Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

VITAMIN K

MATA KULIAH METABOLISME GIZI MIKRO

disusun oleh :

1. ANITA SULISTYOWATI ( P1337431320006 )


2. FROULIEN NI'MAH KUSNADHI ( P1337431320013 )

PROGRAM STUDI PROFESI DIETISIEN


JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2021
VITAMIN K

PENGERTIAN VITAMIN
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
yang memiliki peran penting dalam pengaturan metabolisme yang tidak dapat dihasilkan oleh
tubuh. Tanpa vitamin, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan
aktifitas hidup. Kebutuhan akan vitamin diawali sejak masih janin mulai berkembang saat
pembuahan. Kurangnya vitamin dalam tubuh dapat menyebabkan imunitas tubuh menurun
sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin
A, D, E, K yang bersifat larut dalam lemak dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat,
biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat) dan C yang bersifat larut dalam air.

PENGERTIAN VITAMIN K
Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan Bahasa
Denmark) merupakan sekelompok vitamin lipofilik dan hidrofobik yang dibutuhkan untuk
modifikasi pascatranslasi dari berbagai macam protein, seperti dalam proses pembekuan
darah. Secara kimia vitamin K adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinona. Vitamin K bersifat
tahan panas, namun mudah rusak apabila terpapar senyawa asam, basa, dan cahaya matahari.

Pembentukan vitamin K secara alami biasanya dikelompokkan menjadi 2 kelompok.


Bentuk pertama vitamin K1 (Filokuinon) ditemukan pada tumbuhan, sementara kelompok
senyawa vitamin K2 (menakuinon) disintesis dengan bakteri usus.

Manusia memperoleh vitamin K dari asupan makanan dan mikroflora pada saluran
pencernaan. Di dalam hati, vitamin K dibutuhkan untuk mengaktivasi protrombin dengan
reaksi karboksilasi gugus Glu pada residu protein prekursornya. Asam glutamat yang
mengalami reaksi karboksilasi akan berubah menjadi asam karboksiglutamat gamma.Vitamin
K yang terdapat di alam larut dalam lemak, namun beberapa preparat sintis larut dalam air. 2-
Metil-1,4-nafrakuinon, yang disebut juga menadion, adalah suatu produk sintetis vitamin K,
yang bersifat lebih aktif dibanding vitamin K1.
SEJARAH VITAMIN K

Vitamin K ditemukan di Swiss (1939) oleh seorang ahli kimia bernama Karrer. Diberi
nama vitamin K karena sifatnya yang dapat mengkoagulasikan darah (K dari "Koagulations-
Vitamin") . Faktor ini ternyata merupakan kelompok senyawa yang terdiri atas fitokinon (dari
tumbuh-tumbuhan) dan menakinon (dari minyak ikan dan daging).

Pada perkembangannya, diketahui vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase


yang mengubah residu protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama- karboksiglutamat
(gla) yang mampu mengikat kalsium (faktor penting dalam pembekuan darah). Pada Tahun
1935, Dam dari Denmark menemukan penyakit pendarahan parah pada ayam .Percobaan
yang diberi makanan cukup dalam zat gizi yang telah diketahui. Perbaikan terjadi setelah
diberi makanan alfalfa atau tepung ikan yang telah busuk. Faktor aktif yang dapat
menyembuhkan itu dinamakan vitamin koagulatif. Dengan bantuan Karrer,seorang ahli kimia
dari Swiss, pada tahun 1939 ia berhasil mengisolasi vitamin larut lemak yang dinamakan
vitamin K.

KLASIFIKASI VITAMIN K

Ada 3 jenis Vitamin K yaitu :


 Vitamin K1, atau phylloquinone, ditemukan secara alami dan dihasilkan
dalam tumbuhan dan daun hijau.
 Vitamin K2 atau menaquinone, dibentuk oleh bakteri yang melapisi saluran
pencernaan dari makanan yang dikonsumsi.
 Vitamin K3, atau menadione, vitamin sintetik, bersifat larut dalam air,
digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan penyerapan vitamin K
dari makanan.

