Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DIAGNOSA “HIPETERMI” DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

DI SUSUN OLEH

Vivin Sinta Maharani (14221002)

Melsya nursalsabila rustam (1422021020)

Rita Yulianti (1422021036)

Riski Amelia (1422021033)

Rahmania (1422021028)

Arni (1422021007)

Alvin (1422021022)

Pinar (1422021026)

Ramla (1422021002)

Tedi Pratama (14220210

Institut kesehatan dan bisnis st.fatimah Mamuju

Prodi s1.keperawatan
Tahun 2024

A. Konsep Dasar Hipertermi


1. Pengertian hipertermi
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentangnormal
tubuh,(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut,(Arif Muttaqin,
2014)hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubugan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah infeksi akut pada
usus halus disertai dengan demam lebih dari satu minggu.Penyakit demam typhoid
merupakan penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Gejala klinis dari demam typhoid yaitu terjadinya bakterimia,
demam berkepanjangan, disertai invasi bakteri sekaligus multipikasi ke dalam sel-sel
pagosit mononuclear dari hati, kelenjar limfe, limpa, payer’s patch dan usus,(Martha
Ardiaria, 2019). Jadi, hipertermipada typhoid adalah suatu kondisi dan keadaan tubuh
yang mengalami peningkatan melebihi batas normal (>37,5°C). Hal ini merupakam
masalah keperawatan yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut pada saluran
pencernaan.

2. Etiologi
Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) yaitu :
a. Dehidrasi.
b. Terpapar lingkungan panas.
c. Proses penyakit ( misalnya, infeksi, kanker ).
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan.
e. Peningkatan laju metabolisme.
f. Respon trauma.
g. Aktivitas berlebihan.
h. Penggunaan incubator
3. Manifestasi klinis
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan tanda hipertermia,yaitu:
a. Gejala dan Tanda Mayor
Suhu tubuh di atas nilai normal (> 37,5ºC)
b. Gejala dan Tanda Minor
Kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, dan kulitterasahangat.
Gejala-gejala yang timbul dari demam typhoid bervariasi, dalam minggu pertama
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaris pada pemeriksaan fisik
hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua gejala-gejala
terjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah pada penderita penyakit
typhoid (kotor, ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor). Hepatomegali,
splenomegali, metiorisme, gangguan kesadaran berupa salmonella sampai koma,
(H. Nabiel Ridha, 2017).

4. Patofisiologi Hipertermia pada Demam Thypoid


Kuman salmonella thypi masuk ke tubuh manusia melalui mulut bersamaan
dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman di
musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke dalam usus halus dan
mencapai jaringan limfoid plak peyer di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.
Bila terjadi komplikasi pendarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina
propia, kemudian masuk ke aliran limped dan mencapai kelenjar limpe mesentrial dan
masuk aliran darah melalui duktus torasikus.
Salmonella thypi lain dapat mencpai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella thypi bersarang di plak peyeri, limfa, hati dan bagian-bagian lain system
retikuloendotelial. Endotoksin salmonella thypi berperan dalam proses inflamasi local
pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. Salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada
jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam / hipertermi (Arif Mansjoer, 2003).

5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang diagnostik yang perlu dilakukan untuk penyakit demam
(pireksi) adalah:
a) Pemeriksaan laboratorium
Yang meliputi Pemeriksaan darah secara lengkap, dalam hal ini termasuk juga
untuk pemeriksaan elektrolit tubuh dan glukosa dalam darah. Pemeriksaan ini
diterapkan sesuai indikasi untuk penyebab demam
b) Pemeriksaan cairan serebro spinal (CCS)
Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya meningitis, mendeteksi tekanan
abnormal, tanda infeksi dan pendarahan
c) Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG)
Bisa dijalankan ketika terjadi demam tinggi disertai dengan kejang, Teknik ini
untuk menekan aktivitas listrik otak
d) Pemeriksaan Computed Tomography (CT-scan)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari lesi organik pada Ketika kejang lokal
sebab, bukan dianjurkan untuk anak tanpa terdapat indikasi tanda-tanda
neurologis (Andriyani et al., 2021).

