masuk ke tubuh melalui saluran napas bagian atas multiplikasi (memperbanyak
diri) penyebaran dalam pembuluh darah dan saluran limfe fagositosis oleh sel RES
melalui saraf ke ganglia dorsal vesikel/ lesi
11. Prognosis varisela?
Varicella pada pasien imunokompeten tanpa disertai komplikasi prognosis biasanya sangat
baik sedangkan pada pasien imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya
signifikan.
12. Penatalaksanaan varisela?
Pada pasien imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang spesifik dan
pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu :
A Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah.
B Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
C Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin)
untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye.
7
D Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat
garukan.
Obat antivirus
A Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu penyembuhan
akan lebih singkat.
B Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam setelah
erupsi dikulit muncul.
C Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir.
D Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :
Neonatus
: Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak( 2 -12 tahun)
: Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5
hari.
Pubertas dan dewasa
:
1 Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.
2 Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.
3 Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari.
13. Pencegahan Varisela?
Pemberian vaksin anti varisela diberikan melalui sub cutan imunasasi aktif
Vaksin :
A VZIG, diberikan pada kelompok orang tertentu
ex : orang kekebalan rendah, wanita hamil terkena cacar air dan bila pernah terkena, bayi
dibawah 28 hari yang lahir dari usia kehamilan 28 minggu dan berat kurang 1000 gram,
bayi dibawah usia 28 hari yang ibunya terpapar cacar air atau yang mengalami cacar
airantara 7 hari sebelum persalinan sampai 7 hari setelahnya.
B IP
Plasma dari penderita yang baru sembuh diberikan secara intravena 3- 14,3 ml /kg BB.
Pemberian 1-7 hari setelah kontak dengan penderita varicella.
14. Apa saja indikasi, prosedur pelaksanaan dan interpretasi dari tzanck test?
Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin test.
Tzanck smear ini adalah suatu test dengan cara menscraping dasar dari ulcer untuk melihat
tzanck cell (multinucleated cell) atau pemeriksaaan sitologi pada bula yang intact untuk
melihat acantholytic cells. Tzanck cell ini biasanya pada:
A Herpes Zoster
B Herpes simplex
C Varicella
D Pemhigus vulgaris
E Cytomegalovirus
Indikasi, prosedur, dan Interpretasi Tzanck Test
Indikasi : mendeteksi proses inflamasi, khusunya herpes, pemeriksaan terhadap sel yg
berasal dari bula seperti Herpes zozter
Prosedur : bula yg utuh dan terinfeksi (bila tidak ada, gunakan daerah erosi yg bersih
atau membuat lesi baru) scalpel (angkat dinding bula) hisap air/serum di dalamnya
8
dg kaca serum kerok dasar erosi bula dengan scalpel buat apusan kecil kerokan tsb
di aatas gelas objek pengecatan dengan WRIGHTS/giemsa lihat di bawah
mikroskop
Interpretasi : pada infeksi bakteri impetigo bulosa (ciri-ciri : diskeratosis, sel
akantolitik, klaster coccus, dan neutrophil banyak)/ infeksi virus herpes simpleks dan
herpes zozter (ciri-ciri: ballonim, sel raksasa berinti, dan badan inklusi eosinofilik).
Infeksi jamur candidiasis (ciri-ciri : pseudohifa, berspora)
18. Terapi asiklovir, paracetamol dan lain lain. Yang ditekankan adalah mekanisme kerja
asiklovir, pengaturan dosis, sediaan obat, CPO, ESO, durasi pengobatan.
1
Asiklovir
a Mekanisme kerja obat anti herpes
Asiklovir memerlukan 3 tahap fosforilasi
untuk menjadi aktif. Obat ini mula-mula
diubah menjadi turunan monofosfat oleh
enzim (timidin kinase). Lalu menjadi didan trifosfat oleh enzim sel pejamu
(trifundin sidofovir). Asiklovir trifosfaft
akan menghambat pembentukan DNA
virus melalui 2 mekanisme yaitu :
1. Menyatu dengan DNA virus lalu
menginhibisi sintesis DNA Virus.
2. Inhibsi kompetitif DNA polimerase
virus sehingga penghentian
pemanjangan rantai DNA virus.
