Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24

BULAN DI PUSKESMAS CURUG KABUPATEN TANGERANG

Melfin Julianti Gulo1Tri Nurmiyati2

ABSTRAK

Di Indonesia angka balita kurang gizi 165 juta, di provinsi Banten 8.737 balita menderita
gizi buruk, di kabupaten Tangerang (2012) penderita gizi buruk 349 balita. Di wilayah
puskesmas Curug, status gizi kurang 167 balita, dan status gizi buruk 12 balita. Tujuan
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian MP ASI dengan status
gizi bayi usia 6-24 bulan berdasarkan usia pemberian, frekuensi dan jenis MP ASI. Jenis
penelitian bersifat analitik, dengan pendekatan cross sectional menggunakan data primer
dan sekunder. Populasi adalah semua bayi berusia 6-24 bulan di posyandu anggrek bulan
IV. Penelitian ini menggunakan total populasi yang berjumlah 40 responden. Analisa data
menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi square. Dari 40 responden,
berdasarkan usia pemberian MP ASI 6-24 bulan sebanyak (100%) berstatus gizi baik
dengan p value (0,418), pemberian MP ASI dengan frekuensi yang sesuai tahap usia
sebanyak (93,8%) berstatus gizi baik dengan p value (0,104), pemberian MP ASI dengan
jenis makanan sesuai tahap usia sebanyak (95,2%) berstatus gizi baik dengan p value
(0,564). Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia
pemberian, frekuensi dan jenis MP ASI yang diberikan dengan status gizi bayi usia 6-24
bulan di Posyandu Anggrek Bulan IV Wilayah puskesmas Curug Kabupaten Tangerang.
Diharapkan agar ibu tidak memberikan MP ASI selain dari ASI pada usia 0-6 bulan.
Karena pemberian MP ASI yang terlalu dini walaupun anak memiliki status gizi yang
baik akan tetapi beresiko terjadinya alergi, diare, konstipasi dan lain sebagainya.
Kata kunci: MP ASI, Status Gizi

ABSTRACT

In Indonesia, malnourished children under five years old about 165 million.In Banten,
one of province in Indonesia have 8,737 malnourished children under five years old, and
in the district of Tangerang (2012) 349 severely malnourished children under five years
old. In Primary Health Care Curug, 167 children under five years old have
malnutritionand 12 infants have poor nutritional. The purpose of this study was
conducted to determine the relationship giving complementary feeding and nutritional
status of infants aged 6-24 months, and the other variable of this studi were age of the
time of complementary feeding, frequency and type of complementary feeding. Cross
sectional approach and bivariate analysis (chi square test) is performed to find the
relationshipbase on primary and secondary data.The population is all infants aged 6-24
month at Posyandu Anggrek Bulan IV(total population:40 respondents). The children had
received complementary feedingas at age 6-24 month have well nourished (100%, p value
0.418), 80% children who received appropriate complementary feeding as their age had
well nourished (93.8% p value 0.104), children had received complementary feeding with
appropriate food types as their age(95,2% p value 0.564). Statistically analysis found no
significant relationship between all the variable. It is expected that the mother does not
give complementary feeding other than breast milk at 0-6 months of age. Because the

1
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
2
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
8
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

provision of complementary feeding is too early even though the child have a good
nutritional status but the risk of allergies, diarrhea, constipation, and so forth.
Keywords: complementary feeding, Nutritional Status
PENDAHULUAN

