FITRI MULYANA
0806457054
UNIVERSITAS INDONESIA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners
FITRI MULYANA
0806457054
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Fitri Mulyana
NPM
: 0806457054
Tanda tangan :
Tanggal
: 8 Juli 2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Penguji
Ditetapkan di
Tanggal
(.......................................)
: Depok
: 08 Juli 2013
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penyusunan
karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena segala keterbatasan penyusun. Meskipun demikian, penyusun berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini dengan
baik dan benar. Penyusun juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan karya
ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Tuti Herawati, SKp.,MN, selaku dosen pembimbing profesi
Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan-Keperawatan Medikal Bedah
(KKMP-KMB) dan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N), yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ini;
2. Ibu Riri Maria. SKp.,MN, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir, yang telah memberikan arahan mengenai penyusunan karya ilmiah
akhir ini;
3. Ibu
Akhir kata, penyusun berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penyusun
: Fitri Mulyana
: 0806457054
: Ilmu Keperawatan
: Ilmu Keperawatan
: Karya Ilmiah Akhir
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 Juli 2013
Yang menyatakan
Fitri Mulyana
vi
ABSTRAK
Nama
Program studi
Judul
: Fitri Mulyana
: Ilmu Keperawatan
: Penerapan Preoperative Teaching pada Klien dengan
Masalah Bedah Benign Prostatic HyperplasiaTransurethral Resection of the Prostate (BPH-TURP)
di Ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas)
RSUP Persahabatan
vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study program
Title
: Fitri Mulyana
: Nursing
: The Analysis of Application Preoperative Teaching in Benign
Prostatic Hyperplasia-Transurethral Resection of the Prostate
(BPH-TURP) Client at Ward of Anggrek Tengah Kanan
(Bedah Kelas) RSUP Persahabatan
Aging process cause enlargement of prostate gland, so that the incidence and
prevalence of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) in elderly male is increasing.
The case of BPH in urban areas, most dealt with Transurethral Resection of the
Prostate (TURP). This paper aimed to describe and analyze perioperative nursing
care of the delay surgery case on one client with BPH-TURP, with emphasized on
preoperative teaching. Analysis showed that preoperative anxiety and risk of
postoperative complications can be reduce by preoperative teaching. Writer
suggested that delivering preoperative teaching by nurse should be done
optimally, based on client's needs.
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
1
1
5
5
6
7
7
9
11
12
14
16
18
18
22
23
23
24
25
28
29
30
30
31
ix
i
ii
iii
iv
Universitas Indonesia
34
41
43
45
45
45
47
33
33
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
xi
10
17
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
xii
22
27
29
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
xiii
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan dewasa ini,
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup seseorang. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 dalam laporan pada tahun 2012,
menggambarkan bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, usia harapan hidup
penduduk selalu mengalami peningkatan, dari 70,4 di tahun 2007 menjadi
70,9 di tahun 2010. Peningkatan usia harapan hidup ini menyebabkan jumlah
dan pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun.
Universitas Indonesia
2010).
Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, namun hal ini tidak diiringi dengan
kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan maupun
penanganan dini sebelum terjadi gangguan eliminasi urin. Nies dan McEwen
(2007) menjelaskan bahwa pandangan stereotip yang mengatakan pria itu
kuat, akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih mengabaikan gejala yang
timbul di awal penyakit. Pria akan menguatkan diri dan menghindari
penyebutan sakit bagi diri pria itu sendiri. Sementara, ketika wanita sakit,
wanita akan cenderung membatasi kegiatan dan berusaha mencari perawatan
kesehatan. Oleh karena itu, kasus BPH yang terjadi lebih banyak kasus yang
sudah mengalami gangguan eliminasi urin, dan hanya bisa ditangani dengan
prosedur pembedahan.
komplikasi
postoperatif.
Dengan
demikian,
klien
akan
Universitas Indonesia
B. Rumusan Masalah
Pembangunan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan meningkatkan usia
harapan hidup seseorang. Peningkatan usia harapan hidup ini menyebabkan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan, terutama di
perkotaan dan ditambah dengan arus urbanisasi. Lansia tergolong sebagai
populasi yang rentan dan berisiko, terutama akibat perubahan biologis akibat
penuaan. BPH merupakan salah satu masalah pada lansia pria, yang terjadi
karena adanya pembesaran kelenjar prostat akibat penuaan. BPH banyak
ditangani dengan prosedur bedah TURP. Klien yang akan menjalani prosedur
TURP perlu persiapan preoperatif yang optimal, salah satunya dengan
preoperative teaching, yang dapat menurunkan kecemasan dan ketakutan,
serta mengurangi kemungkinan munculnya komplikasi postoperatif. Salah
satu contoh adalah pada Bapak R yang mengalami penundaan operasi karena
tekanan darah yang tingi akibat ansietas. Hal ini bisa dicegah jika dilakukan
preoperative teaching yang optimal. Oleh karena itu, preoperative teaching
penting diberikan pada klien yang akan menjalani TURP.
C. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya penyusunan karya ilmiah ners ini adalah
untuk menggambarkan asuhan keperawatan perioperatif pada klien
dengan
BPH-TURP,
dengan
menitikberatkan
pada
implementasi
preoperative teaching.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
a. Memaparkan asuhan keperawatan preoperatif pada pada klien dengan
BPH-TURP
b. Memaparkan asuhan keperawatan intraoperatif pada pada klien
dengan BPH-TURP
Universitas Indonesia
masalah
keperawatan
klien
dengan
BPH
dan
D. Manfaat Penyusunan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran
bagi mahasiswa keperawatan, dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan kasus bedah BPH-TURP. Karya ilmiah ini juga dapat
digunakan sebagai data dasar bagi penelitian yang akan melibatkan klien
dengan BPH-TURP,. Selain itu, karya ilmiah ini dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi klien BPH serta asuhan keperawatannya,
sehingga dapat memberikan ide atau gagasan baru untuk pengembangan
ilmu keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah di masa yang
akan datang.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
berkembangnya
masalah
kesehatan,
lebih
mengalami
Universitas Indonesia
mengalami masalah akibat faktor pendukung yang tidak adekuat baik dalam
diri maupun dari lingkungan.
Lansia merupakan kelompok usia yang berisiko, karena dalam diri lansia
terdapat karakteristik populasi berisiko. Karakteristik populasi berisiko
tersebut antara lain risiko biologis dan usia, risiko gaya hidup dan perilaku,
risiko sosial, serta risiko ekonomi.
Pertama, risiko biologis dan usia. Dalam proses menua, dikenal adanya teori
biologis. Teori ini menjelaskan bahwa penuaan merupakan proses yang tidak
disengaja dan irreversible, yang terjadi setiap saat dan menyebabkan
perubahan sel-sel dan jaringan tubuh (Ebersole, 2005). Sebagai contoh pada
pria, seiring masa penuaan, risiko untuk mengalami pembesaran kelenjar
prostat menjadi lebih tinggi. Parsons (2010) mengungkapkan bahwa risiko
BPH meningkat mencapai angka 70 persen pada pria berusia 60-69 tahun, dan
80 persen pada pria berusia 70 tahun ke atas.
Kedua, risiko gaya hidup dan perilaku. Beberapa masalah kesehatan yang
timbul pada lansia, disebabkan karena gaya hidup atau kebiasaan yang
dilakukan sejak muda (Stanhope & Lancaster, 2004). BPH belum diketahui
penyebabnya. Namun, Roehrborn (2011) menjelaskan bahwa hasil penelitian
yang dilakukan oleh Parsons (2007), dan Parsons dan Kashefi (2008)
menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kurang aktivitas
fisik, obesitas, dan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian BPH.
Ketiga, risiko sosial. Risiko sosial antara lain lingkungan tempat tinggal
dengan tingkat kriminalitas
Universitas Indonesia
Keempat, risiko ekonomi. Hal ini berkaitan dengan sumber penghasilan dalam
keluarga. Keterbatasan pendapatan akan berdampak pada kesulitan dalam
mengakses pelayanan kesehatan, selain itu, pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari juga akan mengalami keterbatasan. Oleh karena itu, kondisi
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan, terutama pada
lansia (Stanhope & Lancaster, 2004). Belum ada penelitian antara hubungan
BPH dengan kondisi ekonomi individu. Namun, masalah ekonomi dapat
menjadi penghambat individu untuk melakukan deteksi dini BPH maupun
pengobatan dan perawatan terkait BPH.
