Anda di halaman 1dari 12

TERAPI WICARA DAN MASSASE WAJAH

KEPERAWATAN GERONTIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas gerotik
pada Program Profesi Ners

OLEH:
ALFREDO KRISTIAN GOLDIE
30190116067

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2017
A. Terapi Wicara pada Residen dengan Hambatan Komunikasi Verbal
Terapi wicara merupakan treatment yang dilakukan pada residen hambatan,
komunikasi verbal agar memperoleh kembali bahasanya (Siguroardpttir dan
Sighvatssom, 2006). Target terapi wicara adalah untuk meningkatkan harapan hidup
sehari-hari. Selain itu, terapi yang diberikan pada lansia dengan hambtan komunikasi
verbal bertujuan meningkatkan komunikasi lansia secara verbal, tulisan, atau isyarat
(Bakheit et al., 2007). Tujuan terapi wicara secara spesifik meliputi meningkatnya
kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata yang sederhana dan
kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti (Nadeu, Rothi,
dan Crosson, 2000). Tugas-tugas dalam terapi wicara meliputi word finders, everyday
objects, objects and action, everuday activities, sentence builders, dan phrase builders
(Berthier, 2005).

Senam lidah dapat dilakukan sebelum terapi wicara. Hal ini bertujuan untuk
merilekskan otot-otot lidah. Senam lidah terdiri dari sembilan gerakan. Gerakan
pertama adalah menjulurkan lidah kedepan. Gerakan kedua adalah sentuhkan lidah
dengan rahang atas. Gerakan ketiga adalah sentuhkan lidah dengan rang bawah.
Gerakan keempat adalah sentuhkan lidah dengan sudut bubur kanan. Gerkan kelima
adalah sentuhkan lidah dengan sudut bibir kiri. Gerakan keenam adalah tersenyum.
Gerakan ketujuh adalah memonyongkan bibir. Gerakan kedelapan adalah membuka
bibir hingga selebar-lebarnya. Gerakan terakhir adalah merapatkan bibir (Nadeau,
Rothi, dan Crosson, 2000).

Latihan pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dengan huruf
konsonan juga perlu dilakukan sebelum terapi wicara. Hal ini bertujaun agar residen
mengetahui cara pengucapan huruf sebelum belajar mengucapkan kata atau kalimat.
Tahapan ini mengjarkan pengucapan huruf vokal a, i, u, e, o. Selain itu,
penggabungan huruf vokal dengan huruf konsonan juga perlu dilatih seperti
pengucapan ba bi bu be bo, pa pi pu pe po, ma mi mu me mo, ta ti tu te to,ya yi yu ye
yo, dan za zi zu ze zo.

Words finders atau mencari kata-kata merupaka tugas pertama dalam terapi
wicara. Residen diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai
kehidupan sehari-hari (Berthier, 2005). Contoh pertanyaannya yaitu, Mencuci tangan

2
menggunakan sabun dan? jawabnya, Air. Setelah madni kita memakai baju dan?
jawabnya, Celana. Seorang anak mempunyai orangtua yang terdiri dari ayah dan?
jawabannya, Ibu.

Everyday objects atau benda sehari-hari merupakan tugas kedua dari terapi
wicara. Residen pada tahap ini akan ditunjukkan beberapa benda yang biasa
digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Residen kemudian dilatih untuk mengucapkan
nama benda-benda tersebut. Contoh nama benda yang dilatih seperti kursi, pulpen,
lemari, bantal, buku, cermin, sepatu, tempat tidur, tempat sampah, dan kain pel.
Object and action atau benda dan aksi merupakan tugas ketiga dari terapi wicara.
Residen pada tahap ini ditunjukkan beberapa benda yang biasa digunakan sehari-hari.
Setelah itu, residen diminta untuk membuat kalimat berisi aktivitas menggunakan
benda tersebut. Contohnya residen ditunjukkan sebuah gelas, kemudia residen dapat
membuat kalimat seperti, Saya minum teh menggunakan gelas.Selanjutnya residen
ditunjukkan sebuah pulpen.Terakhir residen ditunjukkan sebuah sepatu, kalimat yang
dapat dibuat seperti, Saya pergi memakai sepatu.

Everyday activities atau aktivitas sehari-hari merupakan tugas keempat dari


terapi wicara. Residen pada tahap diminta membuat sebuah kalimat dari kata kerja
yang telah ditentukan. Kata kerja berupa yang dipilih berupa aktivitas sehari-hari.
Contohnyaresiden diberi kata kerja membaca, kemudian residen dapat membuat
kalimat seperti, Mahasiswa membaca buku.Contoh lainnya residen diberi kata kerja
menyetir, maka kalimat yang dapat dibuat, Ayah menyetir mobil.Contoh terakhir
residen diberi kata kerja mencuci, maka kalimat yang dapat dibentuk, Ibu mencuci
baju.

Sentence builders atau membuat kalimat merupakan tugas keempat dalam


terapi wicara. Sentence builders terdiri dari dua tahapan. Tahapan pertama, residen
diminta untuk menjawab pertanyaan berupa fakta pada kehidupan sehari-hari. Contoh
pertanyaannya yaitu, Apakah lampu merah tanda kendaraan boleh melaju?
jawabannya, Salah, lampu merah tanda kendaraan harus berhenti.Contoh
pertanyaan selanjutnya yaitu, Apakah matahari terbit dari barat? jawabannya,
Bukan, matahari terbit di timur. Tahap kedua adalah menjawab pertanyaan
membandingkan. Contoh pertanyaannya yaitu,Apakah bulu lebih lembut dari batu?
jawabannya,Benar, bulu lebih lembut dari batu. Contoh pertanyaan lainnya yaitu,

3
Apakah musim hujan lebih panas dari musim kemarau? jawabannya, Tidak,
musim hujanlebih dingin dari musim kemarau.

Phrase builders atau membuat frase merupakan tugas kelima dari terapi
wicara. Residen pada tahap ini diberikan sebuah frase dan diminta membuat kalimat
dari frase tersebut. Susunan kalimat yang dibuat pada tahap pertama berpola subjek
predikat objek, misalnya frase raja hutan, kalimat yang dapat dibuat Singa adalah
raja hutan.Contohnya lainnya frase kue cokelat, maka kalimat yang dapat dibuat
Laki-laki itu membuat kue cokelat.Susunan kalimat yang dibuat pada tahap kedua
berpola subjek predikat objek keterangan, contohnya frase kue cokelat, maka kalimat
yang dapat dibentuk seperti Laki-laki itu membuat kue cokelat di dapur.Contohnya
lainnya frase hari ibu, maka kalimat yang dapat dibuat Dia mengirim bunga untuk
hari ibu.

B. Terapi Massage Wajah (Oral Motor Therapy

Pemijatan pada area wajah perlu dilakukan untuk menstimulasi atau melatih otot
bicara anak. Jika anak mengalami masalah, gangguan atau kesulitan bicara, teknik
pemijatan ini sangat membantu dalam hal merangsang syaraf-syaraf yang
berhubungan dengan kemampuan bicara anak.

Terbukti setelah dipijat oleh terapi profesional, anakku selain perkembangan


bicaranya sangat baik, makannya pun jadi lahap.

Berikut step by step terapi pijat oral motor.

4
Pijat pipi memutar

1. Pijat Pipi (kanan-kiri bersamaan)

- Pijat memutar, ke arah luar atau samping, menggunakan seluruh telapak


tangan kita

Pijat pipi ke arah atas

5
- Pijat ke arah atas, dari ujung dagu sampai sudut mata, menggunakan seluruh
telapak tangan kita

Pijat bibir ke arah samping

2. Pijat bagian bibir (atas dan bawah)

- Pijat arah samping kanan dan kiri secara bersamaan.

- Pijat bagian atas bibir (antara hidung dan bibir) dari tengah ke arah samping
kanan dan kiri.

- Pijat bagian bawah bibir (antara bibir dan dagu) dari tengah ke arah samping
kanan dan kiri.

- Bibir atas pijat ke arah bawah.

- Tarik dari arah bawah hidung ke arah bibir.

6
Pijat bibir ke arah atas dan bawah

- Bibir bawah pijat ke arah atas

- Tarik dari arah dagu ke arah bibir

Tekan-tekan sudut bibir

- Tekan-tekan sudut bibir kanan dan kiri secara bersamaan.

7
Pijat rahang bawah

3. Pijat bagian rahang (kanan-kiri bersamaan)

- Pijat/ tarik ke arah atas dari ujung dagu sampai di bawah telinga.

Pijat rahang samping

8
- Pijat memutar kecil ke arah luar daerah pangkal rahang (di bawah telinga)
Perhatikan jika anak mengunyah, maka pangkal rahang bergerak-gerak, itu lah
yang dipijat memutar

Pijat rahang atas

- Pijat memutar kecil ke arah luar daerah dahi dekat sudut mata
Perhatikan jika anak mengunyah, maka ada bagian dahi yang cenut-cenut,
itu lah yang dipijat memutar

9
Pijat belakang dagu bawah

4. Pijat bagian leher

- Pijat memutar secara perlahan bagian bawah belakang dagu menggunakan


jempol

Pijat tulang tenggorokan

- Pijat ke arah bawah secara perlahan, bagian tulang tenggorokan, dari bawah
dagu sampai pangkal leher, menggunakan jempol.

10
Pijat samping tulang tenggorokan

- Pijat ke arah bawah secara perlahan dengan menggunakan 2 jari (jempol dan
telunjuk secara bersamaan), bagian kanan-kiri tulang tenggorokan

DAFTAR PUSTAKA

Bakheit, A. M. O., Shaw, S., Barret, L., Wood, J., Griffiths, S., Carrington, S.,
Searle, K., & Kautsi, F. (2007). A prospective, randomized, parallel group,
controlled study of the effect of intensity of speech and language therapy
on early recovery from poststroke aphasia. Clinical Rehabilitation, 21,
885894
11
Berthier, M. L. (2005). Post stroke aphasia: epidemiology, pathophysiology, and
treatment. Drugs and Aging, vol 22 (2), p163-82

Nadeau, S., Rothi, L. J. G., & Crosson, B. (2000). Aphasia and language: Theory
to practice. New York: Guilford Press

Racette, A., Bard, C., & Peretz, I. (2006). Making nonfluent aphasics speak:
Sing along! Brain, 129, 2571-2584

Sigurardttir, G. Z., & Sighvatsson, B. M. (2006). Operant conditioning and


errorless learning procedures in the treatment of chronic aphasia.
International Journal of Psychology, 41(6), 527540

12

Anda mungkin juga menyukai