KAJIAN TEORI
A. Kanker Kolorektal
Kolon dan rektum merupakan salah satu bagian dari usus besar pada
sistem pencernaan yang disebut juga bagian terakhir dari gastrointestinal. Usus
besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar berfungsi membantu tubuh
menyerap nutrisi dan cairan dari makanan yang kita makan dan minum. Bagian
pertama dari usus besar adalah kolon, sebuah tabung muskular yang memiliki
panjang sekitar 1,5 m dan berdiameter 5 cm. Kolon memiliki 4 bagian yaitu kolon
asendens, kolon tranversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid. Kolon berada di
bagian proksimal usus besar sedangkan rektum memiliki panjang sekitar 15 cm dan
berada sekitar 2-3 cm di atas tulang ekor. Air dan nutrisi diserap dari bahan
makanan yang menuju ke kolon. Zat-zat sisa yang tidak berguna dari proses
11
2. Pengertian Kanker Kolorektal
besar adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh pada lapisan kolon
atau rektum. Pada umumnya, kanker kolorektal jarang ditemukan sebelum usia 40
tahun. Resiko terjadinya kanker kolorektal akan meningkat pada usia 50 tahun.
Gejala adanya tumor pada kolon biasanya ditandai dengan adanya polip yang
kolon dan rektum dan tumbuh secara perlahan-lahan selama kurun waktu 10 sampai
Kanker tumbuh di dalam usus besar dan dapat menembus dinding kolon
atau rektum. Kanker yang telah menembus dinding juga dapat menembus darah
atau kelenjar getah bening (lymph vessels). Sel kanker pada umumnya pertama kali
menyebar ke kelenjar getah bening di dekat sel kanker tersebut. Kelenjar getah
bening memiliki struktur seperti kacang yang membantu melawan infeksi. Sel-sel
kanker tersebut dapat terbawa oleh pembuluh darah (blood vessel) ke hati, paru-
paru, rongga perut, ovarium, maupun ke organ lainnya (Alteri, et al, 2017:4).
stage 0 atau normal tidak ditemukan adanya kanker yang tumbuh pada kolon atau
rektum. Pada tahap stage 1 sel kanker telah tumbuh pada dinding kolon atau rektum,
kemudian pada stage 2 sel kanker mulai menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon
atau rektum, belum menyebar ke kelenjar getah bening. Kanker menyebar ke salah
12
satu atau lebih kelenjar betah bening pada tahap stage 3, dan pada stage 4 kanker
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti hati, paru-paru, atau tulang.
merupakan interaksi berbagai faktor yakni faktor lingkungan dan faktor genetik.
Faktor lingkungan yang multipel bereaksi terhadap predisposisi genetik atau defek
bahwa orang yang memiliki resiko tertentu terserang kanker kolorektal. Faktor
a. Usia
yang terdiagnosa kanker kolon adalah 68 tahun untuk laki-laki dan 72 tahun untuk
13
maupun perempuan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 90% dari orang
yang didiagnosa terkena kanker kolorektal berusia 50 tahun ke atas (Alteri, et al,
2017:6).
b. Faktor Genetik
colorectal cancer (HNPCC) dan familial adenomatous polyposis. Oleh karena itu,
riwayat keluarga perlu ditanyakan pada semua pasien kanker kolorektal (Basir, et
al, 2000:9).
mendukung bahwa terdapat hubungan positif antara obesitas dan kejadian kanker
kolorektal. Terjadi kenaikan resiko 15% kejadian kanker kolorektal pada orang
yang overweight (BMI > 25,0 Kg/m2) disbanding berat badan normal (BMI >
18,5-25,0 Kg/m2) dan resiko meningkat menjadi 33% pada obesitas (BMI > 30
d. Riwayat Penyakit
begitupun dengan kanker kolorektal yang dapat dipicu oleh beberapa penyakit.
kanker kolorektal:
14
1) Penyakit Polip Kolon
Polip adalah pertumbuhan jaringan yang berkembang pada lapisan usus besar
atau rektum yang dapat menjadi kanker (Alteri, et al, 2017:3). Terdapat
hyperplastic, dan polip inflamasi. Polip adenoma merupakan polip yang dapat
prekanker. Namun apabila hyperplastic tumbuh pada kolon sisi sebelah kanan
Penyakit radang usus adalah suatu kondisi dimana usus besar yang meradang
selama jangka waktu yang lama. Pasien yang terkena radang usus besar dalam
besar atau rektum yang terlihat normal (tetapi tidak seperti sel kanker
maka sel-sel ini akan berubah menjadi kanker (Japerson, et al, 2010:336).
