Anda di halaman 1dari 113

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP USAHA

MIKRO KECIL MENENGAH YANG


TERDAMPAK PANDEMI COVID-19

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan


Program Magister Ilmu Hukum

Oleh:
Ghali Nur Pambudi
NPM. 7219600039

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Nuridin, S.H., M.H.
2. Dr. Soesi Idayanti, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2022

i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP USAHA
MIKRO KECIL MENENGAH YANG
TERDAMPAK PANDEMI COVID-19

Ghali Nur Pambudi


NPM. 7219600039

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Tegal, Januari 2022


Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Nuridin, S.H., M.H.


Dr. Soesi Idayanti, S.H., M.H.
NIDN. 0610116002
NIDN. 0627086403

Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Hukum

Dr. Sanusi, S.H., M.H.


NIDN. 0609086202

ii
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP USAHA
MIKRO KECIL MENENGAH YANG
TERDAMPAK PANDEMI COVID-19

Ghali Nur Pambudi


NPM. 7219600039

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji pada Tanggal


Februari 2022 dan dinyatakan LULUS dengan Nilai …..

Tegal, Februari 2022

1. Dr. Nuridin, S.H., M.H. Pembimbing I ……….

2. Dr. Soesi Idayanti, S.H., M.H. Pembimbing II ……….

3. Dr. Eddhie Praptono, S.H., M.H. Penguji ……….

Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Hukum

Dr. Sanusi, S.H., M.H.


NIDN. 0609086202
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iii
Dengan ini saya, Ghali Nur Pambudi menyatakan bahwa Karya
Ilmiah/Tesis ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum
pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) maupun Magister (S2) dari Universitas Pancasakti
maupun Perguruan Tinggi lain.
Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya
Ilmiah/Tesis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Tegal, Februari 2022


Yang menyatakan

(Ghali Nur Pambudi)

Abstrak

iv
Pandemi covid-19 telah merubah peta perekonomian dunia. Usaha mikro
kecil menengah merupakan salah satu sektor industri yang berdampak sangat
parah akibat pandemi covid-19. Perlindungan hukum juga menjadi penentu
pulih dan berkembangnya iklim usaha mikro kecil menengah.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kebijakan pemerintah terhadap
usaha mikro kecil menengah yang terdampak pandemi covid-19 dan mengkaji
bentuk perlindungan hukum terhadap usaha mikro kecil menengah yang
terdampak pandemi covid-19. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan normatif empiris. Teknik pengumpulan data penelitian ini
dilakukan melalui penelusuran kepustakaan secara konvensional dan online.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
karena data disajikan dalam secara naratif-deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemerintah sejak 2020 mengeluarkan
berbagai kebijakan dalam mendukung pemulihan sektor usaha mikro kecil
menengah antara lain pemberlakuan protokol kesehatan ketat dalam
menjalankan aktifitas ekonomi, kebijakan struktural, bantuan kepada para
pelaku usaha mikro kecil menengah, pengenalan teknologi digital dan pelatihan
bagi para pelaku dan pekerja usaha mikro kecil menengah, pengadaan program
pemulihan ekonomi nasional, program gerakan nasional bangga buatan
Indonesia, program percepatan vaksinasi, restrukturisasi kredit, dan
pembentukan holding BUMN ultra mikro. Bentuk perlindungan hukum
pemerintah bagi perkembangan sektor usaha mikro kecil menengah di Indonesia
terdapat pada Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Terkait dengan situasi pandemi
covid-19 dibutuhkan perlindungan hukum bagi pelaku usaha mikro kecil
menengah baik dari segi kemudahan periinan, perlindungan kekayaan hak
intelektual, dan juga perlindungan hukum platform digital. Ketiga hal tersebut
menjadi kunci bagi keberhasilan pelaku usaha mikro kecil menengah untuk
bertahan dan untuk terus berkembang pada masa pandemi covid-19 ini.

Kata Kunci: Hukum, Pandemi, Perekonomian

Abstract

v
The covid-19 pandemic has changed the map of the world economy.
Micro, small and medium enterprises are one of the industrial sectors that have
had a very severe impact due to the covid-19 pandemic. Legal protection is also
a determinant of the recovery and development of the micro, small and medium
business climate.
The purpose of this study is to examine government policies towards
micro, small and medium enterprises affected by the covid-19 pandemic and to
examine forms of legal protection for micro, small and medium enterprises
affected by the covid-19 pandemic. The approach used in this study is an
empirical normative approach. This research data collection technique was
carried out through conventional and online literature searches. The data
analysis technique used in this research is qualitative because the data is
presented in a descriptive-narrative way.
The results of the study show that since 2020 the government has issued
various policies to support the recovery of the micro, small and medium
business sector, including the implementation of strict health protocols in
carrying out economic activities, structural policies, assistance to micro, small
and medium enterprises, introduction of digital technology and training for
perpetrators and micro, small and medium enterprises workers, the provision of
a national economic recovery program, the proud national movement program
made in Indonesia, an accelerated vaccination program, credit restructuring,
and the formation of an ultra-micro BUMN holding. The form of government
legal protection for the development of the micro, small and medium business
sector in Indonesia is contained in Article 7 of the Law of the Republic of
Indonesia Number 20 of 2008 concerning Micro, Small and Medium
Enterprises. Related to the covid-19 pandemic situation, legal protection for
micro, small and medium enterprises is needed, both in terms of ease of
licensing, protection of intellectual property rights, and also legal protection of
digital platforms. These three things are the key to the success of micro, small
and medium businesses to survive and to continue to develop during this covid-
19 pandemic.

Keywords: Law, Pandemic, Economy

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT., Alhamdulillah

penyusunan Tesis ini dapat diselesaikan. Dengan Tesis ini pula, penulis dapat

menyelesaikan studi di Program Studi Magister Hukum Universitas Pancasakti

Tegal. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW., yang

membawa rahmat sekalian alam.

Penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai

pihak yang kepadanya patut diucapkan terimakasih. Ucapan terimakasih penulis

sampaikan kepada:

1. Dr. Taufiqulloh, M.Hum. (Rektor Universitas Pancasakti Tegal).

2. Prof. Dr. Sitti Hartinah, DS., M.M. (Direktur Pascasarjana Universitas

Pancasakti Tegal).

3. Dr. Sanusi, S.H., M.H. (Ketua Program Studi Magister Hukum Universitas

Pancasakti Tegal).

4. Kus Riskianto, S.H., M.H. (Sekretaris Program Studi Magister Hukum

Universitas Pancasakti Tegal).

5. Dr. Nuridin, S.H., M.H. (Dosen pembimbing I) dan Dr. Soesi Idayanti, S.H.,

M.H. (Dosen Pembimbing II) yang telah berkenan memberikan bimbingan

dan arahan pada penulis dalam penyusunan Tesis ini.

6. Segenap Dosen Magister Hukum Universitas Pancasakti Tegal yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan pada penulis sehingga bisa

menyelesaikan studi Magister. Mudah-mudahan mendapatkan balasan dari

vii
Allah SWT. sebagai amal shalih.

7. Kedua orang tua saya Ayahanda Setia Budie TH dan (almh) Ibunda Nur

Endah Yuliani yang sangat saya sayangi.

8. Segenap staff administrasi/karyawan Universitas Pancasakti Tegal

khususnya di Magister Hukum yang telah memberikan layanan akademik

dengan sabar dan ramah.

9. Teman-teman MIH Angkatan 10 yang saling memberikan dorongan moriil

dalam menempuh studi, dan semua pihak yang memberikan motivasi dalam

penyusunan Tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT. membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis. Akhirnya hanya

kepada Allah SWT. penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Tegal, Februari 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJIAN TESIS........................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv

ABSTRAK........................................................................................................ v

ABSTRACT..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 8
E. Originalitas Penelitian................................................................. 9
F. Kerangka Konseptual.................................................................. 12
G. Kerangka Teoritis........................................................................ 18
H. Metode Penelitian........................................................................ 22
I. Sistematika Penulisan.................................................................. 28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 30

ix
A. Pengertian dan Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah...... 30
B. Pandemi Covid-19....................................................................... 36
C. Perlindungan Hukum................................................................... 39
D. Kepastian Hukum........................................................................ 47
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 54

A. Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah


Yang Terdampak Pandemi Covid-19 ......................................... 54
B. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Kecil
Menengah Yang Terdampak Pandemi Covid-19........................ 76
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 95

A. Simpulan...................................................................................... 95
B. Saran............................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 97

x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ghali Nur Pambudi


NPM : 7219600039
Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 18 Juni 1996
Program Studi : Magister Hukum

xi
Alamat : Potrowangsan RT 003/RW 020, Sidoarum, Kec.
Godean, Kab. Sleman, DI Yogyakarta
Instansi : -

Riwayat Pendidikan Sebagai Berikut:

Lulus/Gelar
No Nama Sekolah Tahun
Yang Dicapai
.
1. SD Negeri 1 Sanggau 2008 Lulus
2. SMP Negeri 1 Sanggau 2011 Lulus
3. SMA Negeri 2 Slawi 2014 Lulus
4. Fakultas Hukum Universitas 2019 Lulus
Muhammadiyah Yogyakarta

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Tegal, Februari 2022


Hormat saya,

(Ghali Nur Pambudi)

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh belahan dunia digemparkan adanya corona virus disease 2019

(covid-19) atau dikenal sebagai virus corona. Penyebaran penyakit ini sangat

cepat dan mudah sekali ditularkan dari satu orang ke orang lain. Covid-19

merupakan virus yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan

kematian. World Health Organization yang merupakan organisasi kesehatan

dunia menetapkan status pandemi dengan semakin merebaknya penyebaran

covid-19 ini.

Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan untuk menyikapi

permasalahan pandemi covid-19 ini dengan memberlakukan pembatasan sosial

berskala besar. Bukan hanya Jakarta tetapi kota-kota besar juga diberlakukan.

Kebijakan tersebut dituliskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun

2021. Kebijakan ini mengharuskan masyarakat untuk membatasi kegiatan di

luar rumah, menggantinya dengan sistem kerja dan belajar secara daring dari

rumah. Kebijakan ini diberlakukan untuk memutus mata rantai penyebaran

covid-19. Pemerintah juga menerapkan kewajiban untuk melakukan 3M yaitu

memakai masker, mencuci tangan dan juga menjaga jarak.

Pandemi covid-19 telah merubah peta perekonomian dunia. Krisis

kesehatan yang terjadi telah memberikan dampak buruk bagi dunia usaha.

Sejak setahun terakhir sudah banyak pelaku usaha yang terpaksa mengambil

1
2

kebijakan ekstrim seperti pemotongan biaya produksi, pengurangan karyawan,

kebijakan operasional, hingga produk yang dijual atau bahkan sampai gulung

tikar. Bukan hanya di sektor usaha kecil tetapi di perusahaan besar juga.

Keadaan tersebut dilakukan dengan alasan pandemi covid-19 ini sebagai

keadaan yang memaksa. Keadaan memaksa atau disebut dengan force majeure

adalah termasuk kondisi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini tidak

saja disebabkan oleh kurangnya daya beli konsumen, namun juga

pemberlakuan kebijakan sosial dan physical distancing membuat banyak

tempat usaha tidak dapat berjalan normal.

Pandemi covid-19 dapat dijadikan sebagai force majeure karena

pengusaha dan pekerja dilarang untuk melaksanakan kegiatan operasional

usahanya seperti biasa. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

dengan dasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja. Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020

tentang penetapan pandemi covid-19 sebagai bencana non-alam semakin

memperkuat pemutusan hubungan kerja tersebut termasuk force majeure yang

diakibatkan karena keadaan alam atau keadaan yang bersifat darurat. Namun

alasan force majeure tersebut tidak bisa dijadikan sebagai alasan bagi pelaku

usaha untuk tidak menjalankan kewajibannya dalam memenuhi segala hak

yang melekat dari setiap tenaga kerja.1

1
I Putu Yudhi Setiawan, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Akibat Pemutusan
Hubungan Kerja Karena Dampak Covid-19 Sebagai Keadaan Memaksa”, Jurnal Kertha Semaya,
Vol. 9 No. 7 Tahun 2021, hlm. 1174-1186.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/64256/39521/.
3

Ada beberapa sektor industri yang berdampak sangat parah akibat

pandemi covid-19 yaitu industri pariwisata, industri penerbangan, industri

manufaktur, serta usaha mikro kecil menengah.2 Usaha mikro kecil menengah

yang terkena dampak pandemi covid-19 mengakibatkan mata rantai pasok

mengalami kendala, sehingga menurunkan hasil produksi. Adapun dampaknya

mengakibatkan penurunan keuntungan berakibat pada penurunan omset

penjualan atau bahkan penutupan usaha sementara. Hal ini disebabkan oleh

karena kegiatan sosial masyarakat dihentikan sementara untuk tidak melakukan

aktivitas di luar rumah dan tinggal di kediaman masing-masing selama

pandemi ini terjadi. Keadaan ini menyebabkan para pengelola usaha termasuk

usaha mikro kecil menengah harus melakukan strategi yang akurat untuk

mampu bertahan dalam keadaan negara yang sedang mengalami bencana.

Indonesia dalam sejarahnya pernah mengalami krisis terbesar pada tahun

1997. Dampak dari krisis berkepanjangan tersebut, banyak terjadi pemutusan

hubungan kerja pada industri besar dan menengah. Usaha mikro kecil

menengah menjadi pembahasan karena dianggap penyelamat perekonomian

Indonesia di masa krisis saat itu. Usaha mikro kecil menengah adalah

kelompok usaha yang memiliki jumlah besar jika dilihat dari perspektif

perkembangannya.3

Usaha mikro kecil menengah merupakan pelaku usaha yang aktif di

berbagai bidang bisnis. Adanya sektor usaha mikro kecil menengah ini
2
Melani Darman, “Aspek Perlindungan Hukum Terhadap UMKM dan Tantangan
Pengembangan Usaha Dalam Pemanfaatan Tekhnologi Informasi Pada Masa Pandemi Covid-19”,
Lex Jurnalica, Vol. 18 No. 2, Agustus 2021. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-
22473-11_2039.pdf.
3
Suryani Evi, “Analisis Dampak Covid-19 Terhadap UMKM”, Jurnal Inovasi Penelitian,
Vol. 1, No. 8 (2020). https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/272.
4

membawa keuntungan bagi perekonomian Indonesia. Usaha mikro kecil

menengah merupakan usaha informal yang mulai dimunculkan dengan melihat

peluang yang ada di sekitar. Tentunya usaha tersebut merupakan usaha

produktif yang tentunya menghasilkan pendapatan untuk para usahawan yang

mendirikan usaha tersebut. Usaha mikro kecil menengah merupakan industri

yang menempati angka penyerapan tenaga kerja yang cukup besar dan apabila

dilihat dari jumlah pelaku usahanya, maka usaha mikro kecil menengah adalah

sektor usaha yang dengan jumlah pelaku usaha yang paling banyak. Sangat

wajar usaha mikro kecil menengah merupakan salah satu penggerak utama

perekonomian di Indonesia.

Jumlah usaha mikro kecil menengah di Indonesia mencapai 64,19 juta,

dengan komposisi usaha mikro kecil menengah sangat dominan yaitu 64,13

juta (99,92%) dari keseluruhan sektor usaha.4 Kelompok ini pula yang

merasakan imbas negatif dari pandemi covid-19. Jika sektor ini terganggu

maka ekonomi nasional juga akan terganggu.

Persoalan yang hari ini sedang dihadapi oleh pelaku usaha mikro kecil

menengah Indonesia adalah hantaman badai covid-19 tidak hanya mengganggu

geliat usaha, namun lebih jauh dari itu bahwa pandemi ini telah membuat 30 %

dari usaha mikro kecil menengah gulung tikar.5 Persoalan permodalan dan

4
Rais Agil Bahtiar, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Serta Solusinya”, Info Singkat, Vol. XIII, No. 10 II Puslit Mei 2021.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-10-II-P3DI-Mei-2021-
1982.pdf.
5
Siti Nuzul Laila Nalini, “Dampak Covid-19 Terhadap Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah”, Jesya, Vol. 4, No. 1 (2021), hlm. 664.
https://stiealwashliyahsibolga.ac.id/jurnal/index.php/jesya/article/download/278/184/.
5

pemasaran menjadi kendala utama di saat pandemi terus-menerus berlangsung

tanpa ada kepastian akan berakhir.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2020

tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, pemerintah

melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang bertugas

meningkatkan peran serta masyarakat di bidang koperasi dan usaha kecil

menengah telah memberikan terobosan bagi pelaku usaha agar tetap mampu

bertahan di masa pandemi covid-19 dan selama penyesuaian transisi new

normal. Adapun peraturan presiden ini merupakan tindak lanjut dan

pelaksanaan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

tentang Kementerian Negara.

Penyelamatan tersebut adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan

oleh pemerintah karena ada beberapa alasan kuat mengapa usaha mikro kecil

menengah perlu dikembangkan di Indonesia. Pertama, usaha kecil menyerap

banyak tenaga kerja, adanya perkembangan usaha kecil akan menimbulkan

dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja dan pengurangan

jumlah kemiskinan. Ke dua, pemerataan dalam distribusi pembangunan. Lokasi

usaha mikro kecil menengah banyak di pedesaan dan menggunakan sumber

daya alam lokal. Ke tiga, pemerataan dalam distribusi pendapatan.6

Pemerintah pada pertengahan tahun 2020 melalui kementerian terkait

telah menggulirkan beberapa program penyelamatan ekonomi terkait dengan

sektor usaha mikro kecil menengah. Walaupun pemerintah sudah mencoba


6
Devi Chandra Nirwana, “Peran Pemerintah Dalam Pembinaan Usaha Kecil Menengah
Di Kabupaten Enrekang”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 3, No 1 (2017).
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi/article/view/890/0.
6

memberikan solusi keuangan terhadap geliat usaha mikro kecil menengah,

namun pada kenyataannya keterserapan dana tersebut kepada pelaku usaha

masih sangat rendah. Dari dana sejumlah Rp. 123,46 triliun yang dialokasikan

oleh pemerintah untuk pemulihan usaha mikro kecil menengah, tidak sampai

25 % nya tersalurkan ke pelaku usaha tersebut.