Vitamin K adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam proses pembekuan darah.
Vitamin K terkandung secara alami di dalam makanan dan tersedia dalam bentuk suplemen
tambahan.
STRUKTUR VITAMIN K

1. Vitamin K1

2. Vitamin K2

3. Vitamin K3

KEBUTUHAN VITAMIN K

Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K


seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1
mikrogram setiap hari per kg berat badan.

SUMBER VITAMIN K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K cukup mudah karena hanya dibutuhkan
dalam jumlah kecil serta sistem pencernaan tubuh manusia memiliki bakteri yang mampu
mensintesis vitamin K yang sebagian diserap dan disimpan didalam hati. Namun tubuh perlu
mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Sumber vitamin K bisa diperoleh dari makanan seperti hati, sayur-sayuran berwarna
hijau yang berdaun banyak seperti bayam, sayuran sejenis kobis (kol), kembang kol, brokoli,
lobak hijau, sereal, gandum, tomat, kacang panjang, daging tanpa lemak, telur, selada/lettuce
dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedelai, teh hijau,
susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang
mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin K.
FUNGSI VITAMIN K :
1. Vitamin K meningkatkan sintesis ɣ-asam karboksiglutamat (Gla) dihati. Gla merupakan
bagian penting dari protrombin (faktor II) dn faktor koagulasi lain (VII, IX dan X).
Dengan demikian vitamin K penting untuk koagulasi/pembekuan darah.
2. Protein lain mengandung Gla dan membutuhkan Vitamin K untuk sintesisnya. Protein
ini termasuk osteoklasin, sebuah protein tulang yang dibuat oleh osteoblas.
3. Vitamin K juga berperan dalam metabolisme tulang dan kalsifikasi vaskular. Pasien
dengan peningkatan risiko defisiensi vitamin K termasuk mereka dengan diet terbatas
atau malnutrisi, malabsorpsi lipid, kanker, penyakit ginjal, neonatus, dan manula.
4. Membantu penyerapan mineral penting seperti – kalsium
5. Membantu mencegah hilangnya kepadatan tulang dan membantu mengobati
osteoporosis
6. Mencegah pengerasan arteri sehingga mengurangi risiko penyakit jantung
7. Bermanfaat sebagai pencegahan dan pengobatan kanker
8. Pada wanita dapat mencegah terjadinya perdarahan menstruasi yang berlebihan
9. Mencegah risiko penyakit hemoragik pada bayi baru lahir
10. Mengobati lingkaran hitam di bawah mata dan memar di wajah
11. Mensintesis protein yang ditemukan pada plasma, tulang dan ginjal
12. Berperan penting untuk konversi glutamat asam amino ke asam gamma-
carboxyglutamic (GCA)Berperan dalam karboksilasi osteocalcin (OC), dalam rangka
untuk mengikat kalsium
13. Suplementasi Vitamin K1 untuk Mengurangi Risiko Fraktur
Beberapa studi potong lintang dan RCT menunjukkan kadar vitamin K plasma
berkorelasi positif dengan massa tulang dan berkorelasi negatif dengan risiko fraktur.
Hal ini mendasari hipotesis bahwa suplemen vitamin K1 bermanfaat untuk mengurangi
risiko osteoporosis pada wanita pascamenopause.
Namun, sebagian besar studi yang menilai hubungan antara pemberian suplemen
vitamin K dengan kesehatan tulang memiliki beberapa keterbatasan mayor seperti
jumlah sampel yang kecil, populasi yang heterogen, serta jenis dan dosis suplemen
vitamin K yang beragam sehingga suplemen rutin vitamin K pada wanita
pascamenopause belum dianjurkan secara global.
14. Suplemen Vitamin K1 untuk Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Terdapat juga beberapa studi yang melaporkan manfaat vitamin K terhadap sensitivitas
insulin, sindrom metabolik, homeostasis glukosa, dan menurunkan risiko diabetes.
Mekanisme yang diduga mendasarinya adalah melalui osteokalsin yang merupakan
protein tulang yang tergantung vitamin K berfungsi sebagai mediator endokrin yang