Banyak peneliti yang menaruh Kementerian Perencanaan


perhatian terhadap perkembangan otak Pembangunan Nasional mencatat lebih
dimana sangat erat hubungannya dengan dari 8 juta anak Indonesia mengalami
perkembangan mental dan kemampuan kekurangan gizi. Saat ini Indonesia
berpikir. Jaringan otak anak yang masih menjadi penyumbang angka anak
tumbuh normal akan mencapai 80% pendek dan kurang gizi di dunia, yang
berat otak dewasa sebelum berusia 3 jumlah totalnya mencapai 165 juta.2
tahun. Terdapat masa kritis dalam Secara nasional prevalensi berat
perkembangan otak manusia dimana kurang pada tahun 2010 adalah 17,9%
pada masa ini otak berkembang cepat yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan
akan sangat rawan terhadap gizi kurang 13,0% gizi kurang. Dari 33 propinsi di
dan ini berada sejak 2 bulan dalam Indonesia 18 propinsi yang memiliki
kandungan sampai dengan usia 2 prevalensi berat kurang di atas angka
tahun.1Kurang gizi yang dialami anak- prevalensi nasional yaitu berkisar antara
anak di bawah usia 2 tahun, biasanya 30,5% di propinsi Nusa Tenggara Barat
menyebabkan anak gampang sakit. dan 18,5% di propinsi Banten. Urutan
Selain itu, perkembangan tubuh anak ke 18 propinsi tersebut dari yang
hingga dewasa tak optimal, daya tahan tertinggi sampai terendah adalah
tubuh lemah, kemampuan motorik (1)Nusa Tenggara Barat, (2)Nusa
rendah, produktivitas rendah, dan Tenggara Timur, (3)Kalimantan Barat,
kemampuan daya saing juga rendah. (4)Kalimantan Tengah, (5)Sulawesi
Hasil penelitian membuktikan Tengah, (6)Papua Barat, (7)Gorontalo,
Intelligence Quotients (IQ) anak-anak (8)Maluku, (9)Sulawesi Selatan,
usia 5-15 tahun (yang pernah mengalami (10)Aceh, (11)Maluku Utara,
gizi buruk dini) perkembangan (12)Kalimantan Selatan, (13)Sulawesi
intelektual serta perkembangan fisiknya Tenggara, (14)Sumatera Utara,
banyak dipengaruhi oleh status gizi (15)Sulawesi Barat, (16)Sumatera
selama masa bayi sampai masa Selatan, (17)Jambi dan (18)Banten.4
prasekolah. Apabila pada masa ini Menurut Kementerian Kesehatan
terjadi gangguan gizi kurang dapat (Kemenkes) tahun 2013 sedikitnya
menimbulkan kelainan fisik maupun 8.737 bayi lima tahun (balita) atau
mental. Gizi bayi sendiri sebagai faktor sekitar 1,04% dari 837.857 balita
tidak langsung maupun langsung terpantau di Provinsi Banten menderita
penyebab kematian bayi. Penyakit gizi buruk. Presentase jumlah penderita
diare, infeksi saluran akut, pneumonia, gizi buruk ini mengalami peningkatan
muntah dan susah buang air besar sebesar 0,14 % dibandingkan tahun
merupakan pembunuh (killing diseases) sebelumnya, sebesar 1,18 % atau sekitar
utama pada bayi. Selain itu, kekurangan 7.589 balita gizi buruk terutama di
zat gizi pada masa bayi dapat wilayah Kabupaten Lebak.5
mengganggu pertumbuhan dan Menurut Statistik Daerah,
perkembangan bayi. Perkiraan terbaru Kabupaten Tangerang (2012), di
menunjukkan bahwa 8,5 juta bayi usia Kabupaten Tangerang masih ada sekitar
kurang dari 6 bulan di seluruh dunia 0,95 % status gizi balita buruk dan
mengalami resiko kekurangan gizi. 1-3 8,17% status gizi balita kurang. Pada
tahun 2010 untuk keadaan gizi balita di