Banyak orang memulai usaha baru atau memasuki dunia usaha mikro

kecil menengah demi keberlangsungan hidup. Namun itu semua tidak mudah,

karena pandemi ini yang membuat banyak orang juga membuat usaha atau

berusaha memasuki industri usaha mikro kecil menengah baru yang

menyebabkan persaingan semakin tinggi. Walaupun tingkat kebutuhan juga

tinggi, tetapi persaingan yang justru meningkat lebih tinggi lagi pasti

memberikan pengaruh pada usaha mikro kecil menengah yang lama.

Pemerintah sebenarnya telah memberikan perlindungan terhadap usaha

mikro kecil menengah sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah. Namun, secara praktik hal tersebut belum berjalan efektif

mengingat tidak adanya mekanisme pengawasan dari pemerintah. Di sisi lain

ketentuan tersebut dinilai hanya bersifat formalitas karena seringkali pelaku

usaha nasional hanya dijadikan silent partner, sehingga tujuan memberdayakan

pelaku usaha nasional atau usaha mikro kecil menengah tidak tercapai. 7

Terdapat dua hal yang menjadi permasalahan usaha mikro kecil menengah

perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan khusus dari pemerintah yaitu


7
Ary Zulfikar, Hukum Penanaman Modal: Kebijakan Pembatasan Modal Asing Kajian
Pemanfaatan Arus Modal Asing Untuk Penguatan Struktur Ekonomi Kerakyatan, Bandung: CV
Keni Media, 2019, hlm. 21.
7

karena banyaknya jumlah pelaku usaha mikro kecil menengah di Indonesia

serta adanya kelemahan atau kekurangan usaha mikro kecil menengah ketika

masuk dalam sistem persaingan pasar bebas.8

Permasalahan pemulihan ekonomi usaha mikro kecil menengah tidak

terfokus hanya pada persoalan dana semata yang berujung pada

ketidakmaksimalan penyerapan dana pemerintah. Namun pemahaman pelaku

usaha mengenai perlindungan hukum juga menjadi penentu pulih dan

berkembangnya iklim usaha mikro kecil menengah. Untuk memangkas

kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha mikro kecil menengah tersebut,

maka pemerintah harus melakukan beberapa perubahan regulasi sehingga

regulasi tersebut dapat memberikan ruang untuk pelaku usaha mikro kecil

menengah dapat berkembang dan untuk selanjutnya juga mampu bersaing

dengan produk impor di masa new normal covid-19 ini.

Sektor usaha mikro kecil menengah sangat perlu perhatian khusus dalam

situasi krisis ekonomi seperti ini dari pemerintah karena merupakan

penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto dan dapat menjadi

andalan dalam penyerapan tenaga kerja, mensubtitusi produksi barang

konsumsi atau setengah jadi. Apalagi di tengah sentimen positif bahwa kondisi

perekonomian tahun ini akan membaik membuat sektor usaha mikro kecil

menengah harus bisa memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi saat ini

untuk dapat pulih.

8
Mukti Fajar, UMKM Di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016, hlm. 120.
8

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap usaha mikro kecil menengah

yang terdampak pandemi covid-19?

2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap usaha mikro kecil

menengah yang terdampak pandemi covid-19?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengkaji kebijakan pemerintah terhadap usaha mikro kecil menengah yang

terdampak pandemi covid-19.

2. Mengkaji bentuk perlindungan hukum terhadap usaha mikro kecil

menengah yang terdampak pandemi covid-19.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis berguna untuk memberikan

sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan hukum perdata pada khususnya mengenai perlindungan

hukum terhadap usaha mikro kecil menengah yang terdampak pandemi

covid-19.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, secara praktis dapat memberikan informasi pemikiran

ilmiah dan pertimbangan pengambil kebijakan terkait dengan perlindungan

hukum terhadap usaha mikro kecil menengah yang terdampak pandemi


9

covid-19 dan memberikan pemahaman bagi pelaku usaha mikro kecil

menengah untuk mengembangkan usahanya.

E. Originalitas Penelitian

Originalitas penelitian adalah kriteria utama dan kata kunci dari hasil

akademik. Muatannya berisi sampai di mana masalah atau isu hukum tersebut

telah diteliti atau dikaji serta apa bedanya dengan penelitian yang akan

dilakukan. Uraiannya menunjukan perkembangan mutakhir dari kajian yang

pernah dilakukan. Penegasan tentang originalitas penelitian ini penting untuk

menghindari pengulangan kajian dengan sebuah tema dengan fokus studi yang

sama. Originalitas penelitian ini akan mudah dipahami jika peneliti

menyajikannya dalam bentuk tabel.

Judul Tesis:

Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah Yang


Terdampak Pandemi Covid-19
Posisi penelitian ini dihadapan tesis yang sudah ada adalah sebagai berikut:

Nama Peneliti,
No. Tahun dan Judul Hasil Penelitiannya Originalitas Penelitian
Penelitian
1. Reni Ratna Penelitian ini bertujuan Peneliti akan fokus

Anggreini, 2020, untuk menganalisis merumuskan pada

Perlindungan kondisi perlindungan kebijakan pemerintah

Hukum Usaha usaha mikro kecil terhadap usaha mikro

Mikro Kecil menengah sektor kecil menengah yang

Menengah Sektor perkebunan dalam terdampak pandemi


10

Perkebunan Dari konteks Peraturan covid-19 dan bentuk

Dominasi Presiden No. 44 Tahun perlindungan hukum

Kepemilikan 2016 mengenai dominasi terhadap usaha mikro

Modal Asing Di kepemilikan modal asing kecil menengah yang

Indonesia. di Indonesia serta terdampak pandemi

pengaturannya dalam covid-19.

Undang-Undang No. 11

Tahun 2020 tentang

Cipta Kerja dan bentuk

perlindungan hukum

yang diberikan oleh

pemerintah terhadap

usaha mikro kecil

menengah khususnya

sektor perkebunan di

masa yang akan datang.

2. Ujang Badrun Penelitian ini bertujuan Peneliti akan fokus

Jaman, 2017, untuk menemukan merumuskan pada

Perlindungan konsep bidang usaha kebijakan pemerintah

Hukum Terhadap terbuka dan tertutup terhadap usaha mikro

Usaha Mikro, Kecil untuk asing yang dapat kecil menengah yang

dan Menengah memberikan terdampak pandemi

Dihubungkan perlindungan hukum covid-19 dan bentuk


11

dengan Asas terhadap usaha mikro perlindungan hukum

Kesetaraan kecil menengah yang terhadap usaha mikro

Ekonomi Dalam sesuai dengan Pasal 5 kecil menengah yang

Upaya Mendorong Undang-Undang No. 20 terdampak pandemi

Ekonomi Tahun 2008 serta covid-19.

Kerakyatan. menemukan akibat

hukum yang ditimbulkan

atas pelaksanaan pasca

revisi bidang usaha

terbuka dan tertutup

untuk asing terhadap

usaha mikro kecil

menengah.

3. Marlon Henrikus Penelitian ini bertujuan Peneliti akan fokus

Simanjorang, 2007, untuk menganalisis merumuskan pada

Perlindungan perlindungan kebijakan pemerintah

Hukum Usaha hukum terhadap kegiatan terhadap usaha mikro

Mikro Kecil usaha mikro kecil kecil menengah yang

Menengah dan menengah dan alternatif terdampak pandemi

Alternatif pemecahan masalah yang covid-19 dan bentuk

Pemecahannya dilakukan pengusaha perlindungan hukum

(Penelitian di Kota kecil dan menengah terhadap usaha mikro

Medan). dalam mengatasi kecil menengah yang


12

kendala-kendala yang terdampak pandemi

dihadapinya serta covid-19.

peranan usaha mikro

kecil menengah dalam

pemberdayaan

ekonomi kerakyatan.

Melihat keseluruhan judul-judul karya ilmiah dan rumusan masalah yang

diuraikan berdasarkan hasil penelusuran tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian penulis adalah berbeda dengan judul-judul karya ilmiah di

atas. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya karena peneliti akan fokus merumuskan pada kebijakan

pemerintah terhadap usaha mikro kecil menengah yang terdampak pandemi

covid-19 dan bentuk perlindungan hukum terhadap usaha mikro kecil

menengah yang terdampak pandemi covid-19.

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan

dari konsep ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang

didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau dapat dikatakan oleh peneliti

merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis

sesuai variabel yang diteliti.


13

1. Perlindungan Hukum

Kata perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya

memberi perlindungan kepada orang yang lemah. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti

mengayomi, mencegah, mempertahankan dan membentengi. Hukum ialah

peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang bersifat memaksa untuk

kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antara negara yang

berorientasi pada keadilan dan daya guna, demi damai dalam masyarakat.9

Frasa perlindungan hukum dalam bahasa Inggris adalah legal

protection dalam bahasa Belanda rechtsbecherming. Kedua istilah tersebut

juga mengandung konsep atau pengertian hukum yang berbeda untuk

memberi makna sesungguhnya dari perlindungan hukum.

Dalam kajian hukum yang dibuat oleh Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia, dijelaskan bahwa pengertian perlindungan hukum adalah

suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukun dalam bentuk

perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat

represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain

perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

9
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan: Medan Area University Press,
2012, hlm. 5-6.
14

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dijelaskan pengertian

perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek

hukum dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum

harus melihat tahapan yaitu perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan

hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang

pada dasarnya merupkan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur

hubungan perilaku antara angota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada seseorang itu merupakan

hak dari orang yang bersangkutan. Ini berarti bahwa perlindungan hukum

yang diberikan kepada pelaku usaha juga merupakan hak dari pelaku usaha

tersebut, agar ia dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan baik.10 Dalam

situasi iklim persaingan usaha yang sehat dan kompetitif itu akan terjadi

alokasi sumber daya secara efisien, karena itu pelaku usaha akan

memproduksi barang-barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dengan harga yang ditetapkan berdasarkan biaya produksi.

2. Usaha Mikro Kecil Menengah

Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup diantaranya

melakukan usaha mikro kecil menengah. Keberadaan dan keberlangsungan

10
Johanes E. Paendong, “Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Usaha Kecil Dalam Persaingan
Usaha Di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Lex Privatum, Vol. V No. 4 Juni 2017.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/16096/15602.
15

hidup usaha mikro kecil menengah ikut dipengaruhi oleh kedua faktor

internal seperti motif ekonomi dan eksternal yaitu lingkungan dan habitat

ekonomi yang menjadi tempat hidup seseorang atau suatu komunitas dalam

melakukan kehidupan ekonominya.11

Usaha mikro kecil menengah adalah unit usaha produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua

sektor ekonomi. Pada prinsipnya pembedaan antara usaha mikro, usaha

kecil, usaha menengah, usaha besar umumnya didasarkan pada nilai aset

awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau

jumlah pekerja tetap. Namun, definisi usaha mikro kecil menengah

berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut negara. Oleh karena itu

memang sulit membandingkan pentingnya atau peran usaha mikro kecil

menengah antar negara.12

Di Indonesia definisi usaha mikro kecil menengah diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil Dan Menengah. Bab 1 (Ketentuan Umum), Pasal 1 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, menyatakan bahwa:

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan badan
usaha perorangan yang memenuhi usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro atau usaha besar yang
11
Wika Undari dan Anggia Sari Lubis, “Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial
Humaniora, Vol. 6 No. 1 Mei 2021.
https://jurnal-lp2m.umnaw.ac.id/index.php/JP2SH/article/view/702/522.
12
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu Penting,
Jakarta: LP3ES, hlm. 11.
16

memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana telah diatur dalam undang-


undang tersebut. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
tersebut.13

Diakui bahwa usaha mikro kecil menengah memainkan peran penting

di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-

negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Di negara

maju usaha mikro kecil menengah sangat penting, tidak hanya karena

kelompok usahanya tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja

dibandingkan usaha besar, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan

dan pertumbuhan produk domestik bruto paling besar dibandingkan

kontribusinya dari usaha besar. Semakin meningkatnya angka pertumbuhan

usaha mikro kecil menengah di Indonesia maka ekonomi Indonesia akan

mengalami peningkatan.14

3. Pandemi Covid-19
Akhir tahun 2019 sampai dengan awal tahun 2020 masyarakat

Indonesia dikejutkan dengan adanya virus yang membahayakan masyarakat

yang dikenal dengan virus corona. Penyakit karena infeksi virus ini disebut

covid-19 yang bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, infeksi

paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus ini bisa menyerang siapa saja,

13
Ibid, hlm. 12
14
Sugeng Lubar Prastowo, “Analisis Kompetensi Pelaku Usaha, Peran dan Kebijakan
Pemerintah Terhadap Kinerja UKM Di Kota Tangerang Dengan Kreativitas Strategi Pemasaran
Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 25, No. 2, Januari 2020.
http://ejournal.unis.ac.id/index.php/JEB/article/view/435.
17

seperti golongan usia lanjut, orang dewasa, anak-anak, bayi, termasuk ibu

hamil, dan ibu menyusui.15

World Health Organization (WHO) menetapkan tentang virus corona

atau yang biasa disebut dengan covid-19 yang menjadi pandemi karena

virus ini telah menyebar ke berbagai negara bahkan sudah mendunia. WHO

mengartikan pandemi sebagai suatu kondisi populasi pada dunia dan

berpotensi menjadikan jatuh dan sakit. Pandemi sendiri adalah wabah yang

berjangkit secara bersamaan dimana-mana yang menyebar luas. Pandemi

covid-19 ini juga berdampak dari berbagai sektor kehidupan seperti

ekonomi, sosial dan juga pendidikan.

Pandemi covid-19 membuat kehidupan berubah, namun tidak

kemudian membuat kehidupan berhenti. Ruang ekonomi, ruang sosial,

ruang pendidikan, hingga ruang agama, yang sempat berhenti atau

berkurang aktivitasnya kini mulai menjalankan aktivitasnya kembali

namun dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. New normal atau

yang dikenal di Indonesia sebagai adaptasi kenormalan baru menjadi model

kehidupan baru yang diadaptasi oleh hampir semua negara dunia dan

menjadi referensi, khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku

masyarakat.

G. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan

abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya
15
Diah Handayani, “Penyakit Virus Corona 2019”, Jurnal Respirologi Indonesia, Vol. 40,
No. 2, April, 2020. https://jurnalrespirologi.org/index.php/jri/article/download/101/110.
18

bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi. Setiap penelitian

selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, dalam hal ini karena

adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan

pengumpulan, pengolahan, analisis, dan kostruksi.

Penelitian tesis ini menggunakan teori sebagai pisau analisis untuk

menjelaskan masalah, memecahkan masalah, dan mengendalikan masalah-

masalah yang akan dikaji.16 Teori hukum dapat digunakan untuk menganalisis

dan menerangkan pengertian hukum dan konsep yuridis yang relevan untuk

menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian hukum. 17 Pada ilmu

hukum terdapat beberapa teori hukum diantaranya:

1. Teori Perlindungan Hukum

Fokus kajian teori perlindungan hukum adalah masyarakat.

Masyarakat yang difokuskan pada teori ini yaitu masyarakat yang berada

pada posisi lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek yuridis.

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada

masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.18 Perlindungan hukum merupakan teori yang mengkaji dan

menganalisis tentang wujud atau bentuk atau tujuan perlindungan, subjek

16
Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Kajian tentang Pengetahuan yang Disusun Secara
Sistematis dan Sistemik Dalam Membangun Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Nusantara Consulting,
2010, hlm. 540.
17
Salim H.S., Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali, 2010, hlm. 21.
18
Sadjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 54.
19

hukum yang dilindungi serta objek perlindungan yang diberikan oleh hukum

kepada subjeknya.19

Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi teori perlindungan hukum,

meliputi:

a. Adanya wujud atau bentuk perlindungan atau tujuan perlindungan, yaitu

untuk memberikan jaminan kepastian hak-hak kepada usaha mikro kecil

menengah yang dilindungi dengan memberikan dorongan seperti insentif,

pembinaan, pemantauan sebagai upaya pemihakan pemerintah terhadap

ekonomi rakyat yang lemah agar bisa maju, mandiri dan berdaya saing.

b. Subjek perlindungan hukum, yaitu pengusaha lokal atau usaha mikro

kecil menengah.

c. Objek perlindungan hukum, yaitu hak-hak masyarakat (pelaku usaha

mikro kecil menengah) terhadap keberlangsungan usahanya melalui

kebijakan pemerintah yang sifatnya mendukung dan melindungi usaha

mikro kecil menengah.

Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya

tersebut. Pemberian kekuasaan atau yang sering disebut dengan hak,

dilakukan secara terukur, keluasan dan kedalamannya. suatu kepentingan

merupakan sasaran hak, bukan hanya karena ia dilindungi oleh hukum,

melainkan juga karena ada pengakuan terhadap itu. Hak tidak hanya

mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, tapi juga kehendak.

19
H. Salim dan Erlies Septiana, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013, hlm. 263.
20

Hukum ditumbuhkan dan dibutuhkan manusia justru berdasarkan produk

penilaian manusia untuk menciptakan kondisi yang melindungi dan

memajukan martabat manusia serta untuk memungkinkan manusia

menjalani kehidupan yang wajar sesuai dengan martabatnya.

Perlindungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia tanpa

terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh

legislatif harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan

hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi

hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal tersebut dapat

dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan kedudukan

hukum bagi setiap warga negara.

2. Teori Kepastian Hukum

Dalam pembentukan aturan hukum, terbangun asas yang utama agar

tercipta suatu kejelasan terhadap peraturan hukum, asas tersebut ialah

kepastian hukum. Gagasan mengenai asas kepastian hukum ini awalnya

diperkenalkan oleh Gustav Radbruch dalam bukunya yang berjudul

einführung in die rechtswissenschaften20.

Kepastian hukum sendiri hakikatnya merupakan salah satu tujuan dari

hukum. Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam

hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri.

