Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PELATIHAN PERAWAT KAMAR BEDAH


INSTRUMENTASI BEDAH UMUM

1
2

LUKMAN ARIFIN, A.Md.Kep


RSUD BANGIL PASURUAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA


INSTALASI BEDAH PUSAT
2023

2
LEMBAR PENGESAHAN

Program Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumentasi Bedah Umum di


Instalasi Bedah Pusat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya ini, telah
dilaksanakan mulai pada tanggal .
Nama : LUKMAN ARIFIN, A.Md.Kep
Instansi : RSUD BANGIL PASURUAN

Pembimbing
Ketua Pendidikan &
Pelatihan
Perawat Kamar Bedah

Siti Hanifah K, A.Md.Kep


NIP. 198408032022212
002
Choirul Anam, S.Kep.Ns.
NIP. 19660915 199603 1
004

i
ii

ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan, dengan rahmat dan hidayahnya maka
laporan studi kasus dalam rangka pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumentasi Bedah
Umum di Instalasi Bedah Pusat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya telah
tersusun untuk memperoleh keahlian Instrumentasi Bedah Umum.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada:
1. ............................................. selaku ...................................................
2. ............................................. selaku ...................................................
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini, dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.

surabaya,
Penulis

LUKMAN ARIFIN

iii
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Lembar Persetujuan Pembimbing ..........................................................................................i
Kata Pengantar ............................................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................................................... iii
Daftar Tabel .....................................................................................................................................iv
Daftar Gambar ................................................................................................................................ v
Daftar Lampiran ............................................................................................................................ vi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kamar Operasi..................................................................................................................... 4
2.2 Personil Kamar Operasi...................................................................................................8
2.4 Pembersihan Kamar Operasi.......................................................................................16
2.9Cara Desinfektan.....................................................................................................................28
2.10Teknik Sterilisasi..................................................................................................................29
2.14Posisi Pembedahan.............................................................................................................35

BAB 3. INSTRUMENTASI

BAB 4. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN....................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................................

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang menimbulkan
stres. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai resiko integritas atau kebutuhan tubuh
yang terganggu bahkan dapat mengancam kehidupan. Penyakit dapat disebabkan oleh aspek
manusia atau tenaga, fasilitas atau alat dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah menjadikan pembedahan
yang dulunya sebagai usaha terakhir, sekarang menjadi sesuatu yang dapat diterima secara
umum.
Perkembangan konsep dan ilmu keperawatan khususnya perawatan perioperatif, yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit melalui penerapan
pedoman kerja perawat di kamar operasi yang membutuhkan penalaran ilmiah dan penalaran
etis.
Pelayanan keperawatan profesional di kamar operasi meliputi kegiatan
mengidentifikasikan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan yang bersifat individualistik, mengkoordinasikan
semua kegiatan keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan, ilmu biomedis, ilmu perilaku dan
ilmu alam dasar dalam rangka memulihkan dan mempertahankan kesehatan kesejahteraan
pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan operasi atau yang lebih dikenal dengan asuhan
keperawatan perioperatif sehingga pelayanan di kamar operasi menjadi lebih baik.
Etika dan tata kerja di kamar bedah merupakan suatu aturan tentang bagaimana cara
kerja di kamar bedah dengan baik dan benar, dengan tujuan agar tidak terjadi penyulit akibat
tindakan pembedahan. Oleh karena itu semua orang yang bekerja di kamar bedah harus
memahami serta melaksanakan tehnik kamar bedah.
Untuk itu Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya yang merupakan rumah sakit
pendidikan dan tempat rujukan bagi rumah sakit di Indonesia bagian timur, mengadakan
Program Pendidikan dan Pelatihan Perawat Kamar Operasi untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan personil yang bekerja di kamar operasi.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka RSUD Bangil mengirimkan tenaga perawat
kamar operasi untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan kamar bedah pada
instrumentasi bedah, agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik
kamar bedah terutama tentang teknik instrumentasi bedah ORTHOPEDI, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang profesional yang dapat memberikan nilai tambah bagi rumah sakit.

1.2 Tujuan pelatihan


1
1
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti Program Pelatihan Perawat Kamar Operasi instrumentasi bedah
dapat menghasilkan perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan
dan teknik kamar operasi instrumentasi bedah secara baik dan benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan nantinya semua perawat terlatih dapat :
1. Menerapkan pengelolaan lingkungan kamar operasi.
2. Menerapkan pengelolaan alat/instrument bedah
3. Menerapkan pengelolaan pasien bedah
4. Menerapkan pengelolaan personil.
5. Menerapkan teknik septik dan aseptik.
6. Menerapkan teknik sterilisasi dan desinfeksi.

1.3 Manfaat pelatihan


1. Bagi peserta
Dengan pelatihan instrumentasi bedah, perawat kamar operasi dapat bekerja lebih
sistematik dan rapi. Dengan demikian perawat dapat bekerja sama dengan baik dengan
tim bedah sesuai dengan tugas dan kewajiban masing-masing.
2. Bagi institusi
Mempunyai sumber daya insani yang lebih profesional dan memberikan nilai tambah
rumah sakit.

2
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KAMAR OPERASI


2.1.1 Pengertian
Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah
sakit yang diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau
akut yang membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
Kamar bedah adalah suatu unit khusus dirumah sakit yang berfungsi
sebagai daerah pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarki zonasi
sterilitas ( Kemenkes, 2015 )

2.1.2 Pembagian kamar operasi


1. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: Kamar tunggu, gang, jalan depan komplek kamar operasi.
2. Daerah Semi Publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.
Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah
ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas
(pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di
dalam.
3. Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah
yang harus dijaga sterilitasnya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.
b. Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat
instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan
mempersiapkan alat.
c. Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor pasien masuk,daerah sekitar ahli
anesthesia.