10
yang kemudian memicu proliferasi sel prostat. Selain itu, pembesaran prostat
juga dapat disebabkan karena berkurangnya proses apoptosis. Roehrborn
(2011) menjelaskan bahwa suatu organ dapat membesar bukan hanya karena
meningkatnya proliferasi sel, tetapi juga karena berkurangnya kematian sel.
Gambar 2.1: Prostat normal (kiri) dan prostat yang membesar (kanan)
BPH jarang mengancam jiwa. Namun, keluhan yang disebabkan BPH dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. BPH dapat menyebabkan timbulnya gejala
LUTS (lower urinary tract symptoms) pada lansia pria. LUTS terdiri atas
gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptom) yang
meliputi: frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia, pancaran berkemih
lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis
berkemih, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin (IAUI, 2003).
LUTS pada BPH terjadi karena adanya pembesaran kelenjar prostat atau
benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi
pada leher kandung kemih dan uretra atau bladder outlet obstruction (BOO).
Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan pada struktur
kandung kemih maupun ginjal, yang kemudian dapat menimbulkan
komplikasi pada saluran kemih bagian atas maupun bawah (IAUI, 2003).
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
memaparkan bahwa
13
keperawatan
preoperatif
adalah
mengajarkan
klien
untuk
latihan kaki
adalah
vena,
untuk
memperbaiki
sirkulasi,
mencegah
stasis
dan
mempromosikan fungsi rispiratori yang optimal. Oleh karena itu, latihan ini
penting untuk dilakukan pada klien yang akan menjalani pembedahan.
Hal lain yang perlu disampaikan dalam preoperative teaching juga mencakup
pengajaran mengenai bed rest dan mobilisasi dini postoperatif. Alam, et al
(2011) menjelaskan bahwa insiden sakit kepala setelah anestesia spinal terjadi
sekitar 0,2% sampai 20%. Alam, et al (2011) juga menjelaskan bahwa gejala
sakit kepala ini dapat dikurangi dengan bed rest. Thoennissen, et al (2001)
menjelaskan bahwa di
14
anestesia dengan bed rest, harus dilakukan mobilisasi dini. Smeltzer dan Bare
(2003) juga menjelaskan bahwa dalam melakukan ambulasi dini tidak
melewati batas toleransi pasien, harus memperhatikan jenis prosedur bedah,
kondisi fisik, dan usia pasien.
Hal lainnya yang perlu disampaikan pada pasien adalah kapan boleh makan
dan minum setelah operasi. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa
cairan merupakan substansi pertama yang ditoleransi pasien setelah
pembedahan.
Setelah itu, jika tidak ada rasa mual, diet normal dapat
diberikan Smeltzer dan Bare (2003). Oleh karena itu, pada pasien post-TURP,
asupan makanan diberikan secara bertahap, jika sudah tidak ada rasa mual.
Pencegahan
Valsava
manuver
post-TURP
juga
perlu
disampaikan.
Setelah proses anestesi dilakukan, klien yang akan menjalani TURP akan
diposisikan litotomi, kemudian dilakukan desinfeksi. Tujuan dilakukannya
proses ini adalah sebagai upaya untuk mengurangi jumlah bakteri pada kulit,
Universitas Indonesia
15
Masalah keperawatan dapat timbul dari posisi operasi, dalam kasus ini posisi
litotomi. Posisi litotomi dapat mengurangi efisiensi respirasi karena tekanan
yang diberikan paha kepada abdomen dan tekanan yang diberikan oleh
abdomen pada diafragma, membatasi ekspansi paru, sehingga kapasitas paru
dan volume tidal menurun. Selain itu, pada posisi litotomi, ketika bagian kaki
direndahkan, sekitar 500-800 ml darah beralih dari bagian viseral ke bagian
ekstremitas, dan dapat menyebabkan hipotensi (Spry, 2009). Risiko lain yang
ditimbulkan dari posisi ini adalah terjadinya sindrom kompartemen. Walsh
(1993) dalam Spry (2009) menjelaskan bahwa sindrom kompartemen dapat
terjadi jika otot betis terlalu lama kontak dengan penyangga kaki.
Masalah lain juga dapat ditimbulkan jika prosedur TURP dilakukan dalam
durasi yang terlalu lama. Hawary, et al (2009) menjelaskan bahwa prosedur
TURP harus dibatasi sampai kurang dari 60 menit untuk menghindari
Universitas Indonesia
16
17
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Keluhan yang berhubungan dengan penyakit yang dirasakan klien saat ini
adalah keluhan pada eliminasi urin. Keluhan yang dirasakan berupa keluhan
nyeri saat berkemih, terasa panas seperti terbakar, berkemih seringkali terasa
tidak tuntas (anyang-anyangan). Nyeri yang dirasakan berada dalam skala
empat sampai lima. Klien mengatakan terkadang harus mengejan baru bisa
berkemih. Terkadang klien merasa tuntas dalam berkemih, namun setelah
berkemih terasa nyeri (disuria terminal). Pancaran urin lemah. Klien juga
mengatakan sering ingin buang air kecil di malam hari, bisa dua atau tiga kali.
Keluhan dirasakan kurang lebih sejak satu tahun sebelum masuk rumah sakit.
Universitas Indonesia
19
tidak dilakukan secara rutin. Klien mengatakan sering merasa nyeri pada
tengkuk, yang datangnya sewaktu-waktu. Klien mengatakan nyeri akan hilang
dengan istirahat.
20
malam dari rentang pukul sembilan sampai sebelas malam dan bangun saat
subuh, sekitar pukul empat sampai lima pagi. Klien mengatakan selama
dirawat di rumah sakit sering terbangun di malam hari, karena ingin berkemih.
Perasaan tersebut, seringkali menganggu istirahat tidur malam. Siang hari,
klien akan tidur siang jika tidak ada pasien lain yang bisa diajak mengobrol
atau tidak ada keluarga dan teman yang menjenguk ke rumah sakit.
Hasil pengkajian integritas ego didapatkan hasil bahwa klien tampak tegang.
Klien mengatakan takut akan batal operasi lagi. Klien khawatir tekanan
darahnya akan tinggi lagi sebelum operasi. Sebelumnya, klien batal operai
karena tekanan darahnya meningkat di atas normal. Klien mengatakan kaget
saat di bawa ke ruang operasi karena tiba-tiba terasa dingin. Klien juga tidak
mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap dirinya saat di ruang operasi
lagi. Saat ini, hal yang dilakukan klien untuk mengatasi kecemasannya adalah
dengan banyak berdoa, dan berzikir. Klien terlihat sering berzikir sambil
menelusuri batu tasbih dengan jari. Klien juga terlihat rutin mengerjakan
sholat lima waktu. Klien mengatakan sudah lupa apa saja persiapan operasi
yang harus dilakukan, klien mengatakan operasinya mungkin akan dinsisi
sehingga akan ada luka operasi, klien mengatakan tidak mengetahui perawatan
postoperatif, dan klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi TURP, selain
Universitas Indonesia
21
itu, klien juga sering menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan prosedur
operatif dan hasil postoperatif.
Hasil pengkajian eliminasi didapatkan hasil bahwa klien buang air kecil
sekitar lima sampai enam kali dalam sehari. Selain itu, ditemukan juga geljala
LUTS seperti terasa nyeri saat berkemih, terasa panas seperti terbakar,
berkemih terkadang tidak tuntas, pancaran urin lemah. Jika berkemih
dirasakan tuntas, setelah berkemih biasanya terasa nyeri (disuria terminal).
Seringkali klien harus mengejan untuk mengeluarkan urin. Klien mengalami
nokturia sekitar dua sampai tiga kali setiap malam. Tidak terdapat hematuria.
Pola defekasi klien tidak setiap hari, biasanya dua hari sekali. Klien
mengatakan
terkadang
defekasi
keras
dan
harus
mengejan
untuk
mengeluarkan feses. Klien tidak meminum obat-obatan laksatif, dan tidak ada
riwayat hemoroid. Hasil pemeriksaan abdomen didapatkan bahwa tidak
terdapat nyeri tekan abdomen, konsistensi abdomen lunak, tidak terdapat
massa, dan hasil auskultasi ditemukan bising usus aktif pada keempat kuadran.
Hasil pengkajian makanan dan cairan ditemukan bahwa berat badan klien
adalah 65 kg, dan tinggi badan 168 cm. Klien mengatakan selama di rumah
sakit makan tiga kali dalam sehari dan lebih sering menghabiskan
makanannya. Tidak ada masalah penurunan selera makan, tidak terdapat mual
maupun muntah. Klien tidak memiliki masalah mengunyah dan menelan,
klien tidak memakai gigi palsu, dan tidak ada alergi makanan. Klien
mengatakan kurang suka makan sayur dan buah. Klien mengatakan suka
makan gorengan dan jengkol. Selama di rumah sakit, klien dalam satu hari
dapat menghabiskan sampai 3000 ml air untuk minum (dua botol air mineral
ukuran 1500 ml).