Sediaan obat
10
Paracetamol
a Sediaan obat : oral tablet 160mg, 325 mg, 500 mg, 650 mg ; kaplet 160 mg, 500
mg, 650 mg; kapsul 325 mg, 500 mg; syrup 120 mg/5ml; rectum supositoria 80 mg
120 mg, 125 mg, 300 mg, 325 mg, 650 mg.
b Parasetamol: obat yg mempunyai efek untuk mengurangi nyeri dan demam.
Parasetamol menurunkan demam dgn menghambar impuls rangsang nyeri diperifer.
Untuk menurunkan panas dengan menurunkan panas tubuh di hipota;amus.
Indikasi: untuk mengurangi nyeri, sakit kepala, nyeri pasca operasi minor,
menurunkan demam yg disebebakn oleh berbagai penyakit. Kontarindikasi: orang
yg hipersensitif pd parasetamol dan penderita dgn gangguan fungsi hati berat. ESO:
mual, nyeri perut dan hilnag nafsu makan. Penggunaan jangka panjangn dan dosis
besar dpt merusakkan kerusakan hati, reaksi hipersensivitas.
11
Herpes Simpleks
a Definisi
Penyakit kulit atau selaput lendir yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks. Memiliki tipe
I dan tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan
eritematosa. Virus ditularkan melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak kulit langsung
dan termasuk hubungan koitus.
b
Etiologi
Menurut struktur antigennya terdapat 2 tipe, yaitu :
1) Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV I)
Tempat predileksi di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung,
biasanya dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kontak kulit, kontak
air liur yang terinfeksi, dokter gigi, atau pada orang yang sering menggigit jari.
2) Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II)
Tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genitalia. Penyakit
ditularkan melalui hubungan seksual.
Patogenesis
Virus masuk ke manusia melalui bibir, mulut, kulit, kantong konjungtiva, atau genitalia
virus menuju ke kelenjar limfe regional mengadakan invasi ke dalam darah dan
mengadakan reproduksi di dalam kulit (lesi kulit berupa lepuh kecil isi cairan jernih). Selama
infeksi primer virus menuju ganglion radiks dorsalis mengikuti serabut saraf tepi
setelah lesi primer kulit menyembuh virus menetap pada periode laten di ganglion radiks
dorsalis sampai timbul periode reaktivasi. Pada saat reaktivasi virus turun melalui serabut
saraf perifer menuju kulit dan menimbulkan lesi kulit kambuhan (rekuren).
Selain kulit bisa juga di genitalia, selaput lendir mulut, tenggorokan, mata, saluran kemih,
anus, vagina, serviks uteri.
Gejala Klinis
Infeksi VHS berlangsung dalam 3 tingkat :
1) Infeksi primer
Berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dengan gejala sistemik
misalnya demam, malase dan anoreksi. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel
berkelompok diatas kulit eritematosa, berisi cairan jernihdapat menjadi krusta kadangkadang ulserasi yang dangkal. Pada wanita 80% HVS pada genitalia disertai infeksi pada
serviks.
2) Fase laten
Penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS ditemukan tidak aktif di ganglion
dorsalis.
12
3) Infeksi rekuren
Infeksi ini VHS di ganglion dorsalis yang tidak aktif menjadi aktif karena mekanisme
pacu. Mekanisme pacu dapat berupa trauma fisik, kurang tidur, hubungan seksual, trauma
psikis, akibat makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala ini timbul lebih ringan berlangsung 7-10 hari. Infeksi rekuren bisa terjadi pada
tempat yang sama maupun tempat yang lain.
e Histopatologi
Lesi herpes simpleks menunjukan adanya vesikel intradermal, degenerasi sel epidermis, dan
akantolisis. Sel raksasa berinti banyak di dapatkan pada dasar vesikel. Badan inklusi
intranukleus yang asidofilik dapat ditemukan pada sel raksaasa dan sel epitel di pinggir
vesikel.
f
Pemeriksaan lab: Tzanck smear, penanaman virus, tes serum antibodi, pemeriksaan
imunofluoresensi.
Pencegahan
1) Mengenal seluk beluk penyakit ini
2) Melakukan pengobatan yang tepat
3) Tidak koitus pada penyakit yang sedang aktif
4) Menjaga kondisi fisik dan menghindari stres psikis
Herpes Zoster
a Definisi
Adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai
dengan nyeri radikuler unilateral serta lesi vesikuler yang terbatas dermatom yang dipersarafi
oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranisalis.