3) Penyakit Diabetes
aktifitas fisik, indeks massa tubuh, dan lain-lain. Tetapi hal ini lebih banyak
15
e. Diet
eksperimental pada binatang percobaan dan penelitian klinik hubungn antara diet
tinggi lemak, protein kalori dan daging (baik daging merah maupun daging putih)
bahwa faktor tersebut berperan secara bermakna, sementara kelompok lain tidak
menujukkan peran yang bermakna. Akan tetapi yang jelas faktor-faktor tersebut
tidak ada berefek protektif. Atas dasar itu disimpulkan bahwa penelitian
kesan bahwa diet tinggi lemak, protein, kalori, dan daging merah dan putih
f. Konsumsi Alkohol
dalam tubuh, yaitu otak, pencernaan dari mulut sampai usus besar, liver, pankreas,
dan otot tulang. Alkohol dapat menyebabkan peradangan kronis pada saluran
menyebabkan perubahan struktur dalam usus sampai berubah menjadi sel ganas
g. Merokok
kejadian kanker kolorektal, tetapi penelitian terbaru perokok jangka lama (periode
induksi 30-40 tahun) mempunyai resiko relatif tinggi berkisar 1,5-3 kali.
16
kenaikan resiko perubahan adenoma menjadi kanker kolorektal (Zahari,
2007:103).
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perut terasa penuh (kembung).
umumnya, tetapi merupakan gejala penyakit lainnya dan biasa dirasakan oleh
5. Deteksi Dini
17
pada stadium awal, maka peluang untuk sembuh dari penyakit semakin besar.
Terdapat berbagai macam cara untuk mendeteksi adanya kanker kolorektal pada
anorektal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan
menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal.
Terdapat 2 gambaran khas pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan penonjolan
1) Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
2) Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi umumnya
3) Suatu bentuk khas dari ulkus malina dengan tepi noduler yang menonjol
cincin.
18
b. Screening
Screening kanker kolorektal adalah proses mencari sel kanker atau pra-
kanker pada orang yang tidak memilki gejala penyakit. Dari waktu sel-sel abnormal
yang dilakukan secara rutin dapat mencegah kanker kolorektal. Hal ini dikarenakan
menjadi sel kanker. Proses screening juga dapat digunakan untuk menemukan sel
kanker sedini mungkin, sehingga kanker berpeluang besar untuk sembuh. Screening
dapat dilakukan secara rutin pada usia 50 tahun, pada orang yang memiliki riwayat
keluarga terkena kanker, dan orang yang memilki faktor resiko kanker.
c. Flexible Sigmoidoscopy
Proses ini dilakukan dengan melihat salah satu bagian dari usus besar dan
rektum dengan sigmoidoscopy fleksibel, alat ini memiliki lampu pada tabung yang
berukuran setebal jari dengan kamera kecil pada ujung alat. Alat ini dimasukkan
melalui rektum dan bagian bawah usus besar. Gambar itu akan terlihat pada layar
dalam rektum dan usus besar untuk mendeteksi kelainan apapun. Karena
sigmoidoscopy berukuran 60 cm, maka dokter dapat melihat seluruh rektum tetapi
kontras udara. Barium sulfat merupakan cairan berkapur, dan udara digunakan
19
untuk menguraikan bagian dalam usus besar dan rektum untuk mencari daerah yang
mengandung sel abnormal. Jika terdapat daerah yang mencurigakan pada tes ini
mengetahui penyakit lebih lanjut. Dengan kata lain tes ini hanya dapat membantu
e. CT-Scan
Jika pada tes sinar X, gambar yang diambil hanya dari satu arah. Pada CT scan,
terdapat banyak gambar yang dapat diambil dari berbagai arah. Lalu gambar-
gambar irisan bagian tubuh ini akan digabungkan untuk dipelajari kembali oleh
dokter. Terdapat dua jenis CT colonography, yaitu dengan dua dimensi dan tiga
f. Colonoscopy
Pada tes ini, dokter melihat seluruh panjang usus besar dan rektum dengan
video di ujung yang terhubung ke display sehingga dokter dapat melihat dan
meneliti bagian dalam usus besar. Dengan alat colonoscopy dapat dilakukan deteksi
Tes ini untuk mencari darah samar (darah yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang) dalam tinja. Tes ini dilakukan karena jika seseorang terkena polip
20
atau kanker kolorektal maka pembuluh darah di permukaan sering rapuh dan mudah
CEA adalah zat yang ditemukan dalam darah beberapa orang yang sudah
b. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau rektum,
c. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon atau
bening.
d. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening di
e. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati, paru-
21
B. Pengolahan Citra Digital
Citra atau gambar data didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi,
pasangan koordinat disebut intensitas atau level keabuan (grey level) dari
gambar di titik itu. Jika dan semuanya berhingga (finite), dan nilainya diskrit,
maka gambarnya disebut citra digital (gambar digital). Sebuah citra digital terdiri
dan nilai tertentu. Elemen-elemen ini disebut sebagai picture element, image
terbatas,
(2.1)
jumlah cahaya yang terdapat pada citra dan jumlah cahaya yang dipantulkan
oleh objek pada citra (Gonzales & Woods, 2002: 50-51). Fungsi
(2.2)
dengan
(2.3)
dan
(2.4)
22
(2.5)
Berdasarkan Persamaan 2.2 s.d 2.4, menjelaskan bahwa terletak pada interval
(2.6)
adalah warna hitam dan adalah warna putih pada skala keabuan.
dengan adalah jumlah baris dan adalah jumlah kolom yang ditunjukkan
sebagai berikut,
(2.7)
pada citra, sedangkan merupakan intensitas atau derajat keabuan pada titik
. Elemen pada matriks merupakan elemen citra digital yang disebut dengan
piksel. Citra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah citra hasil colonoscopy
Menurut Sianipar (2013, 200-202) terdapat tiga macam jenis citra digital,
yaitu citra biner, citra abu-abu (greyscale), dan citra warna (RGB).
1. Citra Biner
Citra biner adalah citra digital yang setiap piksel hitam atau putih. Citra biner
memiliki piksel yang bernilai nol untuk hitam dan satu untuk putih. Citra
seperti ini biasanya dimanfaatkan dalam representasi biner dari teks, sidik jari,
23
2. Citra Abu-abu (Greyscale)
keabuan atau intensitas warna putih. Setiap piksel merupakan bayangan abu-
Citra warna adalah citra yang nilai pikselnya merepresentasikan suatu warna
tertentu. Warna tersebut dideskripsikan oleh banyak warna merah (R, red),
hijau (G, green), dan biru (B, blue). Visual citra warna lebih kaya dibandingkan
dengan citra biner, karena citra warna menampilkan objek seperti warna
aslinya. Setiap komponen dari citra warna memiliki rentang 0 255, sehingga
citra yang lebih mudah diintrepretasikan oleh mata manusia. Pada proses ini, ciri-
ciri tertentu yang terdapat di dalam citra lebih diperjelas kemunculannya. Image
enhacement merupakan salah satu proses awal dalam pengolahan citra (image
24
(contrast stretching), pengubahan histogram citra, pelembutan citra (image
berdasarkan cakupan atau domain salah satunya adalah perbaikan citra pada domain
dan sebagai variabel frekuensi. Secara analogi, pada domain spasial dimana
2011: 75).
mengubah suatu citra dari domain spasial menjadi domain frekuensi. Citra hasil
diterapkan pada data citra adalah Transformasi Fourier Diskrit (Discrete Fourier
Transform). Citra digital merupakan besaran diskrit 2-D, maka untuk melakukan
(2.8)
untuk .