3
2.1.3 Persyaratan bangunan kamar operasi
Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
1. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan
dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.
2. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk
 Kamar operasi tidak bersudut tajam . Lantai, dinding, langit-langit
berbentuk lengkung dan warna tidak mencolok.
 Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang
keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
b. Ukuran
 Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m ( 29,1 m2)
 Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan luas 40
m2.
 Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56m2
(7,2 m x 7,8 m).
3. Sistem Penerangan
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar
putih dan mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki
persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta tidak
menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300 – 500 lux, meja operasi
10.000 – 20.000 lux.
4. Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu
sentral (AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai
filter (Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara dipompakan ke dalam
kamar operasi dan udara di kamar operasi dihisap keluar.
5. Suhu dan Kelembaban
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19 o – 22 o C. Sedangkan di
daerah sekitar 20o-24o C dengan kelembaban 55% (50 – 60%).
6. Sistem Gas Medis

4
5

Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai sistem pipa, yang bertujuan


untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di kamar operasi
bila terjadi kebocoran dari tabung gas. Pipa gas tersebut harus dibedakan
warnanya.
7. Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt
dan 220volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang berbeda.
Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai.
8. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada
keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.
9. Peralatan
 Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.
 Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah
untuk dibersihkan.
 Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel
pada alat agar mudah untuk penggunaan.
10.Pintu
 Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.
 Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.
 Semua pintu harus menggunakan auto door closer (bila
memungkinkan).
 Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di
kamaroperasi tanpa membuka pintu.
11.Pembagian area
 Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi keta, dan area ketat.
 Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan
kepada perawat kamar operasi.
12. Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tidak berwarna, berbau dan berasa
 Tidak mengandung kuman pathogen
 Tidak mengandung zat kimia
 Tidak mengandung zat beracun
2.1.4 Penentuan jumlah kamar operasi

5
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan
bentuk dan lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun
kamar operasi setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe
rumah sakit tersebut.
Makin besar rumah sakit tertentu membutuhkan jumlah dan luas
kamar bedah yang lebih besar.Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai
hal yaitu :
1. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama
fasilitas penunjang.
3. Pertimbangan antara oprasi berencana dan operasi segera.
4. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari
maupun perminggu.
5. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan
penyediaan peralatan.

2.1.5 Personil Kamar Operasi


2.1.5.1 Jenis Tenaga
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar
operasi baik tim inti maupun tim penunjang, antara lain:
1. Tim Bedah
a. Ahli bedah
b. Asisten ahli bedah
c. Perawat Instrumen (Scrub Nurse)
2. Perawat Sirkuler
d. Ahli anestesi
e. Perawat anestesi
3. Staf Perawat Operasi terdiri dari :
a. Perawat kepala kamar operasi
b. Perawat pelaksana
4. Tenaga lain terdiri dari :
a. Pekerja kesehatan
b. Tata usaha
c. Penunjang medis
2.1.5.2 Tanggung jawab
1. Kepala kamar operasi
a. Pengertian

6
7

Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab


dan berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di kamar operasi.
b. Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang
keperawatan, melalui kepala seksi perawatan.Secara
professional bertanggung jawab kepada kepala instansi kamar
operasi.
c. Tugas
1) Perencanaan
 Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.
 Menentukan macam dan jumlah alat yang diperlukan
sesuai spesialisasinya.
 Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.
 Menampung keluhan pasien secara aktif.
 Bertanggung jawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.
 Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan
peserta didik.
 Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar
operasi dalam menyusun prosedur dan tata kerja di kamar
operasi.
2) Pengarahan
 Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.
 Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan tim.
 Membuat jadwal kegiatan.
 Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin
 Mengatur pekerjaan secara merata
 Memberikan bimbingan kepada peserta didik.
 Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada
stafnya.
 Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan
efisien.
 Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
3) Pengawasan
 Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
 Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.

7
 Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.
 Mengawasi kegiatan tim bedah sehubungan dengan
tindakan pembedahan.
 Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan
di bagian lain.
4) Penilaian.
 Menganalisa secara kontinyu jalannya tim pembedahan.
 Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang
berhubungan dengan penggunaan alat dan bahan secara
efektif dan hemat.

2. Perawat Instrument / Scrub Nurse


a. Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan
ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan, selama
tindakan pembedahan berlangsung.
b. Tanggung jawab
Secara administratif dan kegiatan keperawatan, bertanggung
jawab kepada kepala kamar operasi, dan secara operasional
tindakan bertanggung jawab kepada ahli bedah dan perawat
kepala kamar operasi.
c. Tugas
1) Sebelum Pembedahan
 Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum
pembedahan.
 Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap
pakaiseperti kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo
atauinstrumen, meja operasi, lampu operasi, mesin
anesthesi, suction pump, dan gas medis.
 Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis
pembedahan.
 Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai
dengan keperluan operasi.
 Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.

2) Saat Pembedahan
8
9

 Memperingatkan tim steril jika terjadi penyimpangan


prosedur aseptik.
 Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril
untuk ahli bedah dan asisten bedah.
 Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.
 Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.
 Memberikan duk steril untuk drapping.
 Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan
kebutuhan.
 Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.
 Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun
secara sistematis.
 Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.
 Merawat luka secara aseptik.
3) Setelah Pembedahan
 Memfiksasi drain.
 Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.
 Mengganti alat tenun dan baju pasien lalu dipindahkan ke
brankart.
 Memeriksa dan menghitung instrumen lalu memcucinya.
 Memasukkan alat instrumen ke tempatnya untuk
disterilisasi
3. Perawat Sirkuler / Circulating Nurse
a. Pengertian
Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kealncaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
b. Tanggung jawab
Secara administratif dan operasional bertanggung jawab kepada
perawat kepala kamar operasi dan kepada ahli bedah.
c. Tugas
1) Sebelum pembedahan
a) Menerima Pasien di ruang persiapan Kamar Operasi
b) Memeriksa kelengkapan operasi meliputi :
 Kelengkapan dokumentasi medis, antara lain :
a) Surat persetujuan tindakan medis (operasi)
b) Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir
c) Hasil pemeriksaan radiologi (foto x-ray)