dapat meningkatkan sensitivitas insulin dengan meningkatkan proliferasi sel β pankreas
dan meningkatkan sekresi insulin. Mekanisme lainnya yaitu osteokalsin juga
meningkatkan penggunaan energi dan sekresi adiponektin dari adiposit.
Namun demikian, uji klinis suplementasi vitamin K menunjukkan hasil yang
bertentangan tentang efeknya terhadap sensitivitas insulin. Meta analisis yang dilakukan
oleh Suksomboon, et al tahun 2017 menunjukkan hasil bahwa suplemen vitamin K tidak
memiliki efek terhadap homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-
IR), gula darah puasa, dan insulin plasma puasa.
Akan tetapi, meta analisis ini menyertakan studi-studi yang heterogen mulai dari dosis
dan jenis vitamin K antar studi, karakteristik partisipan, dan kointervensi (intervensi
tambahan yang diberikan pada subyek penelitian) antar studi juga berbeda-beda. Oleh
karena itu, masih dibutuhkan RCT dengan jumlah sampel besar dengan karakteristik
partisipan dan intervensi yang homogen untuk menilai manfaat suplemen vitamin K
pada sensitivitas insulin dan relevansinya dalam praktik klinis.
15. Penggunaan Vitamin K1 pada Ibu Hamil untuk Profilaksis Perdarahan Bayi
Ibu hamil yang mengonsumsi obat anti epilepsi, seperti carbamazepine, phenytoin,
fenobarbital, pirimidon, dan topiramate, berisiko untuk melahirkan bayi yang
mengalami defisiensi vitamin K. Hal ini disebabkan obat antiepilepsi secara kompetitif
menginhibisi prekursor faktor koagulasi dan mengganggu enzim mikrosomal fetus yang
mendegradasi vitamin K sehingga meningkatkan risiko perdarahan pada bayi baru lahir.
Sebagian klinisi merekomendasikan profilaksis dengan vitamin K1 10-20 mg/hari pada
bulan terakhir kehamilan untuk mencegah terjadinya perdarahan pada bayi yang
dilahirkan akibat defisiensi faktor koagulasi yang tergantung vitamin K. Rekomendasi
ini hanya didasarkan pada data terbatas dari beberapa laporan kasus yang menunjukkan
adanya peningkatan risiko perdarahan bayi baru lahir dari ibu yang mengonsumsi obat
antiepilepsi.
Namun demikian, sebuah studi epidemiologi tidak mendukung pemberian vitamin K
antenatal rutin. Studi ini menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara insidensi perdarahan akibat defisiensi vitamin K antara bayi dari ibu
yang mengonsumsi obat anti epilepsi dengan yang tidak. Selain itu, pada bayi yang
mengalami perdarahan pada kelompok epilepsi, umumnya memiliki faktor lain yang
dapat menyebabkan perdarahan, yaitu prematuritas, persalinan traumatik, sepsis,
sindrom fetal alkohol, ataupun asfiksia intrauterin.
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) juga menyatakan tidak
terdapat bukti yang menunjukkan efektivitas pemberian vitamin K oral antenatal dalam
mencegah perdarahan akibat defisiensi vitamin K. Namun, suplementasi vitamin K per
oral (10-20 mg/hari selama bulan terakhir kehamilan) dapat diberikan pada ibu hamil
dengan faktor risiko persalinan prematur, mengonsumsi lebih dari satu macam obat
antiepilepsi, mengonsumsi obat antikejang yang menginduksi enzim, dan pada wanita
yang menyalahgunakan alkohol selama kehamilan. Di samping itu, metode profilaksis
utama PDVK dengan injeksi IM 1 mg vitamin K1 pada bayi baru lahir tetap harus
dilakukan.

METABOLISME VITAMIN K

Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi


oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi
empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Sekitar 50-80% vitamin
K dalam makanan diabsorpsi di dalam usus halus. Setelah diabsorpsi, vitamin K digabungkan
dengan kilomikron untuk diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah
ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk
menaquinone.

