DOC-20240428-WA0023.
DOC-20240428-WA0023.
OLEH
RITA YULIANTI
1422021036
2024
A. Konsep Dasar Penyakit
1. DEFINISI
Nodul Tiroid adalah benih tumor yang muncul dalam tiroid. Karena
tumornya kecil dan tersebar, ia disebut gondok lokal. Kelenjar tiroid
terletak di leher. Kelenjar ini adalah bagian dari sistem endokrin yang
memproduksi hormon tiroid membantu mengendalikan proses metabolisme.
Nodul tiroid adalah partikel-partikel tumor yang disebut armor tiroid.
Sebaran gondok lokal diakibatkan oleh infeksi. Kebanyakan tumor tiroid
biasanya jinak atau berupa kista yang berisi cairan, namun pada kondisi
melanoma juga menunjukan hal yang sama. Karena beberapa gondok lokal
kemungkinan berpotensi kanker maka sebaran gondok lokal harus
diperiksa.
2. EPIDEMIOLOGI
Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling sering ditemukan di
klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 – 50% bergantung pada populasi
tertentu dan sensitivitas dari teknik deteksi, prevalensi nodul tiroid meningkat
sesuai dengan umur, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan defisiensi
yodium. Di Amerika Serikat prevalensi nodul tiroid soliter sekitar 4 – 7 % dari
penduduk dewasa, 3 – 4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
Berdasarkan Whickam Survey, nodul tiroid diperkirakan terdapat pada 5,3 %
populasi perempuan dan 0,8 % pada populasi laki- laki.2 Dari sebuah penelitian
yang dilakukan pada populasi militer Jepang dari tahun 1990 – 2012 menemukan
terdapat peningkatan prevalensi signifikan angka kejadian nodul tiroid pada
lakilaki usia muda apabila dibandingkan dengan usia setengah baya, akan tetapi
tidak berlaku sebaliknya Suatu nodul tiroid pada beberapa kasus dapat
bertransformasi menjadi keganasan walaupun angka kekerapannya relatif
rendah yaitu sekitar 5 –10 %.1,4 Pada suatu kasus yang terjadi di negara
Cina secara umum nodul ditemukan pada usia 21-60 tahun dengan angka
prevalensi keganasan yang tinggi yaitu sekitar 18,46%, sedangkan di
Shanghai terjadi peningkatan insidensi angka keganasan dari 1 menjadi
3,7 per 1.000.000 kasus pada laki – laki dan pada wanita terjadi lebih tinggi
lagi yaitu dari 2,8 menjadi 10,5 per 1.000.000 Paparan radiasi pengion
menjadi faktor pemicu tumbuhnya nodul tiroid dan juga menjadi faktor
resiko berubahnya nodul tiroid menjadi suatu keganasan.2,7 Pada kejadian
ledakan bom atom Hiroshima dan Nagasaki ditemukan nodul tiroid sebesar
12,3 % pada laki – laki dan 24,8 % pada perempuan, sedangkan tumor
ganas teridentifikasi sebanyak 2,1 % dan tumor jinak sebanyak 5,1 %.
Prevalensi goiter di Asia Tenggara sebesar 13,0% tahun 1993 menjadi
12,0% tahun 1997 dan 15,4% tahun 2004.9 Di Indonesia angka TGR (Total
Goiter Rate) diukur pada anak usia 6 – 12 tahun yang berhubungan dengan
masalah GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium). TGR pada anak
sekolah dasar menunjukan adanya peningkatan dari tahun 1998 ke tahun
2003, yaitu dari 9,8 % menjadi 11,1 %
3. ETIOLOGI
Nodul tiroid sebagian besar disebabkan oleh neoplasma jinak (nonkanker),
selain itu 1% nodul tiroid disebabkan kanker tiroid. Jenis tersering dari nodul
tiroid non-kanker adalah nodul koloid dan neoplasma follikuler. Nodul yang
memproduksi hormon tiroid melebihi kebutuhan tubuh disebut autonomous
nodule, hal ini akan bermanifestasi menjadi keadaan hipertiroidisme. Sedangkan
jika nodul terisi cairan atau darah disebut sebagai kista tiroid. Penyebab sebagian
besar nodul tiroid nonkanker belum dapat diketahui. Seorang pasien dengan
sindrom hipotiroidisme biasanya disertai dengan nodul tiroid, hal ini biasanya
disebabkan oleh penyakit inflamasi Hashimoto’s disease. Defisiensi yodium
dalam diet sehari-hari dapat menyebabkan kelenjar tiroid membentuk nodul.
(ATA)
4. PATOFISIOLOGI
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Jika suatu
kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke
kelenjar tiroid, akan menyebabkan nodul tiroid (Mulinda, 2005).
Defisiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan
jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon
tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk hipertrofi kelenjar
tiroid (struma). Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error
sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005).
5. KLASIFIKASI
Mayoritas nodul tiroid bersifat asimptomatik. Sebagian besar pasien
dengan nodul tiroid dalam keadaan eutiroid, sementara itu 1% lainnya
dalam keadaan hipertiroidisme atau tirotoksikosis. Keluhan biasanya
berasal dari desakan pada leher atau nyeri jika terjai perdarahan spontan
pada nodul. Anamnesis tentang gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme
sangat penting untuk pasien dengan nodul tiroid, riwayat penyakit tiroid
autoimun dalam keluarga (misalnya Hashimoto thyroiditis, Graves’
Disease), karsinoma tiroid dan Sindrom Gardner Nodul koloid adalah tipe
tersering dan jarang berisiko menjadi keganasan. Sebagian besar adenoma
folikuler bersifat jinak, sebagian lagi menunjukkan gambaran karsinona
folikuler. Tiroiditis kadang bermanifestasi dalam bentuk nodul (gambar
1). Karsinoma tiroid biasanya teraba sebagai nodul soliter. Jenis terbanyak
dari nodul tiroid ganas adalah karsinoma papiler
WOC
Terapi penyinaran di kepala,
leher, dan dada, riwaayat
keluarga, endemis, konsumsi
minim yodium
Nyeri Akut
6. GEJALA KLINIS
Pada umumnya nodul tiroid bersifat asimtomatik (tidak ada gejala) ketika
nodul tersebut pertama kali ditemukan. Umumnya, pasien dengan nodul
tiroid datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan
keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa
besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus
(disfagia) atau trakea (sesak napas) (Noer, 1996). Gejala penekanan ini data
juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras (Tim penyusun,
1994). Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di
dalam nodul (Noer, 1996).Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens
menyebabkan terjadinya suara parau.
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher
sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada
kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih
kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu
metastase karsinoma tiroid pada cranium.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis sangatlah pentinglah untuk mengetahui patogenesis atau macam
kelainan dari nodul tiroid. Perlu ditanyakan apakah penderita dari daerah
endemis dan banyak tetangga yang sakit seperti penderita (endemik).
Apakah sebelumnya penderita pernah mengalami sakit leher bagian depan
bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah ada yang
meninggal akibat penyakit yang sama dengan penderita (karsinoma tiroid
tipe meduler) (Tim penyusun, 1994). Pada status lokalis pemeriksaan fisik
perlu dinilai (Mansjoer, 2001)(APF):
Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian
depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah.
Diperhatikan kulit di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi.
Walaupun palpasi adalah metode relevan dalam pemeriksaan fisik kelenjar
tiroid, namun hal ini tidak sensitif dan kurang akurat karena tergantung
pada keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Nodul berdiameter kurang
dari 1 cm biasanya tidak teraba, kecuali jika nodul tersebut terletak pada
pars anterior kelenjar tiroid. Lesi yang lebih luas lebih mudah untuk
dipalpasi kecuali nodul yang terletak pada pars posterior kelenjar tiroid.
Selain palpasi kelenjar tiroid, pemeriksaan kelenjar limfe pada kepalaleher
sebaiknya dilakukan. Indikator keganasan tiroid adalah benjolan yang
padat dan terfiksasi, limfadenopati pada regio cervikal, diameter nodul
lebih dari 4 cm atau suara serak. (APF) Palpasi dari belakang penderita
dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita dan jarijari lain
meraba benjolan pada leher penderita.Pada palpasi harus diperhatikan:
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Evaluasi Laboratorium
Pemeriksaan TSH sebaiknya dilakukan pada pasien dengan gejala
hipotiroidisme atau tirotoksikosis (gambar 4). Jika kadar TSH dalam batas
normal, maka aspirasi nodul dapat dipertimbangkan. Jika level TSH
rendah, maka diagnosis mengarah ke hipertiroidisme. Sedangkan jika
level TSH meningkat, maka dapat ditegakkan suatu diagnosis
hipotiroidisme Kadar kalsitonin diperiksa pada pasien dengan riwayat
karsinoma tiroid dalam keluarga. Tes fungsi tiroid sebaiknya tidak
digunakan untuk membedakan nodul tiroid jinak dan ganas. T4, antibodi
antitiroid peroksidase dan pemeriksaan tiroglobulin kurang bermakna
dalam menentukan apakah nodul tiroid bersifat jinak atau ganas, tetapi
pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis penyakit Graves atau tiroiditis
Hashimoto.
a. kista
b. adenoma
c. kemungkinan karsinoma
d. tiroiditis
5. Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu
tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9oC
dan dingin apabila <>o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada
yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan
spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.
6. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.
Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml,pada kelainan jinak rataa-rata
323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424ng/ml.
9. TINDAKAN PENANGANAN
Setiap nodul tiroid yang dicurigai mengandung sel-sel kanker harus
ditatalaksana secara pembedahan oleh seorang ahli bedah yang
berpengalaman. Prosedur pembedahan kelenjar tiroid dinamakan
tiroidektomi. Sebagian besar keganasan tiroid dapat disembuhkan dan jarang
mengancam kehidupan. Setiap nodul tiroid yang tidak dihilangkan harus
dievaluasi secara teliti, melalui pemeriksaan nodul setiap 6-12 bulan atau
diobati dengan preparat levotiroksin untuk menekan pertumbuhan nodul.
10. KOMPLIKAS
- Penyakit jantung
- Osteoporosis
- Dan berpotensi mengancam nyawa
2) Blood
Adanya trombositopenia dan gangguan pembekuan darah lainnya,
tekanan darah meningkat, kadang terdengar bunyi jantung S2, S3 dan S4,
takikardi, dstensi vena jugularis, kulit pucat nadi teraba jelas
3) Brain
Kepala pusing,berdenyut, gangguan penglihatan dan kenaikan tekanan
intrakranial.
4) Bladder
Kaji apakah ada riwayat diabetes mellitus, gangguan pada ginjal dan
konsumsi obat diuretik
5) Bowel
Makanan tinggi garam, protein, lemak kolesterol dan adanya rangsangan
mual muntah dapat mempengaruhi perubahan berat badan.
6) Bone
Nyeri pada bagian tungkai, nyeri pada sub oksipital berat, nyeri dada,
nyeri ulu hati, dan keamanan meliputi cara berjalan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. EVALUASI
Ini dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan menggunakan
evaluasi somatif.
C. DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long. 1995. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan),
Yayasan IAPK Padjajaran Bandung
Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid
1. Media Aesculapius : Jakarta.