Infeksi ini merupakan bentuk reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah
menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.
b
Etiologi
Herpes zoster disebabkan varicella zoster virus (VZV). Infeksiositas virus dapat dihancurkan
dengan cepat oleh bahan organik, seperti deterjen, enzim proteolitik, lingkungan pH yang
tinggi.
Patogenesis
Mirip dengan herpes simpleks.
Infeksi varisela VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf
sensorik menuju ke ganglion saraf sensorik Di dalam ganglion virus memasuki masa
laten (tidak infeksius dan tidak mengadakan multikplikasi) bila daya tahan tubuh menurun
akann terjadi reaktivasi virus virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam
13
ganglion menyebabkan nekrosis pada saraf serta inflamasi yang berat disertai neuralgia
yang hebat dan terjadi erupsi khas herpes zoster.
d
Gejala klinis
Sebelum timbul gejala kulit terdapat gejala prodromal sistemik (demam, pusing, malase),
maupun gejala prodromal lokal ( nyeri otot-tulang, pegal, gatal dll). Setelah itu timbul eritema
dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok, vesikel berisi cairan jernih kemudian
menjadi keruh dapat menjadi pustul dan krusta.
Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu
unilateral. Umumnya lesi terbatas pada kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf
sensorik. Erupsi mulai dengan makulopapula eritematus. 12-24 jam kemudian terbentuk
vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ke 3. 7-10 hari kemudian lesi
mengering menjadi krusta. Krusta dapat menetap 2-3 minggu.
Histopatologi
Ditemukan serbukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi
endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal, inflamasi bungkus ganglion.
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan tzanck membantu menemukan sel datia berinti banyak, pemeriksaan cairan
vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologi.
Pencegahan
Pencegahan seharusnya mencakup pencegahan infeksi laten dan pencegahan reaktivasi.
14
Efloresensi : - primer morfologi kelainan kulit yang timbul pada kulit yang masih normal.
- sekunder morfologi kelainan kulit yang timbul pada kulit yang sudah
mengalami abnormalitas atau manifestasi perjalanan suatu penyakit
1
Efloresensi Primer
Gambar
Keterangan
Makula Lesi datar, batas jelas berbeda dengan sekitarnya
karena perubahan warna.
Contoh : makula hiperpigmentasi atau macula eritematosa
15
Eflorosensi Sekunder
Gambar
Keterangan
Krusta : Timbunan serum, darah, eksudat purulen dan kulit
mati yang mengering di atas permukaan kulit.
Contoh : papul plak eritematosa disertai krusta.
Rangsang nyeri
Keterlibatan daerah sekitar ulkus
Likenifikasi : Penebalan epidermis sehingga tekstur kulit
teraba dan tampak jelas
Contoh : plakat eritematosa disertai likenifikasi
Konfigurasi
Gambar
Keterangan
Anular : Lesi berbatas tegas, hiperpigmentasi yang sangat
jelas pada bagian tepi sehingga membentuk gambaran cincin
Contoh : plakat eritematosa dengan konfiurasi annular dan
distribusi soliter
Numular : Lesi bundar seperti uang logam (diskoid)
Contoh : plakat eritematosa (konfigurasi) nummular
(distribusi) multiple bilateral.
Ekzematoid : Gambaran lesi menunjukan adanya tandatanda peradangan akut dan basah (oozing)
18
Distribusi
Gambar
Keterangan
Generalisata : esi meluas hampir seluruh permukaan tubuh
19
KASUS 3 OSTEOARTHRITIS
1
1 Sendi peluru
2 Sendi engsel (kasus) : sendi yang memungkinkan gerakan melipat hanya pd satu arah
3 Sendi pelana
4 Sendi pivot
5 Sendi peluncur
Pergerakan sendi
a Gliding movement = gerakan menggeser contoh pd tulang klavikula
b Angular motion = ekstensi,fleksi,hiperektensi,abduksi,adduksi
c Circukumduksi = gerakan melingkar
d Rotasi = gerakan merotasi, terdpat pronasi dan supinasi
e Khusus = seperti oposisi,plantar fleksi, dorsofleksi . elevasi, reteraksi dll
3 Komponen penyusun sendi
a. ligamen : berfungsi menghubungkan bagian luar ujung tulang agar menyatu dengan sendi
dan menjaga agar tidak terjadi perubahan lokasi sendi ketika bergerak atau beraktivitas
b. kapsul sendi : berfungsi menghubungkan dua tulang pada sendi tersebut. Kapsul sendi
merupakan jaringan fibrosa yang melapisi sendi dan memiliki rongga di dalamnya.
c. cairan synovial : cairan pelumas pada sendi.