Dari hati Vitamin K diangkut terutama oleh lipoprotein VLDL di dalam plasma ke
sel-sel tubuh.Vitamin K terutama dihubungkan dengan membrane sel,yaitu dengan reticulum
endoplasma dengan mitokondria. Taraf Vitamin K dalam serum meningkat pada
hiperlipidermia,terutama pada Trigliserida.

Hal-hal yang menghambat absorpsi lemak akan menurunkan absorpsi vitamin K.


Dalam keadaan Normal, sebanyak 10% Vitamin K yang diabsorpsi dikeluarkan melalui
empedu , dan 15 % melalui urin sebagai metabolit larut air. Simpanan vitamin K di dalam
tubuh tidak banyak dan penggantiannya terjadi cepat. Simpanan di dalam hati sebanyak 10 %
berupa filokinon dan 90 % berupa metakinon yang kemungkinan di sintesis oleh bakteri
saluran cerna. Namun, kebutuhan akan Vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari
sintesis menakinon, akan tetapi sebagian perlu didatangkan dari makanan.
INTERAKSI ANTAR ZAT GIZI/OBAT

1. Sayuran hijau (vitamin K) dengan warfarin


Warfarin adalah obat pengencer darah yang dapat membantu mencegah pembekuan
darah. Obat ini bekerja dengan cara mengganggu vitamin K-faktor pembekuan darah
dependen. Sehingga, mengonsumsi sayuran hijau yang mengandung vitamin K tinggi
dapat menurunkan kinerja obat warfarin ini.
2. Vitamin K dan bawang putih
Bawang putih dapat mencegah pembekuan dan mengencerkan darah. Antikoagulan juga
dapat dipengaruhi oleh cranberry, jahe, glukosamin, ginseng dan ginkgo.
3. Kelebihan Vitamin A akan menghambat penyerapan Vit K
4. Obat-obatan seperti cholestyramine dan colestipol membantu menurunkan kadar
kolesterol dengan mencegah penyerapan kembali asam empedu. Selama proses ini, obat-
obatan jenis itu juga dapat menurunkan kemampuan penyerapan vitamin, termasuk
vitamin K.
5. Menurunkan kadar gula darah sampai di bawah normal, jika dikonsumsi dengan obat
diabetes.
6. Mengurangi penyerapan vitamin K, jika dikonsumsi dengan orlistat.
7. Menurunkan efektifitas vitamin K, jika dikonsumsi dengan antibiotik.

FAKTOR PENDUKUNG ABSORBSI VITAMIN K


Faktor –faktor pendukung dalam absorbsi Vitamin K:
a. Absorbsi
Vitamin K memerlukan adanya garam empedu agar dapat diserap melalui saluran
gastrointestinal. Pada pemberian vitamin K1 per oral, faktor koagulasi akan
meningkat dalam 6-10 jam. Vitamin K1 diserap langsung setelah pemberian
intramuskular. Pada pemberian melalui jalur parenteral, faktor koagulasi meningkat
dalam 1-2 jam. Selain itu, pada pemberian melalui jalur parenteral, perdarahan
biasanya terkontrol dalam 3-6 jam dan prothrombin time normal dicapai dalam 12-14
jam.
b. Distribusi
Vitamin K awalnya akan terkonsentrasi di hati, tetapi kemudian menurun dengan
cepat dan hanya sedikit yang disimpan di jaringan tubuh. Vitamin K melewati
plasenta dalam jumlah minimal dan juga terdistribusi di air susu ibu (ASI).
c. Metabolisme
Sebagian besar metabolisme vitamin K dilakukan di hati. Pada penderita disfungsi
hati akut, dapat terjadi pemanjangan waktu paruh vitamin K.
d. Eliminasi
Jalur ekskresi vitamin K tidak diketahui. Konsentrasi vitamin K yang tinggi dalam
feses mungkin berasal dari sintesis bakteri di usus.

GANGGUAN METABOLISME VITAMIN K

Kekurangan Vitamin K dapat dikenali dengan munculnya gejala berupa mudah


memar, sering mimisan, serta tinja berwarna gelap dan disertai bercak darah. Terkadang
bercak darah juga ditemukan di bawah kuku. Pada bayi, kekurangan vitamin K bisa
meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Perdarahan ini bisa terjadi pada organ tubuh bayi,
misalnya perdarahan otak dan saluran cerna.
Selain itu, kekurangan vitamin K pada bayi juga bisa menyebabkan hambatan
tumbuh kembang dan gangguan pertumbuhan tulang. Oleh karena itu, bayi perlu
mendapat suntikan Vitamin K setelah ia lahir.

PENYEBAB KEKURANGAN VITAMIN K PADA ORANG DEWASA DAN BAYI


Kekurangan vitamin K sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Kondisi ini lebih
umum dialami oleh bayi baru lahir. Pada orang dewasa, kekurangan vitamin K bisa
disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
 Memiliki pola makan buruk dan jarang mengonsumsi makanan tinggi vitamin K.
 Mengonsumsi obat pengencer darah, misalnya coumarin. Obat pengencer darah dapat
mengganggu produksi protein yang turut berperan dalam proses pembekuan darah.
 Menjalani pengobatan dengan Antibiotik dapat menurunkan produksi dan efektivitas
vitamin K di dalam tubuh.
 Menderita gangguan penyerapan nutrisi atau malabsorb Kondisi ini bisa Anda alami saat
menderita penyakit celiac, cystic fibrosis, dan gangguan usus atau saluran empedu.
Malabsorbsi bisa juga terjadi akibat efek samping dari operasi pengangkatan usus.
Sedangkan pada bayi, kekurangan vitamin K bisa terjadi akibat:
 Bayi tidak mendapat cukup asupan vitamin K saat masih di dalam kandungan, karena
adanya kelainan pada plasenta atau ibu kekurangan vitamin K saat hamil.
 Kandungan vitamin K dalam air susu ibu (ASI) sangat sedikit.
 Usus bayi mengalami masalah, sehingga tidak memproduksi vitamin K.
Untuk mengetahui penyebab pasti kekurangan vitamin K, baik pada orang dewasa maupun
bayi, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami
kekurangan vitamin K, dokter akan melakukan tes darah untuk menilai kadar vitamin K dan
fungsi pembekuan darah.

APA SAJA DAMPAK KEKURANGAN VITAMIN K ?


Kekurangan vitamin K dapat menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan, di antaranya:
1. Perdarahan hebat
Tubuh membutuhkan vitamin K untuk memproduksi protein tertentu yang berperan
dalam proses pembekukan darah. Ketika tubuh kekurangan vitamin K, maka produksi zat
yang berfungsi untuk membekukan darah pun akan menurun. Akibatnya, Anda lebih
berisiko mengalami perdarahan hebat.
2. Osteoporosis
Vitamin K dapat berperan dalam kesehatan tulang. Ada beberapa penelitian
menghubungkan konsumsi vitamin K dalam jumlah yang lebih besar dengan kepadatan
mineral tulang yang lebih tinggi, dan risiko patah tulang pinggul yang lebih rendah dan
mencegah terjadinya osteoporosis.
3. Penyakit jantung
Temuan dari sejumlah penelitian menjelaskan bahwa vitamin K turut berperan dalam
menjaga kesehatan pembuluh darah jantung. Oleh karena itu, orang yang kekurangan
vitamin K memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan jantung,
seperti penyakit jantung koroner.
4. Radang Sendi
Pada mereka yang mengalami kekurangan vitamin K, tulang dan tulang rawan mungkin
tidak akan mendapatkan semua mineral yang dibutuhkan. Jika dibiarkan, kondisi tersebut
bisa mengarah pada risiko osteoartritis.
5. Menderita Penyakit Celiac atau Gangguan Gastrointestinal Lainnya
Mereka yang memiliki gangguan pencernaan tertentu atau sindrom malabsorpsi mungkin
mengalami masalah dalam penyerapan vitamin K. Misalnya: fibrosis kistik, kolitis
ulseratif, pankreatitis kronis, penyakit radang usus, sindrom usus pendek, dan sumbatan
pada saluran usus.
Selain itu, orang-orang yang pernah menjalani operasi bariatrik atau bypass lambung
juga lebih berisiko mengalami kekurangan vitamin K.