9
d) Hasil pemeriksaan ahli anestesi (pra visite
anestesi)
e) Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan
 Kelengkapan obat – obatan, cairan dan alat
kesehatan
 Persediaan darah (bila diperlukan)
c) Memeriksa persiapan fisik
 Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan
untuk pembedahan dengan perawat premedikasi
 Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan, tim bedah yang akan menolong dan
fasilitas kamar operasi.
2) Saat pembedahan
a) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan
bekerjasama dengan petugas anestesi
b) Membuka set steril yang dibutuhkan dengan
memperhatikanteknik aseptik
c) Membantu mengikatkan tali gaun bedah
d) Memasang plate mesin diatermi
e) Setelah draping, membantu menyambungkan slang
suctiondan senur diatermi
f) Membantu menyiapkan cairan dan desinfektan pada
mangkok steril
g) Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan
alat dan memisahkan dari instrument yang steril
h) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
i) Menghubungi petugas penunjang medis (petugas PA)
bila diperlukan
j) Menghitung dan mencatat pemakaian kasa, bekerjasama
dengan perawat instrument
k) Memeriksa kelengkapan onstrument dan kasa bersama
perawat instrument agar tidak tertinggal dalam tubuh
pasien sebelum luka operasi ditutup
3) Setelah pembedahan
a) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai
dilakukan pembedahan
b) Memindahkan pasien dari meja operasi ke brancard
dorong yang telah disiapkan
10
11

c) Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan, cairan


serta alat yang telah diberikan kepada pasien
d) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama
pembedahan antara lain :
 Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur,
nomor dokumen medik, ruangan dirawat, tanggal
mulai dirawat dan alamat).
 Diagnosa pra bedah
 Jenis tindakan
 Jenis operasi (bersih, bersih kontaminasi,
kontaminasi, kotor)
 Dokter anestesi
 Tim bedah (operator, asisten operator, perawat
instrument)
 Waktu operasi (mulai induksi, mulai incisi, selesai
operasi)
 Golongan operasi (khusus, besar, sedang, kecil)
 Bahan cairan yang dipakai (povidone iodine, alkhohol,
perhidrol, NaCl, chlorhexidine gluconate)
 Pemakaian pisau bedah
 Pemakaian catheter
 Pemakaian benang bedah
 Pemakaian alat-alat lain
 Keterangan (berisi catatan penting selama proses
pembedahan)
e) Membantu perawat instrument membersihkan dan
menyusun instrument yang telah digunakan kemudian
alat disterilkan
f) Membersihkan slang dan botol suction dari sisa jaringan
serta cairan operasi
g) Mensterilkan slang suction yang dipakai langsung pasien
h) Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan
pembedahan.
4. Perawat Anestesi
a. Pengertian

11
Tenaga keperawatan profesioanl yang diberi wewenang dan
tanggung jawab dalam membantu terselenggrakannya
pelaksanaan tindakan pembiusan di kamar operasi.
b. Tanggung jawab
Secara administratif dan kegiatan keperawatan bertanggung
jawab kepada kepala perawat kamar operasi dan secara
operasional bertannggung jawab kepada ahli anestesi / ahli
bedah dan kepala perawat kamar operasi.
c. Tugas
a) Sebelum Pembedahan
 Melakukan kunjungan pra anesthesi untuk menilai status
fisik pasien.
 Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.
 Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anesthesi.
 Memasang infus atau transfusi darah.
 Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter
anesthesi.
 Menyiapkan kelengkapan meja anesthesi dan mesin
suctionnya.
 Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.
 Memindahkan pasien ke meja operasi.
 Menyiapkan obat anesthesi dan membantu ahli anesthesi
dalam proses induksi.
b) Saat Pembedahan
 Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi
pasiendan ETT.
 Memenuhi keseimbangan gas medis.
 Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung
input dan output.
 Memantau tanda-tanda vital.
 Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter
anesthesi.
 Memantau efek obat anesthesi.
c) Setelah Pembedahan
 Mempertahankan jalan napas pasien.
 Memantau tingkat kesadaran pasien.

12
13

 Memantau dan mencatat perkembangan pasien post


operasi.
 Memantau pasien terhadap efek obat anesthesi.
 Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.
 Merapikan dan membersihkan alat anesthesi.
 Mengembalikan alat anesthesi ke tempat semula

2.1.6 PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI


2.1.6.1 Pengertian
Kamar operasi secara rutin dan periodik selalu dibersihkan
secara teratur. Ini bertujuan untuk tetap mempertahankan sterilisasi
kamar operasi, sehingga dapat dicegah infeksi nosokomial yang
bersumber dari kamar operasi.
2.1.6.2 Macam pembersihan kamar operasi
1) Pembersihan rutin / harian
2) Pembersihan mingguan
3) Pembersihan sewaktu
4) Sterilisasi ruangan
5) Perawatan perlengkapan kamar operasi :
a) Meja operasi
b) Meja instrument
c) Mesin anesthesia dengan kelengkapan
d) Meja mayo
e) Lampu operasi
f) Suction pump
g) Diathermi
h) Standart infuse
i) Waskum dan standartnya
j) Monitor ECG
k) Tempat sampah dan standartnya
l) Jam dinding
m)Lampu penerangan
n) Tempat alat tenun kotor

