A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah suatu penyakit yang bersifat progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer, 2009).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulusfiltration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). Gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 2011).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2014).
B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal menurut Clevo dan Margareth (2012) adalah:
1) Penyakit parenkim ginjal, meliputi :
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara, 2009).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialysis (Brunner & Suddarth, 2014).
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah
(BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan
menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan
memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh
tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon.
D. Pathway (Terlampir)
E. Klasifikasi
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita
asimtomatik.
normal). Pada tahap ini BUN mulai meningkat siatas normal, kadar kreatinin
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai GFR 10% dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml/menit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik (Price, 2011).
a. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Kulit
Anemia Pucat Lecet, lebam, dan
Pigmentasi Pigmentasi luka
Kelenjar keringat Pruritus Kaji warna kulit
mengecil Ekimosis Perhatikan garukan
Kegiatan kelenjar Lecet pada kulit
lemak menurun Uremic frosts
Ekskresi sisa
metabolisme melalui
kulit
Sistem perkemihan
Kerusakan nefron Haluaran urine Asupan dan haluaran
berkurang BUN dan kreatinin
Berat jenis urine serum
menurun Elektrolit serum
Proteinuria Berat jenis urine
Fragmen dan sel
dalam urine
Natrium dalam urine
berkurang
Sistem reproduksi
Abnormalitas hormonal Infertilitas Menstruasi
Anemia Libido menurun Hematokrit
Hipertensi Disfungsi ereksi Hemoglobin
Malnutrisi Amenorea
Lambat pubertas
G. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
a. Pemeriksaan lab.darah
a) Hematologic : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b) RFT (renal fungsi test) : ureum dan kreatinin
c) LFT (liver fungsi test)
d) Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
e) koagulasi studi : PTT, PTTK
f) BGA
b. Urine
a) urine rutin
b) urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a) ECG
b) ECO
4. diagnostik
a) USG abdominal
b) CT scan abdominal
c) BNO/IVP, FPA
d) Renogram
e) RPG ( retio pielografi )
H. Komplikasi
1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia
I. Penatalaksanaan Medis
Terapi Farmakologi
Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian antihipertensi,
eritropoietin, suplemen besi, agen pengikat fosfat, dan suplemen kalsium.
a. Antasid
Hiperfosfatemia dan hipokalsemia ditangani dengan pemberian
aluminum-based antasid. Obat ini juga mengikat fosfor dari makanan di
saluran pencernaan dan mengatur penggunaan antasid dalam dosis kecil.
Kedua kalsium karbonat dan antasid pengikat fosfor harus diberikan
bersamaan dengan makanan sehingga efektif. Magnesium-based antasid
harus dihindari untuk mencegah toksisitas terhadap kalsium.
b. Agen/obat antihipertensi dan kardiovaskuler
Hipertensi ditangani dengan mengontrol cairan dan obat antihipertensi.
c. Agen/obat antikejang
Abnormalitas neurologis mungkin terjadi, pasien harus diobservasi
terhadap sakit kepala, delirium, dan kejang. Biasanya diberikan
diazepam/valium intravena atau fenitoin/dilantin.
d. Eritropoietin
Pasien anemis (dengan hematokrit < 30%) mengalami keluhan yang tidak
spesifik seperti lemah, kelelahan, dan penurunan toleransi aktivitas,
diberikan terapi epogen untuk meningkatkan hematokrit menjadi 33-
38%. Epogen diberikan secara intravena atau subkutan 3kali/minggu, dan
membutuhkan waktu sekitar 2-6 minggu untuk naiknya hematokrit.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus-kasus
emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan:
1) AV fistule: menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen: langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung)
2. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji : - Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas-
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema
laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji : - Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji : - Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji : - Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon :
A = Alert
V = Verbal,
P = Pain/respon nyeri
U = Unresponsive
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji : - Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
1) Pengkajian Riwayat Penyakit :
Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah
sakit
Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
Waktu makan terakhir
Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang,imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
5 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan askep … jam Pendidikan : proses penyakit
penyakit dan pengobatannya Pengetahuan klien / keluarga Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
b.d. kurangnya sumber meningkat dg KH: Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan
informasi Pasien mampu: gejala), identifikasi kemungkinan penyebab.