Ciri cirinya berwarna putih hingga kekuningan. Viskositas : cukup kental karena banyak
asam hialuronat. Jika berwarna putih keruh / berawan : banyak leukosit. Berwarna merah :
banyak eritrosit/ ada pendarahan. Glukosa turun ada infeksi sendi. Protein naik ada
infeksi sendi. Asam urat naik pada arthritis gout. Leukosit normal <200 sel/ml.
neutrophil meningkat pada infeksi bakteri.
4
Definisi Osteoartrhitis
Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi (Soeroso,
2009). Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak terjadi peradangan dan
ditandai dengan adanya abrasi rawan sendi
Etiologi Osteoartrhitis
a Osteoartrhitis primer / idiopatik belum diketahui penyebabnya dan tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi, sering dihubungkan
dengan penuaan. Sering menyerang sendi perifer : panggul, lutut, tulang belakang, dan sendi
kecil pada tangan.
b Osteoartrhitis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain.
21
Kelainan endokrin : pada usia <45th angka kejadian osteoartrhitis lebih banyak terjadi
pada laki laki daripada wanita. Namun setelah usia >50th osteoartrhitis lebih sering
terjadi pada wanita, karena pada usia >50th wanita banyak yang sudah mengalami
menopause dimana kadar hormone estrogen menurun, penurunan estrogen ini diikuti
dengan penurunan kadar Growth hormone yang menyebabkan sintesis matriks tulang
sendi menjadi berkurang sehingga dapat terjadi Osteoartrhitis
- Obesitas/ kelainan metabolik : terdapat peningkatan beban mekanis pada sendi, sehingga
sendi bekerja lebih kuat dan lama kelamaan dapat timbul degradasi dari tulang rawan
sendi.
- Genetic / herediter/ kelainan kongenital : kelainan genetic disebabkan oleh adanya
mutasi pada gen prokolagen III dan gen kolagen tipe IX dan XII. Kelainan kongenital
muncul pada penyakit Rethes/ dislokasi kongenital paha.
- Pekerjaan/ olahraga : pekerjaan yang melibatkan aktivitas sendi yang berulang dan
sering dapat menimbulkan benturan yang berulang pada daerah persendian. Hal ini juga
menjadi salah satu faktor resiko osteoartrhitis
PRIMER (idiopatik )
SEKUNDER
- Lokalisasi
Trauma akut atau kronis
Mempengaruhi 1 atau 2 sendi
Gangguan sendi yg mendasari
- General
Lokal (fraktur atau infeksi)
mempengaruhi 3 atau lebih sendi
Difusi (Reumatoid Arthritis)
- Erosif
Metabolik, sistemik atau gangguan endokrin
Menggambarkan adanya erosi dan
Contohnya penyakit hati Wilson,
proliferasi sendi interfarangeal tangan
akromegali, hiperparatiroidisme, obesitas,
hemokromatosis, penyakit Paget, DM,
Gangguan neuropatik
Penggunaan intraartikular kortikosteroid yg
berlebihan
Nekrosis avaskular
Displasia tulang
6
Faktor resiko
a. Umur
>45 tahun
b. Jenis kelamin
- Pada perempuan OA terbanyak pada lutut dan sendi
- Pada laki laki pada pergelangan tangan dan leher
c. Suku bangsa/ras
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
f. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga
g. Kelainan pertumbuhan/kongenital
h. Nutrisi << vit D
Manifestasi klinis
a Nyeri sendi
22
c
d
e
f
g
8
Karena osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasii neurovaskuler menembus bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke
osteofit yang sedang berkemban. hal ini menimbulkan rasa nyeri
Kaku pada pagi hari (morning stiffness) terjadi karena immobilisasi yang terlalu lama,
sehingga sel sel inflamasi pada daerah persendian mengendap, sehingga pertama kali
digerakkan akan terasa nyeri. Nyeri akan berkurang ketika sendi sering digerakkan.