2.1.7 Bahan aseptik dan desinfektan


2.1.7.1 Bahan aseptik
2.1.7.2 Bhan desinfektan

13
Cairan desinfektan yang biasa dan sering dipakai di dalam kamar
operasi antara lain:
1) Savlon pekat dapat membunuh kuman biasa tetapi tidak dapat membunuh
TBC, Spora dan Virus hepatitis (sesuai dengan petunjuk pemakaian).
2) Betadin 10 % dan yodium 2% mempunyai efek kerja yang sama.
3) Alkohol 70%
a. Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis.
b. Dapat membunuh kuman biasa pseudomorus deroginosa dan basil
TBC.
4) Cidex
a. Dapat membunuh semua jenis kuman dan virus.
b. Mempunyai efek yang lebih baik diantara isinfektan yang ada.
c. Tidak boleh dipakai langsung ke badan manusia.
5) Venol
a. Dapat membunuh kuman biasa pseroginosa dan basil TBC.
b. Tidak dapat membunuh sproa dan virus hepatitis B.
c. Sedikit berefek membunuh euycetes.
6) Presept
a. Dapat membunuh bakteri, spora, jamur, protozoa, virus.
b. Sangat efektif untuk virus AIDS, Hepatitis B.
c. Desinfektan dalam bentuk tablet dapat dicampur dengan aniomic dan
non-ionic detergen.
d. Untuk desinfektan permukaan, peralatan dan perlengkapan rumah
sakit, laboratorium.
7) Formalin
a. Tablet
b. Cair
2.2 ANATOMI
2.2.1 Struktur Tulang
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat
berdiri tegak, tempat melekatnya otot - otot sehingga memungkinkan
jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi
jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk
mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah
organ yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas sehari-hari (Wibowo, 2005).
Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang :
1. Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot
14
15

untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang


merupakan alat gerak pasif.
2. Fungsi protektif, melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga
sumsum tulang belakang.
3. Fungsi metabolik, sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai
mineral yang penting seperti kalsium dan phospat.
4. Fungsi hemopotik. Berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan
sel darah.
Secara anatomi (dilihat dari bentuknya), tulang terbagi dua :
1. Tulang pipih (tulang-tulang kepala, tulang rahang dan lain-lain)
2. Tulang panjang (tulang-tulag lengan, paha, punggung dan lain- lain)
Bagian luar tulang (bagian yang keras) disebut tulang kortikal, dimana bagian
ini sudah mengalami klasifikasi sehingga terlihat sangat kokoh, kompak dan
kuat. Sedangkan bagian dalam yang berpori dan berongga disebut tulang
trabekular, bagian ini belum terklasifikasi sempurna, sehingga bersifat porous
atau berpori (Wibowo, 2005).
2.2.2 Komposisi Tulang
Tulang terdiri dari 2 bahan :
1. Matrik yang kaya mineral (70%) = Bone (tulang yang sudah matang)
2. Bahan-baHan organik (30%) yang terdiri dari :
a) Sel (2%) :
a) Sel Osteoblas : yang membuat matrik (bahan) tulang / sel pembentuk
tulang.
b) Sel Osteocyte : mempertahankan matrik tulang
c) Sel Osteoclast : yang menyerap osteoid (95%) (restorbsi) bahan tulang
(matrik) / sel yang menyerap tulang.
b) Osteoid (98%) : Matrik (bahan) tulang yang mengandung sedikit mineral
(osteoid = tulang muda) (Wibowo, 2005).
3. Tulang
Tulang disebut juga alat gerak pasif karena digerakan oleh otot. Akan tetapi
tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tampa
tulang.
a) Jenis-jenis Tulang
1) Tulang rawan (kartilago)
Bersifat bingkas dan lentur serta terdiri atas sel-sel rawan yang dapat
mengahasilkan matriks berupa kondrin. Pada anak- anak jaringan tulang
rawan banyak mengandung matriks. Pada orang dewasa tulang rawan
15
hanya terdapat pada beberapa tempat, misalnnya cuping hidung, cuping
telinga, antara tulang rusuk dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antara
ruas tulang belakang, pasa cakra episif.
Matriks tulang rawan merupakan campuran protein dengan poliskardia
yang di sebut kondrin. Tulang rawan ada tiga tipe yaitu : hialin, elastic dan
serat.
2) Tulang rawan hialin
Matriksnya memiliki serat kolagen yang tersebar dalam bentuk anyaman
halus dan rapat. Terdapat pada saluran pernafasan dan ujung tulang
rusuk. Tulang rawan hialin bening seperti kaca.
 Tulang rawan elatik
Susunan prolikandirum, matriks, sel dan tulang rawan
elastik sama dengan tulang rawan hialin. Akan tetapi serat
kalogeni tulang rawan elastik tidak tersebar dan nyata seperti
pada tulang rawan hialin, bentuk serat-setat elastic
bergelombang. Tulang rawan elastik terdapat pada epiglottis dan
bagian luar telinga.
 Fibrosa (fibrokartilago) / serat
Matriksnya mengandung serat kolagen kasar dan tidak
teratur, terletak di perlekatan ligament, sambungan tulang
belakang, dan simfisis pubis. Sifat khas dari tulang rawan ini
adalah lakuna-lakunannya bulat atau bulat telur dan berisi sel-sel
(kondrisit).

b) Tulang (osteon)
Bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka,
tersusun dari bagian-bagian sebagai berikut :
a) Osteoprogenerator, merupakan sel khusus yaitu derivate mesenkima
yang memiliki potensi mitosis yang mampu berdiferensiasi menjadi
osteoblas terdapat bagian luar membrane (periostenum).
b) Osteoblas merupakan sel tulang muda yang akan
membentuk osteosit.
c) Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa
d) Osteoklas merupakan sel yang berkembang dari monosit

16
17

dan terdapat disekitar permukaan tulang

c) Pembentuk Tulang
Pembentukan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang
rawan (kartilago). Kartilago dihasilkan dari sel-sel mensenimia.

d) Sistem Rangka
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Kemudian
system rangka ini bersama-sama menyusun kerangka dalam tubuh.
Secara garis besar, rangka (sekeleton) manusia dibagi menjadi
dua yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota
tubuh) (Wibowo, 2005).