6. Penatalaksanaan
Menurut, (Kania dalam Wardiyah, 2016) terdapat pilihanpenanganan farmakologis
dan non farmakologis untuk mengobati demam. Beberapa langkah yang bisa
dilakukan dengan tujuanmengatasi demam (pireksi) pada anak adalah:
1) Tindakan farmakologis
a. Paracetamol
Ialah suatu obat pilihan pertama yang dapat diberikan kepada anak untuk
menurunkan suhu tubuhnya. Adapun porsi yang diberikan ialah berkisar 10-15
mg/kg dari total berat badan anak bisa membuat suhu tubuhnya turun dalam
waktu tidak kurang dari setengah jam dengan puncak pada dua jam setelah
pemberian. Dalam waktu 3-4 jam, demam dapat Kembali
b. Ibuprofen
obat anti radang dan penurun demam. Dapat diberikan ulang dengan jarak
enam hingga delapan jam dari porsi yang diberikan sebelumnya. Dalam hal
ini, untuk menurunkan suhu panas bisa mencapai dengan porsi 5 mg/kg dari
total berat badan anak
c. Diazepam supositoria,
Pemberian obat ini dapat diberikan pada saat demam disertai dengan kejang
dengan dosis:
 5 mg untuk anak < 3 tahun, 7,5 mg anak lebih dari 3 tahun
 4 mg dengan BB < 10kg, 10 mg untuk berat badan > 10kg
2) Tindakan non farmakologis
Apabila kondisi demam tidak segera ditangani, maka keselamatan anak
dapat terganggu yang dapat menyebabkan risiko komplikasi seperti kejang serta
penurunan kesadaran anak (Wardiyah et al., 2016). Dalam hal ini, terdapat dua
pendekatan untuk mengatasi demam (hipertermia) adalah tindakan farmakologis
dan non farmakologis. Salah satu jenis kompres yang dapat digunakan dengan
tujuan menurunkan suhu tubuh adalah kompres air hangat atau tepid water sponge
(Dewi, 2016).
Selain kompres Tindakan yang perlu dinajurkan untuk penanganan demam
adalah minum ASI banyak dan tidak menggunakan pakaian tebal. Kompres tepid
water sponge ialah metode kompres hangat yang mengkonsolidasikan strategi
kompres blok pada vena dangkal darah supervisial dengan teknik yang
dipergunakan ialah teknik seka (Linawati dkk, 2019). Menurut Hidayati, 2019
maksud diberikannya tepid water sponge kepada pasien ialah untuk menstimulasi
penurunan suhu dalam tubuh pasien hipertermia itu sendiri. Penanganan anak
hipertermia dengan metode tepid water sponge sangat efektif (Haryani, 2018).
7. Komplikasi
Menurut (Nurarif, 2015) komplikasi dari kondisi demam (pireksi)ialah sebagai
berikut.
a) Dehidrasi
Kondisi meningkatnya suhu dalam tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
sehingga tubuh menjadi lemas
b) Kejang demam
Sangat jarang (1 dari 30 anak mengalami demam). Biasanya menyerang anak
dengan umur enam bulan hingga lima tahun. Adapun serangan dalam 24 jam
pertama panas serta Sebagian besar singkat.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi,
dan proses komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencangkup
dua langkah antara lain : pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) dan analis data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Patricia, 2005).
Teori pengkajian pada anak demam thypoid menurut (Rekawati, Nursalam,
2013)yaitu :
a. Identitas
1) Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, dan agama.
2) Pengkajian identitas Orang tua berisi tentang : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan,agama, dan alamat.
b. Alasan Dirawat
1) Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri kepala
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (teutama pada saat masa
inkubasi).
2) Riwayat Penyakit
 Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
 Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.
c. Rwayat Anak
1) Perawatan anak dalam masa kandungan.
2) Perawatan pada waktu kelahiran.
d. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Bernafas : bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan bernafas yang
dialami oleh anak, serta keluhan lain yang dirasakan anak.
2) Pola Nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau keluarga berapa
kali makan dan minum dalam satu hari.
3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB tinjau
konsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK tinjau
volume, warna, bau.
4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan waktu
bermainnya.
5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.
6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan berapa
lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami oleh anak.
7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada membantu
atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.
8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi ataukah
mengalami hipertermi.
9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan orang
lain.
10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman dari
benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana pengawasan orang tua ketika
anak sedang bermain.
11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam merawat dan
mendidik anak.
12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak mengenai tingkah
laku social, gerak motoric harus, bahasa, dan perkembangan motoric kasar.
13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan orang tua,
keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling dekat dengan
anak.
14) Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama saat anak
sakit) : apa agama yang dianut dan bagaimana pelaksanaan ibadah yang
dilakukan oleh anak.
e. Pengawasan Kesehatan
1) Status Imunisasi Anak (1-5 tahun)
Status imunisasi anak adalah dimana anak pernah mendapatkan imunisasi
seperti BCG, difteri, pertussis, tetanus, polio dan campak atau tambahan
imunisasi lainnya yang di anjurkan oleh petugas.
f. Penyakit Yang Pernah Diderita
Pada poin ini yang perlu dikaji adalah jenis penyakit, akut / kronis / menular /
tidak, umur saat sakit, lamanya, dan pertolongan.
g. Kesehatan Lingkungan : kaji bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal anak
mengenai ketersediaan air bersih dan sanitasi/ventilasi rumah.
h. Perkembangan Anak (0-6 tahun)
Perkembangan anak dilakukan untuk mengkaji keadaan perkembangan anak usia
1 bulan – 72 bulan, dapat dilakukan dengan menggunakan Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor perkembangan pada anak
yang meliputi : motoric kasar, motoric halus, bicara / bahasa dan sosialisasi /
kemandirian (Kementerian kesehetan RI, 2016). Interprestasi hasil KPSP dapat
dihitung dengan cara menghitung jumlah „Ya‟, yaitu dengan cara :
1) Jumlah jawaban „Ya‟ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
2) Jumlah jawaban „Ya‟ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan.
3) Jumlah jawaban „Ya‟ = 6 atau kurang, perkembangan anak meragukan.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah, warna
kulit, tonus otot, turgor kulit, udema.
2) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi, kebersihan kulit
kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna rambut dan pertumbuhan
rambut.
b) Mata : kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva,
keadaan kornea, sclera, bulu mata, ketajaman penglihatan, dan reflex
kelopak mata.
c) Hidung : kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna mukosa hidung,
pergerakan/nafas cuping hidung, juga adanya gangguan lain.
d) Telinga : Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan kelainan yang
mungkin ada.
e) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecah-pecah. Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya berwarna putih,
sementara ujung tepi lidah berwarna kemerahan.
f) Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk,
pergerakan leher.
g) Thoraks : kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan, tarikan otot bantu
pernafasan, serta adanya suara nafas tambahan.
h) Jantung : kaji bunyi serta pembesaran jantung pada anak.
i) Persarafan : kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang dilakukan oleh
anak.
j) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisanya terjadi
konstipasi, atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit teraba hangat dan
kemerahan.
k) Ekstremitas : kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex lutut dan
adanya edema.
j. Pemeriksaan Genetalia
 Alat kelamin : kaji mengenai kebersihan dan adanya lesi.
 Anus : kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi da
nada tidaknya infeksi.
k. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
Pengukuran antopometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar dada, dan lingkar lengan.
l. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.
2) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan
dalam urine dan faeces.
3) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang
diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai
1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.
m. Hasil Observasi
Tuliskan respon umum anak dengan keluarganya serta hal-hal baru yang
diberikan kepadanya, bentk interaksi kepada orang lain, cara anak
mengungkapkan keinginannya, serta kontradiksi prilaku yang mungkin
ditunjukan anak.
2. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai


dengan suhu tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas
cepat.

2) Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder


terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan
pusing.

3) Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas yang


berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan pasien panas,
dehidrasi dan mukosa bibir kering.

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan ,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan
analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya (Azis,
2004).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah berdasarkan
mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.

Prioritas masalah
 Hipertermi

Tujuan

 Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah


hipertermi teratasi

Kriteria hasil

1) Menunjukkan penurunan suhu tubuh

2) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas

3) Pasien tampak tidak lemas

4) Mukosa bibir lembab

4. Rencana Tindakan

NO INTERVENSI NO RASIONAL

1 Observasi keadaan umum pasien 1 Mengetahui perkembangan keadaan


umum dari pasien

Mengetahui perubahan tanda-tanda


2 Observasi tanda-tanda vital pasien 2
vital pasien

Mencegah terjadinya dehidrasi


3 Anjurkan pasien untuk banyak minum 3 sewaktu panas

Meminimalisir produksi panas yang


diproduksi oleh tubuh
4 Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 4
Membantu mempermudah penguapan
panas
5 Anjurkan pasien untuk memakai pakaian 5
Mempercepat dalam penurunan
yang tipis
produksi panas
Beri kompres hangat di beberapa bagian
6 6 Meningkatkan pengetahuan dan
tubuh
pemahaman dari pasien dan
Beri Health Education ke pasien dan keluarganya
7 keluarganya mengenai pengertian, 7
penanganan, dan terapi yang diberikan
tentang penyakitnya Membantu dalam penurunan panas

