1. Standart 1
2. Standart 2
3. Standart 3
4. Standart 4
standar harus dipahami oleh teman sejawat dan tenaga kesehatan profesional lainnya,
termasuk tim akreditasi. Pedoman akreditasi ini merupakan acuan untuk standar
keperawatan yang akan dibuat. Oleh karena itu, standart keperawatan harus mengikuti
pedoman akreditasi yang terbaru sesuai waktu dan jamannya. Bagi perawat lainnya
informasi tentang catatan perawatan yang akurat dan informasi yang bermanfaat
mempunyai hak untuk memperoleh informasi sesuai dengan standar yang berlaku. Jika
standar dapat diobservasi, perawat, pekerja, dan pasien akan dihargai dan dilindungi
dari kesalahan.
5. Tujuan 1
6. Tujuan 2
7. Tujuan 3
Dengan adanya standart dokumentasi keperawatan, perawat dan para tim kesehatan
lainnya memiliki data tentang riwayat penyakit pasien dan tindakan keperawatan apa
saja yang dilakukan kepada pasien tersebut. Dokumentasi keperawatan ini bisa
dijadikan bukti yang kuat dipengadilan jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Dikarena
perawat sudah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan.
a. Autonomi ( Otonomi )
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan. d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti
persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed
consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
HAK PASIEN
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai surat ijin praktek (SIP) baik didalam maupun diluar Rumah Sakit;
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien lainnya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara perdata maupun
pidana;dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEWAJIBAN PASIEN
1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit;
3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita
kepada dokter yang merawat;
Tim kolaborasi
tim sebagai kumpulan individu yang saling berketergantungan dalam tugas mereka,
yang berbagitanggung ja#ab atas hasilnya, yang melihat diri mereka dan dilihat oleh
orang lain sebagaisebuah entitas sosial yang utuh yang tertanam dalam satu atau lebih
sistem sosial yang lebih besar, dan yang mengatur huungan mereka melintasi
perbatasan organisasi.%olaborasi adalah sebuah proses yang membutuhkan hubungan
dan interaksi antara para professional kesehatan terlepas dari apakah mereka
menganggap diri mereka sendirisebagai bagian dari sebuah tim.
1.Patient-centered Care
Prinsip ini berarti pelayanan kesehatan yang diberikan baik oleh dokter maupun pihak
lain harus sesuai dengan nilai'nilai dan kebutuhan pasien. Selain itu,model kolaborasi
juga harus mampu mengurangi perpecahan dan meningkatkan kualitas serta keamanan
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Kemudian berdasarkan prinsip ini, pasienlah
yang memiliki hak untuk membuat keputusanmengenai pelayanan kesehatan yang
akan mereka dapatkan. Oleh karena itu, pasien beserta keluarganya harus diberikan
informasi dan kesempatan untuk bertanya agar dapat membuat keputusan yang tepat
berdasarkan informasi yang mereka miliki.
2. Recognition of the Patient-Physician Relationship
Hubungan saling menghormati dan saling percaya antara dokter dan pasienmerupakan
landasan dari sebuah pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, modelkolaborasi yang
diciptakan harus mendukung hubungan pasien dengan dokter. Selain itu, keputusan
untuk mengikuti atau tidak sebuah pengaturan kolaborasi kesehatanharus dibuat
secara sadar baik oleh pasien maupun dokter. Kolaborasi kesehatan juga harus
didasari oleh suatu kode etik yang umum.
Tim yang efektif membutuhkan sebuah kepemimpinan yang efektif pula. Dalam hal ini di
bidang kesehatan, dokter, dengan pelatihan, pengetahuan, latar belakang, dan
hubungannya dengan pasien merupakan pilihan yang terbaik untuk diposisikan sebagai
pemimpin dalam sebuah kolaborasi tim kesehatan. Dalam situasi tertentu, dokter
mungkin menunjuk profesional kesehatan lainnya untuk menjadi pemimpin karena lebih
baik dalam menjadi koordinator tim tersebut.
5.Clear Communication
Komunikasi efektif di dalam kolaborasi tim kesehatan sangat penting untuk menjamin
pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas. Komunikasi yang efektif dan efisien
ini juga harus didukung oleh dokumentasi dengan penulis yang jelas. Kemudian
perencanaan, pendanaan, dan pelatihan untuk tim kolaborasi kesehatan harus
mencakup tindakan untuk mendukung komunikasi didalam tim tersebut.dalam
mentakan komunikasi yang jelas juga dibutuhkan suatu mekanisme untuk memastikan
baik pasien maupun tenaga kesehatan menerima informasi rutin dansesuai dari sumber
yang sesuai pula. Rekam jejak pasien yang dapat diakses dalam pengaturan kolaborasi
kesehatan juga dibutuhkan untuk memastikan komunikasiyang baik antara dokter dan
tenaga kesehatan yang lain untuk menghindari hal'halyang tidak diinginkan. Pencatatan
dengan menggunakan fasilitas elektronik jugasangat dianjurkan untuk memfasilitasi
komunikasi dan pertukaran data dalam tim.
Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa semua tenaga kesehatan harus bertanggung
jawab atas segala pelayanan kesehatan yang mereka berikan dan untuk meningkatkan
kesehatan pasien. Sebagai clinical leader, seorang dokter harus bertanggung jawab
terhadap segala bentuk kelalaian klinis dalam pelayanankesehatan terhadap setiap
pasien.
Dalam hal ini, kerja tim kolaborasi kesehatan yang efektif bergantung padakontribusi
yang diberikan oleh dokter selaku clinical leader . Oleh sebab itu, pemerintah harus
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dengan meningkatkan jumlah
dokter dan tenaga kesehatan, dan tidak dengan mendukungsubtitusi dokter.
Kemampuan seorang dokter untuk bekerja dalam tim kolaborasi kesehatanharus tidak
bergantung terhadap upah yang diterimanya. Subungan kolaborasi kesehatan antara
dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus terus ditingkatkan melalui alokasi sumber
daya yang tepat pada setiap tingkatan sistem kesehatan.untuk mendukung prinsip ini
juga pemerintah hars mendanai dan mendukung secara terus menerus perkembangan
dan integrasi catatan kesehatan elektronik naik secara finansial maupun secara teknis.