22
Hasil
Pemeriksaan
Nilai Normal
Interpretasi
Leukosit
7,44 ribu/mm3
5-10 ribu/mm3
Normal
Hemoglobin
14,7 gr/dl
13-18 gr/dl
Normal
Hematokrit
40 %
Trombosit
40-52 %
3
260 ribu/mm
Normal
3
150-440 ribu/mm
Normal
Universitas Indonesia
23
Diagnosa keperawatan lainnya, yakni kurang pengetahuan, berdasarkan datadata subjektif dan objektif yang ditemukan selama pengkajian. Data subjektif
yang ditemukan antara lain, klien mengatakan sudah lupa apa saja persiapan
operasi yang harus dilakukan, klien mengatakan operasinya mungkin akan
dinsisi sehingga akan ada luka operasi, klien mengatakan tidak mengetahui
perawatan postoperatif, dan klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi
TURP. Adapun data objektif yang didapatkan antara lain Klien menanyakan
hal-hal yang berhubungan dengan prosedur operatif dan hasil postoperatif.
24
obat
antiansietas,
melainkan
memantau
klien
dalam
lakukan.
mengidentifikasi
klien
tentang
perawatan
postoperatif,
mampu
25
untuk masalah ansietas adalah melakukan latihan napas dalam setiap kali
merasa cemas, sambil berzikir dan tetap mengingatkan klien untuk meminum
obat anti hipertensi, serta pengkajian ansietas secara rutin selama masa
preoperatif, serta pemantauan tanda-tanda vital.
F. Laporan Intraoperatif
Klien dibawa ke IBS pada pukul 10.00 WIB, pada tanggal 28 Mei 2013.
Setelah itu, klien dipersiapkan di ruang preoperatif. Pakaian klien diganti
dengan pakaian khusus ruang operasi dan dipakaikan penutup kepala. Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi nadi. Hasilnya,
tekanan darah klien 156/93 mmHg dan frekuensi nadi 86 kalil per menit.
Setelah itu, dilakukan pemasangan infus pada vena metakarpal kanan, dengan
cairan asering. Selama klien menunggu di ruang preoperatif, dilakukan
implementasi sebagai upaya untuk menurunkan tekanan darah klien. Pertama,
ditanyakan kembali mengenai perasaan klien saat itu. Klien mengatakan sudah
pasrah dengan tindakan yang akan dilakukan dan lebih tenang dibandingkan
Universitas Indonesia
26
27
Berikut ini merupakan hasil pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi, dan
saturasi oksigen selama klien di ruang operasi:
Waktu
12.50
13.00
13.10
13.20
13.40
TD (mmHg)
132/72
120/65
109/63
115/61
111/60
Hasil Pemantauan
N (x/menit)
SaO2 (%)
84
99
65
97
73
100
73
100
72
100
Adapun tindakan yang dilakukan pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
(1) mengunci roda tempat tidur klien maupun meja operasi sebelum
memindahkan klien, (2) memastikan posisi klien tepat berada di tengah meja
operasi untuk mengurangi risiko jatuh, (3) mengamankan klien pada meja
operasi dengan restrain secukupnya, (4) memantau penggunaan doek steril
pada tubuh klien untuk menjaga suhu tubuh dan menutupi area yang tidak
dilakukan tindakan, (5) memotivasi klien untuk tetap rileks saat disuntikkan
anestesi spinal, (6) memantau tanda-tanda vital klien dan tanda perdarahan,
serta (7) mengisi tabung irigasi dengan Dextrose 5% jika tabung sudah
kosong.
Universitas Indonesia
28
Klien keluar dari ruang operasi pada pukul 13.40. kemudian, klien dibawa ke
ruang recovery dengan tempat tidur. Klien sadar penuh, namun kaki masih
belum bisa digerakkan, orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan orang juga
baik. tanda-tanda vital pada pukul 13.45 WIB diperoleh hasil pemeriksaaan
tekanan darah 115/78 mmHg, nadi 82 kali per menit, SPO2 100%. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada tahap ini adalah risiko perdarahan
berhubungan dengan prosedur pembedahan dan risiko gangguan eliminasi
urin.
Adapun tindakan yang dilakukan pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
(1) memantau tanda-tanda vital klien, (2) memantau kepatenan dan kecepatan
aliran infus, (3) memantau kepatenan traksi kateter, (4) memantau kecepatan
tetesan cairan irigasi, (5) mengganti cairan irigasi yang habis, dan (6)
memantau pengeluaran cairan lewat urine bag.
Hasil pengkajian nyeri didapatkan nyeri mulai terasa pada daerah operasi.
Nyeri muncul terus menerus, skala nyeri lima sampai enam. Klien tampak
mengernyitkan dahi dan sering menarik napas panjang sambil beristigfar.
Hasil pengkajian cairan dan nutrisi didapatkan instruksi post operatif, klien
dapat langsung makan dan minum, diit bebas. Mual dan muntah tidak terjadi.
Klien terpasang kateter urin threeway. Irigasi kateter dengan kecepatan aliran
80 tetes per menit. Klien mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat
Universitas Indonesia
29
Waktu
15.30
16.00
16.30
TD
120/80
120/80
120/80
N
84
90
82
S
35,2
35,6
35,9
RR
20
18
20
30
kepatenan
traksi
post-TURP,
menantau
sistem
drainase,
eliminasi
urin
antara
lain:
dari lekukan dan bekuan darah, memantau patensi kateter dan sistem drainase,
dan mencatat pengeluaran, menantau pola berkemih setelah kateter
Universitas Indonesia
31
dilepaskan, menanjurkan klien untuk minum dua sampai tiga cairan per hari,
dan berkolaborasi dalam pemberian continuous bladder irrigation.
32
per hari, kateter sudah sempat dilepaskan, namun harus dipasang kembali
karena terjadi obstruksi. Hasil evaluasi objektif menemukan selang irigasi dan
kateter bebas dari lekukan dan bekuan darah sebelum terjadi obstruksi, terjadi
balance cairan, namun pola berkemih mengalami gangguan setelah kateter
dilepaskan, oleh karena itu, dilakukan continuous bladder irrigation kembali.
Dengan dilakukan implementasi untuk mengatasi risiko gangguan eliminasi
urin tersebut, dan walaupun sempat terhambat, akhirnya mendapatkan respon
yang positif dari klien, masalah risiko gangguan eliminasi urin sempat
menjadi aktual, namun sudah berhasil ditangani. Walaupun demikian, risiko
tersebut masih ada karena klien masih dalam masa penyembuhan.
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Ruang rawat Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) merupakan salah satu
ruang rawat inap yang terdapat di RSUP Persahabatan dengan kekhususan
bedah, termasuk bedah urologi. Ruang Anggrek Tengah Kanan ini merupakan
ruang kelas III untuk pasien laki-laki dan perempuan, baik anak, dewasa,
maupun lansia. Ruangan tersebut memiliki 10 kamar dengan kapasitas 30
tempat tidur dan sebuah kamar isolasi dengan kapasitas dua buah tempat tidur.
Kasus urologi yang banyak ditemukan di ruang rawat ini, salah satunya adalah
kasus BPH. Dalam jangka waktu tujuh minggu, sejak awal Mei 2013 sampai
akhir Juli 2013, ditemukan sedikitnya delapan kasus BPH yang menjalani
tindakan bedah TURP dan dirawat di ruang Bedah Kelas RSUP Persahabatan.
Kasus ini termasuk kasus bedah urologi yang banyak ditemukan selain kasus
batu saluran perkemihan.
33
Universitas Indonesia
34
Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, dan merupakan salah satu masalah
kesehatan bagi aggregate lansia pria. Nies dan McEwen (2007) menjelaskan
bahwa pada pria terdapat pandangan stereotip yang mengatakan pria itu kuat,
akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih mengabaikan gejala yang
timbul di awal penyakit. Oleh karena itu, pada lansia pria walaupun memiliki
risiko BPH, namun penanganan dini jarang dilakukan dan baru dilakukan
tindakan pengobatan setelah terjadi gangguan eliminasi urin. Hal ini yang
kemudian menyebabkan kasus BPH yang yang banyak ditemukan di rumah
sakit, merupakan kasus BPH yang sudah mengalami gangguan eliminasi urin,
dan hanya bisa ditangani dengan prosedur pembedahan, yang banyak
dilakukan di rumah sakit di perkotaan.