Keteraturan menyebabkan orang dapat hidup secara berkepastian, sehingga


20
Mario Julyano dan Aditya Yuli Sulistyawan, “Pemahaman Terhadap Asas Kepastian
Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum”, Jurnal Crepido, Vol. 01, No. 01, Juli
2019. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/crepido/article/download/6325/3197.
21

dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam kehidupan

bermasyarakat.

Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa

yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan

dapat dilaksanakan.21 Kepastian hukum erat kaitannya dengan keadilan,

namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum,

mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Keadilan bersifat

subyektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.

Kepastian hukum merupakan pelaksanaan hukum sesuai dengan

bunyinya, sehingga masyarakat dapat memastikan bahwa hukum

dilaksanakan. Penciptaan kepastian hukum dalam peraturan perundang

undangan, memerlukan persyaratan yang berkenaan dengan struktur internal

dari norma hukum itu sendiri.22 Kepastian hukum mengehendaki adanya

upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan, dibuat oleh pihak

yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek

yuridis. Aspek ini nantinya dapat menjamin adanya kepastian, bahwa

hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.

Berdasarkan uraian-uraian mengenai kepastian hukum diatas, maka

kepastian dapat mengandung beberapa arti yaitu adanya kejelasan, tidak

menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat

dilaksanakan. Hukum harus berlaku tegas di dalam masyarakat,

21
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2007,
hlm. 160.
22
Fernando M. Manulang, Hukum Dalam Kepastian, Bandung: Prakarsa, 2007, hlm. 95.
22

mengandung keterbukaan, sehingga siapapun dapat memahami makna atas

suatu ketentuan hukum.

Sebagai pisau analisis yang akan digunakan dalam penelitian tesis ini adalah

teori perlindungan hukum dan teori kepastian hukum.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan persyaratan yang penting untuk menjawab

permasalahan yang timbul dari latar belakang masalah. Penulisan proposal tesis

ini memerlukan serangkaian penelitian guna memperoleh jawaban atas pokok

permasalahan yang timbul. Metode penelitian berfungsi untuk mengarahkan

penelitian ini.

Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memecahkan

suatu masalah yang bada guna menentukan, menemukan, mengembangkan

atau menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan cara mengumpulkan,

menyusun serta menginterpretasikan kata-kata yang sesuai dengan pedoman

atau aturan yang berlaku untuk suatu karya ilmiah. Oleh karena itu metode

penelitian sangat penting dan menentukan dalam suatu penelitian karena

kualitas dari hasil penelitian tersebut sangat ditentukan oleh ketetapan metode

penelitian yang digunakan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan

(library research) dimana sumber faktanya diperoleh dari sumber-sumber

tertulis. Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan melalui


23

pengumpulan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan obyek

penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan atau telaah

yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya

bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

pustaka yang relevan.23 Sebelum melakukan telaah bahan pustaka, peneliti

harus mengetahui terlebih dahulu secara pasti tentang darimana sumber

informasi ilmiah itu akan diperoleh.

2. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif

empiris. Normatif empiris merupakan suatu pemahaman hukum dalam arti

norma atau aturan dan pelaksanaan aturan hukum dalam perilaku nyata dan

merupakan bukti telah berperilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan

ketentuan hukum normatif (peraturan perundang-undangan dan dokumen

tertulis lainnya).24 Penelitian ini mengkaji pelaksanaan atau implementasi

ketentuan hukum positif atau perundang-undangan dan dokumen secara

faktual (in action) pada suatu peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam

masyarakat. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah hasil

penerapan hukum pada peristiwa hukum in concreto sesuai maupun tidak

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain

apakah ketentuan peraturan perundang-undang telah dilaksanakan

23
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hlm. 199.
24
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004, hlm. 52.
24

sebagaimana mestinya, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan

mencapai tujuannya atau tidak.25

3. Spesifikasi Penelitian

Karakter ilmu hukum yang sui generis memiliki karakter tersendiri

sebagai ilmu yang bersifat preskriptif. Ilmu hukum sebagai ilmu preskriptif

mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas hukum, konsep-

konsep hukum dan norma-norma hukum. Sifat preskriptif itu yang dianggap

substansial dalam mempelajari ilmu hukum, dikarenakan tidak akan

dipelajari dalam ilmu sosial lainnya yang objeknya sama yaitu hukum.

Hal substansial dari ilmu hukum yaitu sifat presktiptifnya tersebut.

Perbincangan awal dari substansi ilmu hukum yaitu mengenai makna

hukum di dalam hidup bermasyarakat, artinya ilmu hukum masuk menusuk

ke suatu hal yang esensial yaitu sisi intrinsik dari hukum.

4. Sumber Data Penelitian

Pengertian data secara umum yaitu semua informasi mengenai

variabel atau obyek yang diteliti. Sumber data penelitian adalah tempat di

mana ditemukannya data-data penelitian.26 Sumber data yang digunakan

adalah sumber data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh

dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek

penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, karya ilmiah, dan

peraturan perundang-undangan.27

25
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram: Mataram University Press, 2020,
hlm.115.
26
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta, PT RajaGrasindo Persada,
2007, hlm. 98.
27
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 106.
25

Data sekunder digunakan sebagai referensi utama yang sudah tersedia

baik dalam bentuk tulisan dalam buku, jurnal ilmiah, maupun sumber

tertulis lainnya. Jenis bahan hukumnya dapat dibedakan menjadi primer,

bahan hukum sekunder, bahan hukum tertier.

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat.

Meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta yurisprudensi

dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian

ini. Bahan hukum primer yang digunakan terdiri dari peraturan

perundang-undangan, yurisprudensi, catatan resmi, risalah dalam

pembuatan perundang-undangan.28 Berikut adalah keseluruhan peraturan

perundang-undangan yang dijadikan bahan acuan penulisan di sepanjang

tesis ini:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 166.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

1995 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93.

28
Ibid., hlm. 141.
26

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang

Cipta Kerja. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020

Nomor 245.

5) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan

Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (C0vid-19)

Sebagai Bencana Nasional.

6) Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2020 tentang Kementerian

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

7) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,

Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan hukum sekunder

yang utama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-

prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana

yang mempunyai kualifikasi tinggi. Bahan hukum sekunder yang

digunakan meliputi:

1) Buku-buku hukum.

2) Hasil penelitan, seminar, penemuan ilmiah.

3) Ketentuan lainnya yang berkaitan langsung dan relavan dengan objek

kajian.

c. Bahan Hukum Tersier


27

Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum

tertier yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kamus hukum, dan situs internet yang berkaitan dengan

Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah Yang

Terdampak Pandemi Covid-19.

5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian berupa bahan-bahan hukum dilakukan

dengan mengidentifikasi dan menginventarisasi aturan hukum positif berupa

peraturan perundang-undangan, meneliti bahan pustaka, membaca buku dan

sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah ini, menyeleksi

bermacam-macam bahan yang mengandung sudut pandang yang berbeda-

beda dan bertentangan satu sama lain. Penelitian ini menggunakan metode

studi kepustakaan dalam pengumpulan datanya.

Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui

penelusuran kepustakaan secara offline dan online. Penelusuran kepustakaan

secara offline adalah kegiatan mencari sumber pustaka ke tempat

penyimpanan data. Penelusuran kepustakaan secara online adalah kegiatan

mencari sumber pustaka di dunia maya melalui jaringan internet.

Penelusuran kepustakaan secara offline dilakukan dengan cara mencari

bahan pustaka ke perpustakaan, jurnal dan mendatangi kegiatan ilmiah,

mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen, laporan,

arsip dan hasil penelitian lainnya.


28

6. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu

penelitian karena dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diproses dan

dimanfaatkan sedemikian rupa sampai didapat suatu kesimpulan yang

nantinya akan menjadi hasil akhir dari penelitian. Metode analisis data

merupakan proses mencari dan menyusun data secara sistematis. 29 Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode analisa data secara kualitatif, data disusun yaitu digolongkan dalam

pola, tema atau kategori.30 Hasil analisis kemudian disajikan secara

deskriptif untuk disusun sebagai kesimpulan.

I. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pembahasan di dalam tesis ini, maka penulisan

tesis ini dibagi menjadi 4 (empat) bab. Adapun maksud dari pembagian tesis

ini ke dalam bab-bab dan sub bab adalah agar untuk menjelaskan dan

menguraikan setiap permasalahan dengan baik dan mudah dipahami.

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas

penelitian, kerangka konseptual, kerangka teoritis, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan

umum tentang pengertian dan karakteristik usaha mikro kecil menengah,

29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, Bandung: Alfabeta, 2012,
hlm. 244.
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Rajawali Pers, 2001, hlm. 14.
29

tinjauan umum tentang pandemi covid-19, tinjauan umum tentang

perlindungan hukum, dan tinjauan umum tentang kepastian hukum.

Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini akan diuraikan

hasil penelitian dan pembahasan tentang kebijakan pemerintah terhadap usaha

mikro kecil menengah yang terdampak pandemi covid-19 dan bentuk

perlindungan hukum terhadap usaha mikro kecil menengah yang terdampak

pandemi covid-19.

Bab IV Penutup. Pada bab ini akan diuraikan simpulan dari hasil

penelitian dan pembahasan serta merupakan jawaban dari pokok permasalahan

yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam bab ini juga berisi saran-saran

berupa rekomendasi yang mengandung pemikiran terhadap pengembangan

ilmu hukum ke depan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah

Usaha mikro kecil menengah didefinisikan dengan berbagai cara yang

berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu,

perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar dapat

diperoleh pengertian yang sesuai tentang usaha mikro kecil menengah, yaitu

menganut ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan ekonomi.

Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai usaha

mikro kecil menengah berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi

definisi. Berikut definisi mengenai usaha mikro kecil menengah:

1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Bab 1 Pasal 1:

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah
usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau
badan usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil
atau Usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan.31

31
Eni Suharti, Undang-Undang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM, Jakarta: Sinar
Grafika 2008, hlm. 3.

30
31

2. Menurut Kementerian Koperasi dan usaha mikro kecil menengah:

Usaha Kecil, termasuk usaha mikro adalah entitas usaha yang mempunyai
kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar
dari Rp. 200.000.000 s.d. Rp. 10.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan.

3. Menurut Bank Indonesia:

Usaha kecil adalah usaha produktif milik warga negara Indonesia, yang
berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha berbadan hukum seperti koperasi; bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah
atau besar. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp. 200.000.000 per tahun, sedangkan usaha menangah, merupakan usaha
yang memiliki kriteria aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara
industry manufaktur (Rp. 200.000.000 s.d. 8 Rp. 500.000.000) dan non
manufaktur (Rp. 200.000.000 s.d. Rp. 600.000.000).

4. Menurut Badan Pusat Statistik Nasional

Badan Pusat Statistik Nasional memberikan definisi usaha mikro kecil

menengah menurut 2 kategori yaitu:

a. Menurut omset. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai aset tetap

kurang dari Rp. 200.000.000 dan omset pertahun kurang Rp.

1.000.000.000.

b. Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai

tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang tenaga kerja. Industri rumah

tangga adalah industri yang memperkerjakan kurang dari 5 orang. Usaha

mikro kecil menengah adalah usaha yang mempunyai modal awal yang

kecil atau nilai kekayaan (aset) yang kecil dan jumlah pekerja yang kecil
32

(terbatas), nilai modal (aset) atau jumlah pekerjaannya sesuai definisi

yang diberikan oleh pemerintah atau intitusi lain dengan tujuan tertentu

5. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan

Departemen Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan dapat dikatakan

usaha mikro kecil menengah jika memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan memiliki aset maksimal Rp. 600 juta di luar tanah dan

bangunan32.

b. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp. 25 juta.

Dalam tingkat dunia atau di negara lain, terdapat berbagai definisi yang

berbeda mengenai usaha mikro kecil menengah yang sesuai menurut

karakteristik masing-masing negara. Pada prinsipnya definisi dan kriteria usaha

mikro kecil menengah di negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek

sebagai berikut:

1. Jumlah tenaga kerja.

2. Pendapatan.

3. Jumlah aset.

Sektor usaha mikro kecil menengah memiliki karakteristik tersendiri

yang dapat membedakan antara usaha mikro kecil menengah dengan usaha

berskala besar. Karakteristik yang membedakan usaha mikro kecil menengah

ini dengan usaha berskala besar adalah dari segi permodalannya dan sumber

daya manusianya. Usaha mikro kecil menengah umumnya memerlukan modal

yang relatif kecil dibandingkan dengan usaha berskala besar. Oleh karena itu

32
Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 18.
33

usaha mikro kecil menengah lebih banyak bergerak di sektor informal karena

keterbatasan sumber daya yang dimiliki terutama masalah modal.

Dalam perspektif perkembangannya, usaha mikro kecil menengah dapat

diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:

1. Livelihood Activities, merupakan usaha mikro kecil menengah yang

digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih

umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki

lima.

2. Micro Enterprise, merupakan usaha mikro kecil menengah yang memiliki

sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan usaha mikro kecil menengah yang

telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub

kontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan usaha mikro kecil menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

usaha besar.

Ciri-ciri usaha mikro kecil menengah antara lain:

1. Bahan baku mudah diperoleh.

2. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan.

3. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun.

4. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
34

5. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal

atau domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk

diekspor.

6. Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni

budaya daerah setempat.

7. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat secara ekonomis

menguntungkan.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur dengan arah

produktivitas dan daya saing adalah tujuan dan peran usaha mikro kecil

menengah dalam menumbuhkan wirausahawan yang tangguh. Secara umum

usaha mikro kecil menengah dalam perekonomian nasional memiliki peran

yaitu:

1. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi.

2. Penyedia lapangan kerja.

3. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan

pemberdayaan masyarakat.

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta kontribusinya terhadap neraca

pembayaran.

Usaha mikro kecil menengah yang merupakan bagian terbesar dalam

perekonomian nasional, merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat

dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Usaha mikro kecil menengah selama

ini terbukti dapat diandalkan sebagai katup pengaman di masa krisis, melalui

mekanisme penciptaan usaha mikro kecil menengah berarti memperkokoh


35

bisnis perekonomian masyarakat.33 Hal ini akan membantu mempercepat

proses pemulihan perekonomian nasional dan sekaligus sumber dukungan

nyata terhadap pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi pemerintah.

Usaha mikro kecil menengah merupakan usaha yang memiliki peran

yang cukup tinggi terutama di indonesia yang masih tergolong negara

berkembang. Dengan banyaknya jumlah usaha mikro kecil menengah maka

akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran.

Selain itu usaha mikro kecil menengah dapat dijadikan sebagai sumber

pendapatan khususnya di daerah pedesaan dan rumah tangga berpendapatan

rendah.

Keberadaan usaha mikro kecil menengah tidak dapat dihapuskan ataupun

dihindarkan dari masyarakat bangsa saat ini karena keberadaannya sangat

bermanfaat dalam hal pendistribusian pendapatan masyarakat. Selain itu juga

mampu menciptakan kreatifitas yang sejalan dengan usaha untuk

mempertahankan dan mengembangkan unsur-unsur tradisi dan kebudayaan

masyarakat setempat. Pada sisi lain, usaha mikro kecil menengah mampu

menyerap tenaga kerja dalam skala yang besar mengingat jumlah penduduk

Indonesia yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Usaha mikro kecil menengah merupakan suatu usaha yang potensial bagi

perkembangan perekenomian di Indonesia sehingga dalam pelaksanaannya

perlu dioptimalkan dan digali kembali potensi-potensi yang ada untuk

33
Wika Undari dan Anggia Sari Lubis, “Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial
Humaniora, Vol. 6. No. 1 Mei 2021.
https://jurnal-lp2m.umnaw.ac.id/index.php/JP2SH/article/view/702/522.
36

peningkatan pembangunan ekonomi masyarakat34. Pengembangan ini tentu saja

akan lebih berkembang dengan baik dengan adanya dukungan dari pemerintah

dalam memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan sebagai penunjang

pelaksanaan dan kemajuan usaha yang dijalankan agar dapat menghasilkan

kualitas produksi yang baik sehingga dapat bersaing dengan pasar

internasional.

Begitu besarnya andil usaha mikro kecil menengah dalam menopang

perekonomian suatu negara sehingga keberadaan usaha mikro kecil menengah

sangat diharapkan oleh suatu negara manapun karena perannya yang vital

dalam perkembangan dan kemajuan perekonomian untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat.35 Berdirinya usaha di sektor usaha mikro kecil

menengah mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang siap bekerja tetapi

belum mendapat pekerjaan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Berkembangnya partumbuhan di sektor usaha mikro semakin terbukanya

kesempatan peluang kerja dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan

masyarakat.

B. Pandemi Covid-19

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, corona virus

adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari

gejala ringan, sedang sampai berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan

34
Abdul Halim, “Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi”, Growth: Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan, Vol. 1, No. 2, 2020.
https://stiemmamuju.e-journal.id/GJIEP/article/download/39/30.
35
Kadeni dan Ninik Srijan, “Peran Umkm (Usaha Mikro Kecil Menengah) Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyaraka”, Equilibrium, Vol. 8, No. 2, Juli 2020. http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/7118/2791.
37

antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV

ditransmisikan dari kucing luwak (civetcats) ke manusia dan MERS-CoV dari

unta ke manusia. Di akhir tahun 2019 telah muncul jenis virus corona baru

yaitu corona virus disease 2019 (covid-19).36

Menurut WHO, penyakit corona virus disease 2019 (covid-19) adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus covid-19 akan mengalami penyakit

pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan

khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki komorbit seperti penyakit

kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker memungkin

tertular covid-19. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan

corona virus baru.

Virus covid-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang

sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis

virus flu biasa. Covid-19 adalah penyakit corona virus zoonosis ke tiga yang

diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Penyakit covid-19 adalah virus RNA, dengan penampakan seperti mahkota di

bawah mikroskop elektron karena adanya paku glikoprotein pada amplopnya.