25
Sedangkan transformasi balik ke domain spasial dapat dinyatakan sebagai
berikut,
(2.9)
untuk .
sebagai berikut,
(2.10)
(2.11)
(2.12)
berikut,
(2.13)
Secara umum, untuk menentukan transformasi fourier pada suatu citra perlu
(2.14)
menyatakan bahwa titik origin pada transformasi fourier dari suatu citra adalah
26
berada pada titik koordinat suatu citra yaitu dan . Dengan
ke dalam interval persegi panjang yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. persegi
origin transformasi ke pusat dari persegi pajang frekuensi. Nilai spektrum pada
dalam Gambar 2.4(b) adalah sama dengan nilai di pada Gambar 2.4(a)
dan nilai di pada Gambar 2.4(b) adalah sama dengan nilai di pada
(a)
27
(b)
(2.15)
yang merupakan rataan pada . Dengan kata lain, apabila adalah suatu
citra, nilai transformasi fourier pada titik origin akan sama dengan rataan dari
Pada dasarnya, ide dalam pemfilteran pada domain frekuensi adalah untuk
28
(a) (b)
Gambar 2.5 Citra Lena.jpg
b. Hitung pada Persamaan 2.8, DFT 2-D dari citra pada langkah (1).
Pada Gambar 2.6 merupakan spektrum fourier dari citra pada Gambar 2.5(b).
2.8.
(a) (b)
Gambar 2.7 Spektrum Fourier, (a) Spektrum Fourier Filter , (b)
Spektrum Fourier Hasil Perkalian dengan
29
d. Kalikan invers DFT 2-D dari citra pada langkah (3) dengan Persamaan 2.9.
menggunakan bagian real dari citra. Gambar 2.8 merupakan citra hasil
Gambar 2.8 Citra Hasil Transformasi Balik dari Citra pada Langkah (3)
e. Kalikan hasil pada langkah (4) dengan .
Pada Gambar 2.9 merupakan citra hasil akhir dari perbaikan kualitas citra pada
Gambar 2.9 Citra Hasil Perbaikan Kualitas Citra pada Domain Frekuensi
Misalkan dan merupakan transformasi Fourier dari
(2.16)
30
digunakan untuk menyatakan bahwa pada sisi kiri Persamaan 2.16 yang merupakan
pada sisi kanan Persamaan 2.16. Sebaliknya, pada Persamaan 2.17 menyatakan
Persamaan 2.17.
(2.17)
pelemahan komponen frekuensi tinggi dari transformasi fourier atau yang disebut
dengan lowpass filter. Berbeda pada filter penajaman (sharpening) pada domain
biasanya disebut sebagai highpass filter. Filter higpass diperoleh dari filter lowpass
(2.18)
dengan,
lebih halus jika dibandingkan dengan Ideal Highpass Filter (IHPF). BHPF dengan
31
order , cut-off frekuensi ( dan jarak sembarang titik ke titik origin
(2.19)
dengan
dapat difokuskan pada komponen frekuensi tinggi suatu citra tersebut. Pada kasus
ini, dengan melakukan operasi perkalian pada fungsi filter highpass dengan suatu
dengan High Frequency Emphasis Filtering (Sun, 2009:1). Nilai konstanta pengali
(2.20)
dengan
5. Histogram Equalization
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk perbaikan kualitas citra
32
tingkat abu-abu dalam gambar digital. Persamaan histrogram (Histogram
histogram, sehingga perbedaan piksel menjadi lebih besar atau dengan kata lain
informasi menjadi lebih kuat sehingga mata dapat menangkap informasi yang
sebagai perbandingan antara bagian paling terang dan paling gelap intensitas piksel.
distribusi dari suatu gambar. Misalkan gambar input terdiri dari tingkat abu-
(2.21)
jumlah piksel dalam gambar masukan dengan intensitas nilai , dan adalah
jumlah piksel yang memiliki derajat keabuan . Rentang nilai input dan output abu-
33
Gambar 2.10 Grafik Histogram
dalam indeks atau intensitas warna citra. Matlab menyediakan fungsi khusus untuk
suatu citra untuk setiap range warna (0-255) dan dirancang untuk menampilkan
histogram citra dengan format abu-abu (grayscale). Oleh karena itu, agar dapat
kuantisasi keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari 0-255) secara matematis dapat
(2.22)
dengan:
derajat keabuan
34
Diasumsikan bahwa perataan histogram mengubah nilai masukan menjadi dan
berikut :
(2.23)
Sebagai contoh pada Tabel 2.1, diketahui input citra dengan array berukuran 8x8
Pada Tabel 2.1 tersebut dapat kita lihat sebuah citra gambar dengan nilai dan
0 13 13 1
1 17 30 3
2 6 36 4
3 1 37 4
4 3 40 4
5 12 52 6
6 6 58 6
7 6 64 7
35
Maka, output dari citranya adalah seperti pada Tabel 2.3 berikut,
D. Ekstraksi Fitur
satu metode dalam ekstraksi fitur adalah metode statistikal. Metode statistikal
merupakan metode distribusi spasial pada nilai keabuan dan turunan dari kumpulan
Level Co-occurrence Matrix (GLCM), Gray Level Difference Matrix (GLDM), dan
suatu derajat keabuan dengan derajat keabuan lain (Paramata, et al, 2017:307).