Hambatan pergerakan sendi disebabkan oleh nyeri, inflamasi,sendi membengkak, dan
perubahan bentuk.
Krepitasi/gemertak
Perubahan bentuk sendi
Perubahan gaya berjalan
Tanda tanda peradangan (kemerahan, hangat, bengkak, nyeri, penuunan fungsi)
Patofisiologi
Etiologi dan faktor resiko meliputi umur,jenis kelamin, genetic, suku bangsa, obesitas
kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan gangguan pembentukan tulang baru pada
tulang rawan sendi menyebabkan perubahan metabolism tulang peningkatan aktifitas
enzim yang merusak makromelekul matriks tulang rawan sendi penurunan kadar proteoglikan
perubahan sifat sifat kolagen berkurangnya kadar air tulang rawan sendi permukaan
tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan laserasi penipisan celah antar sendi
osteoarthritis.
a Fase 1 (fase inisiasi): ketidakseimbangan sintesis dan degradasi matriks yang dihasilkan oleh
kondrosit pada daerah sendi IGF-1, GH< TGF-B, dan CSFs mengiduksi kondrosit untuk
mensintesis DNA, kolagen dan proteoglikan secara berlebihan
b Fase 2 (fase inflamasi) : lama kelamaan sel jadi kurang sensitive thd IGF-1 menginduksi
sitokin proinflamasi mengeluarkan IL-1 dan TNFa kerusakan sendi
c Fase 3 (fase nyeri) : terbentuk thrombus & kompleks lipid pada vaskuler iskemik dan
nekrosis jaringan lepasnya prostaglandin dan memicu pembentukan osteofit yang dapat
menekan periosteum dan mengenai radix saraf.
d Fase 4 (degradasi) : IL-1, TNFa dan plasminogen memulaidestruksi kartilago.
23
Distribusi
9 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan laboratoris (JH
Klippel, 2001):
1 Diagnosis klinis :
a Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
b Umur > 50 tahun
c Kaku sendi < 30 menit
d Krepitus
e Nyeri tekan tepi tulang
f Pembesaran tulang sendi lutut
g Tidak teraba hangat pada sendi
2 Diagnosis Klinis, dan radiologis:
Pemeriksaan Radiologis (derajat kelgen dan lawrence)
*derajat 0 klasifikasi normal
- gambaran nya tidak ada yang abnormal
* derajat 1 meragukan
- tampak osteofit kecil
*derajat 2- minimal
- tampak osteofit dan celah sendi
*derajat 3 sedang
-osteofit jelas dan terdapat penyempitan sendi
* derajat 4 berat
- penyempitan celah sendi berat dan adanya sklerosis
3 Diagnosis Klinis dan laboratorium:
24
25
f Keterbatasan fungsi
g Malaise
h Kelelahan
i Nodul rheumatoid
j Nyeri pada waktu malam.
Apabila penyakit RA ini berlanjutan, tanda-tanda sinovitis kronis menjadi lebih dominan yang
dapat membawa kepada instabilitas sendi. Pada masa yang sama, pannus destruktif memusnahkan
kartilago dan tulang subkondral yang menyebabkan terjadinya deformitas sendi.
f Diagnosis Artitis Reumatoid
RA didiagnosis berdasarkan :
a karakteristik kekakuan sendi pada pagi hari
b adanya faktor darah artritis,
c temuan nodul reumatoid
d perubahan radiografi (sinar-X).
e deteksi nodul rheumatoid
f adanya antibodi abnormal yang disebut faktor rematik, antibodi citrulline dan
antibodi antinuklear (ANA).
g laju endap darah melambat.
h tes darah juga ditemukan anemia, karena anemia adalah umum di RA, terutama karena
peradangan kronis.
i apabila penyakit berlanjutan, sinar-X dapat memperlihatkan erosi tulang yang khas dari
RA pada sendi.
g Penatalaksanaan
a. farmakologi aspirin dan kortison (kortikosteroid) untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan. Obat lini kedua seperti emas, metotrexete, dan
hidrokloroquine, dapat
mempromosikan remisi penyakit dan mencegah terjadinya kerusakan sendi yang progresif.
b. istirahat
c. latihan penguatan sendi
d. perlindungan sendi
e. edukasi pasien (dan keluarga).
-
27
29