9
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

Kabupaten Tangerang, dari 240.989 83,2%. Di Indonesia angka tertinggi


balita yang ditimbang terdapat balita pemberian air putih pada bayi adalah
sebesar 89,84% dalam keadaan gizi terjadi di Sumatera Utara 30,7%,
baik, 0,95% gizi buruk, 8,17% gizi pemberian air gula dan madu di
kurang dan 1,04% gizi lebih. Kabupaten Gorontalo 38,5%, pemberian pisang di
Tangerang persentase balita penderita Aceh 14,3%, sedangkan di Banten
gizi buruk mendekati 15 persen dan 30 sendiri pemberian air putih 14,9%,
persen adalah balita dengan penyakit pemberian madu 37,7%, dan pemberian
bawaan, seperti kelainan otak, kelainan pisang 10,6%.4
jantung dan infeksi kronis. Balita Berdasarkan penelitian Soedibyo
dengan gizi buruk pada tahun 2012 dan Winda tahun 2007, pemberian MP
sebanyak 349 dari 250 ribu balita. ASI terlalu dini dapat menimbulkan
Kasus gizi buruk menimpa sebanyak beberapa masalah yaitu berpotensi untuk
349 balita di 29 Kecamatan di tersedak dan tidak dapat tidur nyenyak
Kabupaten Tangerang, di tiga wilayah pada malam hari, dapat mengakibatkan
lainnya, yakni Kecamatan Jambe, bayi lebih sering menderita diare, bayi
Kecamatan Kemiri dan Kecamatan mudah alergi terhadap zat makanan
Mekar Baru.6 tertentu, bila makanan yang diberikan
Keadaan gizi buruk ini semakin kurang bergizi dapat mengakibatkan
meningkat terutama pada bayi prematur, anak menderita kurang gizi atau terjadi
bayi berat lahir rendah, bayi yang lahir malnutrisi, dapat pula terjadi
di pedesaan, ibu bayi yang status sosial overfeeding.9
ekonomi rendah, status pendidikan ibu SK Menteri Kesehatan RI Nomor
yang rendah, daerah kemiskinan, 273/Menkes/SK/IV/1997 telah mengatur
rendahnya tingkat pemberian ASI tentang pemberian MP ASI, yaitu bahwa
eksklusif dan meningkatnya pemberian pemberian ASI secara eksklusif bagi
makanan campuran di usia dini yang bayi sampai dengan berumur 6 bulan,
mengekspos bayi terhadap kontaminasi yang diteruskan hingga umur 2 tahun
dan makanan dengan nutrisi yang dengan pemberian MP ASI harus
rendah.7 dilakukan dengan baik dan benar karena
Menurut WHO dan United setelah anak berusia 6 bulan sesuai
Nations Children’s Fund (UNICEF), dengan proses pertumbuhan dan
lebih dari 50% kematian anak balita perkembangan bayi, maka ASI harus
terkait dengan keadaan kurang gizi, dan ditambah dengan cairan lain dan
dua pertiga diantara kematian tersebut makanan padat untuk memberikan gizi
terkait dengan praktik pemberian makan yang memadai. Cairan dan makanan
yang kurang tepat pada bayi dan anak, padat itu biasanya disebut MP ASI,
seperti tidak dilakukan inisiasi menyusu diberikan sampai anak berusia 2 tahun.10
dini dalam satu jam pertama setelah MP ASI merupakan makanan atau
lahir dan pemberian makanan minuman yang mengandung zat gizi
pendamping air susu ibu (MP ASI) yang yang diberikan kepada bayi atau anak
terlalu cepat atau terlambat usia 6-24 bulan guna memenuhi
diberikan.8Menurut Riskesdas tahun kebutuhan gizi selain dari ASI.
2010, presentasi pola pemberian MP Pemberian MP ASI yang baik dan benar
ASI dini usia dibawah 6 bulan menurut kepada bayi usia 6-24 bulan merupakan
kelompok umur yaitu bayi usia 0 bulan salah satu upaya memulihkan status gizi
diberikan MP ASI 55,1%, bayi usia 1 bayi untuk lebih seimbang. Kriteria
bulan 63,1%, bayi usia 2 bulan 65,2%, makanan tambahan yang baik meliputi
bayi usia 3 bulan 70,2%, bayi usia 4 makanan yang menyediakan energi,
bulan 70,7%, dan bayi usia 5 bulan protein, vitamin dan mineral (terutama