Tanda dan gejala umum infeksi covid-19 antara lain demam, batuk kering

dan kelelahan. Gejala lain yaitu kehilangan indera perasa dan pembau,

konjungtivitis (mata merah), nyeri sendi dan otot, sakit kepala, sakit

tenggorokan, ruam kulit, mual dan muntah, Buang air besar lebih dari tiga kali
36
Nur Indah Fitriani, “Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, dan Manifestasi
Klinis”, Jurnal Medika Malahayati, Vol. 4, No. 3, Juli 2020.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/view/3174/pdf.
38

dengan konsistensi cair, menggigil dan pusing. Gejala penyakit covid-19 yang

berat yaitu sesak napas, kehilangan nafsu makan, kebingungan, nyeri dada,

suhu tinggi diatas atau sama dengan 38° C. Rata-rata diperlukan waktu 5-6 hari

sejak seseorang terinfeksi virus, untuk dapat menunjukan gejala umum

diperlukan waktu kurang lebih 14 hari.

WHO menetapkan covid-19 yang menjadi pandemi karena virus ini telah

menyebar ke berbagai negara bahkan sudah mendunia. WHO mengartikan

pandemi sebagai suatu kondisi populasi pada dunia dan berpotensi menjadikan

jatuh dan sakit. Pandemi sendiri adalah wabah yang berjangkit secara

bersamaan dmana-mana yang menyebar luas. Pandemi covid-19 ini juga

berdampak dari berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, pendidikan

dan pemerintahan.

Di Indonesia, penyebaran virus corona dimulai sejak tanggal 2 Maret

2020 berawal dari salah satu warga negara indonesia yang melakukan kontak

langsung dengan warga negara asing yang berasal dari Jepang. Seiring

meningkatnya jumlah kasus infeksi virus corona di tanah air, pemerintah pusat

maupun daerah pun sudah mengeluarkan himbauan dan kebijakan guna

mencegah meluasnya penyebaran virus ini. Penetapan kebijakan pembatasan

sosial berskala besar saat ini sudah ditetapkan di berbagai daerah di Indonesia.

Peningkatan kasus terkonfirmasi positif covid-19 yang semakin

meningkat menyebabkan banyak kerugian terhadap perekonomian di

Indonesia. Salah satu indikator yang dapat memperburuk perekonomian

Indonesia adalah melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan


39

mata uang asing lainnya. Seiring bertambahnya kasus terkonfirmasi positif

covid-19 pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan mata uang

asing lainnya tidak dapat dihindarkan. Perlambatan kinerja industri manufaktur

dan melambatnya perekonomian secara global, mampu mengakibatkan

penurunan permintaan pada pasar.

Pandemi covid-19 yang semakin meluas ke seluruh dunia telah

berdampak pada meningkatnya risiko resesi perekonomian global pada tahun

2020. Penyebaran pandemi covid-19 yang meluas ke berbagai negara menekan

pertumbuhan ekonomi global. Kinerja manufaktur dan kinerja sektor jasa di

beberapa negara mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Perkembangan

ini menyebabkan penurunan tajam pertumbuhan ekonomi di banyak negara

pada triwulan I tahun 2020, baik negara berkembang dan maju. Dengan risiko

penurunan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara yang tetap besar,

pertumbuhan ekonomi global akan mengalami kontraksi. Hal ini terlihat pada

kontraksi yang tetap berlanjut di beberapa indikator dini seperti kinerja sektor

manufaktur dan jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis. Berbagai negara

melakukan stimulus fiskal dan moneter guna mengurangi risiko resesi tersebut.

C. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum terdiri dari dua kata, yaitu perlindungan dan hukum.

Kata perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) yang melindungi. Istilah

hukum menurut Soedikno Mertokusumo ialah keseluruhan peraturan tentang


40

tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat

dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.37

Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang

menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat

oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan-

peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu.

Menurut kamus hukum pengertian hukum adalah peraturan-peraturan yang

bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan

masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran

terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan. Hukum

sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang bersifat umum dan normatif,

hukum bersifat umum karena berlaku bagi setiap orang dan bersifat normatif

karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak dapat

dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya

melaksanakan kepatuhan pada kaidah-kaidah.38

Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan yang utama karena

berdasarkan pemikiran bahwa hukum sebagai sarana yang dapat

mengakomodasi kepentingan dan hak konsumen secara komprehensif. Di

samping itu, hukum memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di

dalam negara, sehingga dapat dilaksanakan secara permanen. Berbeda dengan

perlindungan melalui institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi atau

politik misalnya, yang bersifat temporer atau sementara.

37
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2005, hlm. 40.
38
Ibid, hlm. 4.
41

Fungsi hukum menurut Satjipto Raharjo adalah melindungi kepentingan

seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk

bertindak dalam rangka kepentingan tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini

dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya.39

Perlindungan diartikan sebagai perbuatan memberi jaminan, atau

ketenteraman, keamanan, kesejahteraan dan kedamaian dari pelindungan

kepada yang dilindungi atas segala bahaya atau resiko yang mengancamnya.

Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian hukum dapat dilihat

dari delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para

petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah,

hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti

ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari

berbagai macam sudut pandang yang dikemukakan oleh Soedjono

Dirdjosisworo menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata peraturan

perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang selama

ini dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi

hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan

masyarakat.40

Kata perlindungan secara kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau

kesamaan unsur-unsur, yaitu (1) unsur tindakan melindungi, (2) unsur pihak-

pihak yang melindungi dan (3) unsur cara-cara melindungi. Dengan demikian,

kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau


39
Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 18.
40
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008, hlm. 25-43.
42

tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak

tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.

Dalam memahami hukum terdapat konsep konstruksi hukum. Terdapat

tiga jenis atau tiga macam konstruksi hukum yaitu, pertama, konstruksi hukum

dengan cara perlawanan. Maksudnya adalah menafsirkan hukum antara aturan-

aturan dalam peraturan perundang-undangan dengan kasus atau masalah yang

dihadapi.

Ke dua, konstruksi hukum yang mempersempit adalah membatasi proses

penafsiran hukum yang ada di dalam peraturan perundang-undangan dengan

keadaan yang sebenarnya. Ke tiga, konstruksi hukum yang memperluas yaitu

konstruksi yang menafsirkan hukum dengan cara memperluas makna yang

dihadapi sehingga suatu masalah dapat dijerat dalam suatu peraturan

perundang-undangan. Menurut Hans Kelsen, hukum adalah ilmu pengetahuan

normatif dan bukan ilmu alam.41 Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa

hukum merupakan teknik sosial untuk mengatur perilaku masyarakat.42

Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahas Inggris disebut

dengan protection. Istilah perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia dapat disamakan dengan istilah proteksi, yang artinya adalah proses

atau perbuatan memperlindungi, sedangkan menurut Black’s Law Dictionary,

protection adalah the act of protecting.

Perlindungan secara umum berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang

membahayakan atau lebih bersifat negatif, sesuatu itu bisa saja berupa
41
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006, hlm. 12.
42
Hans Kelsen, Dasar-Dasar Hukum Normatif, Jakarta: Nusamedia, 2009, hlm. 343.
43

kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga

mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang kepada orang

yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan hukum artinya dengan

segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada warga negara agar haknya sebagai seorang

warga negara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggar akan dapat dikenakan

sanksi sesuai peraturan yang ada.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan

perlindungan adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi, sedangkan hukum

adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah data yang berlaku bagi semua

orang atau warga dalam masyarakat sebangsa dan setanah air. Pengertian

perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek

hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun

yang bersifat represif, ada yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain

perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum itu sendiri,

yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Adapun pendapat yang dikutip dari bebearpa ahli mengenai perlindungan

hukum sebagai berikut:

1. Menurut Philipus Hardjo perlindungan hukum bagi rakyat ada dua yaitu:

a. Perlindungan hukum preventif artinya rakyat diberi kesempatan

mengajukan pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat


44

bentuk yang definitif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa.

b. Perlindungan hukum represif yang bertujuan menyelesaikan sengketa.

Perlindungan hukum adalah suatu jaminan yang diberikan oleh negara

kepada semua pihak untuk dapat melaksanakan hak dan kepentingan

hukum yang dimilikinya dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum.

2. Menurut Satjipto Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu hak

asasi manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.43

3. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia.44

4. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang

menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban

dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.45

Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki

dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman


43
Satjipro Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas, 2003, hlm.
121.
44
Setiono, Rule of Law, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, 2004, hlm.
3.
45
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum di Indonesia, Surakarta: Fakultas Hukum,
Universitas Sebelas Maret, 2003, hlm. 14.
45

(sanction). Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata atau jelas yaitu

adanya institusi-institusi penegak hukum seperti pengadilan, kejaksaan,

kepolisian, dan lembaga-lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan

(non-litigasi) lainnya. Dengan demikian sejalan dengan pengertian hukum

menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki

pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satunya yang paling nyata dari

pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum.

Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keamanan dan

keadilan. Menurut Soedirman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan hukum

itu sendiri adalah mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan

hukum merupakan salah satu media untuk menegakan berbagai keadilan.

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang

dengan cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam

rangka kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari

hak karena hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan. 46 Dapat

disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal protection merupakan

kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan.

Perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai bentuk pelayanan, dan subjek

yang dilindungi.47

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang dilindungi subyek-

subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

46
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 54.
47
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis
dan Disertasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013, hlm. 261.
46

dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran

serta memberikan suatu batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan

kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah

mencegah terjadinya sengketa.

Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak

pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan

adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk

lebih bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada

diskresi. Di Indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan

hukum preventif.

2. Perlindungan Hukum Represif

Merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara,

dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau

telah dilakukan suatu pelanggaran hukum. Perlindungan hukum represif

bertujuan untuk menyelesaikan suatu sengketa. Penanganan perlindungan


47

hukum oleh pengadilan umum dan pengadilan administrasi di Indonesia

termasuk kategori perlindungan hukum ini.

D. Kepastian Hukum

Dalam menegakan hukum ada tiga nilai yang harus diperhatikan, yaitu

kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga nilai tersebut harus ada

kompromi, harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi

dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara

proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut. Tanpa kepastian hukum

orang tidak paham apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul

keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, terlalu ketat

mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak

adil

Hukum tanpa kepastian akan kehilangan jati diri serta maknanya, karena

tidak lagi dapat digunakan sebagai pedoman perilaku setiap orang. Kepastian

hukum sendiri hakikatnya merupakan salah satu tujuan dari hukum.

Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam hukum, karena

keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri.

Keteraturan akan menyebabkan seseorang hidup secara berkepastian

dalam melakukan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat.

Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam

perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga

aturanaturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian

bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.


48

Kepastian hukum merupakan jaminan bahwa hukum tersebut dapat

dijalankan dengan baik.48 Sudah tentu kepastian hukum sudah menjadi bagian

yang tidak terpisahkan hal ini lebih diutamakan untuk norma hukum tertulis.

Karena kepastian sendiri hakikatnya merupakan tujuan utama dari hukum.

kepastian hukum ini menjadi keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan

kepastian itu sendiri karena esensi dari keteraturan akan menyebabkan seseorag

hidup secara berkepastian dalam melakukan kegiatan yang diperlukan dalam

melakukan aktivitas kehidupan masyarakat itu sendiri.

Teori kepastian hukum merupakan teori yang dikembangkan oleh para

ahli yang pada tujuannya adalah untuk menjamin terlaksananya hukum yang

bersifat umum, sehingga adanya kepastian hukum ini secara tidak langsung

menyatakan bahwa aturan hukum tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu

kepastian dalam kehidupan bermasyarakat, bukan untuk mencapai keadilan dan

kemanfaatan. Hal ini didukung oleh beberapa pandangan yang menyatakan

bahwa kepastian hukum tidak dapat berjalan secara bersamaan dengan keadilan

dan kemanfaatan.

Teori ini yang diartikan menurut salah satu pakar yaitu Gustav Radbruch

yang berwarga negara Jerman, menjelaskan bahwa salah satu jaminan bagi

warga untuk timbulnya sebuah keadilan dalam hal yang bersangkutan dengan

hukum. Membuat tidak adanya perbedaan didalam mata hukum sehingga

membuat penegak hukum taat dengan aturan yang telah dibuat. Hukum

tersebut menjadi salah satu ajaran yang digunakan oleh penegak hukum untuk

menyelesaikan permasalahan yang sama. Untuk timbulnya kepastian tersebut


48
Sudikno Mertukusumo, Penemuan Hukum, Yogyakarta: Liberty , 2009, hlm. 21.
49

aparat hukum harus juga melihat aturan-aturan yang telah di buat sehingga

tidak menyampingkan aturan normatif tersebut.

Aturan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis berisi aturan-aturan

yang bersifat umum yang menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku

dalam masyarakat dan menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani

atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan semacam itu dan

pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.

Ada tiga cita (idée) dalam hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum. Keadilan menuntut agar hukum selalu mengedepankan

keadilan, kemanfaatan menuntut agar hukum selalu mengedepankan manfaat,

sedangkan kepastian hukum menuntut terutama adanya peraturan hukum.

Kepastian hukum dalam artian undang-undang maupun suatu peraturan

setelah diperundangkan akan dilaksanakan dengan pasti oleh pemerintah.

Kepastian hukum berarti setiap orang dapat menuntut agar hukum

dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi dan bahwa setiap pelanggaran

hukum akan ditindak dan dikenakan sanksi hukum juga. Tema kepastian dalam

perspektif hukum pada prinsipnya selalu dikaitkan dengan hukum. Kepastian

hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-

wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang

diharapkan dalam keadaan tertentu.

Kepastian hukum tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28D Ayat (1) yang mengatakan bahwa

setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian


50

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Kepastian

hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut

hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan. Oleh

karena itu tentang apa arti dari sebuah kepastian hukum merupakan suatu hal

yang sangat penting pula bagi masyarakat.

Tema kepastian hukum sendiri, secara historis, merupakan tema yang

muncul semenjak gagasan tentang pemisahan kekuasaan dinyatakan oleh

Montesquieu, bahwa dengan adanya pemisahan kekuasaan, maka tugas

penciptaan undang-undang itu ada di tangan pembentuk undang-undang,

sedangkan hakim (peradilan) hanya bertugas menyuarakan isi undang-undang.

Pendapat Montesquieu, yang ditulis dalam bukunya De l’esprit des lois (The

Spirit of Laws) pada tahun 1748, merupakan reaksi terhadap kesewenang-

wenangan kaum monarki, dimana kepala kerajaan amat menentukan sistem

hukum. Peradilan pada saat itu secara nyata menjadi pelayan monarki.

Pada tahun 1764, seorang pemikir hukum Italia, Cesare Beccaria,

menulis buku berjudul De deliti e delle pene, yang menerapkan gagasan

Montesquieu dalam bidang hukum pidana. Baginya, seorang dapat dihukum

jika tindakan itu telah diputuskan oleh legislatif sebelumnya dan oleh sebab itu,

eksekutif dapat menindak dan menghukum apabila terdapat seseorang yang

melanggar apa yang telah diputuskan oleh pihak legislatif. Gagasannya ini

kemudian dikenal sebagai azas nullum crimen sine lege, yang pada tujuannya

memberikan perlindungan hukum bagi setiap warga negara terhadap

kesewenangan negara.
51

Persoalan kepastian karena selalu dikaitkan dengan hukum, memberikan

konsekuensi bahwa kepastian hukum di sini selalu mempersoalkan hubungan

hukum antara warga negara dengan negara. Sebagai sebuah nilai, kepastian

hukum tidak semata-mata selalu berkaitan dengan negara, karena esensi dari

kepastian hukum adalah masalah perlindungan dari tindakan kesewenang-

wenangan. Maka itu, aktor-aktor yang mungkin melakukan kesewenang-

wenangan, tidak terbatas pada negara saja, tetapi juga oleh sekelompok pihak

lain di luar negara.

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah Sistem Norma. Norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apayang harus dilakukan.

Normanorma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-

Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi

individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan

sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-

aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan

tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut

menimbulkan kepastian hukum.

Tujuan hukum yang mendekati realistis adalah kepastian hukum dan

kemanfaatan hukum. Kaum positivisme lebih menekankan pada kepastian

hukum, sedangkan kaum fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan

sekiranya dapat dikemukakan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex,

summa crux” yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali
52

keadilan yang dapat menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan

bukan merupakan tujuan hukum satusatunya akan tetapi tujuan hukum yang

paling substantif adalah keadilan.49

Kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya

aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang

bisa atau tidak bisa dilakukan. Ke dua, berupa keamanan hukum bagi individu

dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat

umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang bisa dibebankan atau

dilakukan oleh negara terhadap individu.

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang

didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung

melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi

penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut

aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya

kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan

sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat

umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan

untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk

kepastian hukum.

Kepastian hukum memiliki kaitan yang erat dengan aturan hukum positif

yang dikeluarkan oleh negara serta peranan negara dalam melaksanakan

hukum positif. Kepastian hukum tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa

49
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,
Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010, hlm. 59.
53

hukum positif yang berlaku di negara dapat ditegakan tanpa pandang bulu atau

tebang pilih.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah Yang

Terdampak Pandemi Covid-19

Dampak dari merebaknya covid-19 yang sekarang menjadi sebuah

pandemi di seluruh penjuru dunia sangat berpengaruh pada segala aspek. Tidak

terkecuali pada aspek perekonomian Indonesia. Produksi menjadi turun, barang

menjadi langka dan harga akan melonjak naik, yang mengakibatkan tingginya

angka inflasi, terutama disebabkan karena ekspor dan impor bahan baku juga

barang modal terdampak pandemi covid-19 secara luas sedangkan bahan baku

di negara Indonesia masih tergantung dengan Cina ditambah dengan pandemi

covid-19 membuat peredaran bahan baku mengalami kendala dalam

pendistribusiannya. Kenaikan harga barang yang disertai penghasilan yang

menurun merupakan kondisi fatal daya beli masyarakat. Teknologi komunikasi

dan persebaran informasi yang sangat cepat juga menampak efek buruk dari

pandemi covid-19 ini. Informasi yang berkembang cepat tersebut, telah

menimbulkan kepanikan yang dahsyat dan merubah pola perilaku masyarakat,

yang salah satunya mengakibatkan ketimpangan antara permintaan dan

penawaran.

