Oleh
Kelompok 7
ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi perhatian
utama dalam kesehatan masyarakat secara global dan sebagian besar tergolong diabetes
mellitus tipe 2, meliputi 90% dari seluruh kasus diabetes di seluruh dunia. Hasil
International Diabetes Federation pada tahun 2015, menunjukkan angka kejadian diabetes
mellitus di dunia menjadi 415 juta sedangkan kejadian diabetes mellitus di Indonesia
terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 sebanyak 10 juta,
menempatkan Indonesia pada urutan ketujuh di dunia, dan diprediksi akan terus
meningkat menjadi 16,2 juta pada tahun 2040. Faktor risiko dari diabetes mellitus yaitu
umur, jenis kelamin, obesitas, riwayat keluarga dengan DM, ras atau etnis, obesitas,
aktivitas fisik, hipertensi, tingkat pendidikan dan status pekerjaan sehingga pada
kelompok masyarakat ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan/screening test terutama
untuk deteksi dini adanya gejala-gejala prediabetes dan diabetes.
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
perhatian utama dalam kesehatan masyarakat secara global dan sebagian besar
tergolong diabetes mellitus tipe 2, meliputi 90% dari seluruh kasus diabetes di
seluruh dunia. Setiap tahun semakin banyak orang yang hidup dengan kondisi ini,
mengakibatkan komplikasi yang dapat mengubah kualitas hidup. Menurut laporan
WHO tentang diabetes mellitus menunjukkan bahwa prevalensi global diabetes
mellitus mencapai 8,5% pada populasi orang dewasa. Selama dekade terakhir,
prevalensi diabetes terus mengalami peningkatan. Jumlah populasi dewasa yang
hidup dengan diabetes hampir empat kali lipat sejak tahun 1980, dimana terdapat 422
juta orang dewasa yang hidup dengan diabetes pada tahun 2014.(1-3)
Tidak jauh berbeda dengan data yang dihimpun International Diabetes
Federation (IDF), jumlah penderita diabetes mellitus secara global cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penderita diabetes mellitus
sebesar 382 juta penduduk usia dewasa pada tahun 2013, 387 juta pada tahun 2014
dan meningkat menjadi 415 juta pada tahun 2015. Diperkirakan akan meningkat
menjadi 439 juta pada tahun 2030 dan menjadi 642 juta pada tahun 2040. Penyakit
ini merupakan salah satu prioritas dari empat penyakit tidak menular yang
3
ditargetkan oleh dunia pada deklarasi politik dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular.(3-7)
Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus juga terjadi di Indonesia,
pada tahun 2013 mencapai 8,5 juta jiwa. Jumlah penderita diabetes mellitus ini
meningkat menjadi 9 juta pada tahun 2014, dan meningkat pada tahun 2015
sebanyak 10 juta, menempatkan Indonesia pada urutan ketujuh di dunia setelah Cina,
India, Amerika, Brazilia, Rusia, dan Mexiko. Dan diprediksi akan terus meningkat
menjadi 16,2 juta pada tahun 2040. (3-5)
Diabetes mellitus dikenal dengan mother of disease karena merupakan induk
atau ibu penyakit-penyakit lainnya. Terjadinya peningkatan jumlah penderita
penyakit ini, sehingga perlu dilakukan untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan
beberapa faktor risiko yaitu umur, jenis kelamin, obesitas, riwayat keluarga dengan
DM, ras atau etnis, obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, tingkat pendidikan dan status
pekerjaan, yang dapat di kelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah, faktor sosial ekonomi dan faktor lain. (8)
DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes mellitus atau kencing
manis merupakan penyakit menahun dimana kadar glukosa darah menimbun dan
melebihi batas normal. (9) Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009
seperti dikutip dari laporan Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa nilai rujukan
diabetes mellitus yang digunakan adalah sebagai berikut: (10)
1. Normal (Non DM) < 140 mg/dl
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 140 - < 200 mg/dl
3. Diabetes Mellitus (DM) > 200 mg/dl.
Menurut pedoman American Diabetes Association (ADA) 2011 dan
konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), kriteria diagnostik
diabetes mellitus dapat ditegakkan bila:
1. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik diabetes
mellitus penyerta, seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum
(polidipsia), banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya;
2. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta;
3. Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl. (11)
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut American Diabetes
Association (ADA) 2010, dibagi dalam 4 jenis yaitu:
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1)
Diabetes melitus tipe 1 merupakan jenis diabetes yang bergantung pada
insulin, sehingga dikenal juga dengan istilah insulin-dependent diabetes
mellitus (IDDM). Penyebab DMT1 adalah terjadinya kerusakan sel-sel beta
di dalam kelenjar pankreas yang bertugas menghasilkan hormon insulin.