17
Gambar 1. Rangka manusia (Hanifan, 2012)

Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan


dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi
menjadi tiga tipe : eksternal, internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik),
walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula di kelompokkan secara
terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adannya struktur penunjang.
Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti
tengkorak) yang ditunjukan oleh struktur lain seperti ligament, tendon,
otot, dan organ lainnya. Rata-rata manusia dewasa memiliki 206 tulang,
walaupun jumlah ini dapat bervariasi antara individu. Daftar tulang pada
rangka manusia :
1) Bagian cranium
a) 1 Tulang frontale
b) 2 Tulang parientale
c) 1 tulang ocipitale
d) 2 tulang sphenoidale

18
19

e) 2 tulang temporale
f) 2 tulang ethmoidale

2) Ruas tulang vertebrae


a) 7 ruas tulang vertebrae cervical
b) 12 ruas tulang vertebrae thoracalis
c) 5 ruas tulang vertebrae lumbalis
d) 5 ruas tulang vertebrae cacrum
e) 4 ruas tulang vertebrae coksigeus

3) Tulang gelang bahu


a) 2 tulang scapula
b) 2 tulang clavicula

4) Tulang pelvis
5) Tulang ekstremitas atas
a) tulang humerus
b) 2 tulang ulna
c) 2 tulang radius
d) 2 x 8 tulang carpal
e) 2 x 5 tulang metacarpal
f) 2 x 14 ruas digit phalanges manus

6) Tulang ekstremitas bawah


a) 2 tulang femur
b) 2 tulang patella
c) 2 tulang tibia
d) 2 tulang fibula
e) 2 tulang calcaneus
f) 2 x 7 tulang tarsal
g) 2 x 5 tulang metatarsal
h) 2 x 14 tulang phalanges pedis

19
2.3 TINJAUAN TEORI
2.4 POSITIONING
Posisi supine Operasi otak, operasi jantung, operasi bedah abdomen
umum, operasi tangan dan kaki.
Posisi thyroiditis Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy, operasi
oesopagus, operasi larynx, operasi tracheostomia.
Posisi Cholelithiasis Operasi liver, bladder.
Posisi Trendelenburg Operasi uterus atau ovary, operasi rectum.
Posisi Trendelenburg Memberikan anastesi kepada pasien yang full stomach
(perut penuh).
Posisi Lithotomy Operasi kebidanan, hemorhoid.
Posisi Prone Operasi daerah belakang kepala, punggung, belakang
lutut, tendo achilis, ginjal,adrenal glands.
Posisi lateral Operasi paru-paru, oesopagus, operasi daerah bahu,
sebelah dada, pinggang, operasi femur, hip joint
(panggul).
Posisi Neprolithotomy Operasi ginjal, adrenal glands.
Posisi Jeck-knife Operasi rectum, anus, daerah sacrum

Posisi Situng Operasi otak, cervical Vertebrae, operasi tonsillectomy.

2.5 TEKNIK ANTISEPSIS


2.6 DRAPPING
2.7 SET DASAR PEMBEDAHAN, SET KHUSUS DAN PENUNJANG
2.7.1 Set dasar pembedahan
Set dasar pembedahan adalah instrument dan alat tenun yang digunakan untuk
tindakan pembedahan tertentu, meliputi :
n serta menciptakan suasana yang harmonis dan kepuasan kerja.
1. Linen
Linen set terdiri dari :
a) Linen besa : 4
b) Linen kecil : 13
c) Gaun operasi : 5
d) Sarung meja mayo : 1

2. Set dasar
a) Desinfeksi klem : 1
b) Doek klem : 6
c) Handvet mes no 4 : 1
d) Handvet mes no 3 : 1
e) Pinset anatomi : 2
f) Pinset chirurgie : 2
g) Vanpean lurus : 6
h) Vanpean bengkok : 6
i) Van kocher lurus : 6
j) Van kocher bengkok : 6
k) Macam-macam gunting :
1) Gunting preparasi : 1
2) Gunting metzemboun : 1
3) Gunting benang : 1
l) Nald voelder : 2
m) Macam-macam wound haag :
1) Wound haag gigi 4 tajam : 2
2) Wound haag gigi 4 tumpul : 2
3) Wound haag rowhaag : 2
4) Langen back : 2

2.7.2 Set Khusus


1) Instrumen Khusus osteo tommy
a) Bor saw 1 buah
b) Tata set 1 buah
c) Hammer 1 buah
d) Kikir 1 buah
2) Instrumen wire
a) Tang cucut 1 buah
b) Pemotong wire 1 buah
c) Pembengkok wire 1 buah
d) Wire twister 2 buah
e) Wire passer
3) Laminectomy HNP
a) Ceno hook 2 buah
b) Hayect Roungers 3 buah
c) Bone cutting 1 buah
5
d) Bone curret 2 buah
e) Retractor 2 buah
f) Hernia / tumor tang 2 buah
g) Pinset tumor 2 buah
h) Dural hook 1 buah
i) Eggel sprider set 4 buah
j) scissor 1 buah
k) Dural hook 1 buah
l) Rossen boor 1 set
m) Bipolar set 1 set
4) Orif plating
a) Depth gaug 1 buah
b) Teper canellous 1 buah
c) Drill bit 2 buah
d) Teper cortikal 1 buah
e) Slif 1 buah
f) Screw drefer 1 buah
2.7.3 Set Penunjang
1) Rasparatorium :2
2) Kuret :1
3) Sprider tajam :2
4) Homan : 2
5) Rasparatorium : 1
6) Tande : 2
7) Elevator : 1
8) Boor set : 1
9) Verbrugge : 1
10) Redakcion : 2
11) muller : 2