Bapak R (63 tahun) masuk Rumah sakit karena akan menjalani operasi TURP
untuk masalah BPH yang dialaminya. Rassweiler (2005) menjelaskan bahwa
TURP merupakan representasi gold standard manajemen operatif pada BPH.
Rassweiler, et al (2006) menjelaskan prosedur TURP merupakan 90% dari
35
semua tindakan pembedahan prostat pada pasien BPH. IAUI (2003) juga
mencatat bahwa tindakan TURP merupakan pengobatan terpilih untuk pasien
BPH di Indonesia.
Keluhan yang dirasakan oleh Bapak R berupa keluhan LUTS yaitu nyeri
seperti terbakar saat berkemih, terkadang harus mengejan untuk bisa
berkemih, berkemih seringkali tidak tuntas, dan jika tuntas dalam berkemih
akan terjadi disuria terminal, pancaran urin lemah, serta nokturia. IAUI (2003)
menjelaskan bahwa BPH dapat menyebabkan timbulnya gejala LUTS, yang
terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage
symptom) yang meliputi: frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia,
pancaran urin lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), merasa tidak
puas sehabis berkemih, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin.
36
37
38
Penangan nyeri yang dilakukan pada Bapak R, dilakukan dengan cara non
farmakologis dan cara farmakologis. Implementasi manajemen nyeri
nonfarmakologis yang dilakukan pada Bapak R adalah dengan teknik relaksasi
napas dalam. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa nyeri dapat
menimbulkan respon stress, yang dapat memicu konstriksi pembuluh darah.
Oleh karena itu, teknik relaksasi dapat digunakan untuk membantu
mengurangi nyeri. Selain itu, dilakukan juga manajemen nyeri farmakologis.
Selain itu, Smeltzer dan Bare (2003) juga menjelaskan bahwa pada klien
postoperatif, sekitar satu per tiga melaporkan nyeri hebat, satu per tiga klien
melaporkan nyeri sedang, sedangkan satu per tiga lainnya melaporkan nyeri
ringan. Lebih spesifik lagi, Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa
lansia
harus
mendapatkan
manajemen
nyeri
yang
adekuat
setelah
39
Hal yang juga dilakukan pada Bapak R yaitu discharge planning. Materi
edukasi yang diberikan berupa perawatan yang dianjurkan untuk dilakukan di
rumah, hal yang harus dihindari, serta, hal-hal yang mengharuskan klien
kembali ke rumah sakit. Terkait perawatan di rumah, hal yang disampaikan
adalah hal-hal untuk menghindari valsava. Edukasi untuk mengkonsumsi
makan sayur dan buah, serta menghindari batuk keras dan bersin tetap
disampaikan, selain itu, disampaikan juga kepada Bapak R untuk menghindari
mengangkat barang berat. Davies, et al (2005) menjelaskan bahwa aktivitas
40
seperti mengangkat beban berat pasa pasien post TURP, dapat menyebabkan
perdarahan internal.
kendaraan
bermotor
selama
seminggu
setelah
TURP
Terdapat hal lain yang juga perlu disampaikan, diantaranya mengelai Kegel
exercise dan edukasi untuk memecahkan masalah regimen terapeutik tidak
efektif pada Bapak R. Namun, hal ini belum dilakukan secara optimal oleh
penyusun. Wasson (--) menjelaskan bahwa Kegel exercise merupakan latihan
41
intraoperatif.
Tujuan
preoperative
teaching
adalah
untuk
langkah-langkah
anestesi
spinal,
karena
pernah
punya
Penyusun juga menyampaikan latihan napas dalam dan batuk efektif. Smeltzer
dan Bare (2003) menjelaskan bahwa salah satu tujuan asuhan keperawatan
preoperatif adalah mengajarkan klien bagaimana mempromosikan ekspansi
42
paru yang maksimal dan oksigenasi darah yang adekuat postanestesi. Selain
itu, latihan napas dalam preoperatif juga diberikan pada klien yang berisiko
mengalami komplikasi postoperatif seperti atelaktasis dan pneumonia. Faktor
risiko tersebut antara lain anestesi umum, pembedahan abdomen atau toraks,
riwayat merokok, penyakit paru kronik, obesitas, dan lanjut usia (Pearson
Education,--). Pada Bapak R, terdapat faktor risiko tersebut, yaitu memiliki
riwayat merokok dan lanjut usia.
Hal lainnya yang juga penyusun sampaikan kepada Bapak R adalah latihan
kaki. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa tujuan latihan kaki adalah
untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis vena, dan mempromosikan
fungsi respiratori yang optimal. Oleh karena itu, latihan ini penting untuk
dilakukan pada klien yang akan menjalani pembedahan.
Hal lainnya yang penulis sampaikan pada Bapak R adalah mengenai kondisi
postoperatif dan perawatannya. Penyusun juga menyampaikan bahwa setelah
operasi, jika efek anestesi sudah habis, Bapak R akan merasankan nyeri pada
daerah operasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi nyeri postoperatif, penyusun
menyarankan Bapak R untuk melakukan teknik napas dalam selain penaganan
dengan obat-obatan. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa pada klien
postoperatif, sekitar satu per tiga melaporkan nyeri hebat. Selain itu, Smeltzer
dan Bare (2003) juga menjelaskan bahwa lansia harus mendapatkan
manajemen nyeri yang adekuat setelah pembedahan. Oleh karena itu, Bapak
R juga memerlukan manajemen nyeri farmakologik.
43
D. Alternatif Pemecahan
Preoperative teaching atau pembelajaran preoperatif memiliki manfaat yang
besar dan penting dilakukan pada semua klien preoperatif, termasuk klien
BPH-TURP. Preoperative teaching juga merupakan salah satu bentuk
pelaksanaan peran perawat sebagi educator. Beberapa kasus klien batal
operasi, seperti yang dialami Bapak R, salah satunya karena tekanan darah
yang tidak stabil menjelang operasi. Seharusnya, hal ini bisa dicegah dengan
44
Dengan dilakukannya
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah keperawatan preoperatif yang teridentifikasi pada Bapak R
dengan BPH, adalah masalah ansietas dan kurang pengetahuan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, masalah ansietas dan nyeri akut berhasil
diselesaikan
2. Masalah keperawatan intraoperatif yang teridentifikasi pada Bapak R
dengan BPH, adalah masalah risiko cedera posisi operasi dan risiko
perdarahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah risiko
cedera posisi operasi berhasil dicegah atau masalah ini tidak terjadi.
3. Masalah keperawatan postoperatif yang teridentifikasi pada Bapak R
dengan BPH, adalah masalah nyeri akut, risiko perdarahan, dan risiko
gangguan eliminasi urin. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri
akut dapat diselesaikan, dan masalah risiko perdarahan tidak terjadi atau
berhasil dicegah.
4. BPH merupakan salah satu masalah perkotaaan. Populasi lansia yang
tergolong kelompok populastion at risk dan vulnerable population ini,
banyak tinggal di daerah perkotaan di Indonesia. Pada lansia, terdapat
faktor risiko yang menyebabkan lansia laki-laki rentan terhadap masalah
BPH, seperti faktor biologis, sosial, dan ekonomi.
5. Preoperative teaching atau pembelajaran preoperatif memiliki manfaat
yang besar dan penting dilakukan pada semua klien preoperatif, termasuk
klien BPH-TURP. Preoperative teaching dapat memberikanmanfaat
dalam menurunkan kecemasan dan ketakutan, serta mengurangi
kemungkinan munculnya komplikasi postoperatif, sehingga penting untuk
dilakukan.
B. Saran
1. Tenaga kesehatan, terutama perawat perlu melakukan preoperative
teaching
Universitas Indonesia
46
pada
klien
DAFTAR PUSTAKA
prostate
dari:
Universitas Indonesia
48
Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2009). Lampu kuning ledakan
kaum renta. Style sheet:
http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid
=26. (Diunduh 2 Juli 2013).
Lois, et al. (1999). The effect of anesthetic patient education on preoperative
patient anxiety. Regional anesthesia and pain medicine, 24(2), 158.
Diunduh dari:
http://search.proquest.com/docview/205167189?accountid=17242.
Maurer, F.A. & Smith, CM. (2005). Community/public health nursing practice:
Health for families and population. Philadelphia: Elsevier Sauders.
NANDA. (2012). Nursing diagnosis: Definition and classification, 2012-2014.
Oxford: Wiley-Blackwell.
Nies, M.A. & McEwen, M. (2007). Community / publuc helath nursing:
Promoting the health of populations. (4th edition). St Lois: Saunders
Elsevier.