Menjelaskan kembali penjelasan Jelaskan kondisi klien
yang diberikan Jelaskan tentang program pengobatan dan
Mengenal kebutuhan perawatan dan alternatif pengobantan
pengobatan tanpa cemas Diskusikan perubahan gaya hidup yang
Klien / keluarga kooperatif saat mungkin digunakan untuk mencegah
dilakukan tindakan komplikasi
Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa
digunakan/ mendukung
instruksikan kapan harus ke pelayanan
Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang
penyakit, prosedur perawatan dan
pengobatan
6 Resiko infeksi b/d tindakan Setelah dilakukan askep ... jam risiko Kontrol infeksi
invasive, penurunan daya infeksi terkontrol dg KH: Ajarkan tehnik mencuci tangan
tahan tubuh primer Bebas dari tanda-tanda infeksi Ajarkan tanda-tanda infeksi
Angka leukosit normal laporkan dokter segera bila ada tanda infeksi
Ps mengatakan tahu tentang tanda- Batasi pengunjung
tanda dan gejala infeksi Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
pasien
Tingkatkan masukan gizi yang cukup
Anjurkan istirahat cukup
Pastikan penanganan aseptic daerah IV
proteksi infeksi:
monitor tanda dan gejala infeksi
Pantau hasil laboratorium
Amati faktor-faktor yang bisa meningkatkan
infeksi
monitor VS
7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ... jam Pantau tanda dan gejala insuf renal (
Perawat akan menangani atau peningkatan TD, urine <30 cc/jam,
mengurangi komplikasi dari insuf peningkatan BJ urine, peningkatan natrium
renal urine, BUN Creat, kalium, pospat dan
amonia, edema).
Timbang BB jika memungkinkan
Catat balance cairan
Sesuaikan pemasukan cairan setiap hari =
cairan yang keluar + 300 – 500 ml/hr
Berikan dorongan untuk pembatasan
masukan cairan yang ketat : 800-1000 cc/24
jam. Atau haluaran urin / 24 jam + 500cc
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
diet, rendah natrium (2-4g/hr)
pantau tanda dan gejala asidosis metabolik (
pernafasan dangkal cepat, sakit kepala, mual
muntah, Ph rendah, letargi)
Pantau perdarahan, anemia, hipoalbuminemia
Kolaborasi untuk hemodialisis
8 PK: Anemia Setelah dilakukan askep .... jam Monitor tanda-tanda anemia
perawat akan dapat meminimalkan Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi
terjadinya komplikasi anemia : klien yg bergizi
Hb >/= 10 gr/dl. Kolaborasi untuk pemeberian terapi
Konjungtiva tdk anemis initravena dan tranfusi darah
Kulit tidak pucat Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status
Akral hangat Fe
Observasi keadaan umum klien
9 Sindrom defisit self care b/d Setelah dilakukan askep …. jam klien Bantuan perawatan diri
kelemahan mampu Perawatan diri Monitor kemampuan pasien terhadap
Self care :Activity Daly Living (ADL) perawatan diri
dengan kriteria : Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
Pasien dapat melakukan aktivitas berpakaian, toileting dan makan
sehari-hari (makan, berpakaian, Beri bantuan sampai klien mempunyai
kebersihan, toileting, ambulasi) kemapuan untuk merawat diri
Kebersihan diri pasien terpenuhi Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Kresnawan, Markun. Diet Rendah Protein dan penggunaan Protein Nabati Pada
Penyakit Ginjal Kronik. FKUI-RSCM: Jakarta. Available at:
www.gizi.net/makalah/diet_rendah_prot-nabati.pdf.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA: Oxford University Press. 2010.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Suyono, Slamet. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
D. Pathway