2.8 TEKNIK DEKONTAMINASI, DESINFEKSI DAN STERILISASI


Sterilisasi adalah suatu proses teknik penghancuran microorganisme termasuk fungsi
spora dan virus dengan tujuan membunuh micro organisme dan mencegah timbulnya infeksi
akibat pemakaian alat pembedahan.
1) Teknik Panas
6
1. Uap panas dengan tekanan tinggi memakai autoclave, cara ini sangat efisien dalam
banyak hal.
2. Panaskering dengan menggunakan oven panas, tidak dapat untuk mensterilkan plastik
dan karet.
3. Merebus dengan air mendidih memakai sterilisator.
2) Teknik Penyinaran di tujukan untuk sterilisasi ruangan
1. Dengan menggunakan sinar ultra violet.
2. Dengan memakai sinar elektron.
3) Teknik Kimia
3. Dengan menggunakan uap kimia (formalin).
4. Dengan menggunakan larutan kimia (cidex).
5. Dengan menggunakan gas ethelin oxida (EO).

2.12

7
BAB III
INSTRUMENTASI TEKNIK
3.1 INSTRUMENTASI TEHNIK A2FN FEMUR DEXTRA
Nama Pasien : NY YN
No. Rm : 12.9426 96
Diagnosa : of femur 1/3 tengah S
Tindakan : Remove implant & A2FN Femur S
DEFINISI
Suatu cara melakukan instrumen untuk operasi mengembalikan patah tulang
femur seperti anatomis dengan tindakan remove all implant untuk

3.3 LAMINOPLASTY CERVICAL POSTERIOR


Nama Pasien : TN. SU
No. Rm : 12.75.55.05
Diagnosa : Cervical myelopaty L C 5-6-7
Tindakan : Laminoplasty cervical posterior

DEFINISI
Suatu cara melakukan instrumen untuk operasi membebaskan penyempitan syaraf
dan menghilangkan tekanan dari sumsum tulang belakang dengan tindakan
laminoplasty cervical
ANATOMI KASUS

Gambar 3.7.1 study kasus cervical A/P dan Lateral


PATOFISIOLOGI

Myelopaty

Stenosis cervical

Penekanan sumsum tulang belakang dan leher

Kelemahan pada tangan, kaki, punggung dan gangguan keseimbangan tubuh

Tindakan pembedahan

____________________________________________________________
pre operatif intra operatif pos operatif

kurangnya pengetahuan pemasangan luka insisi bekas luka incisi


plat diatermi

ansietasresiko cidera resiko incisi luas discontinuitas


combusio perdarahan dan dalam jaringan

nyeri
gg. keseimbangan gg. kelemahan
cairan otot infasi kuman

resiko infeksi

TUJUAN
1. Memperlancar jalannya operasi
2. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen
3. Dapat mengatur alat secara sistematis di meja mayo dan meja instrumen
4. Dapat mencegah tertinggalnya instrumen atau kasa dalam lapangan operasi
139
Cara Kerja
1. Persiapan lingkungan
Mempersiapkan ruang operasi yaitu :
1. Ruang OK sudah siap
2. Ruang scrub airnya lancar
3. Dokter anastesi dan dokter bedah sudah siap
4. Aliran listrik di kamar operasi tidak trobel
5. Mesin diatermi siap pakai
6. Lampu operasi
7. Meja mayo
8. Meja linen dan instrumen
9. Standart infus
10. Tempat baca x-ray ( x-ray iluminator )
11. Tempat sampah medis, non medis, safety box utk benda tajam
12. Kelembapan, suhu, tekanan ruangan
13. C-arm
2. Persiapan Pasien
a. Hand over : melakukan timbang terima dengan perawat transfer apakah
sudah ada, informed to consent, informed consent
b. Verifikasi pra bedah :
a. Identifikasi pasien
b. Daftar tilik pra bedah
c. Lokasi operasi ( penandaan )
d. Assasemen pra bedah
e. Informed to consent
f. Informed concent
g. Puasa
h. Hasil laboratorium
i. Hasil rontgen
apabila semua sdh terisi maka baru bisa di lakukan sign in
melakukan Sign In jam 09.50
Tim yang melakukan sign in di ruang premedikasi
Dr Bedah : dr. LUK Perawat Anastesi : DIM
Dr. Anastesi : Dr. MD Perawat Bedah : Zr. SAR
140
selanjutnya pasien masuk kamar operasi
c. dilakukan induksi dengan general anaestesi oleh team anaestesi
d. pasang cateter
e. positioning : memberikan posisi prone di meja opearasi
f. Persiapan area pembedahan : melakukan cuci area pembedahan dengan
chlorhexidene gluconat 4% laludibungkusdengan linen kecil steril
3. Pesiapan alat dan bahan habis pakai
a. Bahan habis pakai
1. antiseptic (betadin 10%) 100 cc
2. Cairan NaCl 0,9%
3. Benang heacting
- Polyglycolid aSintesis Absorbable No. 1 (T-Vio No. 1) 2 buah
-Polyglycolid Sintesis Absorbable No. 2/0 (T-Vio No 2/0) 2 buah
- Monofilamen Absorbable (Monosyn 3/0) 1 buah
4. Selang Suction 1 buah
5. Spint 20 cc 1 buah
6. Spint 50 cc 1 buah
7. Senier Diatermi 1 buah
8. Plate Diatermi 1 buah
9. Opsite Post Operasi 1 buah
10. Sterile drape 1 buah
11. Spidol Marker, Penggaris Steril 1 buah
12. Tip Cleaner 1 buah
13. Connecting (Transofix) 1 buah
14. Urobag 1 buah
15. Spint 10 cc 1 buah
16. Folly Cateter No. 16 1 buah
17. Jelly Ky 1 buah
18. Hand Schoen 10 buah
19. Framecetyn Sulfat 1 buah
20. Kasa Steril dan Depres secukupnya
21. Underped Steril 2 buah
22. Underped Non Steril 1 buah
23. Sikat cuci tangan 5 buah
141
24. Mes No. 20 2 buah
25. Opsite 1 buah
26. Bon wax 1 buah
27. Spongostan 1buah