4
artinya orang dengan umur ≥45 tahun memiliki risiko 8 kali lebih besar
terkena penyakit DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berumur
kurang dari 45 tahun. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang
dilakukan oleh Zahtamal, dkk (2007) terhadap 152 responden yang
menunjukkan bahwa hubungan antara umur dengan kejadian DM tipe 2
pada pasien yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
bermakna secara statistik, dimana orang yang berumur ≥45 tahun memiliki
risiko 6 kali lebih besar terkena penyakit DM tipe 2 dibandingkan dengan
orang yang berumur kurang dari 45 tahun. (19-21)
Prevalensi DM akan semakin meningkat seiring dengan makin
meningkatnya umur, hingga kelompok usia lanjut. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Wild, dkk (2004) tentang prevalensi DM secara global
yang menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, semakin tinggi
pula prevalensi DM yang ada. (22,23)
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah karakteristik seks antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan ciri-ciri biologis. Berdasarkan penelitian Awad, dkk (2011),
dari 138 kasus diantaranya terdapat 57% pada perempuan dan 43% pada
laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kolombo, Sri
Lanka, Lubis (2012) dan Bintanah, dkk (2012) yang menunjukkan bahwa
penderita DM tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan
laki-laki. (24-26)
risiko keluarga lain adalah riwayat melahirkan bayi dengan berat badan
lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita diabetes mellitus
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). (20-28)
3. Faktor sosial-ekonomi
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dilalui oleh
masing-masing individu. Pendidikan merupakan bagian integral dalam
pembangunan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi yang satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. (32)
Penelitian yang dilakukan oleh Kekenusa, dkk (2013), menunjukkan
bahwa dari segi tingkat pendidikan terakhir, sebagian besar responden
adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%). Penelitian yang
dilakukan oleh Lubis (2012), juga menunjukkan hasil yang sama yaitu
persentase tingkat pendidikan terakhir responden yang paling besar adalah
lulusan SMA/sederajat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
baik pula pengetahuan seseorang dalam mencegah terjadinya peyakit
termasuk DM tipe 2, begitupun sebaliknya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Zahtamal, dkk (2007), menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan tentang DM dengan kejadian DM. (20,21,25)
b. Status pekerjaan
Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas seseorang yang
bekerja pada orang lain atau instansi, kantor, perusahaan untuk
memperoleh penghasilan baik berupa uang maupun barang demi
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Penghasilan yang rendah akan
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun
pencegahan. (32)
Penelitian yang dilakukan oleh Kekenusa, dkk (2013), menunjukkan
bahwa jenis pekerjaan yang terbanyak adalah responden yang tidak
memiliki pekerjaan (27,9%). Penelitian yang dilaksanakan oleh Balkau et
al (2008), menyatakan bahwa sebagian besar responden kelompok kasus
memiliki pekerjaan sebagai pensiunan. Selain itu secara multivariat faktor
status pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan diabetes
mellitus dengan nilai p=0,001. Risiko diabetes yang lebih tinggi terdapat
pada kelompok yang tidak bekerja dengan odds 1,7 kali lebih besar
daripada kelompok yang bekerja. (20,29,33)
4. Faktor lain
9
KESIMPULAN
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
perhatian utama dalam kesehatan masyarakat secara global terbesar, dan sebagian
besar tergolong diabetes mellitus tipe 2 yang meliputi 90% dari seluruh kasus
diabetes di seluruh dunia. Faktor risiko dari diabetes mellitus tipe 2 yaitu yaitu umur,
10
jenis kelamin, obesitas, riwayat keluarga dengan DM, ras atau etnis, obesitas,
aktivitas fisik, hipertensi, tingkat pendidikan dan status pekerjaan, sehingga pada
kelompok masyarakat ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan/screening test
terutama untuk deteksi dini adanya gejala-gejala diabetes serta melakukan modifikasi
gaya hidup untuk mengurangi kejadian dan komplikasi dari diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2014.
2. WHO. Global Report on Dabetes. France: World Health Organization; 2016.
3. IDF. IDF Diabetes Atlas. Seventh Edition. Brussels, Belgium: International
Diabetes Federation; 2015.
4. Guariguata L, Whiting DR, Hambleton I, Beagley J, Linnenkamp U, Shaw
JE. Global Estimates of Diabetes Prevalence for 2013 and Projections for
2035. Diabetes Research and Clinical Practice. 2014; 103:137-149.
5. IDF. IDF Diabetes Atlas. Sixth Edition. International Diabetes Federation;
2014.
6. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. Global Estimates of the Prevalence of
Diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Research and Clinical Practice. 2010;
87:4-14.
7. IDF. WDD 2015 Campaign. Sara Webber: International Diabetes Federation;
2015.
8. Ramayulis, R. Diet untuk Penyakit Komplikasi. Jakarta: Penebar Plus+;
2016.
9. Fransiska K. Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabtes. Jakarta: Cerdas Sehat;
2012.
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
2007. Jakarta: Depkes RI; 2008.
11. Badan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan
Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
12. Powers AC. Diabetes Mellitus. Dalam Harrison’s Principles of Internal
Medicine 15th ed. McGraw-Hill, 2001.
13. Ndraha S. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tata laksana Terkini. Medicinus.
2014; 27(2).
14. Fatimah RN. Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority. 2015; 4 (5).
15. Hastuti RT. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes
Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2008.
16. Waspadji S. Kaki diabetes. dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.
Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
17. Depkes. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik
Jakarta: Depkes; 2008.
18. Tandra H. Diabetes Bisa Sembuh. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama; 2015.
11