Parsons, J.K. (2010). Benign Prostatic Hyperplasia and Male Lower Urinary Tract
Symptoms: Epidemiology and risk factors. Springer Journal, Curr Bladder
Dysfunct Rep, 5:212218.
Pearson Education. (--). Preoperative client teaching. Style sheet:
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/3775/3866433/tools/Teaching/T
T_Box4-3.pdf. (Diunduh 7 Juli 2013).
Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing research: Generating and assessing
evidence for nursing practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Putra, R.A. (2012). 2020, Lansia Indonesia lebih banyak hidup di kota. Style
sheet:
http://mizan.com/news_det/2020-lansia-indonesia-lebih-banyakhidup-di-kota.html. (Diunduh 2 Juli 2013).
Rassweiler, J., et al. (2006). Complications of Transurethral Resection of the
Prostate (TURP): Incidence, management, and prevention. European
Urology, 50: 969-980.
Rice, K.R., Brassell, S.A., McLeod, D.G. (2010). Thromboembolism in urologic
surgery: Prophylaxis, diagnosis, and treatment. Reviews in urology,12 (2-3):
111-124. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2931288/pdf/RIU012002_e
111.pdf
Roehrborn, C. G., & McConnell, J. D. (2011). Benign prostatic hyperplasia:
etiology, pathophysiology, epidemiology, and natural history. CampbellWalsh Urology. (10th ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.
49
Lampiran 1
Data
Data Subjektif
- Klien mengatakan takut akan batal operasi lagi
- Klien mengatakan mengkhawatirkan tekanan darahnya
akan tinggi lagi sebelum operasi
- Klien mengatakan pada preoperasi tanggal 24 Mei 2013,
tekanan darahnya meningkat karena kaget saat di bawa ke
ruang operasi karena tiba-tiba terasa dingin
- Klien mengatakan khawatir akan tindakan yang akan
dilakukan saat di ruang operasi
- Klien mengatakan kecemasannya tidak mengganggu
pelaksanaan aktivitas sehari-hari
Masalah Keperawatan
Ansietas ringan
Data Objektif
- Klien tampak tegang
- Tekanan darah 140/90
- Frekuensi nadi 92 kali/menit
Data Subjektif:
- Klien mengatakan sudah lupa apa saja persiapan operasi
yang harus dilakukan
- Klien mengatakan operasinya mungkin akan dinsisi
sehingga akan ada luka operasi
- Klien mengatakan tidak mengetahui perawatan
postoperatif
- Klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi TURP
Kurang Pengetahuan
Data Objektif:
- Klien menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
prosedur operatif dan hasil postoperatif
Data Subjektif:
- Klien mengatakan terasa nyeri saat BAK
- Klien mengatakan nyeri tingkat 4-5
- Klien mengatakan karakteristik nyeri yang dirasakan
adalah panas seperti terbakar
- Klien mengatakan rasa nyeri dirasakan pada bagian
pinggang kiri dan abdomen bawah
- Klien mengatakan BAK terkadang tidak tuntas dan jika
BAK tuntas, setelah BAK biasanya terasa nyeri (disuria
terminal)
Nyeri akut
(Lanjutan)
Data
Masalah Keperawatan
Data Objektif:
- Tekanan darah 140/90
- Frekuensi nadi 92 kali/menit
Data Subjektif:
- Klien mengatakan memiliki hipertensi
- Klien mengatakan tidak rutin minum obat
antihipertensi
Nyeri akut
Regimen terapeutik
tidak efektif
Data Objektif:
- Klien batal operasi karena hipertensi kambuh
mencapai 205/109 mmHg
- TD: 140/90 mmHg
Data Subjektif:
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih, terasa panas
seperti terbakar
- Klien mengatakan berkemih seringkali terasa tidak
tuntas (anyang-anyangan).
- Klien mengatakan terkadang harus mengejan baru
bisa berkemih.
- Klien mengatakan terkadang klien merasa tuntas
dalam berkemih, namun setelah berkemih terasa
nyeri (disuria terminal).
- Klien mengatakan pancaran urin lemah.
- Klien mengatakan sering ingin buang air kecil di
malam hari, bisa dua atau tiga kali.
- Klien mengatakan mengalami masalah perkemihan
sejak satu tahun yang lalu
Data Objektif:
- Hasil sistoskopi menunjukkan adanya pembesaran
prostat
- Klien direncanakan pembedahan TURP
Gangguan eliminasi
urin
Lampiran 2
ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF
Diagnosa Keperawatan
Ansietas ringan berhubungan dengan
pengalaman operasi (gagal operasi,
anestesi, prosedur operasi)
DS:
- Klien mengatakan takut akan batal
operasi lagi
- Klien mengatakan mengkhawatirkan
tekanan darahnya akan tinggi lagi
sebelum operasi
- Klien mengatakan pada preoperasi
tanggal 24 Mei 2013, tekanan darahnya
meningkat karena kaget saat di bawa
ke ruang operasi karena tiba-tiba terasa
dingin
- Klien mengatakan khawatir akan
tindakan yang akan dilakukan saat di
ruang operasi
- Klien mengatakan kesemasannya tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari
DO:
- Klien tampak tegang
- Tekanan darah 140/90
- Frekuensi nadi 92 kali/menit
Tujuan
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x30
menit, klien
melaporkan
ansietas
berkurang
Kriteria Evaluasi
- Klien mampu
mendeskripsikan
tentang prosedur
anestesi spinal
- Klien mampu
mendeskripsikan
prosedur TURP
- Klien mampu
melakukan
teknik napas
dalam untuk
mengatasi
ansietas
- TTV dalam
batas normal:
TD:120/60130/90, N: 60120
RR: 18-22
S: 36-37
Intervensi
Mandiri
1. Identifikasi tingkat ansietas
dan pengaruhnya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar
klien
2. Identifikasi pengalaman dan
pengetahuan klien tentang
prosedur anestesi spinal dan
TURP
3. Identifikasi mekanisme
koping yang biasa dilakukan
dalam mengatasi kecemasan
4. Pantau tanda-tanda vital
5. Berikan informasi tentang
prosedur anestesi spinal
6. Berikan informasi tentang
prosedur TURP
7. Ajarkan teknik relaksasi
untuk mengatasi ansietas:
napas dalam, guided imagery,
progressive muscular
relaxation, dll.
Rasional
1. Ansietas yang menyebabkan
gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien dapat
menghambat persiapan
preoperatif
2. Data dasar untuk menentukan
tingkat kebutuhan klien
terhadap informasi mengenai
prosedur anestesi spinal dan
TURP
3. Membantu klien menemukan
mekanisme koping adaptif
untuk mengatasi kecemasan
4. Ansietas dapat menyebabkan
terjadinya perubahan TTV
5. Memberikan gambaran
tentang prosedur anestesi
spinal yang akan dijalankan
6. Memberikan gambaran
tentang prosedur TURP yang
akan dijalankan
7. Meningkatkan relaksasi, dan
menurunkan stress dan
(Lanjutan)
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
8. Anjurkan untuk meminum
obat antihipertensi sesuai
ketentuan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat
antinsietas jika dibutuhkan
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x30
menit,
pengetahuan
klien terkait
protokol dan
prosedur
preoperatif
dan hasil
postoperatif
meningkat
Mandiri
1. Identifikasi pengetahuan
klien tentang protokol dan
prosedur preoperatif
2. Identifikasi pengetahuan
klien tentang perawatan
postoperatif
3. Jelaskan mengenai protokol
preoperatif:
- Tidak memakai perhiasan,
- Tidak membawa barang
berharga
- Tidak memakai gigi palsu
- Tidak memakai alat bantu
penglihatan (kacamata,
Rasional
ansietas
8. Membantu mengontrol
tekanan darah yang
dikhawatirkan klien akan
menjadi penyulit operasi
9. Membantu menurunkan
ansietas jika tidak bisa
ditangani secara nonfarmakologis
10. Membantu mengontrol
tekanan darah
(Lanjutan)
Diagnosa Keperawatan
DO:
- Klien menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan prosedur
operatif dan hasil postoperatif
Tujuan
Kriteria Evaluasi
perawatan postTURP
Intervensi
Rasional
maupun lensa kontak)
terjadi komplikasi selama
- Tidak memakai cat kuku,
pembedahan, meningkatkan
- Mencukur dan
safety
membersihkan daerah
operasi
- Memakai gelang identitas
- Tetap mengkonsumsi obat
antihipertensi
- Puasa 8 jam sejak malam
sebelum operasi
- Mandi dan sikat gigi pada
pagi hari sebelum operasi
4. Fasilitasi klien dalam
4. Membantu mempersiapkan
melakukan persiapan
klien menghadapi operasi
preoperatif
5. Ajarkan latihan napas dalam 5. Meningkatkan fungsi
dan batuk efektif
pernapasan postanestesi dan
mencegah komplikasi
postoperatif
6. Ajarkan latihan ekstremitas 6. Mencegah trombosis
postoperatif dan membantu
pemulihan postanestesi
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat- 7. Mempersiapkan klien
obatan premedikasi
menghadapi operasi
(Lanjutan)
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d. obstruksi pada saluran
perkemihan
DS:
- Klien mengatakan terasa nyeri saat
BAK
- Klien mengatakan nyeri tingkat 4-5
- Klien mengatakan karakteristik
nyeri yang dirasakan adalah panas
seperti terbakar
- Klien mengatakan rasa nyeri
dirasakan pada bagian pinggang kiri
dan abdomen bawah
- Klien mengatakan BAK terkadang
tidak tuntas dan jika BAK tuntas,
setelah BAK biasanya terasa nyeri
(disuria terminal)
DO:
- Tekanan darah 140/90
- Frekuensi nadi 92 kali/menit
Tujuan
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x30
menit, klien
mengatakan
nyeri
berkurang
Kriteria Evaluasi
- Klien mengatakan
nyeri berkurang
skala 2-3
- TTV dalam batas
normal
TD:120/60-130/90
N: 60-120
RR: 18-22
S: 36-37,4
- Klien mampu
melakukan teknik
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Intervensi
Mandiri
1. Kaji nyeri secara berkala
2.