Gambar 3.7.2 bahan habis pakai

b. Persiapan Alat Dasar Orthopedi


1. Sponge holding forcep ( desinfeksi klem ) 1 buah
2. Towel clamps (Doek Klem) 10 buah
3. Hadmastatic clamps ( Kocher ) 2 buah
4. Knife handle ( Handvat Mes )No. 4 2 buah
5. Sharp forceps (Pincet Chirurgis) 2 buah
6. Mosquito clamps (Arteri Clamp Van Pean Lurus) 2 buah
7. Kelly clamps (Arteri Clamp VanPean Bengkok ) 2 buah
8. Scissors metz (gunting metzenbaum) 2 buah
9. dressecting scissor ( gunting preparasi) 1 buah
10. Ligature scissor (Gunting benang) 1 buah
11. Langenbek 2 buah
12. Self retractor (Spreder) 1 buah
13. Needle holder (Nald Voeder) 2 buah
14. curretage kecil bengkok (Curetage) 2 buah
15. Bone elevator (Elevator) 1 buah
16. Hook 1 buah
17. Bone rounger (Knabel) 1 buah

142
Gambar 3.7.3 instrumen dasar orthopedi
c. Bone Spain Instrumen
1. Gelfi 2 buah
2. King kohen 2 buah
3. Cob 1 buah
4. Eoson 1 buah
5. Laminas spreder 2 buah
6. Carison no 2, / 3 mm 1/1 buah
7. Disronjer 1 buah
8. Drill diamond 1 buah
9. Drill rossent 1 buah
10. Owel 1 buah
11. Pemegang mini plate 1 buah
12. Finder 1 buah
d. Basic Instruments tambahan
1. Screw driver 1 buah
2. Depthgauge 1 buah
3. sharp hook 1 buah
4. diatermi bipolar 1 buah

Gmbar 3.7.4 meja instrumen dan meja mayo laminectomy


e. Implant

143
1. Neulen plate 14 mm 3 buah
2. Neulen Screw Ø 2,5 x 8 4 buah
2,5 x 10 7 buah
f. Set tenun 2 set, satu setnya terdiri dari =
1. Linen besar 4 buah
2. Linen kecil 13 buah
3. Gawn operasi 5 buah
4. Sarung meja mayo 2 buah
g. Alat tambahan
Cucing 4 buah
Bengkok 2 buah
Canul suction 1 buah
h. Alat penunjang
C-arm
Mesin diatermi & bipolar
i. Teknik instrumentasi
a. Perawat instrument melakukan cuci tangan secara fuerbringer dengan
larutan chlorhexidin gluconate 4% selama 3 – 5 menit dan dikeringkan
dengan waslap steril, kemudian masuk ruang operasi memakai gawn
bedah dan sarung tangan steril dengan teknik tertutup doble handscoen

b. Perawat instrument memberi dan memakaikan gawn operasi dan doble


handscoen kepada operator dan asisten yang sudah cuci tangan
c. Perawat instrument memasang sarung meja mayo dan di atasnya diberi
underpad steril dan dilapisi 3 linen kecil
d. Perawat instrumen mengatur instrument dimeja mayo dan meja
instrument secara sistematis
e. Perawat instrument memberikan sponge holder forcep (asepsis klem)
dengan cucing berisi depress + betadin secukupnya ( 100ml ) kepada
operator untuk dilakukan antisepsis mulai area yang bersih sampai area
kotor dengan batas atas lutut kanan sampai kaki kanan semua dan kaki
kanan di angkat asisten operator
f. Perawat instrument membantu operator dan asisten operator untuk
melakukan drapping :
144
1. Underped steril di punggung pasien
2. Linen kecil di lipat menutupi punggung
3. Linen kecil di lipat menutupi kepala
4. Linen kecil dilipat menutupi kanan kiri area insici di kunci dg duk
clem
5. Linen besar memanjang dari punggung sampai kaki
6. Linen besar melebar dari kepala dan dibuat deken duk
7. Di tambah linen kecik kanan kiri insisi
8. Area insisi di tutup/dilapisi opsite transparant drepes
9. Perawat instrumen menutup bagian atas C-arm dengan linen steril
10. Perawat instrumen menyiapkan canul, selang suction, senaur + kabel
diatermi, kabel boor dengan menjepit towel clamps yang dikaitkan linen
11. Perawat instrumen mengecek suction dan pencil coulter, mesin boor
siap pakai atau belum