Berdasarkan hukum supply dan demand, penurunan permintaan akibat

program untuk tetap di rumah saja (stay at home) pada gilirannya akan

menyebabkan penurunan jumlah produksi. Selanjutnya, proses penurunan

54
55

perekonomian menunjukan bahwa bencana yang ditimbulkan oleh covid-19 ini

telah merusak kelancaran mekanisme dalam pembentukan pasar di antara

minimnya permintaan dan penawaran yang terjadi pada masyarakat ekonomi

golongan menengah ke bawah khususnya mikro dan informal dengan

pendapatan harian, tentunya akan menjadi suatu kelompok yang paling rentan

terkena dampaknya. Salah satunya berdampak terhadap terbatasnya operasional

pebisnis dalam berwirausaha dan berkurangnya konsumen belanja secara

langsung dibandingkan hari biasanya.

Pandemi covid-19 turut mempengaruhi perekonomi negara-negara di

seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi global dipastikan melambat,

menyusul penetapan dari WHO yang menyebutkan pandemi covid-19 sebagai

pandemi yang mempengaruhi dunia usaha. Beberapa dampak yang dapat

ditimbulkan seperti kebangkrutan, pemutusan hubungan kerja masal, pekerja

yang dirumahkan dan beberapa usaha mikro kecil menengah yang terpaksa

tutup karena adanya dampak ekonomi yang besar terhadap jalannya usaha

sehingga dapat menyebabkan kesulitan keuangan di masyarakat dan

menimbulkan banyaknya pengangguran. Dampak dari covid-19 terhadap usaha

mikro kecil menengah rata-rata mengalami penurunan omset yang lumayan

besar. Hal ini terjadi karena berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah.

Usaha mikro kecil menengah merupakan kegiatan usaha yang dapat

memperluas lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja. Pertumbuhan usaha

mikro kecil menengah akan berdampak positif pada peningkatan jumlah tenaga

kerja, pengurangan jumlah penduduk miskin, pemerataan pendapatan dan


56

pembangunan ekonomi,50 usaha mikro kecil menengah juga merupakan

stimulan perekonomian pada negara berkembang. Tidak heran apabila pernah

terjadi krisis yang melanda dunia bahkan Amerika Serikat, tetapi krisis tersebut

hampir tidak dirasakan oleh negara Indonesia yang kegiatan perekonomiannya

dijalankan oleh usaha mikro kecil menengah.

Perkembangan usaha mikro kecil menengah di Indonesia setiap tahunnya

menunjukan adanya peningkatan. Pada tahun 2018 data menunjukan bahwa

jumlah usaha mikro kecil menengah di Indonesia mencapai 64,19 juta unit,

sedangkan tahun 2019 data usaha mikro kecil menengah tersebut meningkat

menjadi 65,48 juta unit. Kondisi ini merupakan hal positif yang harus terus

dikembangkan agar peningkatan jumlah unit usaha mikro kecil menengah ini

dapat memberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Pada tahun 2017 dan 2018 kontribusi usaha mikro kecil

menengah terhadap pangsa pasar mencapai angka 99,99 %.

Belakangan ini, negara berkembang mulai mempertimbangkan

pentingnya usaha mikro kecil menengah karena tiga alasan yaitu: alasan

pertama karena kinerja usaha mikro kecil menengah cenderung lebih baik

dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Ke dua, sebagai bagian dari

dinamikanya, usaha mikro kecil menengah biasanya meningkatkan

produktivitas melalui investasi dan perubahan teknologi. Ke tiga, secara umum

50
Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, Yogyakarta: UPPAMP
YKPN, 2003, hlm. 37.
57

diyakini bahwa usaha mikro kecil menengah memiliki keunggulan

dibandingkan perusahaan besar dalam hal fleksibilitas.51

Selain potensi yang dimiliki usaha mikro kecil menengah terdapat

keunggulan-keunggulan usaha mikro kecil menengah dibandingkan dengan

usaha besar, yaitu:

1. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam

pengembangan produk.

2. Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi

secara maksimal dan memperkuat kemandirian.

3. Kemampuan menciptakan lapangan kerja cukup banyak atau penyerapan

tenaga kerja.

4. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar

dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan dalam skala besar yang pada

umumnya birokratis.

5. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

6. Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu

mengembangkan sumber daya manusia.

7. Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan

pembangunan yang efektif.

Selain keungulan, usaha mikro kecil menengah juga memiliki

kelemahan. Salah satu kelemahan yang sering terjadi pada sektor usaha mikro

kecil menengah ialah keterbatasan modal. Modal sangat penting dalam


51
Albert Berry and Edgard Rodriquez, “Small And Medium Enterprises Dynamics In
Indonesia” Bulletin of Indonesian Economic Studies,” Vol. 37(3): page. 363-384.
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00074910152669181.
58

mengembangkan sebuah usaha. Kekuatan yang dimiliki dalam suatu usaha

berasal dari modal. Masih banyak para pelaku usaha mikro kecil menengah

yang memiliki modal yang sangat relatif rendah dan belum dapat memperluas

cakupan usaha.

Menurut WHO, covid-19 sampai saat ini telah tersebar kepada lebih dari

122 negara, termasuk Indonesia. Sementara di Indonesia sendiri, covid-19 telah

menyebar ke 279 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Dalam

penanganannya, pemerintah lebih memilih jalur kebijakan dari dua arah, yaitu

kebijakan subtansinya (pencegahan) sambil memfokuskan diri pada kebijakan

perbaikan ekonomi. Dua kebijakan yang dilaksanakan secara bersamaan

menyebabkan implementasinya tidak maksimal dan tidak konsisten, bahkan

cenderung terjadinya salah kordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Pada akhirnya dua tujuan yang ingin dicapai yaitu pemutusan rantai

penyebaran virusnya dan memperbaiki kondisi perekonomian masih belum

tercapai, bahkan semakin parah.52 Sementara pertumbuhan ekonomi

diperkirakan mengalami penurunan dari 5,4 % menjadi 2,5 %, dan bahkan bisa

menjadi minus 0,4 persen. Kondisi ini tidak hanya sekadar mendisrupsi

perekonomian tetapi juga telah menginterupsi pergerakan ekonomi.

Salah satu upaya pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan

pemerintah di masa pandemi covid-19 adalah mendorong sektor usaha mikro

kecil menengah, yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional

52
Heri Kurniawansyah, “Konsep Kebijakan Strategis Dalam Menangani Eksternalitas
Ekonomi dari Covid-19 Pada Masyarakat Rentan di Indonesia”, Indonesian Journal of Social
Sciences and Humanities, Vol. 1 No. 2, 2020: 130-139.
https://journal.publication-center.com/index.php/ijssh/article/view/117/57.
59

karena banyaknya pekerja yang terlibat langsung. Apalagi jumlah usaha mikro

kecil menengah di Indonesia mencapai 65,48 juta unit. Kelompok ini pula yang

merasakan imbas negatif dari pandemi covid-19.

Mayoritas usaha mikro kecil menengah merasakan dampak negatif dari

pandemi ini dan hanya sebagian kecil yang mengalami pertumbuhan positif.

Kondisi pandemi covid-19 ini bahkan menyebabkan mayoritas dari usaha

mikro kecil menengah yang terdampak mengalami penurunan omset lebih dari

30 %. Hanya sebagian kecil usaha mikro kecil menengah yang mengalami

peningkatan omset.

Dalam situasi pandemi ini, terdapat sekitar 37 ribu usaha mikro kecil

menengah yang mengajukan laporan jika mereka terkena efek serius dari

dampak covid-19. Efek serius itu ditandai sekitar 56 % terdapat penurunan

hasil penjualan dan juga melaporkan sekitar 22 % terkait problem pembayaran

dari aspek pembiayaan. 15 % lainnya melaporkan bahwa hanya terkait problem

distribusi barang serta yang terakhir adalah 4 % melaporkan kesulitan

mendapatkan bahan baku mentah.

Usaha mikro kecil menengah melakukan sejumlah upaya untuk

mempertahankan kondisi usahanya. Mereka melakukan sejumlah langkah

efisiensi seperti menurunkan produksi barang/jasa, mengurangi jam kerja dan

jumlah karyawan dan saluran penjualan atau pemasaran. Meski begitu, ada

juga usaha mikro kecil menengah yang mengambil langkah sebaliknya, yaitu

menambah saluran pemasaran sebagai bagian strategi bertahan.


60

Pandemi covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap usaha

mikro kecil menengah. Hasil survey dari beberapa lembaga (BPS, Bappenas,

dan World Bank) menunjukan bahwa pandemi ini menyebabkan banyak usaha

mikro kecil menengah kesulitan melunasi pinjaman serta membayar tagihan

listrik, gas, dan gaji karyawan. Beberapa diantaranya sampai harus melakukan

pemutusan hubungan kerja. Kendala lain yang dialami usaha mikro kecil

menengah, antara lain sulitnya memperoleh bahan baku, permodalan,

pelanggan menurun, distribusi dan produksi terhambat. Selain itu, perubahan

perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis juga perlu diantisipasi oleh para

pelaku usaha karena adanya pembatasan kegiatan. Konsumen lebih banyak

melakukan aktivitas di rumah dengan memanfaatkan teknologi digital

sedangkan perubahan lanskap industri dan peta kompetisi baru ditandai dengan

empat karateristik bisnis yaitu hygiene, low-touch, less crowd, dan low-

mobility.

Dari kondisi tersebut, dapat terlihat bahwa sektor usaha mikro kecil

menengah yang mayoritas pelakunya adalah warga kelas menengah ke bawah

terdampak besar akibat pandemi covid-19. Perusahaan yang sukses di era

pandemi merupakan perusahaan yang dapat beradaptasi dengan empat

karakteristik tersebut. Pelaku usaha usaha mikro kecil menengah perlu

berinovasi dalam memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan

pasar. Para pelaku usaha ini juga dapat menumbuhkembangkan berbagai

gagasan dan ide usaha baru yang juga dapat berkontribusi sebagai pemecah

persoalan sosial-ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi covid-19.


61

Dibutuhkan penanganan yang serius dan kebijakan yang tegas dan tepat

sasaran untuk menyelesaikan krisis ekonomi tersebut. Untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi di kala pandemi covid-19 ini, pemerintah Indonesia

mengeluarkan kebijakan yang terangkum ke dalam 3 (tiga) stimulus yaitu

stimulus fiskal, non fiskal dan sektor ekonomi.53 Ketiga stimulus yang

berkaitan dengan segala kebutuhan masyarakat terlebih pada beberapa bidang

antara lain bidang usaha, bidang bisnis, bidang pajak dan lain sebagainya.

Menteri Keuangan juga telah mengkoordinasikan hal ini bersama-sama dengan

beberapa institusi seperti bank, otoritas jasa keuangan, lembaga penjamin

simpanan dan lain sebagainya.

Koordinasi tersebut telah memberikan beberapa keputusan dan terdapat

dalam keputusan presiden. Untuk meminimalisir efek negatif dari covid-19,

tiga kebijakan ini dikeluarkan untuk membantu beberapa sektor yang ada

dalam masyarakat diantaranya:

1. Stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,

seperti:

a. Melakukan bebas pajak penghasilan atau PPh Pasal 21 selama 6 bulan

untuk industri pengolahan. Mempertahankan daya kosumsi masyarakat

yang bekerja di sektor industri. Peraturan ini mulai berlaku bulan April

hingga September 2020.

53
Moch.Sulchan, “Analisis Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Memberikan
Stimulus Ekonomi Terhadap UMKM Terdampak Pandemi Covid-19”, JAE: Jurnal Akuntansi dan
Ekonomi, Vol. 6 No. 1, Tahun 2021.
https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akuntansi/article/view/14954/1987.
62

b. Memberikan tunda pembayaran penghasilan impor atau PPh Pasal 22

selama 6 bulan. Peraturan ini berlaku dari April hingga September 2020.

c. Memberikan keringanan pajak PPh Pasal 25 sebesar 60 % selama 6

bulan. Peraturan berlaku dari bulan April hingga September 2020.

Program ini memberikan ruang cash flow untuk industri dengan

keringanan pajak, berlaku pada April hingga September 2020.

d. Memberikan bebas pajak bagi restoran dan hotel selama 6 bulan.

Program tersebut berlaku untuk 10 destinasi wisata dan 33 kota dan

kabupaten. Peraturan ini berlaku pada bulan April hingga September

2020.

e. Memberikan penyaluran untuk bantuan sosial secara cepat, subsidi untuk

perumahan rakyat hingga program kartu pra-kerja.

f. Memberikan diskon-diskon khusus untuk tiket pesawat ke penerbangan

tempat wisata tertentu.

g. Bantuan dan asuransi kepada para tenaga kesehatan yang menangani

pasien-pasien yang terjangkit covid-19.

h. Relaksasi restitusi untuk pajak pertambahan nilai atau PPN dipercepat

selama 6 bulan. Digunakan untuk memberikan keringanan likuiditas pada

perusahaan yang terdampak pandemi covid-19.

2. Stimulus non fiskal yang berkaitan dengan ekspor dan impor

Kebijakan non fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan

dapat meringankan kegiatan ekspor dan impor disaat pandemi covid-19

seperti:
63

a. Mempercepat kegiatan impor dan ekspor untuk pelaku usaha yang

memiliki reputasi yang baik.

b. Mempercepat proses impor dan ekspor dengan national logistic system.

c. Pengurangan atau penyederhanaan pelarangan terbatas untuk kegiatan

ekspor sehingga bisa memberikan kegiatan ekspor berjalan lancar serta

dapat meningkatkan persaingan ekspor.

d. Pengurangan atau penyederhanaan pelarangan terbatas untuk kegiatan

impor perusahaan yang berstatus sebagai produk pangan yang strategis,

produsen dan komoditi obat, hortikultura, makanan dan bahan obat.

3. Stimulus untuk sektor keuangan

Terdapat beberapa kebijakan yang dikeluarkan untuk membantu

sektor perekonomian di antaranya:

a. Otoritas jasa keuangan memberikan relaksasi atau kelonggaran untuk

emiten melakukan buy-back saham tanpa melakulan mekanisme dalam

rapat umum pemegang saham.

b. Relaksasi atau kelonggaran restrukturisasi kredit.

c. Relaksasi pembayaran untuk iuran program jaminan sosial pada tenaga

kerja yang bekerja di sektor yang terkena dampak covid-19.

d. Bank Indonesia membuat aturan untuk underlying transaksi untuk para

investor yang masuk Indonesia agar memperluas untuk melindungi nilai

tukar rupiah.

e. Adanya penurunan untuk suku bunga acuan Indonesia 50 BPS dan giro

wajib minimum rupiah maupun valuta asing


64

Prediksi pertumbuhan ekonomi global perlu dijadikan input bagi

pemerintah dalam merancang kebijakan-kebijakan ekonomi terutama solusi

bagi usaha mikro kecil menengah. Sejumlah ahli ekonomi telah merilis dan

memberikan prediksi mengkhawatirkan terkait pertumbuhan ekonomi global di

tahun 2020, seperti JP Morgan dengan prediksinya pertumbuhan ekonomi

minus 1,1 %, dan IMF dengan prediksinya minus 3 % untuk pertumbuhan

ekonomi global tahun 2020. Sementara dalam pertumbuhan perekonomian

yang ada di negara Indonesia IMF meramal bahwa negara Indonesia masih

akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan positif sebesar

6,5 % dari target yang sudah ditentukan di awal sebesar 5 % di tahun 2020.

Sementara Menteri Keuangan juga memprediksikan bahwa pertumbuhan

perekonomian negara Indonesia juga akan masih berkembang sekitar 0,3

sampai dengan 2,8 % di tahun 2020 pasca pandemi covid-19 ini. Pada angka-

angka tersebut bisa kita simpulkan bahwa pada jumlah usaha mikro kecil

menengah dan kontribusi serta opini prediksi dalam pertumbuhan ekonomi

global di Indonesia ini mendapatkan salah satu perhatian khusus yang cukup

serius dan bisa menjadi salah satu acuan dalam evaluasi pada negara atau

pemerintahan dalam merancang kebijakan-kebijakan terkait strategi yang tepat

untuk eksistensi usaha mikro kecil menengah yang berada di Indonesia.

Pada situasi pandemi saat ini cukup memberikan tantangan yang berat

sekaligus menjadi awal peluang bagi pemerintah dalam memunculkan

eksistensi wirausaha usaha mikro kecil menengah baru, diartikan perlu adanya

solusi jangka pendek untuk membantu usaha mikro kecil menengah dan
65

pekerja yang tergabung di dalamnya. Dilanjutkan dengan solusi jangka

panjang, apalagi jika dikaitkan dengan era industri 4.0 yang mensyaratkan

ketersediaan teknologi digital untuk mendukung aktifitas ekonomi.

Ada beberapa solusi jangka pendek untuk tetap menjaga eksistensi usaha

mikro kecil menengah. Beberapa solusi perlu dipertimbangkan untuk dilakukan

yaitu protokol kesehatan ketat dalam menjalankan aktivitas ekonomi oleh

usaha mikro kecil menengah, penundaan pembayaran hutang atau kredit untuk

menjaga likuiditas keuangan usaha mikro kecil menengah, bantuan keuangan

bagi usaha mikro kecil menengah, dan kebijakan struktural. Pertama,

pemberlakuan protokol kesehatan ketat dalam menjalankan aktifitas ekonomi

usaha mikro kecil menengah, seperti, penggunaan masker pada saat

beraktivitas di luar rumah, memakai sarung tangan, dan jaga jarak (social

distancing) dapat dilakukan untuk meminimalisir penyebaran covid-19. Hal ini

memerlukan kerjasama dan pengawasan dari instansi terkait yang berwenang

terhadap pelaksanaan protokol covid-19 agar bisa berjalan dengan baik.