198-199):
36
1) Autocorrelation (AUTOC)
(2.24)
2) Contrast (CON)
(2.25)
3) Correlation (CORR)
(2.26)
(2.27)
(2.28)
4) Energy (ENER)
(2.29)
5) Entropy (ENT)
(2.30)
(2.31)
(2.32)
(2.33)
(2.34)
37
10) Sum Entropy (SE)
(2.35)
(2.36)
(2.37)
(2.38)
(2.39)
(2.40)
dimana
(2.41)
(2.42)
(2.43)
dimana
(2.44)
38
(2.45)
(2.46)
dengan
peluang nilai level keabuan pada baris ke-i dan kolom ke-j
level keabu-abu
Gray Level Run Length Matrix atau biasa disingkat GLRLM merupakan salah
satu metode yang popular untuk mengekstrak citra sehingga diperoleh ciri
statistik atau atribut yang terdapat dalam citra dengan mengestimasi piksel-
piksel yang memiliki derajat keabuan yang sama (Jefry, 2016: 3). Berikut
(2.47)
(2.48)
(2.49)
39
4) Run Percentage (RP)
(2.50)
(2.51)
(2.52)
(2.53)
dengan
E. Regresi Stepwise
menambahkan satu variabel bebas pada satu waktu tertentu pada suatu model, yaitu
variabel bebas yang menjadikan model regresi tersebut dapat menjelaskan perilaku
variabel tak bebas dengan baik. Persamaan umum dari regresi stepwise adalah:
(2.54)
dengan,
= variabel dependen.
= konstanta regresi.
40
= koefisien regresi.
= variabel bebas.
Menurut Hanke & Wichern (2005: 292), Regresi stepwise dapat dijabarkan
terbesar pada jumlah kuadrat regresi. Signifikansi dari variabel yang masuk
pada persamaan regresi ditentukan oleh . Nilai dari statistik yang harus
untuk jumlah kuadrat regresi dari variabel lainnya yang sudah masuk dalam
persamaan regresi.
41
5. Langkah ke-3 dan 4 diulang sampai variabel yang bisa ditambahkan tidak
satu teknik yang digunakan untuk menetukan cluster optimal dalam suatu ruang
vektor yang didasarkan pada bentuk normal Euclidian untuk jarak antar vektor.
FCM adalah salah satu teknik pengklasteran data dimana keberadaan tiap-
tiap titik data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaan. Output dari
FCM bukan merupakan fuzzy inference system (FIS), melainkan berupa deretan
pusat cluster dan beberapa derajat keanggotaan untuk tiap-tiap titik data. Informasi
Purnomo, 2013:84-85):
2. Menentukan:
Jumlah cluster =
Pangkat =
Maksimum Iterasi =
42
Fungsi objektif awal =
Iterasi awal =
(2.55)
Dengan
(2.56)
(2.57)
(2.58)
(2.59)
dengan dan
43
Contoh 2.1. Sebagai contoh klasifikasi menggunakan metode FCM
Atribut
Data ke-i Autocorrelation
Energy ( )
( )
1 2,5147 0,4407
2 2,4999 0,4142
3 2,4674 0,3919
4 2,4267 0,3552
Langkah 1, yaitu input data yang akan dikluster yang berupa matriks berukuran
. Data Tabel 2.4 memuat dua variabel yaitu dan untuk masing-masing
elemen-elemen matriks partisi awal , yaitu dengan mengetik perintah berikut pada
partisi awal.