10
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

vitamin A, vitamin C, zat besi, seng, jumlah balita yang berstatus gizi kurang
kalsium dan asam folat) serta makanan 167 balita (1,78%), jumlah balita yang
tersebut disenangi oleh bayi.5 berstatus gizi buruk 12 balita (0,12%),
Tidak semua pemberian MP ASI dan balita yang berstatus gizi baik
hanya mulai diberikan pada usia 6-24 berjumlah 9.138 (97,62%). Berdasarkan
bulan saja, pemberian MP ASI sebelum latar belakang di atas, peneliti tertarik
usia 6 bulan (4-6 bulan) bisa diberikan untuk melakukan penelitian di Posyandu
bila memang ASI tidak mencukupi Anggrek Bulan IV wilayah Puskesmas
kebutuhan bayi lagi, hal ini ditandai Curug Kabupaten Tangerang, peneliti
dengan pertambahan berat badan bayi ingin mengetahui bagaimana hubungan
yang kurang meskipun pemberian ASI pemberian MP ASI dengan status gizi
sudah tepat. Meskipun makanan bayi usia 6-24 bulan di Posyandu
tambahan diberikan, ASI harus menjadi Anggrek Bulan IV tahun 2014.
makanan utama pada tahun pertama
bayi dan menjadi makanan penting pada
tahun kedua.11 METODE PENELITIAN
Pemberian makan yang baik sejak Rancangan penelitian yang
lahir hingga usia 2 tahun merupakan digunakan adalah penelitian survei
salah satu upaya mendasar untuk analitik.13Penelitian ini mengkorelasikan
menjamin pencapaian kualitas tumbuh pemberian MP ASI terhadap status gizi
kembang sekaligus memenuhi hak bayi usia 6-24 bulan dengan pendekatan
anak.8, 12 cross sectional dan menggunakan data
Oleh karena itu upaya mengatasi primer dan sekunder. Lokasi penelitian
masalah kekurangan gizi pada bayi dan dilakukan di Posyandu Anggrek Bulan
anak balita melalui pemberian makanan IV wilayah Puskesmas Curug
bayi dan anak yang baik dan benar, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan
menjadi agenda penting demi data dilaksanakan tanggal 07 Januari
menyelamatkan generasi masa depan.12 2014. Sampel penelitian diambil dari
Salah satu rekomendasi dalam total populasi sebanyak 40 orang yaitu
Global Strategy on Infant and Child seluruh bayi usia 6-24 bulan yang
Feeding, pola pemberian makan terbaik datang di Posyandu Anggrek Bulan IV
bagi bayi dan anak sejak lahir sampai pada tanggal 07 januari 2014.14 Status
umur 24 bulan sebagai berikut : Gizi Bayi Usia 6-24 bulan
(1)Menyusui segera dalam waktu satu dikategorikan menjadi tiga yaitu Gizi
sampai dua jam pertama setelah bayi dikatakan baik bila (-2 SD s/d 2 SD),
lahir (IMD), (2)Menyusui secara kurang (-3 SD s/d < -2 SD) dan Lebih
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia (>2 SD). Analisis univariat dilakukan
6 bulan, (3)Mulai memberikan MP ASI untuk mengetahui distribusi frekuensi
yang baik dan benar sejak bayi berusia 6 dari karakteristik status gizi bayi usia 6-
bulan; dan (4)Tetap menyusui sampai 24 bulan dan analisis bivariat dilakukan
anak berusia 24 bulan atau lebih. menggunakan uji statistic chi square
Berdasarkan hasil Bulan untuk mengetahui hubungan pemberian
Penimbangan Balita (BPB) tahun 2013, MP ASI dengan status gizi bayi usia 6-
jumlah balita di wilayah Puskesmas 24 bulan.15
Curug sebanyak 9.360 anak, dengan

11
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi Usia 6-24 bulan
Status Gizi Frekuensi Persentasi (%)
Baik ( - 2 SD s/d 2 SD ) 37 92,5
Kurang ( - 3 SD s/d < - 2 SD ) 1 2,5
Lebih ( > 2 SD ) 2 5,0
Total 40 100

Dari tabel 1 dapat diketahui yaitu sebanyak 92,5 %, status gizi


bahwa mayoritas responden berstatus kurang 2,5 %, dan status gizi lebih 5,0%.
gizi baik

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi Usia 6-24 bulan berdasarkan Usia
Pemberian, Frekuensi dan Jenis MP ASI
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia Pemberian
4-6 bulan 26 65,0 %
6-24 bulan 14 35,0 %
Frekuensi
Sesuai 32 80 %
Tidak sesuai 8 20 %
Jenis MP ASI
Sesuai 21 52,5 %
Tidak sesuai 19 47,5 %

Dari tabel 2 diketahui bahwa dengan frekuensi yang sesuai tahap usia
mayoritas anak diberikan MP ASI pada sebanyak 80% dan mayoritas anak
usia 4-6 bulan yaitu sebanyak 65%, diberikan jenis MP ASI yang sesuai
mayoritas anak diberikan MP ASI dengan tahap usia sebanyak 52,5%.