GEJALA KEKURANGAN VITAMIN K


Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini
dapat menyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K
jarang terjadi karena hamper semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari
makanan. Namun kekurangan bias terjadi pada bayi karena system pencernaan mereka masih
steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu
mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat
lahir. Pada dewasa, dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi
antibiotik terlalu lama. Antibitok dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang
memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver
atau masalah pencernaa.
Gejala utamanya adalah perdarahan ( ke dalam kulit, dari hidung, dari sebuah luka
atau dalam lambung ), yang disertai dengan muntah.

KELEBIHAN VITAMIN K
Kelebihan vitamin dalam tubuh dapat mengakibatkan keracunan. Keracunan vitamin
K bisa terjadi, misalnya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut air.  Gejala-
gejalanya adalah hemolisis (penghancuran sel darah merah), penyakit kuning dan kerusakan
otak.

BIOMARKER PEMERIKSAAN VITAMIN K


Metode konvensional yang digunakan untuk mengukur defisiensi Vitamin K
berdasarkan waktu koagulasi kurang sensitif dan spesifik. Perubahan protein yang diinduksi
oleh ketiadaan Vitamin K atau antagonisme (PIVKA) telah terbukti menjadi biomarker yang
sesuai untuk mendeteksi defisiensi Vitamin K.
Pengukuran PIVKA-II menunjukkan peningkatan sensitivitas dan spesifisitas
dibandingkan dengan metode lain yang secara konvensional digunakan untuk penilaian
defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dan orang dewasa. Aplikasi klinis terkini dari
PIVKA -II termasuk mendukung diagnosis perdarahan defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir, pemantauan paparan antagonis vitamin K, dan bila digunakan dalam kombinasi dengan
α-fetoprotein,sebagai penanda diagnostik karsinoma hepatoseluler. Menggunakan K 1 dan
PIVKA-II bersama-sama merupakan pendekatan yang dapat digunakan dengan sukses untuk
banyak kelompok pasien,
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011
Arnarson, A. Healthline (2017). 20 Foods That Are High in Vitamin K. (Accessed 4
Februari. 2021)
Begun, R. (2014). 5 Common Food-Drug Interactions. [online] Available at:
http://www.eatright.org/resource/health/wellness/preventing-illness/common-food-drug-
interactions [Accessed 4 Februari. 2021].
Bareuther, C. M. (2008). Dangerous Food-Drug Interactions. [online] Available at:
http://www.todaysgeriatricmedicine.com/archive/101308pe.shtml [Accessed 4 Februari.
2021].
Dong R, Wang N, Yang Y, Ma L, Du Q, Zhang W, Tran AH, Jung H, Soh A, Zheng Y,
Zheng S. Review on Vitamin K Deficiency and its Biomarkers: Focus on the Novel
Application of PIVKA-II in Clinical Practice. Clin Lab. 2018 Apr 1;64(4):413-424. doi:
10.7754/Clin.Lab.2017.171020.PMID: 29739078 Review.
FDA. Avoid Food-Drug Interactions. [online] Available at:
https://www.fda.gov/downloads/Drugs/.../GeneralUseofMedicine/UCM229033.pdf
%20%5Baccessed%2024July%202013 [Accessed 4 Februari. 2021].
Marchili, et al. (2018). Vitamin K Deficiency: A Case Report and Review of Current
Guidelines. Italian Journal of Pediatrics, 44(36), pp. 1-5.
Medicine Net(2019).Vitamin K. (Accessed 4 Februari. 2021)
Medscape (2015). Vitamin K. (Accessed 4 Februari. 2021)
Smiley, B. Healthline (2017). Understanding Vitamin K Deficiency.
Sumbono A. 2019. Biomolekul. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai