Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “NODUL TIROID” DI RUANG OK


RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
APRIL 2024

OLEH

RITA YULIANTI

1422021036

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS ST.FATIMAH MAMUJU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2024
A. Konsep Dasar Penyakit

1. DEFINISI
Nodul Tiroid adalah benih tumor yang muncul dalam tiroid. Karena
tumornya kecil dan tersebar, ia disebut gondok lokal. Kelenjar tiroid
terletak di leher. Kelenjar ini adalah bagian dari sistem endokrin yang
memproduksi hormon tiroid membantu mengendalikan proses metabolisme.
Nodul tiroid adalah partikel-partikel tumor yang disebut armor tiroid.
Sebaran gondok lokal diakibatkan oleh infeksi. Kebanyakan tumor tiroid
biasanya jinak atau berupa kista yang berisi cairan, namun pada kondisi
melanoma juga menunjukan hal yang sama. Karena beberapa gondok lokal
kemungkinan berpotensi kanker maka sebaran gondok lokal harus
diperiksa.

2. EPIDEMIOLOGI
Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling sering ditemukan di
klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 – 50% bergantung pada populasi
tertentu dan sensitivitas dari teknik deteksi, prevalensi nodul tiroid meningkat
sesuai dengan umur, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan defisiensi
yodium. Di Amerika Serikat prevalensi nodul tiroid soliter sekitar 4 – 7 % dari
penduduk dewasa, 3 – 4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
Berdasarkan Whickam Survey, nodul tiroid diperkirakan terdapat pada 5,3 %
populasi perempuan dan 0,8 % pada populasi laki- laki.2 Dari sebuah penelitian
yang dilakukan pada populasi militer Jepang dari tahun 1990 – 2012 menemukan
terdapat peningkatan prevalensi signifikan angka kejadian nodul tiroid pada
lakilaki usia muda apabila dibandingkan dengan usia setengah baya, akan tetapi
tidak berlaku sebaliknya Suatu nodul tiroid pada beberapa kasus dapat
bertransformasi menjadi keganasan walaupun angka kekerapannya relatif
rendah yaitu sekitar 5 –10 %.1,4 Pada suatu kasus yang terjadi di negara
Cina secara umum nodul ditemukan pada usia 21-60 tahun dengan angka
prevalensi keganasan yang tinggi yaitu sekitar 18,46%, sedangkan di
Shanghai terjadi peningkatan insidensi angka keganasan dari 1 menjadi
3,7 per 1.000.000 kasus pada laki – laki dan pada wanita terjadi lebih tinggi
lagi yaitu dari 2,8 menjadi 10,5 per 1.000.000 Paparan radiasi pengion
menjadi faktor pemicu tumbuhnya nodul tiroid dan juga menjadi faktor
resiko berubahnya nodul tiroid menjadi suatu keganasan.2,7 Pada kejadian
ledakan bom atom Hiroshima dan Nagasaki ditemukan nodul tiroid sebesar
12,3 % pada laki – laki dan 24,8 % pada perempuan, sedangkan tumor
ganas teridentifikasi sebanyak 2,1 % dan tumor jinak sebanyak 5,1 %.
Prevalensi goiter di Asia Tenggara sebesar 13,0% tahun 1993 menjadi
12,0% tahun 1997 dan 15,4% tahun 2004.9 Di Indonesia angka TGR (Total
Goiter Rate) diukur pada anak usia 6 – 12 tahun yang berhubungan dengan
masalah GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium). TGR pada anak
sekolah dasar menunjukan adanya peningkatan dari tahun 1998 ke tahun
2003, yaitu dari 9,8 % menjadi 11,1 %

3. ETIOLOGI
Nodul tiroid sebagian besar disebabkan oleh neoplasma jinak (nonkanker),
selain itu 1% nodul tiroid disebabkan kanker tiroid. Jenis tersering dari nodul
tiroid non-kanker adalah nodul koloid dan neoplasma follikuler. Nodul yang
memproduksi hormon tiroid melebihi kebutuhan tubuh disebut autonomous
nodule, hal ini akan bermanifestasi menjadi keadaan hipertiroidisme. Sedangkan
jika nodul terisi cairan atau darah disebut sebagai kista tiroid. Penyebab sebagian
besar nodul tiroid nonkanker belum dapat diketahui. Seorang pasien dengan
sindrom hipotiroidisme biasanya disertai dengan nodul tiroid, hal ini biasanya
disebabkan oleh penyakit inflamasi Hashimoto’s disease. Defisiensi yodium
dalam diet sehari-hari dapat menyebabkan kelenjar tiroid membentuk nodul.
(ATA)

4. PATOFISIOLOGI
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Jika suatu
kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke
kelenjar tiroid, akan menyebabkan nodul tiroid (Mulinda, 2005).
Defisiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan
jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon
tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk hipertrofi kelenjar
tiroid (struma). Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error
sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005).

5. KLASIFIKASI
Mayoritas nodul tiroid bersifat asimptomatik. Sebagian besar pasien
dengan nodul tiroid dalam keadaan eutiroid, sementara itu 1% lainnya
dalam keadaan hipertiroidisme atau tirotoksikosis. Keluhan biasanya
berasal dari desakan pada leher atau nyeri jika terjai perdarahan spontan
pada nodul. Anamnesis tentang gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme
sangat penting untuk pasien dengan nodul tiroid, riwayat penyakit tiroid
autoimun dalam keluarga (misalnya Hashimoto thyroiditis, Graves’
Disease), karsinoma tiroid dan Sindrom Gardner Nodul koloid adalah tipe
tersering dan jarang berisiko menjadi keganasan. Sebagian besar adenoma
folikuler bersifat jinak, sebagian lagi menunjukkan gambaran karsinona
folikuler. Tiroiditis kadang bermanifestasi dalam bentuk nodul (gambar
1). Karsinoma tiroid biasanya teraba sebagai nodul soliter. Jenis terbanyak
dari nodul tiroid ganas adalah karsinoma papiler
WOC
Terapi penyinaran di kepala,
leher, dan dada, riwaayat
keluarga, endemis, konsumsi
minim yodium

Timbul Neoplasma, pertumbuhan kecil (nodul)


di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


peningkatan sekresi TSH

T3, T4 Kalsitonin meningkat

Massa tiroid meningkat, berdiferensi

Pembengkakan Laring Kurang Pengetahuan

Muncul Nodul Tiroid

Prosedur Tindakan Gangguan Menelan


Operasi

Nyeri Akut

6. GEJALA KLINIS
Pada umumnya nodul tiroid bersifat asimtomatik (tidak ada gejala) ketika
nodul tersebut pertama kali ditemukan. Umumnya, pasien dengan nodul
tiroid datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan
keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa
besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus
(disfagia) atau trakea (sesak napas) (Noer, 1996). Gejala penekanan ini data
juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras (Tim penyusun,
1994). Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di
dalam nodul (Noer, 1996).Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens
menyebabkan terjadinya suara parau.
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher
sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada
kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih
kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu
metastase karsinoma tiroid pada cranium.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis sangatlah pentinglah untuk mengetahui patogenesis atau macam
kelainan dari nodul tiroid. Perlu ditanyakan apakah penderita dari daerah
endemis dan banyak tetangga yang sakit seperti penderita (endemik).
Apakah sebelumnya penderita pernah mengalami sakit leher bagian depan
bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah ada yang
meninggal akibat penyakit yang sama dengan penderita (karsinoma tiroid
tipe meduler) (Tim penyusun, 1994). Pada status lokalis pemeriksaan fisik
perlu dinilai (Mansjoer, 2001)(APF):

1. jumlah nodul, diffusa atau terlokalisasi


2. Permukaan nodul rata atau noduler
3. konsistensi lunak atau padat
4. Mobilisasi, dapat digerakkan atau terfiksasi
5. nyeri pada penekanan : ada atau tidak
6. pembesaran gelenjar getah bening

Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian
depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah.
Diperhatikan kulit di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi.
Walaupun palpasi adalah metode relevan dalam pemeriksaan fisik kelenjar
tiroid, namun hal ini tidak sensitif dan kurang akurat karena tergantung
pada keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Nodul berdiameter kurang
dari 1 cm biasanya tidak teraba, kecuali jika nodul tersebut terletak pada
pars anterior kelenjar tiroid. Lesi yang lebih luas lebih mudah untuk
dipalpasi kecuali nodul yang terletak pada pars posterior kelenjar tiroid.
Selain palpasi kelenjar tiroid, pemeriksaan kelenjar limfe pada kepalaleher
sebaiknya dilakukan. Indikator keganasan tiroid adalah benjolan yang
padat dan terfiksasi, limfadenopati pada regio cervikal, diameter nodul
lebih dari 4 cm atau suara serak. (APF) Palpasi dari belakang penderita
dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita dan jarijari lain
meraba benjolan pada leher penderita.Pada palpasi harus diperhatikan:

1. lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan ataukeduanya)


2. ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter)
3. konsistensi
4. mobilitas
5. infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar
6. apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian yang masuk
ke retrosternal)

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Evaluasi Laboratorium
Pemeriksaan TSH sebaiknya dilakukan pada pasien dengan gejala
hipotiroidisme atau tirotoksikosis (gambar 4). Jika kadar TSH dalam batas
normal, maka aspirasi nodul dapat dipertimbangkan. Jika level TSH
rendah, maka diagnosis mengarah ke hipertiroidisme. Sedangkan jika
level TSH meningkat, maka dapat ditegakkan suatu diagnosis
hipotiroidisme Kadar kalsitonin diperiksa pada pasien dengan riwayat
karsinoma tiroid dalam keluarga. Tes fungsi tiroid sebaiknya tidak
digunakan untuk membedakan nodul tiroid jinak dan ganas. T4, antibodi
antitiroid peroksidase dan pemeriksaan tiroglobulin kurang bermakna
dalam menentukan apakah nodul tiroid bersifat jinak atau ganas, tetapi
pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis penyakit Graves atau tiroiditis
Hashimoto.

2. Pemeriksaan sidik tiroid.


Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran,bentuk lokasi,
dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini
pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan
konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik
tiroid dibedakan 3 bentuk :
a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya.
b. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti
fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk
kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak.
Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :

a. kista
b. adenoma
c. kemungkinan karsinoma
d. tiroiditis

4. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)


Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap
cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer,1996).
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya
penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberika
hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang
benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena
salah interpretasi oleh ahli sitologi.

5. Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu
tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9oC
dan dingin apabila <>o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada
yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan
spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.

6. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.
Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml,pada kelainan jinak rataa-rata
323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424ng/ml.

9. TINDAKAN PENANGANAN
Setiap nodul tiroid yang dicurigai mengandung sel-sel kanker harus
ditatalaksana secara pembedahan oleh seorang ahli bedah yang
berpengalaman. Prosedur pembedahan kelenjar tiroid dinamakan
tiroidektomi. Sebagian besar keganasan tiroid dapat disembuhkan dan jarang
mengancam kehidupan. Setiap nodul tiroid yang tidak dihilangkan harus
dievaluasi secara teliti, melalui pemeriksaan nodul setiap 6-12 bulan atau
diobati dengan preparat levotiroksin untuk menekan pertumbuhan nodul.

10. KOMPLIKAS
- Penyakit jantung
- Osteoporosis
- Dan berpotensi mengancam nyawa

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1.


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Identitas klien (nama, umur, alamat)


b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering adalah sakit kepala. Terutama area kuduk,
mata berkunang-kunang, pandangan kabur, proteinuria, nyeri ulu hati
dan peka terhadap cahaya.

c. Riwayat penyakit sekarang


Adanya riwayat hipertensi saat ini dawali dengan mudah letih, nyeri
kepala, diplobia, nyeri epigastrum dan nokturia.

d. Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, hal ini
untuk mengetahui faktor prediposisi.

e. Riwayat penyakit keluarga


Adanya riwayat keluarga yang mengalami hal yang sama, misalnya orang
tua perempuan.
f. Riwayat psikososial
Meliputi bagaimana penerimaan klien tehadap penyakitnya, dan
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku klien terhadap
dirinya

g. Pengkajian sistem tubuh


1) Breathing
Sesak napas, batuk dengan atau tanpa dahak, riwayat merokok dan suara
napas tambahan

2) Blood
Adanya trombositopenia dan gangguan pembekuan darah lainnya,
tekanan darah meningkat, kadang terdengar bunyi jantung S2, S3 dan S4,
takikardi, dstensi vena jugularis, kulit pucat nadi teraba jelas

3) Brain
Kepala pusing,berdenyut, gangguan penglihatan dan kenaikan tekanan
intrakranial.

4) Bladder
Kaji apakah ada riwayat diabetes mellitus, gangguan pada ginjal dan
konsumsi obat diuretik

5) Bowel
Makanan tinggi garam, protein, lemak kolesterol dan adanya rangsangan
mual muntah dapat mempengaruhi perubahan berat badan.

6) Bone
Nyeri pada bagian tungkai, nyeri pada sub oksipital berat, nyeri dada,
nyeri ulu hati, dan keamanan meliputi cara berjalan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot
dan edema pasca operasi.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan :Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena factor
biologis, psikologis atau ekonomi.
3) Kecemasan berhubungan Dengan Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1) Nyeri akut 1. Pain Level, 1. Lakukan
berhubungan 2. pain control, pengkajian nyeri dengan: 3. comfort
level secara
Agen injuri (biologi, Setelah dilakukan komprehensif
kimia, tindakan termasuk lokasi,
fisik, psikologis), keperawatan karakteristik,
kerusakan jaringan selama …. pasien durasi, frekuensi,
DS: tidak mengalami kualitas
- Laporan secara verbal nyeri, dan faktor
DO: dengan kriteria presipitasi 2.
- Posisi untuk menahan hasil: Observasi reaksi
nyeri 1. Mampu nonverbal dari
- Tingkah laku berhati- mengontrol nyeri ketidaknyamanan
hati (tahu 3. Bantu pasien
- Gangguan tidur (mata penyebab nyeri, dan keluarga untuk
sayu, mampu mencari
tampak capek, sulit atau menggunakan dan menemukan
gerakan kacau, tehnik dukungan
menyeringai) nonfarmakologi 4. Kontrol
- Terfokus pada diri untuk lingkungan yang sendiri mengurangi nyeri, dapat
- Fokus menyempit mencari bantuan) mempengaruhi (penurunan persepsi 2.
Melaporkan nyeri seperti suhu
waktu, bahwa nyeri ruangan,
kerusakan proses berpikir, berkurang pencahayaan dan penurunan
interaksi dengan kebisingan
dengan menggunakan 5. Kurangi faktor
orang dan lingkungan) manajemen nyeri presipitasi nyeri
- Tingkah laku distraksi, 3. Mampu 6. Kaji tipe dan
contoh : jalan-jalan, mengenali nyeri sumber nyeri untuk
menemui orang lain (skala, menentukan
dan/atau intensitas, intervensi
aktivitas, aktivitas frekuensi dan 7. Ajarkan tentang berulangulang)
tanda nyeri) teknik non
- Tingkah laku ekspresif 4. Menyatakan farmakologi: (contoh :
gelisah, rasa nyaman napas dala, merintih, setelah nyeri relaksasi,
distraksi, menangis, waspada, berkurang kompres
iritabel, 5. Tanda vital hangat/ dingin
nafas panjang/berkeluh dalam rentang 8. Berikan
kesah) normal analgetik untuk - Perubahan dalam nafsu 6. Tidak
mengurangi makan dan minum mengalami nyeri: ……...
9. Tingkatkan
gangguan tidur istirahat
10. Berikan klien
posisi yang
nyaman
11. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamana
n dari prosedur
12. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama
kali
2 Ketidakseimbanga 1. Nutritional 1. Kaji adanya
n nutrisi status: Adequacy alergi makanan
kurang dari of nutrient 2. Kolaborasi
kebutuhan 2. Nutritional dengan ahli gizi
tubuh Status : food and untuk
Berhubungan dengan : Fluid menentukan
Ketidakmampuan untuk Intake jumlah kalori dan
memasukkan atau 3. Weight Control nutrisi
mencerna Setelah dilakukan yang dibutuhkan
nutrisi oleh karena factor tindakan pasien
biologis, psikologis atau keperawatan 3. Yakinkan diet
ekonomi. selama….nutrisi yang dimakan
DS: kurang teratasi mengandung tinggi
- Nyeri abdomen dengan serat untuk
- Muntah indikator: 1. mencegah
- Kejang perut Albumin serum konstipasi
- Rasa penuh tiba-tiba 2. Pre albumin 4. Ajarkan pasien
setelah serum bagaimana
makan 3. Hematokrit membuat catatan
DO: 4. Hemoglobin makanan harian.