Kolaborasi/ delegatif dalam pemberian


obat sesuai indikasi, contohnya :
paracetamol
8 8

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan
rencana atau tindakan asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Budiono, S.,
2015).
Tahapan pelaksanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang
mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerjasama
dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya tujuan dan
kriteria hasil yang sudah dibuat dalam intervensi (Nursalam, 2016).
Implementasi yang dilakukan pada kasus demam thypoiddengan hipertermi
adalah Manajemen Hipertermia, yang meliputi memonitor suhu tubuh, menyediakan
lingkungan yang dingin, melonggarkan atau melepaskan pakaian, membasahi dan
mengipasi permukaan tubuh, memberikan cairan oral, menganjurkan tirah baring, dan
memberikan cairan dan elektrolit intravena. Implementasi kedua yang dapat
dilakukan adalah Regulasi Temperatur, yang meliputi memonitor suhu tubuh anak
tiap dua jam, memonitor warna dan suhu kulit, memonitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi , meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, serta
memberikan antipiretik.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
meliputi perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi yang
dilakukan pada asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assessment, planning) (Asmadi, 2008).
Adapun komponen soap yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan
pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung pada pasien yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(Assessment) adalah interpretasi dari data subjektif dan data objektif, P (planning)
adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
(Rohmah Nikmatur & Saful, 2012). Tujan dan evaluasi yang akan dicapai pada kasus
ini antara lain yaitu, menggigil menurun, kulit merah menurun, pucat menurun, suhu
tubuh membaik (36,50C – 37,50C), suhu kulit membaik, dan tekanan darah membaik
(117/77 mmHg).
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.F DENGAN DIAGNOSA HIPETERMI

1. Data umum
a. Identitas klien
Nama : alfatir yusfikar
Tanggal lahir : 26 Juni 2021
No rekam medik : 423068
Jenis kelamin : laki laki
Agama : islam
Alamat : BTN bakolu blok B1 no 9 Gowa
Tanggal masuk RS : 6 mei 2024
Ruangan : gedung c lantai 3 kep.anak baji Minasa
Sumber informasi : orang tua pasien

b. Identitas orang tua


Ayah : yusfikar
Pendidikan : SD
Alamat : Gowa
Umur : 30
Pekerjaan : wiraswasta

c. Identitas saudara (terutama satu rumah)

Nama Umur Hubungan Status kesehatan

Fani 4 tahun Saudara kandung Sehat


2. Riwayat kesehatan saat ini
a) Keluhan utama : demam
b) Alasan masuk rs : pasien datang ke RS pada tanggal 6 mei 2024 ,ibu klien
mengatakan anaknya demam 3 jam yang lalu di sertai mual dan muntah
c) Riwayat penyakit : demam di sertai mual muntah sejak 3 jam lalu

3. Riwayat kesehatan masa lalu


(Khusus untuk anak 0-5 tahun)
a) Prenatal
 Pemeriksaan kehamilan (1kali)
 Keluhan selama hamil (tidak ada)
 Riwayat terpapar radiasi (tidak ada)
 Riwayat terapi obat (tidak ada)
 Kenaikan BB selama hamil (5kg)
 Imunisasi ttv (7kali)
b) Natal
 Tempat melahirkan (RS)
 Lama dan jenis persalinan (spontan)
 Orcep (operasi)
 Penolong persalinan ( dokter,bidan,perawat)
 Komplikasi persalinan (tidak ada)
c) Post natal
 Kondisi bayi (BB lahir 3gram,TB lahir 50cm)
 Penyakit anak (tidak ada)
 Problem menyusui (normal sesuai usianya)
ANALISI DATA

Data Etiologi Masalah

Ds : ibu klien mengatakan Proses penyakit Hipertermia


anaknya demam

Do : - suhu tubuh 38c

DS : ibu pasien mengatakan Peningkatan produksi Bersihkan jalan nafas tidak


anaknya batuk batuk mual sputum efektif
dan muntah

Do : pasien batuk batuk


dahak keluar

Rr : 24x/m

Diagnosa keperawatan

 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan demam


 Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


Setelah dilakukan  Identifikasi  Mengidentifikasi
tindakan penyebab penyebab
keperawatan selama hipertermia hipertermia
1x4jam di harapkan  Mengukur  Memonitor suhu
termoguegulasi suhu tubuh tubuh
membaik dengan  Monitor  Memonitor
kriteria hasil kadar kadar elektrolit
 Suhu tubuh elektrolit  Memonitor
membaik  Monitor komplikasi
 Suhu kulit komplikasi akibat
membaik akibat hipertermia
 Katikardi hipertemia  Memberikan
menurun  Sediakan cairan oral yakni
lingkungan minum air putih
yang dingin  Meberikan
 Berikan kompres pada
cairan oral bagian dahi
 Berikan
kompres
 Beri klien
istirahat
cukup
DAFTAR PUSTAKA

Herlman, T.Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan : Defenisi


dan Klasifikasi 2012-2014 . Jakarta : EGC
Potter,PA & Perry, AG (2010). Buku Ajar Dasar Keperawatan vol.3 . Jakarta
: EGC
SDKI, DPP, dan PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: resolusi dan
indicator diagnostic. Edisi I cetakan III. Jakarta: DPPPPNI
http://repository.poltekkes,denpasar.ac.id/4822/3/BAB%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
https:/www.academia.edu/8880172/
Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_dengan_Masalah_Hiperte
rmi

Anda mungkin juga menyukai