Ke dua, pemerintah melakukan kebijakan struktural seperti memberikan

relaksasi kredit bagi pelaku usaha mikro kecil menengah sebagai bentuk

bantuan penundaan pembayaran kredit atau keringanan pembayaran. Selain itu,

dalam proses menyederhanakan administrasi untuk mendapatkan pinjaman

pada musim pandemi saat ini. Hal ini mampu untuk dilaksanakan oleh para

pelaku usaha mikro kecil menengah karena hal ini bertujuan agar para pelaku

usaha mikro kecil menengah khususnya para pekerja tetap mampu tetap
66

mempertahankan tingkat konsumsi serta daya belinya dan mendukung

berjalannya roda perekonomian nasional.

Ke tiga, bantuan kepada para pelaku usaha mikro kecil menengah.

Pemerintah telah menyediakan beberapa anggaran sebesar kurang lebih Rp.

70,1 triliun untuk intensif sebagai dana perpajakan dan sebagai stimulus untuk

perkreditan rakyat dari total anggaran yang sudah disediakan senilai Rp. 405,1

triliun guna untuk mengatasi pandemi covid-19 melalui APBN 2020.

Pelaksanaan anggaran tersebut harus dilaksanakan dengan transparan jelas

serta tepat sasaran agar eksistensi usaha mikro kecil menengah serta beberapa

aktivitas perekonomian tetap mampu terjaga. Selain anggaran yang telah

ditetapkan pemerintah juga menggandeng atau mendorong beberapa sektor-

sektor diantaranya sektor perbankan baik itu bank milik negara maupun milik

swasta agar dapat memberikan bantuan berupa pinjaman untuk beberapa

pelaku usaha mikro kecil menengah dengan sedikit memberikan kemudahan

dalam proses peminjaman. Maka dari itu pemerintah mengajak beberapa bank

agar tetap terhadap mekanisme peminjaman tapi juga harus memberikan

kompensasi yang tidak memberatkan kepada beberapa peminjam yang

peminjamnya tersebut adalah para pelaku usaha mikro kecil menengah. Hal ini

bertujuan agar tidak ada penyalahgunaan kebijakan yang akan merugikan salah

satu pihak nantinya.

Ke empat, untuk kebijakan pada jangka panjang tidak hanya pada saat

pandemi covid-19. Kebijakan ini meliputi kebijakan-kebijakan jangka pendek

bagi usaha mikro kecil menengah yaitu pengenalan teknologi digital dan
67

pelatihan bagi para pelaku dan pekerja usaha mikro kecil menengah serta

kebijakan panjang bagi usaha mikro kecil menengah untuk beradaptasi dengan

penggunaan teknologi untuk proses produksi, penggunaan media teknologi

digital untuk mempromosikan produk usaha mikro kecil menengah, dan

menemukan pasar potensial bagi produk yang dihasilkan. Dalam jangka

pendek, perlu adanya pendampingan bagi para pelaku usaha mikro kecil

menengah untuk dapat memanfaatkan media e-commerce untuk menjual

produk-produk mereka. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa

pada tahun 2018 baru 3,79 juta usaha mikro kecil menengah (atau sekitar 8 %)

yang memanfaatkan platform online untuk memasarkan produknya.

Pemerintah dapat memulainya dengan membuat peta jalan

pengembangan usaha mikro kecil menengah dalam menghadapi era industri

4.0 mulai dari pelatihan ulang (re-training) para pekerja usaha mikro kecil

menengah guna beradaptasi dengan penggunaan teknologi produksi baru dan

teknologi digital, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan program

internet masuk desa, pelibatan dunia akademisi dan usaha besar dalam

pendampingan pengenalan dan penggunaan teknologi produksi dan media

digital, serta menghidupkan kembali program kemitraan usaha besar dan usaha

mikro kecil menengah. Kebijakan struktural ini dilakukan untuk mendukung

penguatan usaha mikro kecil menengah sekaligus mendukung pengembangan

usaha mikro kecil menengah di era industri 4.0.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk membantu usaha mikro kecil

menengah bertahan dalam situasi pandemi ini adalah dengan memanfaatkan


68

dana tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan

swasta dan BUMN. Pemerintah perlu mengeluarkan instruksi dan pedoman

untuk seluruh BUMN agar mengalihkan dana tanggung jawab sosial dan

lingkungan yang ada untuk membantu secara langsung usaha mikro kecil

menengah yang terdampak pandemi covid-19. Melibatkan usaha mikro kecil

menengah dalam proses produksi BUMN bisa dengan berbagai bentuk,

misalnya bila BUMN bergerak dalam produksi farmasi seperti produksi alat

pelindung diri, masker dan pakaian medis lain bisa melibatkan usaha mikro

kecil menengah dalam proses produksinya. Melihat potensi pasar mengenai

kebutuhan alat pelindung diri baik untuk kebutuhan domestik maupun

internasional, peluang ini dapat dimanfaatkan sekaligus memberi rasa aman

ancaman pemutusan hubungan kerja atau penutupan produksi yang dialami

usaha mikro kecil menengah dalam jangka pendek.

Melihat potensi pasar mengenai kebutuhan alat pelindung diri baik untuk

kebutuhan domestik maupun internasional, peluang ini dapat dimanfaatkan

sekaligus memberi rasa aman dari ancaman pemutusan hubungan kerja atau

penutupan produksi yang dialami usaha mikro kecil menengah dalam jangka

pendek. Untuk perusahaan swasta, dana tanggung jawab sosial dan lingkungan

juga bisa dialihkan untuk membantu usaha mikro kecil menengah yang berada

di sekitar perusahaan tersebut berada. Bentuk bantuan bisa dalam bentuk

bantuan langsung seperti pemberian paket sembako atau pembelian

produk-produk usaha mikro kecil menengah untuk kemudian disalurkan ke


69

tempat lain. Tindakan seperti ini setidaknya dalam jangka pendek mampu

memberikan rasa aman para pelaku usaha mikro kecil menengah.

Salah satu solusi penting pemulihan usaha mikro kecil menengah adalah

insentif bagi usaha mikro kecil menengah melalui program Pemulihan

Ekonomi Nasional pemerintah pusat di tahun 2020 dan dilanjutkan di tahun

2021. Hasilnya adalah sebagian sektor informal dan usaha mikro kecil

menengah dapat bertahan menghadapi dampak pandemi covid-19. Artinya

tidak mengalami krisis yang sangat berat dibandingkan beberapa industri besar.

Selain itu, program ini diharapkan dapat membantu menekan penurunan

pemutusan hak kerja pada usaha mikro kecil menengah. Pasalnya, berdasarkan

data BPS per Agustus 2020, terdapat penciptaan kesempatan kerja baru dengan

penambahan 760 ribu orang yang membuka usaha dan kenaikan 4,55 juta

buruh informal.

Dalam penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional atau dukungan

usaha mikro kecil menengah secara khususnya, pemerintah harus memastikan

bahwa dana dukungan dapat disalurkan secara cepat dan tepat sasaran.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kurang terintegrasinya data usaha

mikro kecil menengah yang ada. Selain itu, skema dukungan usaha mikro kecil

menengah melalui subsidi bunga kredit usaha rakyat juga perlu mendapat

perhatian lebih mengingat masih banyaknya usaha mikro kecil menengah yang

masih belum tersentuh layanan perbankan.

Hingga 11 Mei 2021 tercatat realisasi penyaluran bantuan khusus untuk

program dukungan usaha mikro kecil menengah telah terealisasi sebesar Rp.
70

40,23 triliun atau 20,8 % dari pagu sebesar Rp. 191,13 triliun. Realisasi untuk

program Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp. 12,8 triliun atau

sebesar 88,11 % dari pagu yang mencapai Rp. 15,36 triliun.

Pemerintah juga terus berupaya mendorong para pelaku usaha mikro

kecil menengah untuk on board ke platform digital melalui Program Gerakan

Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), dimana hingga akhir tahun

2020 sudah terdapat 11,7 juta usaha mikro kecil menengah on boarding. Pada

tahun 2030 targetnya jumlah usaha mikro kecil menengah yang go digital akan

mencapai 30 juta unit.

Perluasan ekspor produk Indonesia bagi usaha mikro kecil menengah

juga dilakukan melalui ASEAN Online Sale Day (AOSD) di tahun 2020. Dari

64,20 juta usaha mikro kecil menengah di Indonesia, sebanyak 64,13 juta

masih merupakan usaha mikro kecil yang masih berada di sektor informal

sehingga perlu didorong untuk bertransformasi ke sektor formal. Dorongan

usaha mikro kecil menengah untuk memanfaatkan platform digital sangat

dibutuhkan apalagi pada kondisi pandemi covid-19 saat ini. Pemanfaatan

platform digital dapat meningkatkan efisiensi serta menambah saluran

penjualan atau pemasaran sektor usaha mikro kecil menengah yang saat ini

terbatas akses fisiknya dengan pelanggan atau pengguna jasa.

Percepatan vaksinasi juga didorong untuk memulihkan kepercayaan

konsumsi masyarakat termasuk bagi karyawan dan pelaku usaha mikro kecil

menengah di seluruh Indonesia. Vaksinasi sudah dan akan diberikan secara

gratis untuk mencapai herd immunity dari 181,55 juta penduduk. Namun
71

program vaksinasi gotong royong pendanaannya dibebankan pada badan

hukum atau badan usaha yang mampu. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor HK 01. 07/Menkes/4643/2021 tentang Penetapan Besaran Harga

Pembelian Vaksin Produksi Sinopharm, pemerintah menetapkan harga vaksin

senilai Rp. 321.660 per dosis, ditambah biaya penyuntikan Rp. 117.910

sehingga total harga menjadi Rp. 879.140 per dua kali suntikan.

Asosiasi usaha mikro kecil menengah menyatakan bahwa kemampuan

usaha mikro kecil menengah untuk mengikuti program vaksinasi gotong

royong jauh di bawah nominal yang ditetapkan oleh pemerintah dan

menganggap harga yang ditetapkan oleh pemerintah terlalu mahal. Hal tersebut

berpotensi membuat banyak perusahaan terutama usaha mikro kecil menengah

tidak mau mengikuti program sehingga percepatan pelaksanaan vaksinasi

terkendala. Sehubungan masalah ini, pemerintah perlu mempertimbangkan

untuk memberikan subsidi khusus untuk program vaksinasi gotong royong bagi

badan usaha yang memang tidak mampu. Selain itu, pemerintah akan

mendukung sektor hotel, restoran, kafe melalui restrukturisasi kredit dan

penjaminan kredit kemudian, relaksasi kebijakan restrukturisasi kredit

perbankan, perluasan penjaminan kredit korporasi berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 32 Tahun 2021, subsidi bunga untuk usaha mikro

kecil menengah, baik kredit usaha rakyat dan non kredit usaha rakyat, serta

penambahan plafon kredit usaha rakyat tahun 2021 dari sebesar Rp. 253 triliun

menjadi Rp. 285 triliun, mengoptimalkan pemanfaatan kawasan ekonomi

khusus serta melanjutkan program kartu prakerja.


72

Kebijakan pemerintah dalam membentuk holding BUMN ultra mikro

pada semester II tahun 2021 juga dianggap dapat mendorong pemberdayaan

usaha mikro kecil menengah. Pembentukan holding BUMN ultra mikro

dibutuhkan untuk menyinergikan gerak ketiga perusahaan yaitu PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Pegadaian (Persero), dan PT. Permodalan

Nasional Madani (Persero). Tanpa holding, gerak tiga perusahaan negara ini

dalam mengembangkan pelaku usaha mikro kecil menengah dan usaha mikro

berjalan sendiri-sendiri. Pembentukan holding BUMN ultra mikro diharapkan

dapat memastikan terciptanya penyaluran pembiayaan kredit mikro yang lebih

terarah, dengan bunga lebih rendah, serta mudah dan mampu menjangkau

banyak calon nasabah. Manfaat yang diharapkan tersebut akan dapat

mendukung pelaku usaha mikro kecil menengah untuk mendapatkan pasar dan

peluang pemasaran yang lebih luas dari sebelumnya. Dengan adanya holding

BUMN ini juga diharapkan dapat mengatasi masalah data usaha mikro kecil

menengah yang saat ini masih belum terintegrasi.

Peran pemerintah pusat dalam pengembangan usaha mikro kecil

menengah ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini

sangat penting mengingat tujuan pemerintah adalah menjamin agar usaha

mikro kecil menengah dapat tetap bertahan dalam memajukan usahanya dan

tetap dapat meningkatan perekonomiannya baik di saat masih terjadi pandemi

covid-19 maupun pasca pandemi covid-19. Dibutuhkan strategi untuk jangka

panjang sebagai upaya agar pengembangan usaha mikro kecil menengah ini

dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengembangan model


73

pemasaran usaha mikro kecil menengah yang modern dengan menggunakan

teknologi digital sebagai sarana memperkenalkan produk, serta berkolaborasi

dengan pemerintah daerah agar implementasi kebijakan pemerintah pusat

dalam memberdayakan dan mengembangkan usaha mikro kecil menengah

dapat terlaksana. Strategi kebijakan jangka panjang yang dilakukan pemerintah

pusat diantaranya adalah:

1. Pemerintah pusat mengeluarkan satu kebijakan program prakerja sebagai

salah satu fasilitas untuk pelaku usaha usaha mikro kecil menengah

mengasah kemampuan untuk mengembangkan usahanya. Pelaku usaha

mikro kecil menengah diberikan pandangan tentang pemanfaatan teknologi

digital secara umum dan teknologi digital secara khusus agar tetap bertahan

di masa pandemi covid-19 maupun pasca pandemi covid-19.

2. Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan penggunaan teknologi digital

sebagai sarana pemasaran dalam bisnis usaha mikro kecil menengah.

Penggunaan tekonologi digital ini dilakukan dengan tujuan untuk

mendukung kemajuan dan perkembangan aktivitas ekonomi.

3. Pemerintah pusat dalam memberikan edukasi penggunaan teknologi digital

sebagai sarana pemasaran dalam bisnis usaha mikro kecil menengah dapat

melakukan model pembinaan dengan menyediakan lembaga akademis

dalam bidang kewirausahaan dan manajemen bisnis agar pelaku usaha

mikro kecil menengah dapat memiliki pandangan mengenai dunia usaha.

4. Pemerintah pusat melakukan kerjasama dengan perusahaan BUMN maupun

BUMS agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat memberikan bimbingan


74

dan membina usaha mikro kecil menengah sebagai mitra pengembangan

bisnisnya.

Peran usaha mikro kecil menengah yang begitu penting, bukan hanya

dibutuhkan perencanaan yang matang saja, namun juga dibutuhkan komitmen

yang kuat untuk dapat mengembangkan energi potensial dari usaha mikro kecil

menengah. Mengingat upaya pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro

kecil menengah ini bukan hanya untuk kebijakan jangka pendek, tetapi juga

diberlakukan sebagai kebijakan jangka panjang yang terus berkelanjutan. Maka

komitmen yang kuat juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan

pemberdayaan usaha mikro kecil menengah.

Dalam Pasal 17 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 96 Tahun

2020 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah,

pemerintah bertugas menyelenggarakan kebijakan di bidang usaha mikro kecil

menengah. Bentuk implementasi dari kebijakan serta mengkoordinasikan dan

mengsinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang usaha mikro kecil

menengah telah diatur dalam Pasal 18 yang menyatakan bahwa pemerintah

pusat akan memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah. Implementasi

pemerintah pusat memberikan bimbingan ini dilakukan oleh semua unsur di

lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah.

Sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam

menyelenggarakan kebijakan sebagai pedoman pembaharuan untuk

kelangsungan kegiatan usaha pelaku usaha mikro kecil menengah di tengah


75

pandemi covid-19 ini yaitu dengan penggunaan teknologi yang terintegrasi.

Pemerintah pusat telah mengatur dalam Pasal 71 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Tentang

Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil

Menengah yang menyatakan bahwa pemasaran produk usaha mikro kecil

menengahdapat melalui perdagangan elektronik maupun non elektronik.

Pemasaran produk usaha mikro kecil menengah ini dapat dilakukan dengan

menyediakan tempat untuk promosi dan pengembangan usaha mikro kecil

menengah, memfasilitasi para pelaku usaha usaha mikro kecil menengah

dengan menggelar pameran dalam negeri maupun luar negeri, mengembangkan

kapasitas logistik, melakukan literasi digital serta melakukan pengembangan

bisnis online sebagai sarana untuk membantu para pelaku usaha usaha mikro

kecil menengah untuk memasarkan produknya dengan menjual secara online

dalam pasar digital.

Melalui model pemasaran secara online pelaku usaha usaha mikro kecil

menengah bisa mendapatkan konsumen hingga melakukan perluasan

pelanggan dengan mudah. Dengan model pemasaran ini pelaku usaha usaha

mikro kecil menengah mengubah metode jualnya dari yang sebelumnya

tradisional beralih menjadi metode jual yang berbasis online dari mulai tahap

promosi hingga ke tahap jual. Sehingga meskipun masih dalam masa pandemi

covid-19, pelaku usaha usaha mikro kecil menengah yang sudah menggunakan

metode jual melalui marketplace akan tetap mampu bertahan dalam


76

mengembangkan usahanya dibandingkan dengan pelaku usaha usaha mikro

kecil menengah yang masih menggunakan metode jual tradisional (offline).

B. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah

Yang Terdampak Pandemi Covid-19

Pada saat ini bentuk aktivitas ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia

adalah bergerak dalam usaha mikro kecil menengah. Sebenarnya dalam banyak

literatur, usaha mikro kecil menengah mempunyai istilah lain yang sering

disebut ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang

berbasis pada kekuatan rakyat. Pengembangan sistem ekonomi kerakyatan

ibarat “perang gerilya ekonomi” yang bisa diwujudkan dengan pengembangan

dan pemihakan penuh pada ekonomi rakyat, lewat upaya penanggulangan

kemiskinan, serta menghapus ketimpangan ekonomi dan sosial.54 Ekonomi

kerakyatan menunjuk pada sila ke empat Pancasila, yang menekankan pada

sifat demokratis sistem ekonomi Indonesia.

Ekonomi kerakyatan disebut juga demokrasi ekonomi, karena sistem ini

mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan

Sosial. Secara normatif, ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 sering dipahami sebagai sistem ekonomi yang

layak dipakai oleh bangsa Indonesia. Pada Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan bahwa

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.


54
Adi Sulistyo dan M. Rustamaji, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, Sidoarjo: Masmedia
Buana Media, 2009, hlm. 41.
77

Asas ini dapat dipandang sebagai asas bersama (kolektif). Artinya ekonomi

tidak dipandang sebagai wujud sistem persaingan liberal, akan tetapi ada

nuansa moral dan kebersamaannya.

Demokrasi ekonomi disebut juga dengan ekonomi kerakyatan bisa juga

diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang disusun oleh usaha kecil dan

menengah yang merupakan mayoritas dari unit usaha dan menyerap sebagian

besar tenaga kerja. Dengan demikian menjadi jelas, bahwa ekonomi kerakyatan

lebih merujuk pada sistem perekonomian yang secara konstitusional berlaku di

Indonesia, dimana ekonomi rakyat adalah sektor-sektor ekonomi yang dihuni

oleh pelaku ekonomi yang berukuran kecil menengah. Sektor-sektor ini yang

sekarang dikenal dengan istilah usaha mikro kecil menegah.55

Pada akhir tahun 2008, diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-

undang ini adalah bentuk sikap politik pemerintah dalam melakukan penguatan

ketahanan ekonomi nasional khususnya di bidang usaha mikro kecil menengah.

Seperti yang termaktub dalam konsideran huruf c yang menyebutkan bahwa

pemberdayaan usaha mikro kecil menengah perlu diselenggarakan secara

menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim

yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan

pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan

kedudukan, peran, dan potensi usaha mikro, kecil dan menengah dalam

55
Mukti Fajar, UMKM Di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016, hlm. 108.
78

mewujudkan pertumbuhan ekonomi pemerataan dan peningkatan pendapatan

rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Pada aspek dukungan kelembagaan, dimana faktor pengembangan

kelembagaan sangat diperlukan bagi usaha mikro kecil menengah agar tidak

selamanya menjadi pelaku usaha mikro kecil menengah yang penuh persoalan

dan hambatan. Adapun upaya pemerintah adalah dengan memfasilitasi

pengembangan usaha dalam bidang:

1. Produksi dan pengolahan seperti meningkatkan teknik produksi dan

pengolahan serta kemampuan manajemen. Memberikan kemudahan akses

untuk pengadaan sarana dan prasarana, bahan baku, pengemasan dan

persoalan teknis lainnya.

2. Pemasaran dengan cara menyebarluaskan informasi pasar, kemampuan

manajemen, dan teknik pemasaran. Dukungan promosi produk, jaringan

pemasaran, dan distribusi serta menyediakan tenaga konsultan profesional

dalam bidang pemasaran.

3. Sumber daya manusia dengan meningkatkan keterampilan manajerial dalam

bentuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan

kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.

4. Desain dan teknologi dengan meningkatkan kerja sama dan alih teknologi,

pengendalian mutu serta memfasilitasi dalam memperoleh sertifikat hak atas

kekayaan intelektual.

Adanya pandemi covid-19 mengakibatkan beberapa dampak pada bidang

di dunia, salah satunya perekonomian. Usaha mikro kecil menengah menjadi


79

salah satu yang terkena dampak pandemi covid-19. Berdasarkan data dari

Kementerian Koperasi yang menyebutkan bahwa ada 1.785 koperasi dan

163.713 pelaku usaha mikro kecil menengah terdampak pandemi covid-19.

Sebagian besar usaha mikro kecil menengah yang terkena dampak pandemi

covid-19 bergerak pada bidang kebutuhan sehari-hari, sedangkan sektor usaha

mikro kecil menengah yang paling terdampak yaitu para pelaku usaha makanan

dan minuman. Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah

menginformasikan bahwa koperasi yang bergerak pada bidang jasa dan

produksi juga paling terdampak pandemi covid-19. Para pengelola koperasi

merasakan turunnya omset penjualan mereka, bahkan kekurangan modal serta

terhambatnya distribusi di tengah pandemi. Sementara itu industri kreatif dan

pertanian juga merupakan sektor usaha mikro kecil menengah yang terguncang

selama pandemi covid-19.

Terjadinya pandemi covid-19 sangat berdampak pada menurunnya daya

beli masyarakat. Masyarakat diwajibkan untuk mengurangi interaksi dengan

orang lain dengan tujuan untuk menekan persebaran virus ini. Dengan kondisi

ini banyak konsumen yang beralih ke pembelian secara digital agar dapat

menjaga jarak dengan orang lain. Pandemi covid-19 secara tidak langsung

membuat perubahan yang sangat besar kepada sistem penjualan di Indonesia

dari yang sebelumnya dapat menjual dagangannya secara langsung terpaksa

harus menjual dagangannya secara digital (online).

Perubahan ini sangat berdampak buruk bagi usaha mikro kecil menengah

yang tidak mampu beradaptasi dengan memasarkan dagangannya secara


80

digital. Beberapa usaha mikro kecil menengah yang masih bergantung pada

penjualan di luar digital (offline) harus terpaksa gulung tikar. Adanya pandemi

covid-19 membuat beralihnya sistem penjualan dari yang biasanya offline

menjadi online atau yang biasa disebut sebagai kewirausahaan digital. Pelaku

usaha mikro kecil menengah memasarkan barang dagangannya menggunakan

sarana media sosial atau market place sebagai perantara agar mendapatkan

pembeli.

Dalam situasi pandemi covid-19, posisi usaha mikro kecil menengah

berpotensi untuk menguasai pasar dalam negeri, terutama saat kebutuhan impor

tidak bisa berjalan seperti situasi normal. Usaha mikro kecil menengah bisa

menjadi solusi memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, potensi tersebut tidak mudah

direalisasikan karena keran impor bahan baku masih di buka sehingga produksi

dalam negeri tidak terserap secara maksimal. Hal tersebut membuat pelaku

usaha mikro kecil menengah sulit menembus pasar domestik untuk urusan

bahan baku. Selain itu, penurunan volume perdagangan juga dialami oleh

pelaku usaha mikro kecil menengah yang melakukan ekspor ke luar negeri. Di

sisi lain, mereka yang bergerak di daerah tujuan wisata juga mengalami

dampak pandemi karena aturan pembatasan perjalanan yang melumpuhkan

sektor pariwisata. Dengan besarnya jumlah pelaku usaha mikro kecil

menengah, dampak pandemi akan sangat dirasakan oleh mereka serta

kemudian dapat menghambat pertumbuhan perkonomian nasional. Oleh karena

itu, pemerintah memasukan pelaku usaha mikro kecil menengah dengan

kategori miskin dan rentan miskin terdampak covid-19 sebagai penerima


81

bantuan sosial pemerintah. Pemerintah juga menerapkan berbagai kebijakan

khusus bagi usaha mikro kecil menengah agar mampu melewati tekanan

ekonomi sebagai dampak pandemi covid-19.

Dalam menanggulangi masalah yang dihadapi pelaku usaha mikro kecil

menengah dan koperasi, pemerintah melaksanakan beberapa upaya. Salah

satunya adalah, memasukan pelaku usaha mikro kecil menengah dan koperasi

sebagai penerima program bantuan pemerintah, seperti kartu prakerja subsidi

tarif listrik, dan keluarga. Pemerintah juga memberikan keringanan

pembayaran pajak selama enam bulan sejak April 2020 hingga September

2020, juga merelaksasi dan merestrukturisasi pembayaran pinjaman bagi

pelaku usaha mikro kecil menengah dan koperasi. Dalam pemberian bantuan

kepada usaha mikro kecil menengah tersebut, pemerintah juga mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020, tentang Pelaksanaan Program

Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan

Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019

(Covid-19) Dan/Atau Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan

Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan Serta

Penyelamatan Ekonomi Nasional.

Pandemi covid-19 telah menggoyangkan perekonomian tanah air pada

hampir seluruh sektor usaha. Kondisi ini mengancam bahkan sudah

mengakibatkan sebagian perusahaan menutup usahanya. Meski terdapat

kebijakan restrukturisasi utang hingga insentif pajak, namun relaksasi tersebut

bersifat sementara tanpa ada kepastian berhentinya penyebaran virus corona.


82

Dampaknya ekonomi nasional, kesehatan dan kesejahteraan menjadi tidak

menentu. Perekonomian yang masih datang dari konsumsi masyarakat, oleh

karena pandemi covid-19 ini berakibat daya beli menurun karena penurunan

produksi juga penawaran yang berakibat berkurangnya pendapatan

menimbulkan kerugian bagi para pelaku usaha.

Pemerintah telah berupaya memfokuskan penghentian penyebaran virus

lebih luas karena kondisi ini membentuk risiko krisis yang mengancam

perekonomian. Berbagai kebijakan seperti bantuan sosial, restrukturisasi kredit

hingga insentif pajak telah diupayakan pemerintah untuk mendukung dunia

usaha bertahan menghadapi krisis dalam masa pandemi ini. Dana yang

dialirkan akan habis karena sumber masalah tidak dipadamkan dan penyebaran

virus semakin meningkat serta masalah ekonomi juga semakin meningkat.

Masalah usaha mikro kecil menengah di masa pandemi covid-19 ini perlu

diberikan payung hukum, sehingga dengan payung hukum usaha mikro kecil

menengah dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan tertib dan teratur,

punya nilai kepastian hukum, serta keadilan yang diberikan apabila suatu

ketika terdapat permasalahan. Perlindungan hukum yang mengatur

perekonomian dapat kita ditemukan penjabarannya dalam hierarki perundang-

undangan yang berlaku di negara kita. Payung utama perundang-undangannya

bisa kita lihat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 alinea 4, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 dan Pasal 34 Ayat (1), dan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
83

Menengah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 33 dan Pasal 34 Ayat (1) mengatur tentang perekonomian dan

kesejahteraan sosial.

Pembangunan hukum bukan hanya mengenai aturan atau substansi

hukum namun juga tentang kelembagaan hukum dan budaya hukum

masyarakat. Mengenai pembangunan hukum dan mewujudkan pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan, menjaga iklim investasi perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari pemerintah terutama penegakan dan perlindungan

demi mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi covid-19 ini.

Sebagai negara hukum, Indonesia melaksanakan tanggungjawab terhadap

pembangunan ekonomi sesuai hukum positif yang berlaku. Tanggung jawab di

bidang pembangunan ekonomi tidak hanya dibebankan kepada pemerintah

pusat semata, namun juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai

kewenangan yang melekat padanya berdasarkan prinsip desentralisaasi.56

Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtsstaat). Hal ini

tertuang dalam Pasal 1 Ayat (3) amandemen ke tiga Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Konsep negara hukum Indonesia

didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dalam

arti formal dan juga dalam artian material yaitu sebagai suatu negara

kesejahteraan (welfare state) atau negara kemakmuran. Terwujudnya

masyarakat adil dan makmur secara merata berdasarkan Pancasila adalah


56
Kardin M. Simanjuntak, “Implementasi Kebijakan Desentralisasi Pemerintah Di
Indonesia”, Jurnal Bina Praja, Vol. 7 No. 2 (2015).
https://jurnal.kemendagri.go.id/index.php/jbp/article/view/38.
84

tujuan yang ingin dicapai bangsa Indonesia, hal tersebut terlihat dari penerapan

konsep dan pola negara hukum pada umumnya, yang di negara kita telah

disesuaikan dengan kondisi, yaitu menggunakan tolok ukur pandangan Bangsa

Indonesia.

Tujuan terbentuknya negara bukan hanya untuk memelihara ketertiban

dan keamanan, sebagaimana konsep negara penjaga malam (nachtwakersstaat)

namun aktif dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan rakyat. Negara

tidak dapat tinggal diam dengan alasan tidak dapat mencampuri urusan

masyarakat. Mengingat penolakan terhadap campur tangan negara (paham

liberal) yang memandang bahwa prinsip pasar bebas ini sesuai dengan

pelaksanaan keadilan.

Paham liberalisme tidak sesuai dengan asas demokrasi ekonomi kita

sebagaimana dikehendaki konstitusi Indonesia yang terkandung pada Pasal 33

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Asas

demokrasi ekonomi Indonesia menghendaki kebersamaan yang berasas

kekeluargaan. Terciptanya kesejahteraan bersama dalam kehidupan

masyarakat, baik yang menyangkut kepentingan ekonomi, sosial, budaya,

hukum, pendidikan maupun kepentingan politik, merupakan kewajiban dan

jaminan negara sebagai konsep negara kesejahteraan.57

Negara perlu memperluas tanggung jawab kepada masalah-masalah

sosial ekonomi dalam masyarakat, sesuai konsep negara kesejahteraan,

sehingga mengakomodir hambatan-hambatan yang dialami usaha mikro kecil

57
Lutfi J. Kurniawan dan Mustafa Lutfi, Perihal Negara, Hukum dan Kebijakan Publik,
Semarang: Setara Press, 2011, hlm. 12.
85

menengah dalam menjalankan usahanya. Negara kesejahteraan sebagai

perlindungan negara terhadap masyarakat terutama kelompok lemah, seperti

orang miskin, cacat, pengangguran. Sebagai negara hukum, aktifitas berbangsa

serta bernegara antara pemerintah dan rakyatnya sepantasnya tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku. Hukum dalam konteks luas, baik

yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis yang sesuai dengan nilai-nilai yang

hidup dalam masyarakat.

Berdasarkan tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tertuang

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 di atas menunjukan bahwa Indonesia menganut konsep negara

kesejahteraan, yang mana tanggung jawab atas kesejahteraan warga itu

berdasarkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan. Bentuk tanggung jawab negara

dilihat dalam berbagai campur tangan di bidang ekonomi terutama dalam

mewujudkan pemerataan berusaha dan melindungi usaha kecil dari situasi

pembangunan ekonomi bangsa. Campur tangan negara tersebut dilakukan

dengan mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan di bidang

ekonomi, yang berkaitan dengan usaha mikro kecil menengah. Tidak hanya

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, di dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 juga termuat mengenai negara kesejahteraan tersebut.

Tersirat dari hal tersebut di atas yang dapat dimaknai mengenai

pembangunan ekonomi adalah menciptakan kondisi kegiatan ekonomi yang

memberikan kesempatan bagi pemerataan pendapatan yang adil bagi seluruh


86

rakyatnya.58 Sehingga penting diperhatikan mengenai perlindungan pelaku

usaha mikro kecil menengah yaitu pengaturannya berdasarkan prinsip hukum

yang berdasarkan keadilan sosial dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada Pasal 33 Ayat (4) Amandemen

ke empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 45 secara

tegas memasukan prinsip demokrasi ekonomi yang berkelanjutan dalam rangka

penyelenggaraan perekonomian nasional yang maju dan bersatu.

Fungsi hukum dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun

tidak cukup dalam fungsinya yang tradisional yaitu untuk menjamin adanya

kepastian dan ketertiban, namun hukum sebagai sarana pembaharuan selain

sebagai pengatur atau sarana pembangunan menyalurkan kegiatan manusia ke

arah yang diinginkan oleh pembangunan dan pembaharuan. Dalam

menjalankan fungsinya hukum dimanfaatkan sebagai perencanaan dan

penanggulangan, karena merupakan hasil penjelajahan ide yang mengatur

kehidupan masyarakat guna memberi kepastian, pengaman, pelindung, dan

penyeimbang yang dipercaya mengawal perubahan sosial juga sarana

pembangunan. Hukum merupakan asas dan kaidah yang mengatur kehidupan

manusia, yang mewujudkan berlakunya asas dan kaidah itu menjadi nyata.

Kehadiran hukum dalam masyarakat yang menghubungkan dan mengatur

kepentingan organisasi dalam masyarakat, berperan meminimalkan gejolak

dalam proses terwujudnya.

58
Gunarto Suhardi, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya, 2002, hlm. 19.
87

Banyak usaha mikro kecil menengah yang tidak membuka usahanya lagi

di masa pandemi covid-19 ini sangat memerlukan perhatian. Pemerintah pusat

dinilai perlu melakukan pendekatan secara komprehensif sebagai upaya

mangatasi dampak covid-19 terutama terhadap pelaku usaha usaha mikro kecil

menengah. Rangkaian upaya telah dipersiapkan dan dijalankan oleh

pemerintah pusat diantaranya adalah dari segi peningkatan daya beli, bantuan

sosial, bantuan pembiayaan, penurunan pajak. Upaya-upaya yang telah

dipersiapkan dan dijalankan ini dilakukan pemerintah sebagai upaya

menyelamatkan usaha mikro kecil menengah akibat adanya pandemi covid-19

yang pemerintah belum mengetahui sampai kapan pandemi ini akan berakhir.59

Permasalahan pemulihan ekonomi usaha mikro kecil menengah tidak

terfokus hanya pada persoalan dana semata yang berujung pada

ketidakmaksimalan penyerapan dana pemerintah. Namun pemahaman pelaku

usaha mengenai perlindungan hukum juga menjadi penentu pulih dan

berkembangnya iklim usaha kecil. Seperti halnya kemudahan sektor perijinan,

perlindungan kekayaan intelektual terhadap merek dagang, dan perlindungan

platform digital. Untuk memangkas kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha

mikro kecil menengah tersebut, maka pemerintah harus melakukan beberapa

perubahan regulasi. Sehingga regulasi tersebut dapat memberikan ruang untuk

pelaku usaha kecil dapat berkembang.

Dibutuhkan perlindungan hukum bagi pelaku usaha mikro kecil

menengah baik dari segi kemudahan periinan, perlindungan kekayaan hak

59
Andi Amri, “Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia”, Jurnal Brand, Vol. 2
No. 1 Juni 2020. https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand/article/view/605.
88

intelektual, dan juga perlindungan platform digital. Ketiga hal tersebut menjadi

kunci bagi keberhasilan pelaku usaha mikro kecil menengah untuk bertahan

dan untuk terus berkembang pada masa pandemi covid-19 ini.