3.
4.
5.
6.
Rasional
1. Memberikan gambaran
tentang nyeri yang dirasakan
klien
2. Perubahan TTV terutama
Pantau tanda-tanda vital
dapat menjadi indikator
adanya nyeri
Ajarkan teknik relaksasi dan 3. Meningkatkan relaksasi dan
mengurangi nyeri
mengurangi
Anjurkan untuk membatasi 4. Menurunkan frekuensi
diuresis, terutama pada malam
minum, terutama pada
malam hari
hari
5. Menyebabkan peningkatan
Anjurkan untuk
diuresis
menghindari minum kopi
atau teh
6. Meningkatkan risiko infeksi,
Anjurkan untuk tidak
menahan keinginan
yang dapat memperparah
berkemih terlalu lama
retensi urin
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
7. Mengurangi nyeri
Lampiran 3
CATATAN PERKEMBANGAN PREOPERATIF
Inisial klien
No. RM
Usia
Ruangan
Tanggal
25 Mei
2013
: Bapak R
: 132.20.66
: 63 tahun
: Bedah Kelas, RSUP Persahabatan
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas
ringan
berhubungan
dengan
pengalaman
operasi (gagal
operasi,
anestesi,
prosedur
operasi)
Implementasi
1. Mengidentifikasi tingkat
ansietas dan pengaruhnya
terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar klien
2. Mengidentifikasi
pengalaman dan
pengetahuan klien tentang
prosedur anestesi spinal
3. Mengidentifikasi
pengalaman dan
pengetahuan klien tentang
prosedur TURP
4. Mengidentifikasi
mekanisme koping yang
biasa dilakukan dalam
mengatasi kecemasan
5. Memantau TTV
6. Memberikan informasi
tentang prosedur anestesi
spinal
7. Memberikan informasi
tentang prosedur TURP
8. Mengajarkan teknik napas
dalam untuk mengatasi
ansietas
9. Menganjurkan untuk
meminum obat
antihipertensi sesuai
ketentuan
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan ansitetas tidak sampai
mengganggu makan, tidur, dan istirahat,
hanya mengganggu pikiran
- Klien mengatakan biasanya berzikir dan
berdoa jika sedang cemas
- Klien mengatakan sudah sudah pernah
operasi sebelumnya dan sudah ada
gambaran mengenai prosedur anestesi
spinal
- Klien mengatakan sudah ada gambaran
tentang prosedur operasi yang akan
dijalani tetapi masih belum terlalu jelas
- Klien mengatakan akan minum obat
antihipertensi secara teratur
O:
- Klien mampu melakukan teknik napas
dalam dengan dibantu
- Klien mampu menjelaskan prosedur dan
efek anestesi spinal secara sederhana
- TD: 130/80mmHg, N: 86x/menit,
RR: 20x/menit, S: 35,8 C
A:
- Masalah ansietas teratasi sebagian:
a). Klien mampu mendeskripsikan
tentang prosedur anestesi spinal
b). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam dengan dibantu
c). TTV dalam batas normal
P:
- Berikan penjelasan tentang prosedur
anestesi dan prosedur TURP dengan
media yang disertai gambar
- Motivasi teknik relaksasi napas dalam
jika ansietas kembali muncul
- Pantau konsumsi obat antihipertensi
(Lanjutan)
Tanggal
25 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Kurang
pengetahuan
b.d. kurang
terpapar
informasi
mengenai
protokol dan
prosedur
preoperatif dan
hasil
postoperatif
Implementasi
Evaluasi
1. Mengidentifikasi
pengetahuan klien tentang
protokol dan prosedur
preoperatif
2. Mengidentifikasi
pengetahuan klien tentang
perawatan postoperatif
3. Mengajarkan latihan napas
dalam dan batuk efektif
S:
- Klien mengatakan sudah lupa tentang
protokol preoperatif, yang klien ingat
adalah harus puasa sejak tengah malam
sebelum operasi
- Klien mengatakan tidak mengetahui
perawatan postoperatif
O:
- Klien mampu melakukan latihan napas
dalam dan batuk efektif dengan dipandu
A:
-
P:
-
25 Mei
2013
1. Mengaji nyeri
2. Memantau tanda-tanda
vital
3. Memandu latihan teknik
relaksasi napas dalam
4. Menganjurkan untuk
membatasi minum,
terutama pada malam hari
5. Menganjurkan untuk
menghindari minum kopi
atau teh
6. Menganjurkan untuk tidak
menahan keinginan
berkemih terlalu lama
S:
- Klien mengatakan nyeri saat BAK
berkurang
- Klien mengatakan akan mengurangi
minum
- Klien mengatakan sudah tidak minum
kopi dan jarang minum teh
- Klien mengatakan tidak menahan
keinginan BAK
O:
- Nyeri skala 2-3
- Klien mampu melakukan teknik napas
dalam dengan dipandu
- TD: 130/80, N 86x/menit, RR
20x/menit, S: 35,8 C
A:
- Masalah nyeri teratasi
Klien mengatakan nyeri berkurang skala
2-3
TTV dalam batas normal
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
untuk mengurangi nyeri
(Lanjutan)
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
P:
- Kaji nyeri secara berkala
- Anjurkan teknik napas dalam jika nyeri
kembali muncul
27 Mei
2013
Ansietas
ringan
berhubungan
dengan
pengalaman
operasi (gagal
operasi,
anestesi,
prosedur
operasi)
1. Menanyakan adanya
ansietas
2. Memantau TTV
3. Memberikan informasi
tentang prosedur anestesi
spinal dengan gambar
4. Memberikan informasi
tentang prosedur TURP
dengan gambar
5. Memotivasi pelaksanaan
teknik napas dalam untuk
mengatasi ansietas
6. Mematau konsumsi obat
antihipertensi captopril dan
amlodipin
S:
- Klien mengatakan cemas berkurang
- Klien mengatakan sudah mengerti
tentang prosedur anestesi spinal
- Klien mengatkan sudah memiliki
gambaran tentang prosedur TURP
- Klien mengatakan sudah minum obat
antihipertensi dua kali, pagi dan siang
hari
O:
- Klien mampu menjelaskan bahwa
anestesi yang dilakukan adalah dari
bagian perut ke bawah, dan klien akan
tetap sadar
- Klien mampu menjelaskan bahwa saat
operasi, setelah dibius dan dipakaikan
kain hijau, akan dimasukkan alah lewat
kemaluan, dan prostat yang membesar
akan dikerok
- Klien mampu melakukan latihan napas
dalam dengan dipandu
- TD: 120/80, N 90x/menit, RR
20x/menit, S: 36 C
A:
- Masalah teratasi
a). Klien mampu mendeskripsikan
tentang prosedur anestesi spinal
b). Klien mampu mendeskripsikan
prosedur TURP
c). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam untuk mengatasi
ansietas
d). TTV dalam batas normal
P:
- Motivasi teknik napas dalam sambil
berzikir dan berdoa jika ansietas muncul
kembali
- Pantau TTV
- Ingatkan untuk minum obat
antihipertensi captopril dan amlodipin
(Lanjutan)
Tanggal
27 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Kurang
pengetahuan
b.d. kurang
terpapar
informasi
mengenai
protokol dan
prosedur
preoperatif dan
hasil
postoperatif
Implementasi
Evaluasi
1. Menjelaskan tentang
persiapan praoperasi: tidak
memakai perhiasan, tidak
membawa barang berharga,
tidak memakai gigi palsu,
tidak memakai lensa
kontak, tidak memakai cat
kuku, mencukur dan
membersihkan daerah
operasi, memakai gelang
identitas, tetap
mengkonsumsi obat anti
hipertensi, puasa pada
malam sebelum operasi,
madi dan sikat gigi pada
pagi hari sebelum operasi
2. Menjelaskan kondisi
postoperatif dan
perawatannya
3. Memfasilitasi latihan napas
dalam dan batuk efektif
4. Mengajarkan latihan
ekstremitas
S:
- Klien mengatakan lebih siap menjalani
operasi
- Klien mengatakan memiliki gambaran
tentang kondisi postoperatif dan
perawatannya
O:
- Klien sudah melakukan persiapan
operasi: tidak memakai perhiasan, tidak
membawa barang berharga, tidak
memakai gigi palsu, tidak memakai
lensa kontak, tidak memakai cat kuku,
mencukur daerah operasi, memakai
gelang identitas, tetap mengkonsumsi
obat anti hipertensi
- Klien mampu menjelaskan bahwa
setelah operasi akan dipasang selang
kencing, yang awalnya akan dipasang
secara kencang kemudian dikendurkan,
bekas operasi akan terasa nyeri setelah
efek obat bius habis, dan akan dipasang
cairan infus yang berguna untuk
menguras daerah operasi
- Klien mampu menjelaskan bahwa
setelah operasi harus banyak minum
sampai 2 botol air mineral besar
- Klien mempu menjelaskan bahwa
setelah operasi harus banyak makan
sayur dan buah
- Klien mampu melakukan latihan napas
dalam dan batuk efektif dengan dipandu
- Klien mampu melakukan latihan
ekstremitas dengan panduan
A:
- Masalah teratasi
a). Klien mampu ikut berpartisipasi
dalam persiapan preoperatif
b). Klien mampu mendemonstrasi-kan
latihan preoperatif (latihan napas
dalam, batuk efektif, dan latihan
ekstremitas)
c). Klien mampu menjelaskan kondisi
post-TURP
d). Klien mampu menjelaskan
perawatan post-TURP
(Lanjutan)
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
P:
- Lanjutkan latihan napas dalam dan batuk
efektif, serta latihan ekstremitas dua kali
sehari sebelum operasi
- Cek persiapan operasi sesuai checklist
preoperatif
28 Mei
2013
Di ruang
preoperatif
Ansietas
ringan
berhubungan
dengan
pengalaman
operasi (gagal
operasi,
anestesi,
prosedur
operasi)
1. Memantau tanda-tanda
vital, terutama tekanan
darah dan frekuensi nadi
2. Mendampingi klien pada
persiapan pre-operasi
3. Mengingatkan kembali
tentang prosedur operasi
yang akan dilakukan
4. Memandu latihan napas
napas dalam untuk
mengatasi kecemasan
Pemeriksaan
TD: 167/98
N: 86
28 Mei
2013
Kurang
pengetahuan
b.d. kurang
terpapar
informasi
mengenai
protokol dan
prosedur
preoperatif dan
hasil
postoperatif
1. Memeriksa kelengkapan
preoperatif sesuai checlist
preoperatif
2. Memfasilitasi latihan napas
dalam dan batuk efektif
3. Memfasilitasi latihan
ekstremitas
S:
- Klien mengatakan cemas berkurang
- Klien mengatakan sudah ada gambaran
mengenai prosedur operasi yang akan
dijalani
O:
- Klien mampu melakukan latihan napas
dalam secara mandiri
- TD: 132/86, N 82x/menit
A:
- Masalah ansietas teratasi sebagian:
a). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam
P:
- Pantau TTV
- Motivasi teknik napas dalam
S:
Klien mengatakan lebih siap menjalani
operasi
O:
Klien sudah melakukan persiapan
operasi: tidak memakai perhiasan, tidak
membawa barang berharga, tidak
memakai gigi palsu, tidak memakai
lensa kontak, tidak memakai cat kuku,
mencukur daerah operasi, memakai
gelang identitas, puasa sejak tengah
malam, tetap mengkonsumsi obat anti
hipertensi, mandi dan sikat gigi pada
pagi hari
Klien mampu melakukan latihan napas
dalam dan batuk efektif dengan dipandu
Klien mampu melakukan latihan
ekstremitas dengan panduan
A:
Masalah teratasi
P:
Mobilisasi klien ke IBS
Lampiran 4
ANALISIS DATA POST-OPERATIF
Data
Data Subjektif:
- Klien mengatakan terasa nyeri pada daerah yang dioperasi
- Klien mengatakan nyeri tingkat 5-6
- Klien mengatakan nyeri terus menerus terasa
Masalah Keperawatan
Data Objektif:
- Klien tampak mengernyitkan dahi
- Klien tampat sering menarik napas panjang dan beristigfar
- Tekanan darah 120/80
- Frekuensi nadi 84 kali/menit
Nyeri akut
Faktor risiko:
Perawatan yang berhubungan dengan efek samping operasi
post TURP
Risiko perdarahan
Faktor risiko
Bekuan darah post-TURP
Risiko gangguan
eliminasi urin
Data Subjektif:
- Klien mengatakan memiliki hipertensi
- Klien mengatakan tidak rutin minum obat antihipertensi
Regimen terapeutik tidak
efektif
Data Objektif:
- TD: 120/80 mmHg
(Lanjutan )
ASUHAN KEPERAWATAN POSTOPERATIF
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d. insisi sekunder pada
TURP
DS:
- Klien mengatakan terasa nyeri
pada daerah yang dioperasi
- Klien mengatakan nyeri tingkat 56
- Klien mengatakan nyeri terus
menerus terasa
Tujuan
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x30
menit, klien
mengatakan
nyeri
berkurang
DO:
- Klien tampak mengernyitkan dahi
- Klien tampat sering menarik
napas panjang dan beristigfar
- Tekanan darah 120/80
- Frekuensi nadi 84 kali/menit
Risiko perdarahan
Faktor risiko:
- Perawatan yang berhubungan
dengan efek samping operasi
post TURP
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x 30
menit,
perdarahan
tidak terjadi
Kriteria Evaluasi
- Klien mengatakan
nyeri berkurang
skala 2-3
- TTV dalam batas
normal
TD:120/60-130/90
N: 60-120
RR: 18-22
S: 36-37
- Klien mampu
melakukan teknik
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
- Klien tidak
menunjukkan
adanya tanda
perdarahan
irigasi jernih
- TTV dalam batas
normal
TD:120/60-130/90
Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji nyeri secara berkala
Mandiri
1. Identifikasi tanda-tanda
perdarahan post-TURP
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
- N: 60-120
- RR: 18-22
- S: 36-37
Intervensi
observasi warna cairan
drainase
4. Anjurkan klien untuk makan
makanan tinggi serat
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian obat
kalnex
6. Koleborasi pemberian
vitamin K
7. Kolaborasi pemberian
laksatif
8. Pantau hasil laboratorium
Setelah
- Tidak terdapat
dilakukan
sumbatan pada
asuhan
kateter threeway
keperawatan
(aliran urin dan
selama 3x 30
irigasi lancar)
menit,
- Gangguan
gangguan
eliminasi urin
eliminais urin
tidak terjadi
tidak terjadi
9. Kolaborasi pemberian
transfusi jika terjadi
perdarahan
Mandiri
1. Pastikan selang bebas
dari lekukan dan bekuan
darah
2. Pantau patensi kateter dan
sistem drainase, catat
pengeluaran
3. Pantau pola berkemih
(Lanjutan )
Rasional
dipantau dari warna drainase
4. Mencegah valsava yang dapat
menyebabkan perdarahan
5. Membantu menghentikan
perdarahan
6. Membantu mempercepat
pembekuan darah
7. Membantu melunakkan feses,
mencegan valsava
8. Perubahan nilai laboratorium,
terutama Hb, Ht, dan trombosit
dapat menjadi faktor risiko
perdarahan
9. Menggantikan darah yang
hilang
(Lanjutan )
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
spontan setelah kateter
Rasional
obstruksi setelah kateter
dilepaskan
dilepaskan
Lampiran 6
CATATAN PERKEMBANGAN POSTOPERATIF
Inisial klien
No. RM
Usia
Ruangan
Tanggal
28 Mei
2013
28 Mei
2013
: Bapak R
: 132.20.66
: 63 tahun
: Bedah Kelas, RSUP Persahabatan
Diagnosa
Implementasi
Keperawatan
Nyeri akut
1. Mengkaji nyeri secara
berkala
b.d. insisi
sekunder pada 2. Memantau tanda-tanda vital
3. Memberikan lingkungan
TURP
yang nyaman
4. Memotivasi teknik relaksasi
dan mengurangi nyeri
Risiko
perdarahan
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan nyeri belum
berkurang
- Klien mengatakan nyaman dengan
posisi semi fowler
O:
- Nyeri skala 5-6
- TD 130/80, N: 90x/menit, RR
20x/menit, S: 35,9 C
- Klien mampu melakukan napas sambil
berzikir dalam secara mandiri
A:
- Masalah teratasi sebagian
a). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam
P
- Kaji nyeri secara berkala
- Pantau TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
S:
- Klien mengatakan akan minum 2 botol
air mineral ukuran 1500 ml
- Klien mengatakan akan makan sayuran
dan buah
O:
- Klien mampu menyebutkan bahwa
kateter dikencangkan untuk
mengurangi perdarahan pada prostat
yang dioperasi
- Traksi keteter terpasang kuat
- Irigasi lancar, warna jernih kemerahan
A:
- Risiko perdarahan masih ada
P:
- Awasi tanda perdarahan
(Lanjutan)
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
-
28 Mei
2013
Risiko
gangguan
eliminasi urin
S:
- Klien mengatakan akan minum dua
botol air mineral ukuran 1500ml
O:
- Kateter terpasang, tidak tertekuk
- Tidak ada bekuan darah yang terlihat
pada urine bag
- Balance cairan/3jam
Intake:
Minum 600 cc
Spooling: 3 kolf 1500cc
Infus: 200 cc
Output:
Urin+darah+spooling drainase: 2000
IWL: 121,875
Balance cairan: 2300-2121,875=
+178,125
A:
- Risiko obstruksi masih ada
P:
- Pantau patensi kateter dan sistem
drainase
- Pantau balance cairan
29 Mei
2013
Nyeri akut
b.d. insisi
sekunder pada
TURP
S:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
setelah diberikan obat
O:
- Nyeri skala 3-4
- TD 130/80, N: 90x/menit, RR:
22x/menit, S: 36,4 C
- Klien mampu melakukan napas dalam
dengan mandiri
A:
- Masalah teratasi
a). Nyeri skala 2-3
b). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam secara mandiri
c). TTV dalam batas normal
P:
- Kaji nyeri secara berkala
- Pantau TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
(Lanjutan)
Tanggal
29 Mei
2013
29 Mei
2013
Diagnosa
Implementasi
Keperawatan
Risiko
1. Memantau tanda-tanda
perdarahan
perdarahan post-TURP
2. Memantau kepatenan traksi
post-TURP
3. Memantau sistem drainase,
dan mengobservasi warna
cairan drainase
4. Memotivasi klien makan
sayur dan buah dan
5. Menanyakan pola defekasi
post-TURP
6. Memotivasi untuk minum
2-3 liter cairan per hari
7. Memberikan obat kalnex
via IV 1 amp
8. Memberikan vitamin K via
IV 1 amp
Risiko
gangguan
eliminasi urin
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan belum banyak
memakan sayur dan buah
Klien mengatakan sudah banyak
minum Klien mengatakan belum
defekasi
O:
- Warna cairan pada urine bag bening
kemerahan
- Traksi kateter sudah dilepas
A:
- Risiko perdarahan masih ada
P:
- Awasi tanda perdarahan
- Pantau kepatenan selang irigasi
- Aff irigasi jika warna urin sudah jernih
S:
- Klien mengatakan sudah berusaha
untuk minum dua botol air mineral
ukuran 1500 ml
O:
- Kateter terpasang, tidak tertekuk
- Tidak ada bekuan darah yang terlihat
pada urine bag
- Balance cairan/24jam
Intake:
Minum: 2000 cc
Spooling: 36 kolf 18000cc
Infus: 1500 cc
Output:
Urin+darah+spooling drainase: 20.500
IWL: 975
Balance cairan: 21600-21.475: +125
A:
- Risiko obstruksi masih ada
P:
- Pantau balance cairan
- Pantau pemberian continuous bladder
irrigation
- Pantau pola berkemih spontan jika
kateter sudah dilepas
Tanggal
30 Mei
2013
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
b.d. insisi
sekunder pada
TURP
Implementasi
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Nyeri skala 2-3 TD 120/70, N:
88x/menit, RR 20x/menit, S: 36,6 C
- Klien mampu melakukan napas dalam
dengan mandiri
A:
- Masalah teratasi
a). Nyeri skala 2-3
b). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam secara mandiri
c). TTV dalam batas normal
P:
- Kaji nyeri secara berkala
- Pantau TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
30 Mei
2013
Risiko
perdarahan
S:
- Klien mengatakan mengerti dengan
discharge planning yang dilakukan
- Klien mengatakan sudah defekasi satu
kali dan tidak keras
O:
- Warna cairan pada urine bag jernih
- Irigasi drainase sudah dilepaskan
A:
- Risiko perdarahan masih ada
P:
- Bladder training dan aff kateter
- Ingatkan untuk menghindari valsava
30 Mei
2013
Risiko
gangguan
eliminasi urin
S:
- Klien mengatakan sudah minum satu
botol air mineral ukuran 1500 ml sejak
pagi
- Klien mengatakan kateter sudah
dilepaskan sebelumnya, namun terasa
nyeri pada perut bagian bawah dan urin
tidak bisa keluar, sehingga kateter
dipasang kembali
- Klien mengatakan setelah kateter
dipasang kembali terdapat bekuan
darah yang berwarna kehitaman
jumlahnya cukup banyak
(Lanjutan)
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
31
Mei2013
Nyeri akut
b.d. insisi
sekunder pada
TURP
31 Mei
2013
Risiko
perdarahan
Evaluasi
O:
- Kateter dilepaskan, kemudian dipasang
kembali
- Tidak ada bekuan darah yang terlihat
pada urine bag, warna jernih
- Balance cairan/20 jam
Intake:
Minum: 1500 cc
Spooling: 8 kolf 4000 cc
Infus: 800 cc
Output:
Urin+spooling drainase: 5300
IWL: 812,5
Balance cairan: 6300-6112,5= +187,5
A:
- Risiko obstruksi masih ada
P:
- Aff irigasi dan kateter jika warna
cairan drainase sudah jernih
- Pantau kemampuan berkemih spontan
setelah kateter dilepas
S
- Klien mengatakan nyeri minimal
O:
- Nyeri skala 1-2
- TD 130/80, N: 92x/menit
- Klien mampu melakukan napas dalam
dengan mandiri
A:
- Masalah teratasi
a). Nyeri skala 2-3
b). Klien mampu melakukan teknik
napas dalam secara mandiri
c). TTV dalam batas normal
P
- Kaji nyeri secara berkala
- Pantau TTV
- Motivasi teknik napas dalam jika nyeri
muncul kembali
- Kolaborasi pemberian analgetik jika
nyeri muncul kembali
S:
- Klien mengatakan sudah defekasi pada
pagi hari, tidak keras
O:
- Sistem drainase lancar, warna cairan
(Lanjutan)
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
4. via IV 1 amp
5. Memberikan vitamin K via
IV 1 amp
6.
31 Mei
2013
Risiko
gangguan
eliminasi urin
Evaluasi
A:
P:
-
drainase jernih
Risiko perdarahan masih ada
Awasi tanda perdarahan
Aff irigasi drainase jika warna cairan
drainase jernih
S:
- Klien mengatakan sudah minum
hampir dua botol air mineral ukuran
1500 ml
O:
- Kateter terpasang, tidak tertekuk
- Sistem drainase masih terpasang
- Tidak ada bekuan darah yang terlihat
pada urine bag
A:
- Risiko obstruksi masih ada
P:
- Memantau pemberian continuous
bladder irrigation
- Pantau pola eliminasi spontan jika
kateter sudah dilepas
Lampiran 7
TINDAKAN PEMBIUSAN
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Lampiran 8
(Lanjutan)
Lampiran 9
Nama
: Fitri Mulyana
: Perempuan
Alamat
: fitri_mulyana@ymail.com
Riwayat Pendidikan :
Tahun 2002
Tahun 2005
Tahun 2008
Tahun 2012
: Universitas Indonesia