44
Tabel 2.5 Pusat Cluster Pertama pada Iterasi ke-1
2,477730281 0,400500855
2,476373981 0,403035444
45
Tabel 2.7 Perhitungan Fungsi Objektif pada iterasi ke-1
matriks partisi terlebih dahulu. Berikut perhitungan perubahan matriks partisi dapat
Total
0,2161 0,2505 0,46659651 0,463137031 0,53686297
0,22217 0,23772 0,459889597 0,483094561 0,51690544
0,23644 0,22771 0,464144474 0,509401598 0,4905984
0,25633 0,21256 0,468883174 0,546672074 0,45332793
Iterasi ke-2
berdasarkan matriks partisi awal yang baru. Pusat cluster pertama hasil iterasi ke-2
dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan pusat cluster kedua hasil iterasi ke-2 dapat dilihat
46
Tabel 2.9 Pusat Cluster Pertama pada Iterasi ke-2
2,47293291 0,3965749
2,48133013 0,4043615
47
Tabel 2.11 Perhitungan Fungsi Objektif pada Iterasi ke-2
Karena dan
Total
0,21436 0,24893 0,463286641 0,462685703 0,5373143
0,22035 0,23627 0,4566242 0,482572732 0,51742732
0,23444 0,22635 0,46079226 0,508782102 0,4912179
0,25408 0,21133 0,465408016 0,545921266 0,45407873
48
Berdasarkan pusat cluster di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:
setiap objek untuk masuk ke cluster tertentu. Objek yang memiliki derajat
keanggotaan terbesar pada suatu cluster menunjukkan bahwa objek itu cenderung
masuk menjadi anggota dari cluster tersebut, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.13
berikut.
Kecenderungan
Derajat Keanggotaan pada
Variabel Data Masuk pada
Objek Iterasi Terakhir
Suatu Cluster
1 2,5147 0,4407 *
2 2,4999 0,4142 *
3 2,4674 0,3919 *
4 2,4267 0,3552 *
49
Sehingga diperoleh dua buah cluster, yaitu cluster pertama yang beranggotakan
objek 1 dan objek 2, sedangkan objek 3 dan objek 4 masuk menjadi anggota cluster
kedua.
lebih dikenal sebagai SVD adalah salah satu teknik dekomposisi berkaitan dengan
nilai singular (singular value) suatu matriks yang merupakan salah satu
Menurut Lay (1997: 468), nilai singular matriks adalah akar kuadrat
. Sehingga,
(2.60)
Definisi 2.1 (Anton, 1987: 277). Jika adalah matriks , maka vektor tak nol
untuk suatu skalar . Skalar dinamakan nilai eigen (eigen value) dari dan
Untuk mencari nilai eigen matriks yang berukuran maka dapat dituliskan
kembali sebagai
50
atau secara ekuivalen
(2.61)
Teorema 2.1 (Anton, 1987: 280). Jika adalah matriks , maka pernyataan-
Supaya menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan tak nol (non-
trivial) dari Persamaan 2.61. Menurut Teorema 2.1 di atas, Persamaan 2.61 akan
(2.62)
Contoh 2.2
51
memiliki salah satu vektor eigen, yaitu . Kemudian untuk
Definisi 2.2 (Leon, 1998: 322). Suatu matriks disebut Hermite jika .
Oleh karena itu, jika suatu matriks dengan entri real, maka
hasil pemfaktoran.
Definisi 2.3 (Leon, 1998: 323). Suatu matriks ortogonal adalah suatu matriks
uniter. Dengan demikian, jika terdapat merupakan matriks yang bujur sangkar
Contoh 2.4
Diberikan matriks
52
merupakan matriks uniter, karena merupakan matriks bujur sangkar dengan entri
real dan
Definisi 2.4 (Leon, 1998: 239). Diberikan vektor dalam ruang hasil
(2.63)
dengan
(2.64)
Contoh 2.5
53
Berikut definisi mengenai dekomposisi nilai singular dari suatu matriks.
Definisi 2.5 (Goldberg, 1992: 325). Dekomposisi nilai singular matriks riil
adalah faktorisasi
(2.65)
bernilai riil tak negatif yang elemen diagonalnya disebut nilai-nilai singular.