Gambar 3.7.5 posisi prone laminectomy


g. Time Out jam 11.10

145
Dibacakan residen sirkulasi atau perawat sirkulasi membacakan nama
pasien, no RM, diagnosa, tindakan yang akan dilakukan, dokter operator
siapa, dokter anastesi siapa, asisten siapa, instrumen siapa, dan apabila
semua sudah siap, sebelum dilakukan operasi, berdo’a dahulu biar
operasi berjalan lancar dan sukses.
j. Tahapan operasi
a. Perawat instrumen memberikan spidol marker steril untuk memberi
tanda area incisi.
b. Perawat instrumen memberi handle mes 1 (no. 20) pada operator untuk
insesi kulit,
c. Perawat instrumen memberikan senier diatermi untuk membuka fad,
lemak sampai facia sampai terlihar tulang cervical
d. Rawat perdarahan dengan arteri klem van pean bengkok menggunakan
diatermi
e. Perawat instrumen memberikan 2 gelfi untuk melebarkan daerah
operasi
f. Perawat instrumen memberikan senier diatermi untuk memisahkan otot
dengan tulang cervical sambil di suction perdarahan nya oleh asisten
operator, selanjut nya operator melepas gelfi di ganti king kohen
g. Perawat instrumen memberikan kassa yg di gulung untuk menekan
perdarahan
h. Perawat instrumen memberikan cob untuk memisahkan otot dan syaraf
menempel di tulang cervical
i. Perawat instrumen memberikan knable untuk memotong tulang cervical
tempat c 5,6,7
j. Perawat instrumen memberikan boor rossent dan boor diamond
bergantian sambil ditetesi sedikit2 dengan NaCl 0,9% menggunakan
spuit 20cc
k. Perawat instrumen memberikan carisson no 3, 5 bergantian untuk
mengambil tulang cervical yg rusak
l. Perawat instrument memberikan diatermi bipolar pada operator untuk
menghentikan perdaran yg dalam sambil di suction oleh asisten
m. Perwawat intrumen memberkan neulen plate utuk menentukan posisi

146
n. Perawat instrumen memberikan owel dan filler bergantian, selanjutnya
memberikan bone wek
o. Perawat instrumen memberikan neulen plate 3 buah untuk stabilisasi C
5, 6, 7 di pasang satu2 selanjutnya memberikan owel dan depthgauge
untuk menentukan scerw yang dibutuhkan
p. Perawat instrumen memberikan screw Ø 2,5mm no 8 = 4, no 10 = 7
buahbeserta screw drever
q. Setelah Neulen plate terpasang semua Perawat instrumen memberikan
spuit 20cc dan NaCl 0,9% untuk membersihkan area operasi
r. Perawat instrumen menghitung kembali kassa dan alat yang dipakai
sebelum menutup facia
s. Memberikan draen no 12/14
t. Perawat instrumen memberikan benang polyglicolide syntetic
absorbable (T-Vio no. 1) dengan Nidel holder dan pinset cirurgis untuk
operator dan memberikan gunting benang kepada asisten untuk
heacting facia memakai 1 benang (T-Vio No. 1), Fat dengan polyglicolide
syntetic absorbable (T-Vio 2/0) kulit dengan polyglecaprore
Monofilamen Absorbable (Monosyn 3/0)
u. Perawat instrumen memberikan kassa basah untuk membersihkan luka
operasi lalu dikeringkan dengan kasa kering.
v. Perawat instrumen memberikan framycetin sulfat, opside post op untuk
menutup luka operasi

147
Gambar 3.7.6 pemasangan neulen plate laminectomy
v. Operasi selesai jam 13.15 wiw
Perawat instrumen membersihkan kotoran/sisa darah yang menempel di
pasien sampai bersih dengan kasa basah larutan Nacl 0,9%, selanjutnya
perawat melakukan sign out jam 14.00 wib

PROSES PERAWATAN ALAT DAN STERILISASI


Perawat instrumen melakukan perawatan instrument yang
telahdigunakanyaitumelakukan pre cleaning dibersihkan di bawah air
mengalirdilakukan cleaning denganmenggunakancairanenzimatik 25 cc dalam 5 L air
direndam 5-10 menitdibersihkandenganmenggunakansikat, laludibilasdengan air
mengalirlaludikeringkandenganhandukbersihlalu di packing dan alat di set
kembaliselanjutnya di sterilkembali di CSSD

148
149
BAB IV TEMPAT DAN WAKTU PELATIHAN

Dari tgl 29 agustus2022 sampai 2 september 2022 pengenalan kamar oprasi dan materi.
selanjutnya saya pelatihan langsung di kamar oprasi lantai 6 bedah orthopedi no 610 dari tgl 5
september 2022 sampai tgl 30 september 2022 dan pindah di kamar oprasi no 612 dari tgl 3
oktober 2022 sampai tgl 31 oktober 2022 dan pindah di kamar oprasi no 614 dari tgl 1
november 2022 sampai 28 november 2022 dan tindakan oprasi yg slama itu saya temui dan
saya ikut melakukan antara lain:
- Congenital talipes equinon varus (CTEV) pro PMR
- A2FN 1/3 Femur
- Reposisi dan orif screwing creater tuberocity humerus
- Amputasi femur
- Wide reseksi tumor wrist
- Debridement
- Orif plating distal humerus
- Orif lating distal femur
- Bipolar cf colum femur
- THR
- FFMT (free finetional muscle tranfer) brachial plexus injury complete
- Orif plating tibia fibula
- PFNA cf femur
- TKR
- ILLIZAROF
- Marsinal reseksi fibula
- Orif plating
- Orif multiple screwing colum femur
- Dekompresi laminoplasty cervikal canal stesis vL 4-5
- Orif plating 1/3 tengah femur
- Dekompresi laminoplasti ,stabilisasi LBP
- Orif plating acetabulum
- Eksternal fiksasi femur
- Valgus osteotomy
- KCL Atroscopy
- Wide reseksi tumor intercalery +cryo+orif plating distal femur
- Pleting symphisis
- Pasang DHS colum femur
- Strut graft cf colum femur
- Skin graft

152
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC.
Gruendeman, B.J & Fernsebner, B. 2005. Keperawatan Perioperatif, vol 2. Jakarta: EGC.
Shodiq, Abror, 2004, Teknik Asepsis Dan Anti Sepsis, Intalasi Bedah Sentral RS. Dr.
Sardjito Yogyakarta, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta
Sjamsulhidayat, R dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Ilmu Bedahedisi revisi, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. And Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Vol.1, EGC, Jakarta
Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press, Surabaya.
R.K Arya, Jain Vijay. 2013. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine l Vol. 14, No. 2l
April-June, 2013.

Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai