Askep
Askep
DI SUSUN OLEH
Rahmania (1422021028)
Arni (1422021007)
Alvin (1422021022)
Pinar (1422021026)
Ramla (1422021002)
Prodi s1.keperawatan
Tahun 2024
2. Etiologi
Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) yaitu :
a. Dehidrasi.
b. Terpapar lingkungan panas.
c. Proses penyakit ( misalnya, infeksi, kanker ).
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan.
e. Peningkatan laju metabolisme.
f. Respon trauma.
g. Aktivitas berlebihan.
h. Penggunaan incubator
3. Manifestasi klinis
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan tanda hipertermia,yaitu:
a. Gejala dan Tanda Mayor
Suhu tubuh di atas nilai normal (> 37,5ºC)
b. Gejala dan Tanda Minor
Kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, dan kulitterasahangat.
Gejala-gejala yang timbul dari demam typhoid bervariasi, dalam minggu pertama
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaris pada pemeriksaan fisik
hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua gejala-gejala
terjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah pada penderita penyakit
typhoid (kotor, ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor). Hepatomegali,
splenomegali, metiorisme, gangguan kesadaran berupa salmonella sampai koma,
(H. Nabiel Ridha, 2017).
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang diagnostik yang perlu dilakukan untuk penyakit demam
(pireksi) adalah:
a) Pemeriksaan laboratorium
Yang meliputi Pemeriksaan darah secara lengkap, dalam hal ini termasuk juga
untuk pemeriksaan elektrolit tubuh dan glukosa dalam darah. Pemeriksaan ini
diterapkan sesuai indikasi untuk penyebab demam
b) Pemeriksaan cairan serebro spinal (CCS)
Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya meningitis, mendeteksi tekanan
abnormal, tanda infeksi dan pendarahan
c) Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG)
Bisa dijalankan ketika terjadi demam tinggi disertai dengan kejang, Teknik ini
untuk menekan aktivitas listrik otak
d) Pemeriksaan Computed Tomography (CT-scan)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari lesi organik pada Ketika kejang lokal
sebab, bukan dianjurkan untuk anak tanpa terdapat indikasi tanda-tanda
neurologis (Andriyani et al., 2021).
6. Penatalaksanaan
Menurut, (Kania dalam Wardiyah, 2016) terdapat pilihanpenanganan farmakologis
dan non farmakologis untuk mengobati demam. Beberapa langkah yang bisa
dilakukan dengan tujuanmengatasi demam (pireksi) pada anak adalah:
1) Tindakan farmakologis
a. Paracetamol
Ialah suatu obat pilihan pertama yang dapat diberikan kepada anak untuk
menurunkan suhu tubuhnya. Adapun porsi yang diberikan ialah berkisar 10-15
mg/kg dari total berat badan anak bisa membuat suhu tubuhnya turun dalam
waktu tidak kurang dari setengah jam dengan puncak pada dua jam setelah
pemberian. Dalam waktu 3-4 jam, demam dapat Kembali
b. Ibuprofen
obat anti radang dan penurun demam. Dapat diberikan ulang dengan jarak
enam hingga delapan jam dari porsi yang diberikan sebelumnya. Dalam hal
ini, untuk menurunkan suhu panas bisa mencapai dengan porsi 5 mg/kg dari
total berat badan anak
c. Diazepam supositoria,
Pemberian obat ini dapat diberikan pada saat demam disertai dengan kejang
dengan dosis:
5 mg untuk anak < 3 tahun, 7,5 mg anak lebih dari 3 tahun
4 mg dengan BB < 10kg, 10 mg untuk berat badan > 10kg
2) Tindakan non farmakologis
Apabila kondisi demam tidak segera ditangani, maka keselamatan anak
dapat terganggu yang dapat menyebabkan risiko komplikasi seperti kejang serta
penurunan kesadaran anak (Wardiyah et al., 2016). Dalam hal ini, terdapat dua
pendekatan untuk mengatasi demam (hipertermia) adalah tindakan farmakologis
dan non farmakologis. Salah satu jenis kompres yang dapat digunakan dengan
tujuan menurunkan suhu tubuh adalah kompres air hangat atau tepid water sponge
(Dewi, 2016).
Selain kompres Tindakan yang perlu dinajurkan untuk penanganan demam
adalah minum ASI banyak dan tidak menggunakan pakaian tebal. Kompres tepid
water sponge ialah metode kompres hangat yang mengkonsolidasikan strategi
kompres blok pada vena dangkal darah supervisial dengan teknik yang
dipergunakan ialah teknik seka (Linawati dkk, 2019). Menurut Hidayati, 2019
maksud diberikannya tepid water sponge kepada pasien ialah untuk menstimulasi
penurunan suhu dalam tubuh pasien hipertermia itu sendiri. Penanganan anak
hipertermia dengan metode tepid water sponge sangat efektif (Haryani, 2018).
7. Komplikasi
Menurut (Nurarif, 2015) komplikasi dari kondisi demam (pireksi)ialah sebagai
berikut.
a) Dehidrasi
Kondisi meningkatnya suhu dalam tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
sehingga tubuh menjadi lemas
b) Kejang demam
Sangat jarang (1 dari 30 anak mengalami demam). Biasanya menyerang anak
dengan umur enam bulan hingga lima tahun. Adapun serangan dalam 24 jam
pertama panas serta Sebagian besar singkat.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan ,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan
analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya (Azis,
2004).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah berdasarkan
mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
Prioritas masalah
Hipertermi
Tujuan
Kriteria hasil
4. Rencana Tindakan
NO INTERVENSI NO RASIONAL
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan
rencana atau tindakan asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Budiono, S.,
2015).
Tahapan pelaksanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang
mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerjasama
dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya tujuan dan
kriteria hasil yang sudah dibuat dalam intervensi (Nursalam, 2016).
Implementasi yang dilakukan pada kasus demam thypoiddengan hipertermi
adalah Manajemen Hipertermia, yang meliputi memonitor suhu tubuh, menyediakan
lingkungan yang dingin, melonggarkan atau melepaskan pakaian, membasahi dan
mengipasi permukaan tubuh, memberikan cairan oral, menganjurkan tirah baring, dan
memberikan cairan dan elektrolit intravena. Implementasi kedua yang dapat
dilakukan adalah Regulasi Temperatur, yang meliputi memonitor suhu tubuh anak
tiap dua jam, memonitor warna dan suhu kulit, memonitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi , meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, serta
memberikan antipiretik.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
meliputi perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi yang
dilakukan pada asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assessment, planning) (Asmadi, 2008).
Adapun komponen soap yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan
pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung pada pasien yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(Assessment) adalah interpretasi dari data subjektif dan data objektif, P (planning)
adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
(Rohmah Nikmatur & Saful, 2012). Tujan dan evaluasi yang akan dicapai pada kasus
ini antara lain yaitu, menggigil menurun, kulit merah menurun, pucat menurun, suhu
tubuh membaik (36,50C – 37,50C), suhu kulit membaik, dan tekanan darah membaik
(117/77 mmHg).
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.F DENGAN DIAGNOSA HIPETERMI
1. Data umum
a. Identitas klien
Nama : alfatir yusfikar
Tanggal lahir : 26 Juni 2021
No rekam medik : 423068
Jenis kelamin : laki laki
Agama : islam
Alamat : BTN bakolu blok B1 no 9 Gowa
Tanggal masuk RS : 6 mei 2024
Ruangan : gedung c lantai 3 kep.anak baji Minasa
Sumber informasi : orang tua pasien
Rr : 24x/m
Diagnosa keperawatan