(2.66)
berupa vektor singular kiri dan vektor singular kanan dari matriks untuk nilai
menentukan nilai eigen dan vektor eigen dari matriks atau . Vektor eigen
kolom . Nilai singular dalam adalah akar pangkat dua dari nilai-nilai eigen
54
disusun dengan urutan menurun. Sehingga matriks dapat dituliskan sebagai
berikut:
Contoh 2.6
Penyelesian:
Untuk diperoleh :
Untuk diperoleh :
55
Maka vektor eigen bersesuaian dengan nilai eigen .
dan .
Diperoleh
Dengan mencari vektor eigen yang bersesuain dengan nilai eigen diperoleh
; dan
56
Jadi,
Dari proses di atas, diperoleh dekomposisi nilai singular matriks tersebut adalah
H. Logika Fuzzy
Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965.
Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan
function menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut. Dalam
banyak hal, logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan
logika fuzzy dan logika tegas (crisp) terletak pada nilai keanggotaanya. Jika pada
himpunan tegas (crisp) nilai keanggotaan hanya ada dua kemungkinan yaitu 0 atau
2010:1-2).
57
Menurut Kusumadewi (2003:154), ada beberapa alasan mengapa orang
dimengerti.
kompleks.
konvensional.
7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami yaitu menggunakan bahasa sehari-
Logika fuzzy dapat digunakan sebagai alternatif dari berbagai sistem dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, logika fuzzy dapat diaplikasikan dalam
berbagai bidang salah satunya dalam bidang ilmu kedokteran dan biologi, seperti
sistem diagnosis yang didasarkan pada logika fuzzy, penelitian kanker, manipulasi
peralatan prostetik yang didasarkan pada logika fuzzy, dll (Kusumadewi, 2003:155).
58
1. Himpunan Fuzzy
suatu bilangan real dalam interval (Lin & Lee, 1996:10). Himpunan klasik
(crisp set) adalah himpunan yang membedakan anggota dan bukan anggota dengan
Definisi 2.6 (Klir & Yuan, 1995:75). Himpunan fuzzy pada himpunan universal
(2.67)
a. Linguistik, yaitu penamaan suatu himpunan yang memiliki suatu keadaan atau
b. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy yaitu
(Kusumadewi, 2013:6).
a. Variabel Fuzzy
Variabel fuzzy merupakan variabel yang akan dibahas dalam suatu sistem fuzzy.
59
b. Himpunan Fuzzy
Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau
c. Semesta Pembicaraan
d. Domain
Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diizinkan dan boleh
2. Fungsi Keanggotaan
titik input kedalam derajat keanggotaan. Pendekatan fungsi merupakan salah satu
a. Representasi Linear
sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang
baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas. Keadaan linear
himpunan fuzzy terdiri dari dua keadaan linear naik dan linear turun.
Pada linear naik, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang
60
yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi dengan fungsi
keanggotaan:
(2.68)
naik
Keterangan :
Pada linear turun, garis lurus dimulai dari nilai domain dengan derajat
keanggotaan:
(2.69)
61
Gambar 2.12 merupakan grafik fungsi keanggotaan representasi linear
turun.
Keterangan :
linear, yaitu linear naik dan linear turun. Kurva segitiga hanya memiliki satu
nilai dengan derajat keanggotaan tertinggi [1], hal tersebut terjadi ketika
(2.70)
62
Gambar 2.13 Representasi Kurva Segitiga
Keterangan:
Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada
(2.71)
63
Keterangan:
d = nilai domain terbesar saat derajat keanggotaan terkecil yang bergerak dari
c.
d. Kurva Gauss
1 terletak pada pusat dengan domain , dan lebar kurva seperti pada gambar
berikut :
(2.72)
Kurva Gauss.
64
fuzzy. Ada 3 operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh, yaitu (Kusumadewi,
2013:23):
a. Operator AND
(2.73)
b. Operator OR
(2.74)
c. Operator NOT
65
pada U. Sedangkan merupakan komplemen dari suatu himpunan fuzzy
berikut:
(2.75)
I. Sistem Fuzzy
Sistem fuzzy dapat diartikan sebagai deskripsi linguistik (aturan fuzzy Jika-
Maka) yang lengkap tentang proses yang dapat dikombinasikan kedalam sistem
(Wang, 1997:265). Sistem fuzzy terdiri dari fuzzifikasi, pembentukan aturan (fuzzy
rule base), inferensi fuzzy, dan defuzzifikasi. Sistem fuzzy yang digunakan pada
penelitian ini adalah fuzzifikasi dengan representasi kurva Gauss, sistem inferensi
metode Sugeno orde nol, pembentukan aturan (fuzzy rule base) dengan
1. Fuzzifikasi
keanggotaan representasi.
2. Aturan Fuzzy
Pada himpunan fuzzy, aturan yang digunakan adalah aturan If-Then atau
66
Proposisi fuzzy dibedakan menjadi dua, yaitu proposisi atomic dan proposisi fuzzy
variabel linguistik dan adalah himpunan fuzzy dari . Proposisi fuzzy compound
-63).
3. Inferensi Fuzzy
fuzzy, yaitu:
a. Metode Tsukamoto
metode ini, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-Then harus
yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan
b. Metode Mamdani
Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Inferensi
67
c. Metode Sugeno
oleh Takagi-Sugeno Kang pada tahun 1985 sehingga metode ini sering juga
disebut sebagai metode TSK. Menurut Cox (1994), Metode TSK terdiri dari
2 jenis, yaitu;
ke-i .
68
4. Defuzzifikasi
mengubah himpunan fuzzy ke dalam bilangan riil. Nilai dari hasil defuzzifikasi
adalah output dari model fuzzy. Dalam penelitian ini metode defuzzifikasi yang
(1997: 110), rumus defuzzifikasi weight average yang digunakan untuk metode
(2.76)
dengan , dan
selanjutnya akan dibentuk model menurut Yen, Wang, & Gillespi (1998) yang
(2.77)
adalah output model Sugeno orde satu untuk pasangan data ke- . Kemudian
matriks ukuran .
69
Fungsi pada Persamaan 2.77 akan mencapai minimum jika atau
, dengan berbentuk:
(2.78)
(2.79)
Rank adalah banyaknya vektor pada basis untuk ruang baris dan kolom dari
matriks (Anton, 1987: 169). Sedangkan hasil kali dalam didefinisikan sebagai
(2.80)
Contoh 2.7
Maka
70
(2.81)
menghitung akurasi, sensitivitas, dan spesifikasi dari model yang telah dibuat.
a. True Positive (TP), yaitu pasien memiliki penyakit dan hasil klasifikasi
b. False Positive (FP), yaitu pasien tidak memiliki penyakit tetapi hasil klasifikasi
c. True Negative (TN), yaitu pasien tidak memiliki penyakit dan hasil klasifikasi
d. False Negative (FN), yaitu pasien memiliki penyakit tetapi hasil klasifikasi
71
1. Akurasi
Akurasi 100% berarti bahwa hasil klasifikasi sama persis dengan data
dirumuskan dengan:
(2.82)
2. Sensitivitas
bahwa semua hasil klasifikasi sesuai dengan data orang yang memiliki
(2.83)
3. Spesifitas
rumus:
(2.84)
72
K. Graphical User Interface (GUI) Matlab
berbasis grafik dan pembuatan Graphical User Interface (GUI), dan lain-lain.
dengan program yang diinginkan atau digunakan tanpa knowledge dari Matlab. GUI
juga memberikan cara untuk efisiennya manajemen data. GUI merupakan Matlab
script file yang dibuat untuk menunjukkan analisa suatu permasalahan khusus. Ada
dua cara merancang GUI, yaitu dengan metode sederhana dan dengan
1. Guide Matlab banyak digunakan dan cocok untuk aplikasi yang berorientasi
sains.
2. Guide Matlab mempunyai fungsi built-in yang siap digunakan dan pemakai
73
3. Ukuran file, baik fig-file maupun M-file yang dihasilkan relatif kecil.
Komponen palet pada GUI Matlab terdiri dari beberapa guicontrol (kontrol
user interface), seperti pada bahasa pemrograman visual lainnya, yaitu: pushbutton,
togglebutton, radiobutton, chexboxes, edit text, statistic text, slider, frames, list
boxes, popup menu, dan axes. Gambar 2.11 berikut adalah tampilan GUI Matlab.
74