Terkait dengan upaya pemerintah dalam menumbuhkan iklim usaha,

maka hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah terutama Pasal 7

dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha

dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang

meliputi aspek:

1. Pendanaan.

2. Sarana dan prasarana.

3. Informasi usaha.

4. Kemitraan.

5. Perijinan usaha.

6. Kesempatan berusaha.

7. Promosi dagang.

8. Dukungan kelembagaan.

Bila ditelaah aspek pada Pasal 7 tersebut, maka ke semua hal tersebut

merupakan bentuk perlindungan hukum pemerintah bagi perkembangan sektor

usaha mikro kecil menengah di Indonesia. Namun pada kenyataannya dalam

praktik yang berkembang, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan penting.

Hal ini terkait dengan situasi pandemi covid-19 yang mengharuskan


89

pemerintah dan pelaku usaha lebih giat untuk menggunakan sarana teknologi

informasi apabila tidak ingin gulung tikar.

1. Perlindungan Hukum Pada Sektor Perijinan Berupa Kemudahan Pengurusan

Ijin

Perijinan diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, yang

menyebutkan bahwa:

1) Aspek perijinan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (1)

huruf e ditujukan untuk:

a. Menyederhanakan tata cara dan jenis perijinan usaha dengan sistem

pelayanan terpadu satu pintu.

b. Membebaskan biaya perijinan bagi usaha mikro dan memberikan

keringanan biaya perijinan bagi usaha kecil.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan

ijin usaha diatur dengan peraturan pemerintah.

Pengurusan perijinan merupakan pengeluaran yang cukup tinggi bagi

pelaku dunia usaha. Pemangkasan perijinan tentu sangat membantu pelaku

usaha sektor usaha mikro kecil menengah. Pemerintah telah menggagas

sistem perijinan online yang biasa juga disebut dengan OSS (Online Single

Submission) Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 pada bulan

September 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Usaha. Online Single

Submission adalah sistem perijinan berusaha yang terintegrasi secara


90

elektronik dengan seluruh kementerian atau lembaga negara hingga

pemerintah daerah di Indonesia.

Online Single Submission sebenarnya bukan satu-satunya perijinan

online yang ada. Beberapa daerah melalui pemerintah daerah dan

kementerian juga memiliki ide yang sama. Beberapa diantaranya seperti:

1. Jak.Evo; perijinan di Jakarta

2. SIPEKA; Perijinan di Banten

3. DPMPTSP.jabarprov.go.id

4. DPMPTSP.sumbarprov.go.id

Dengan digitalisasi sistem tersebut, terdapat beberapa kendala.

Keterbatasan informasi menjadi masalah utama, seperti sistem online

perijinan tersebut belum tersosialisasi dengan baik, terutama pada pelaku

usaha mikro kecil menengah yang lebih banyak dilakoni oleh masyarakat

kecil. Selanjutnya digitalisasi tersebut juga belum sepenuhnya siap untuk

melayani seluruh kebutuhan perijinan. Pada beberapa menu perijinan

daerah maupun Online Single Submission sendiri tetap saja pelaku usaha

harus mengerjakan dengan cara manual, yaitu mendatangi PTSP

(Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dinas terkait.

Beberapa pemerintah daerah juga tidak mau ketinggalan dengan

membuat platform perijinan layaknya Online Single Submission seperti

yang telah diuraikan di atas. Hal yang demikian akan kembali membuat

perijinan tidak memiliki standar yang sama di setiap tempat. Adapun

Undang-Undang Cipta Kerja yang digadang-gadang akan mampu


91

menyelesaikan permasalahan perijinan, masih banyak terbuka ruang

perdebatan karena akan memangkas kewenangan pemerintah daerah

dalam mengelola administrasi daerahnya.

2. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kekayaan Intelektual Terutama Hak

Merek

Perlindungan hak kekayaan intelektual terkait pendaftaran merek

dagang maupun merek jasa merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

pelaku usaha tidak terkecuali sektor usaha mikro kecil menengah. Di dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

pada Pasal 1 Ayat (1) dijelaskan bahwa:

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa.

Pada pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

2001 tentang merek disebutkan bahwa:

Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka
waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Di dalam pasal ini dijelaskan bahwa sistem pendaftaran merek yang

dipakai di Indonesia adalah sistem konstitutif (aktif) sehingga pemilik

merek terdaftar adalah sebagai pemegang hak merek. Perlindungan hukum

atau sistem konstitutif hak merek dikenal dengan istilah first to file, yang

berarti bahwa siapa yang mendaftarkan lebih dulu, itulah yang dilindungi,

sehingga di dalam sistem konstitutif pendaftaran merek merupakan sebuah


92

keharusan agar pemilik merek dapat memperoleh hak atas mereknya. Di

dalam sistem ini negara Indonesia pasti akan menjamin perlindungan merek

yang telah terdaftar di dalam daftar umum merek. Sistem konstitutif ini pada

dasarnya akan mendorong setiap pemilik usaha agar secara aktif

mendaftarkan merek dagang dan jasanya ke Dirjen Hak Kekayaan

Intelektual. Sistem perlindungan merek tidaklah first to use, atau bukan

siapa yang lebih dahulu menggunakan. Oleh karena itu, kesadaran untuk

mendaftarkan merek para pengusaha Indonesia khususnya pelaku usaha

usaha mikro kecil menengah perlu terus menerus disosialisasikan.

Ketidaktahuan pelaku usaha usaha mikro kecil menengah tentang

perlindungan pendaftaran merek menyebabkan sebuah persoalan baru. Hal

ini penting agar kiranya para pemilik merek bisa melindungi mereknya dari

pembajakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan pemilik merek

pun bisa membesarkan mereknya sehingga bisa memperluas pasar baik

pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

Para pengusaha usaha mikro kecil menengah lebih mementingkan

berjualan terlebih dahulu daripada mendaftarkan merek barang dan jasanya.

Data menunjukan pendaftaran merek yang dilakukan oleh usaha mikro kecil

menengah masih sangat rendah. Masih rendahnya kesadaran para pengusaha

usaha mikro kecil menengah untuk mendaftarkan merek dagang dan

jasanya ini sangat disayangkan sekali, karena pada akhirnya produk-produk

usaha usaha mikro kecil menengah ini seringkali dijual tanpa merek dan

produknya diperjualbelikan kembali dengan menggunakan merek dagang


93

dan jasa pihak ke tiga. Hal ini tentu sangat merugikan bagi para pengusaha

usaha mikro kecil menengah itu sendiri karena mereka tidak mendapatkan

nilai tambah dari produk dan jasa yang mereka perjualbelikan.

3. Perlindungan Platform Digital

Pandemi covid-19 telah banyak mengubah ekosistem perdagangan.

Pelaku usaha dipaksa untuk beradaptasi dengan perdagangan digital.

Menurut data Kementerian, pandemi covid-19 telah banyak mengubah

ekosistem perdagangan. Pelaku usaha dipaksa untuk beradaptasi dengan

perdagangan digital. Menurut data Kementerian Usaha Mikro Kecil

Menengah tercatat selama pandemi berlangsung, pedagangan melalui

platform digital meningkat hingga 26 % sepanjang 2020 atau dengan kata

lain bisa mencapai 3,1 juta transaksi perhari. Namun platform perdagangan

digital yang menguasai Indonesia hari ini belum sepenuhnya mampu

memberikan ruang untuk peningkatan perdagangan sektor usaha mikro kecil

menengah. Apabila kita lihat platform perdagangan digital terbesar di

Indonesia dimainkan oleh perusahaan besar dengan urutan sebagai berikut:

1. Shopee.

2. Tokopedia.

3. Bukalapak.

4. Lazada.

5. Blibli.

Dimana masing-masing marketplace ini memiliki kerjasama dengan

beberapa fintech atau e-wallet yang artinya membuat pelaku usaha mikro
94

kecil menengah sulit bersaing di tingkat nasional apalagi tingkat

internasional. Perputaran uang akan hanya terjadi di kota-kota besar saja,

dimana pedagangan digital itu terjadi. Digitalisasi yang dijanjikan

pemerintah sebagai salah satu bentuk support kepada peningkatan usaha

mikro kecil menengah belum memperlihatkan bentuk nyata. Regulasi yang

dihasilkan pemerintah masih hanya seputar formalitas birokrasi.

Perlindungan hukum platform digital terhadap usaha mikro kecil menengah,

dimana pelaku usaha sektor ini lebih banyak tersebar di daerah pedesaan

harus dipastikan mampu bersaing dengan platform digital yang sudah lebih

dahulu besar.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Beradasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Salah satu upaya pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah di

masa pandemi covid-19 adalah mendorong sektor usaha mikro kecil

menengah, yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional.

Prediksi pertumbuhan ekonomi global perlu dijadikan input bagi pemerintah

dalam merancang kebijakan-kebijakan ekonomi terutama solusi bagi usaha

mikro kecil menengah. Pemerintah sejak 2020 mengeluarkan berbagai

kebijakan dalam mendukung pemulihan sektor usaha mikro kecil menengah

antara lain pemberlakuan protokol kesehatan ketat dalam menjalankan

aktifitas ekonomi, kebijakan struktural, bantuan kepada para pelaku usaha

mikro kecil menengah, pengenalan teknologi digital dan pelatihan bagi para

pelaku dan pekerja usaha mikro kecil menengah, pengadaan program

pemulihan ekonomi nasional, program gerakan nasional bangga buatan

Indonesia, program percepatan vaksinasi, restrukturisasi kredit, dan

pembentukan holding BUMN ultra mikro.

2. Perlindungan terhadap usaha mikro kecil menengah yaitu pengaturannya

berdasarkan prinsip hukum yang berdasarkan keadilan sosial dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

95
96

Bentuk perlindungan hukum pemerintah bagi perkembangan sektor usaha

mikro kecil menengah di Indonesia terdapat pada Pasal 7 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah. Terkait dengan situasi pandemi covid-19 dibutuhkan

perlindungan hukum bagi pelaku usaha mikro kecil menengah baik dari segi

kemudahan periinan, perlindungan kekayaan hak intelektual, dan juga

perlindungan hukum platform digital. Ketiga hal tersebut menjadi kunci

bagi keberhasilan pelaku usaha mikro kecil menengah untuk bertahan dan

untuk terus berkembang pada masa pandemi covid-19 ini.

B. Saran

1. Dewan Perwakilan Rakyat melalui komisi terkait perlu memberikan

dukungan dan perhatian pada pemerintah dalam melaksanakan kebijakan

yang diambil guna memulihkan sektor usaha mikro kecil menengah agar

momentum pertumbuhan ekonomi segera dapat terwujud.

2. Perlu adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pemberdayaan

perekonomian pelaku koperasi dan usaha mikro kecil menengah, mengenai

fasilitas kemitraan (permodalan dan teknologi), pembinaan juga

pendampingan.
Daftar Pustaka

Buku:

Ali, H. Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Arifin, Syamsul, Pengantar Hukum Indonesia, Medan: Medan Area University


Press, 2012.

Asshiddiqie, Jimly, dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006.

Dirdjosisworo, Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2008.

Fajar, Mukti, UMKM Di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2016.

Kelsen, Hans, Dasar-Dasar Hukum Normatif, Jakarta: Nusamedia, 2009.

Kurniawan, Lutfi J., dan Mustafa Lutfi, Perihal Negara, Hukum dan Kebijakan
Publik, Semarang: Setara Press, 2011.

Manulang, Fernando M., Hukum Dalam Kepastian, Bandung: Prakarsa, 2007.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,


2007.

___________________, Penemuan Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2009.

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum di Indonesia, Surakarta: Fakultas


Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2003.

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram: Mataram University Press, 2020.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti, 2004.

Prawironegoro, Darsono, Filsafat Ilmu Kajian tentang Pengetahuan yang Disusun


Secara Sistematis dan Sistemik Dalam Membangun Ilmu Pengetahuan,
Jakarta: Nusantara Consulting, 2010.

97
98

Rahardjo, Satjipto, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas,


2003.
_______________, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

______________, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Rato, Dominikus, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,


Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010.

S. Salim H., dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.

_________, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali, 2010.

Salim, H., dan Erlies Septiana, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
dan Disertasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013.

Setiono, Rule of Law, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret,


2004.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, Bandung: Alfabeta,


2012.

Suhardi, Gunarto, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta:


Universitas Atma Jaya, 2002.

Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, Yogyakarta:


UPPAMP YKPN, 2003.

Suharti, Eni, Undang-Undang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM,


Jakarta: Sinar Grafika 2008.

Sulistyo, Adi, dan M. Rustamaji, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, Sidoarjo:


Masmedia Buana Media, 2009.

Syamsudin, M., Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta, PT RajaGrasindo


Persada, 2007.

Tambunan, Tulus, UMKM di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

______________, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu


Penting, Jakarta: LP3ES.
99

Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Zulfikar, Ary, Hukum Penanaman Modal: Kebijakan Pembatasan Modal Asing


Kajian Pemanfaatan Arus Modal Asing Untuk Penguatan Struktur Ekonomi
Kerakyatan, Bandung: CV Keni Media, 2019.

Undang-Undang dan Peraturan Lainnya:


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Kementerian


Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 93.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245.

Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam


Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana
Nasional.

Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2020 tentang Kementerian Koperasi dan


Usaha Kecil dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan,


dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Artikel Jurnal:
Amri, Andi, “Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia”, Jurnal Brand,
Vol. 2 No. 1 Juni 2020.
https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand/article/view/605.

Bahtiar, Rais Agil, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Sektor Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah Serta Solusinya”, Info Singkat, Vol. XIII, No. 10 II
Puslit Mei 2021. http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info
%20Singkat-XIII-10-II-P3DI-Mei-2021-1982.pdf.
100

Berry, Albert, and Edgard Rodriquez, “Small And Medium Enterprises Dynamics
In Indonesia” Bulletin of Indonesian Economic Studies,” Vol. 37(3): page.
363-384.
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00074910152669181.

Darman, Melani, “Aspek Perlindungan Hukum Terhadap UMKM dan Tantangan


Pengembangan Usaha Dalam Pemanfaatan Tekhnologi Informasi Pada
Masa Pandemi Covid-19”, Lex Jurnalica, Vol. 18 No. 2, Agustus 2021.
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-22473-11_2039.pdf.

Evi, Suryani, “Analisis Dampak Covid-19 Terhadap UMKM”, Jurnal Inovasi


Penelitian, Vol. 1, No. 8 (2020).
https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/272.

Fitriani, Nur Indah, “Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, dan


Manifestasi Klinis”, Jurnal Medika Malahayati, Vol. 4, No. 3, Juli 2020.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/view/3174/pdf.

Halim, Abdul, “Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”, Growth: Jurnal Ilmiah Ekonomi
Pembangunan, Vol. 1, No. 2, 2020.
https://stiemmamuju.e-journal.id/GJIEP/article/download/39/30.

Handayani, Diah, “Penyakit Virus Corona 2019”, Jurnal Respirologi Indonesia,


Vol. 40, No. 2, April, 2020.
https://jurnalrespirologi.org/index.php/jri/article/download/101/110.

Julyano, Mario, dan Aditya Yuli Sulistyawan, “Pemahaman Terhadap Asas


Kepastian Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum”,
Jurnal Crepido, Vol. 01, No. 01, Juli 2019.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/crepido/article/download/6325/3197.

Kadeni dan Ninik Srijan, “Peran Umkm (Usaha Mikro Kecil Menengah) Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyaraka”, Equilibrium, Vol. 8, No. 2, Juli
2020.
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/7118/2791.

Kurniawansyah, Heri, “Konsep Kebijakan Strategis Dalam Menangani


Eksternalitas Ekonomi dari Covid-19 Pada Masyarakat Rentan di
Indonesia”, Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities, Vol. 1
No. 2, 2020: 130-139.
https://journal.publication-center.com/index.php/ijssh/article/view/117/57.

Nalini, Siti Nuzul Laila, “Dampak Covid-19 Terhadap Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah”, Jesya, Vol. 4, No. 1 (2021), hlm. 664.
101

https://stiealwashliyahsibolga.ac.id/jurnal/index.php/jesya/article/
download/278/184/.

Nirwana, Devi Chandra, “Peran Pemerintah Dalam Pembinaan Usaha Kecil


Menengah Di Kabupaten Enrekang”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 3,
No 1 (2017).
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi/article/view/890/0.

Paendong, Johanes E., “Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Usaha Kecil Dalam
Persaingan Usaha Di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat”, Lex Privatum, Vol. V No. 4 Juni 2017.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/16096/1560
2.

Prastowo, Sugeng Lubar, “Analisis Kompetensi Pelaku Usaha, Peran dan


Kebijakan Pemerintah Terhadap Kinerja UKM Di Kota Tangerang Dengan
Kreativitas Strategi Pemasaran Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol. 25, No. 2, Januari 2020.
http://ejournal.unis.ac.id/index.php/JEB/article/view/435.

Setiawan, I Putu Yudhi, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Akibat


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Dampak Covid-19 Sebagai Keadaan
Memaksa”, Jurnal Kertha Semaya, Vol. 9 No. 7 Tahun 2021, hlm. 1174-
1186.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/64256/3952
1/.

Simanjuntak, Kardin M., “Implementasi Kebijakan Desentralisasi Pemerintah Di


Indonesia”, Jurnal Bina Praja, Vol. 7 No. 2 (2015).
https://jurnal.kemendagri.go.id/index.php/jbp/article/view/38.

Sulchan, Moch., “Analisis Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Memberikan


Stimulus Ekonomi Terhadap UMKM Terdampak Pandemi Covid-19”, JAE:
Jurnal Akuntansi dan Ekonomi, Vol. 6 No. 1, Tahun 2021.
https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akuntansi/article/view/14954/1987.

Undari, Wika, dan Anggia Sari Lubis, “Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
(UMKM) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal
Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora, Vol. 6 No. 1 Mei 2021.
https://jurnal-lp2m.umnaw.ac.id/index.php/JP2SH/article/view/702/522.

Anda mungkin juga menyukai