- Diare 5. Total iron 5. Monitor adanya
binding capacity penurunan BB dan
- Rontok rambut yang
6. Jumlah limfosit gula
berlebih
darah
- Kurang nafsu makan
6. Monitor
- Bising usus berlebih
lingkungan selama
- Konjungtiva pucat
makan
- Denyut nadi lemah
7. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan
tidak selama jam
makan
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
10. Monitor mual
dan muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake
nuntrisi
13. Informasikan
pada klien dan
keluarga
tentang manfaat
nutrisi
14. Kolaborasi
dengan dokter
tentang
kebutuhan
suplemen makanan
seperti
NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan. 15.
Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
16. Kelola
pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan
banyak minum
18. Pertahankan
terapi IV line
19. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval
3 Kecemasan 1. Kontrol Anxiety
berhubungan kecemasan Reduction
dengan 2. Koping (penurunan
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan kecemasan)
situasional, Stress, asuhan selama 1. Gunakan
perubahan ….. pendekatan yang
status kesehatan, ancaman kecemasan klien menenangkan
kematian, perubahan dapat teratasi 2. Nyatakan
konsep dengan dengan jelas
diri, kurang pengetahuan kriteria hasil: harapan terhadap
dan 1. Klien mampu pelaku pasien
hospitalisasi mengidentifikasi 3. Jelaskan semua
DO/DS: dan prosedur dan apa
- Insomnia mengungkapkan yang
- Kontak mata kurang gejala cemas dirasakan selama
- Kurang istirahat 2. prosedur
- Berfokus pada diri Mengidentifikasi, 4. Temani pasien
sendiri mengungkapkan untuk memberikan
- Iritabilitas dan keamanan dan
- Takut - Nyeri perut menunjukkan mengurangi takut
- Penurunan TD dan tehnik untuk 5. Berikan
denyut mengontol informasi faktual
nadi cemas mengenai
- Diare, mual, kelelahan 3. Vital sign diagnosis, tindakan
- Gangguan tidur dalam batas prognosis
- Gemetar normal 6. Libatkan
- Anoreksia, mulut kering 4. Postur tubuh, keluarga untuk
- Peningkatan TD, denyut ekspresi wajah, mendampingi
nadi, RR bahasa klien
- Kesulitan bernafas tubuh dan tingkat 7. Instruksikan
aktivitas pada pasien untuk
- Bingung
menunjukkan menggunakan
- Bloking dalam
berkurangnya tehnik relaksasi
pembicaraan
8. Dengarkan
- Sulit berkonsentrasi kecemasan dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi
tingkat kecemasan
10. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Kelola
pemberian obat
anti cemas:........

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

5. EVALUASI
Ini dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan menggunakan
evaluasi somatif.
C. DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long. 1995. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan),
Yayasan IAPK Padjajaran Bandung

Brunner & Suddarth, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Volume 2.EGC. Jakarta
Doenges Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran : Jakarta: EGC

Nursalam. M.Nurs. , 2002. Managemen Keperawatan :


Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid
1. Media Aesculapius : Jakarta.

Safery, Ns Andra wijaya, S.Kep, 2013. KMB 1 Keperawatan


Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika Sudoyo
Aru W dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi V.Jakarta :
Erlangga

Syarifuddin, drs. AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa


keperawatan, edisi 3. Jakarta.: EGC

Wahyuningsih, Esti 2012. Buku Saku Diagnosa keperawatan.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai