Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RANGKUMAN

“Fraktur Pelvis”

Oleh :

Revania Radina Thirza G4A018080

SMF ILMU BEDAH


RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020

A. Definisi
Fraktur pelvis adalah gangguan pada struktur tulang pelvis, termasuk
fraktur cincin pelvis, fraktur acetabulum, dan fraktur avulsi. Secara umum,
fraktur pelvis terjadi akibat trauma energi tinggi (missal kecelakaan lalu lintas),
sedangkan pada pasien lansia, edera pelvis terjadi akibat trauma energy rendah
(missal jatuh). Trauma pelvis sering dihubungkan dengan perdarahan berat
akibat region ini disuplai oleh banyak pembuluh darah (Moore et Doty, 2017).
Fraktur pervis menyumbang sekitar 3% cedera skeletal. Fraktur pelvis
terbuka jarang terjadi dimana angka kejadiannya hanya sekitar 2-4%. Dari
seluruh fraktur cincin pelvis, 55% merupakan fraktur stabil, sedangkan 25%
diantaranya mengalami instabilitas rotasional, dan 20% diantaranya mengalami
instabilitas rotasi dan instabilitas vertical. Sekitar 16% pasien mengalami
fraktur acetabulum (Moore et Doty, 2017).
B. Etiologi, Faktor Risiko, Patofsiologi
Fraktur perlvis dapat disebabkan baik oleh trauma energy tinggi maupu
energy rendah. Fraktur pelvis energy rendah lebih sering dialama oleh dua
kelompok usia yang berbeda, yaitu lansia dan remaja. Umumnya, remaja
mengalami fraktur avulsi pada spina iliaca superior atau inferior atau dengan
fraktur avulsi apofisis iliac wing atau tuberositas ischiadia akibat cedera atletik.
Sedangkan pada pasien lansia, trauma energi rendah terjadi akibat jatuh, yang
ditandai dengan fraktur stabil pada cincin pelvis. Fraktur perlvis energy tinggi
sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tertabrak kendaraan bermotor
ketika berjalan, atau jatuh (Rusell et Jarrett, 2020).
Lesi pada level cincin pelvis dapat menyebabkan instabilitas pada cincin
pelvis itu sendiri yang berakibat pada peningkatan volume internal.
Peningkatan volume internal ini, khususnya pada lesi terbuka, dihubungkan
dengan kerusakan jaringan dan vakcular, yang memfasilitasi peningkatan
perdarahan pada rongga retropertoneal karena terjadi penurunan tamponing
effect (cincin pelvis dapat menampung beberapa liter darah) sehingga dapat
menyebabkan gangguan status hemodinamik (Coccolini et al., 2017).
C. Gejala dan Tanda Klinis
D. Diagnosis dan Diagnosis Banding
E. Klasifikasi
Fraktur perlbis paling umum diejaskan menggunakan dua sistem
klasifikasi. Sistem Klasifikasi Tile berdasarkan integritas kompleks sacroiliaca
dan stabilitas rotasi serta vertical. Klasifikasi kedua, yaitu Young and Burgess,
didasarkan pada mekanisme cedera, kompresi lateral, kompresi anteriposterior,
robekan vertical, atau kombinasi semua mekanisme ini (Moore et Doty, 2017).

Gambar 2 Klasifikasi Tile Fraktur Pelvis (Gruen et al., 1995)


Tabel 1 Klasifikasi Tile (Moore et Doty, 2017)
Klasifikasi Keterangan
Tipe A Kompleks sacroiliaca intak. Fraktur stabil apda cincin
pelvis yang dapat di manage secara konservatif
Tipe B Instabulitasi rotasional, stabil secara vertical. Terjadi
akibat gaya rotasi eksternal atau internal yang
menyebabkan kerusakan kompleks sacroiliaca posterior
Tipe C Instabilitas rotasi dan vertical. Kerusakan komplit pada
kompleks sacroiliaca posterior

F. Pemeriksaan Penunjang
G. Tatalaksana sebagai Dokter Umum
H. Edukasi

DAFTAR PUSTAKA
Gruen, Gary S., et al. "Functional outcome of patients with unstable pelvic ring
fractures stabilised with open reduction and internal fixation." Journal of Trauma
and Acute Care Surgery 39.5 (1995): 838-845. LOE : 2B

Anda mungkin juga menyukai