Tabel 3Hubungan Pemberian MP ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 6-24 bulan
berdasarkan Usia Pemberian MP ASI
.
Status Gizi Nilai P
Usia
Baik Kurang Lebih Jumlah
pemberian
F % F % f % N % 0,418
4-6 bulan 23 88,5% 1 3,8% 2 7,7% 26 100%
6-24 bulan 14 100% 0 0% 0 0% 14 100%

Berdasarkan tabel 3 diketahui yang berjumlah 14 anak (100%)


bahwa responden yang diberikan berstatus gizi baik. Hasil uji statistik
makanan tambahan pada usia 6-24 bulan diperoleh nilai p = 0,418 > α (0,05)
9
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

maka dapat di simpulkan bahwa Ha dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan
ditolak artinya tidak ada hubungan di Posyandu Anggrek bulan IV.
antara usia pertama pemberian MP ASI

Tabel 4 Hubungan Pemberian MP ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 6-24 bulan
berdasarkan Frekuensi
Nilai
Status Gizi
P
Frekuensi
Baik Kurang Lebih Jumlah
f % F % F % N % 0,104
Sesuai 30 93,8% 0 0% 2 6,2% 32 100%
Tidak sesuai 7 87,5% 1 12,5% 0 0% 8 100%

Berdasarkan tabel 4 diketahui (0,05) maka dapat di simpulkan bahwa


bahwa responden yang diberikan MP Ha ditolak artinya tidak ada
ASI dengan frekuensi yang sesuai hubunganantara frekuensi pemberian
dengan tahap usia sebanyak 30 anak MP ASI dengan status gizi bayi usia 6-
(93,8%) berstatus gizi baik. Hasil uji 24 bulan di Posyandu Anggrek bulan IV.
statistik diperoleh nilai p = 0,104 > α

Tabel 5Hubungan Pemberian MP ASI dengan Status Gizi Bayi usia 6-24 bulan
berdasarkan Jenis MP ASI
Nilai
Jenis makanan Status Gizi P
tambahan Baik Kurang Lebih Jumlah
f % F % f % N % 0,564
Sesuai 20 95,2% 0 0% 1 4,8% 21 100%
Tidak sesuai 17 89,5% 1 5,3% 1 5,3% 19 100%

Berdasarkan tabel 5 diketahui = 0, 564 > α (0,05) maka dapat di


bahwa responden yang diberikan MP simpulkan bahwa Ha ditolak artinya
ASI dengan jenis makanan yang sesuai tidak adahubungan antara jenis MP ASI
dengan tahap usia sebanyak 21 anak dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan
dengan 20 anak (95,2%) berstatus gizi di Posyandu Anggrek bulan IV.
baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p

10
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

PEMBAHASAN sebagian besar ibu dari responden


berpengetahuan baik dan terampil dalam
Dari hasil penelitian yang dilakukan memberikan MP ASI pada anak.
di Posyandu Anggrek bulan IV wilayah Dari 40 responden yang ada, 14
Puskesmas Curug tanggal 07 Januari 2014 anak mulai diberikan makanan tambahan
diperoleh hasil, dari 40 responden pada usia 6-24 bulan dan (100%) berstatus
sebanyak 37 anak (92,5%) berstatus gizi gizi baik. Hasil uji statistik yang
baik, sebanyak 1 anak (2,5%) berstatus dilakukan, tidak ada hubungan yang
gizi kurang, sebanyak 2 anak (5,0%) signifikan antara usia pertama pemberian
berstatus gizi lebih dan tidak ada MP ASI dengan status gizi bayi usia 6-24
responden yang berstatus gizi buruk. bulan di posyandu Anggrek bulan IV
Menurut Widodo (2009), pemberian wilayah Puskesmas Curug kabupaten
MP ASI adalah makanan selain ASI dan Tangerang.
susu formula, di mana seiring dengan Berdasarkan hasil penelitian
pertumbuhan bayi kebutuhan akan energi, Rohmani (2010) di kota Semarang, hasil
protein dan zat gizi lainnya pun makin uji korelasi Spearman, antara usia pertama
bertambah, sehingga perlu makanan pemberian MP ASI dengan status gizi
tambahan untuk kekurangannya.11 (dengan indek BB/U) di dapatkan tidak
Pemberian MP ASI yang tepat dan benar adanya korelasi / korelasi negatif antara
dapat dimulai pada usia 6 bulan, karena usia pertama pembesian MP ASI denga
pada usia ini bayi memulai gerakan status gizi balita (p = 0,881; p > α).16
mengunyah serta menggerakan rahang ke Teori Almatsier (2011) secara
atas dan ke bawah serta sudah mampu berangsur sesudah usia 6 bulan bayi
menggenggam dengan telapak tangan.5 diberikan makanan tambahan untuk
Berdasarkan penelitian Soedibyo memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat
dan Winda (2007) di RS Cipto gizi serta membantu perkembangan
Mangunkusumo Jakarta, penambahan MP kemampuan mengunyah dan menelan
ASI harus di mulai pada usia 6 bulan, nilai bayi. Jika sebelum usia 6 bulan bayi
gizi MP ASI harus adekuat seperti belum siap mencerna makanan dengan
kandungan dalam ASI, bersih, rasa dan baik dan jika dipaksa diberikan dapat
bentuk yang menarik dalam jumlah yang menyebabkan kram usus, konstipasi dan
cukup. Makanan pendamping tidak alergi.1
menggantikan ASI, tetapi secara bertahap Berdasarkan hasil penelitian
menambahkan sesuai kebutuhan gizi bayi. didapatkan usia pertama pemberian MP
Keberhasilan pemberian MP ASI ini di ASI di Posyandu Anggrek bulan IV tidak
pengaruhi juga oleh perkembangan fungsi mempunyai hubungan yang bermakna
sistem syaraf, saluran cerna dan ginjal dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan,
bayi. Pemberian makanan pada bayi hal ini dikarenakan pemberian MP ASI
adalah topik yang kompleks karena kebersihannya terjaga, MP ASI diberikan
berdampak tidak hanya pada kesehatan sesuai dengan kebutuhan bayi saja dan
dan status gizi bayi, tetapi juga pada makanan yang diberikan mudah untuk
perkembangan psikologis dan untuk dicerna bayi.
membentuk kebiasaan makan yang benar. Berdasarkan hasil penelitian dari 40
Kebiasaan makan yang benar dapat responden 32 anak diberikan makanan
berpengaruh pada kesehatan dan status tambahan dengan frekuensi yang sesuai
gizi anak di kemudian hari. Di sisi lain, dengan tahap usia yaitu sebanyak 30 anak
pemberian makan pada bayi juga di (93,8%). Hasil uji statistik yang
pengaruhi oleh sikap dan nilai yang dilakukan, tidak ada hubungan yang
diyakini orangtua dan sangat berkaitan erat signifikan antara frekuensi pemberian MP
dengan hubungan sosial dan budaya.9 ASI dengan status gizi bayi usia 6-24
Berdasarkan hasil penelitian ini, bulan di Posyandu Anggrek bulan IV
mayoritas anak usia 6-24 bulan di wilayah Puskesmas Curug kabupaten
Posyandu Anggrek bulan IV berstatus gizi Tangerang.
baik. Hal ini berhubungan karena
11
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

Berdasarkan penelitian status gizi anak. Hal ini dikarenakan dari


Kusumaningsih (2009) di Kecamatan hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas
Ungaran Barat, bayi yang diberi MP ASI MP ASI yang diberikan kurang masih
yang sesuai dengan frekuensi berstatus memadai.19
gizi baik, namun sebagian bayi dari setiap Berdasarkan hasil penelitian
responden (41,7%) yang diberi MP ASI didapatkan jenis pemberian MP ASI di
tidak sesuai dengan frekuensi tetap posyandu Anggrek bulan IV tidak
berstatus gizi baik.17 mempunyai hubungan yang bermakna
Menurut Widodo (2009) usia 6-24 dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan,
bulan bayi diberikan makanan tambahan hal ini dikarenakan pemberian jenis MP
sebanyak 3 kali sehari jika masih ASI benar-benar dihaluskan dan lumatkan
menyusui dengan makanan selingan 2 kali terlebih dahulu, makanan yang dihaluskan
sehari.11 atau dilumatkan tidak akan mengurangi
Berdasarkan hasil penelitian nilai gizi yang terkandung dalam
didapatkan frekuensi pemberian MP ASI makanan, dan makanan yang baru
di Posyandu Anggrek bulan IV tidak diperkenalkan satu persatu dengan tetap
mempunyai hubungan yang bermakna memperhatikan kemungkinan alergi anak
dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan, terhadap makanan.
hal ini dikarenakan orang tua anak
memiliki keterampilan yang memadai KESIMPULAN DAN SARAN
dalam pemilihan waktu, jumlah dan cara Setelah melakukan penelitian pada
pemberian makanan pada anak mereka. bayi usia 6-24 bulan di Posyandu Anggrek
Berdasarkan hasil penelitian dari 40 Bulan IV Wilayah Puskesmas Curug
responden, 21 anak yang diberikan tanggal 07 Januari 2014, peneliti
makanan tambahan dengan jenis MP ASI menyimpulkan hasil penelitian sebagai
yang sesuai tahap usia dan sebanyak 20 berikut hampir semua anak (92,5%)
anak (95,2%) berstatus gizi baik. Hasil uji berstatus gizi baik, 2,5% berstatus gizi
statistik yang dilakukan, tidak ada kurang dan 5,0% berstatus gizi lebih.
hubungan yang signifikan antara jenis Tidak ada hubungan bermakna antara usia
makanan tambahan yang diberikan dengan pertama pemberian MP ASI, frekuensi
status gizi bayi usia 6-24 bulan di pemberian MP ASI dan jenis MP ASI
posyandu Anggrek bulan IV wilayah yang diberikan dengan status gizi bayi usia
Puskesmas Curug kabupaten Tangerang. 6-24 bulan di Posyandu Anggrek Bulan IV
Menurut Maryuni (2010) jenis wilayah Puskesmas Curug.
makanan tambahan untuk bayi usia 6 Diharapkan dengan dilakukannya
bulan makanan lumat seperti, bubur penelitian ini, pihak tenaga kesahatan yang
tepung, bubur beras (encer) yang di terdapat di wilayah Posyandu Anggrek
lumatkan, untuk bayi usia 7-12 bulan Bulan IV lebih banyak lagi memberikan
makanan lembek seperti, bubur beras informasi kepada ibu yang mempunyai
(padat), nasi lembik, ketupat dengan anak usia 0-6 bulan agar tidak
disertai lauk pauk seperti tempe, tahu memberikan makanan tambahan apapun
beserta sayuran yang diberikan secara selain dari ASI. Karena pemberian MP
bertahap, umur 12-24 bulan dapat ASI yang terlalu dini walaupun anak
diperkenalkan makanan keluarga secara memiliki status gizi yang baik tetapi
bertahap.18 beresiko terjadinya alergi, diare, konstipasi
Berdasarkan penelitian Sakti dkk dan lain sebagainya
(2013) di kota Makassar, hasil analisis Diharapkan agar pendidikan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan meningkatkan mutu pembelajaran
yang signifikan antara pemberian jenis sehingga mahasiswi dimasa yang akan
makanan pendamping ASI dengan status datang bisa lebih baik lagi dalam
gizi anak usia 6-23 bulan berdasarkan melakukan penelitian khususnya terkait
kategori BB/U. Hasil penelitian dengan hubungan pemberian MP ASI
menunjukkan jenis MP ASI berdasarkan dengan status gizi bayi.
konsistensi tidak berhubungan dengan
12
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

Diharapkan dapat melanjutkan 9. Soedibyo S, Winda F. Pemberian


penelitian mengenai hubungan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
MP ASI dengan status gizi bayi usia 6- pada Bayi yang berkunjung ke unid
24bulan ini terutama tentang variabel yang pediatri rawat jalan. Sari Pediatri.
terkait sebagai perbandingan untuk 2007;8(4):270-5. Epub 4 Maret 2007.
penelitian selanjutnya. 10. ______. Survei Demografi dan
Diharapkan dapat melakukan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Badan
penelitian selanjutnya tentang dampak dan Pusat Statistik, Badan Kependudukan
resiko pemberian MP ASI terlalu dini bagi dan Keluarga Berencana Nasional,
anak usia 6-24 bulan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, MEASURE DHS, ICF
DAFTAR PUSTAKA International; 2012.
1. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 11. Widodo R. Pemberian Makanan,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; Suplemen dan Obat pad Anak. Jakarta:
2009. Penerbit Buku Buku Kedokteran EGC;
2. ______. Mid-upper arm circumference 2009.
at age of routine infant vaccination to 12. ______. Soal 8 Juta Anak Kurang
identify infants at elevated risk of Gizi, Iin Kata Menkes. 2013.
death. World Health Organization Available from:
[Internet]. 2013. Available from: http://www.tempo.co/read/news/2013/
http://www.who.int/bulletin/volumes/9 07/17/173497219/Soal-8-Juta-Anak-
0/12/12-109009/en/. Kurang-Gizi-Ini-Kata-Menkes.
3. Siswono. Jumlahnya Meningkat, 8.737 13. Arikunto S. Prosedur Penelitian.
Balita di Banten Alami Gizi Buruk. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
2011. Available from: 14. Nursalam. Konsep dan Penerapan
http://gizi.depkes.go.id/jumlahnya- Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
meningkat-8-737-balita-di-banten- Jakarta: Salemba Medika; 2008.
alami-gizi-buruk. 15. Notoatmodjo S. Netodologi Penelitian
4. ______. Riset Kesehatan Dasar Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
(RISKESDAS). Jakarta: Badan 2012.
Penelitian dan Pengembangan 16. Afiana R. Pemberian makanan
Kesehatan Kementerian Republik pendamping ASI (MP ASI) pada anak
Indonesia; 2010. usia 1-2 tahun di keseluruhan Lamper
5. ______. Pedoman Umum Pemberian Tengah Kecamatan Semarang Selatan,
Makanan Pendamping Air Susu Ibu Kota Semarang. Jurnal Unimus. 2010.
(MP-ASI) Lokal. Jakarta: Departemen 17. Kusumaningsih TP. Hubungan antara
Kesehatan Republik Indonesia; 2006. pemberian makanan pendamping ASI
6. ______. Statistik Daerah Kabupaten dengan status gizi pada bayi usia 6-12
Tangerang. 2012. bulan di desa Gogik Kecamatan
7. Firman NT, Witjaksono F. Tiga Faktor Ungaran Barat. 2009. Available from:
Penyebab Obesitas dan Berat http://download.portalgaruda.org/articl
Kurus2012. Available e.php?article=66331&val=4798&title
from:http://www.pesona.co.id/sehat/ke =.
sehatan/tiga.faktor.penyebab.obesitas/ 18. Maryuni A. Ilmu Kesehatan Anak
002/002/22. dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
8. ______. Menkes Buka Konas Persagi Media; 2010.
dan Temu Ilmiah Internasional 19. Sakti RE, Hadju V, Rochimiwati SN.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Tahun Hubungan pola pemberian MP-ASI
20142014. Available from: dengan status gizi anak usia 6-23
http://www.depkes.go.id/article/view/ bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan
14120300002/menkes-buka-konas- Tallo kota Makassar. 2013. Available
persagi-dan-temu-ilmiah- from:
internasional-persatuan-ahli-gizi- http://repository.unhas.ac.id/bitstream/
indonesia-tahun-2014.html. handle/123456789/5480/JURNAL_M
13
Jurnal Bina Cendekia Kebidanan Vol 1 No 1 April 2015

KMI_ RISKY EKA SAKTI


(K21109274).pdf?sequence=1.

14

Anda mungkin juga menyukai