Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Harga diri merupakan salah satu komponen konsep diri. Harga diri
dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang dapat mencapai ideal diri.
Harga diri yang sehat dapat tercermin dari kepercayaan diri seorang
individu. Dengan kepercayaan diri individu mampu mengatasi stress
kehidupan secara wajar. Namun demikian, seorang individu tak
mungkin selamanya mampu mengatasi stress kehidupan dengan baik.
Akan ada saatnya mencapai batasan yang tidak dapat diatasi lagi
sehingga muncul respon khas setiap individu.
Respon individu terhadap konsep diri berbeda satu dengan yang
lainnya. Sebagian individu mampu merespon dengan perilaku adaptif
dan sebagian lagi merespon dengan perilaku yang maladaptif. Ketika
individu mampu merespon dengan positif maka akan timbul hal-hal
yang positif dalam kehidupannya, namun sebaliknya apabila respon
yang diberikan maladaptif maka yang timbul berupa hal-hal yang
negatif salah satunya harga diri rendah. Harga diri rendah merupakan
suatu keadaan dimana individu menilai dirinya negatif yang dapat
diekspresikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Harga diri
rendah dapat berakibat pada banyak hal, berawal dari penilaian diri
yang negatif yang dapat berdampak pada perasaan tidak berharga,
kecemasan, gangguan hubungan sosial hingga perilaku mencederai diri
sendiri.
Individu dengan harga diri rendah perlu mendapat tindakan
keperawatan dengan mengalihkan fokus dengan membantu
mengidentifikasi dan mengembangkan aspek dan kemampuan positif
yang dimiliki individu tersebut sehingga timbul perasaan bahwa ia
masih memiliki aspek positif yang dapat dikembangkan. Dengan

1
demikian, individu merasa lebih berguna dan perlahan-lahan mampu
meningkatkan kepercayaan dirinya.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian harga diri rendah kronik?
2. Bagaimana rentang respon harga diri rendah kronik ?
3. Apa saja penyebab harga diri rendah kronik ?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah ?
5. Apa saja tanda dan gejala harga diri rendah ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis harga diri rendah ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah
kronik ?

3. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian harga diri rendah kronik.
2. Untuk mengetahui rentang respon harga diri rendah kronik.
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab harga diri rendah kronik.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya masalah.
5. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala harga diri rendah.
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis harga diri
rendah.
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
harga diri rendah kronik.

4. Manfaat Tulisan
1. Manfaat Teoretis
Tulisan ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep teori dan
konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep
diri: harga diri rendah.
2. Manfaat Praktis
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman
pendamping dalam penyusunan asuhan keperawatan jiwa khusunya
pada pasien dengan harga diri rendah

2
BAB II

ISI

I. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


1. Pengertian Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara

3
langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2012). Harga
diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito, L.J,
2006)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga
diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan
diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Harga diri rendah kronis adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung (Fitria 2009).
Harga diri rendah kronis menurut Nanda (2005) adalah evaluasi
diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan
dipertahankan dalam waktu yang lama.
Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri
telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien
mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon yang maladaptive, Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015).
2. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan
maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
2. Respon Maladaptif

4
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak
dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalis


diri diri positif diri rendah identitas asi

Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan :


a) Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b) Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri
adaptif dengan konsep diri maladaptif.
d) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang
harmonis.
e) Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

3. Penyebab
Menurut Stuart & Sundeen (2013), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi
dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak

5
realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah
stereotipe peran gender, tuntutan peran kerja, dan
harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara
umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma
yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.(Yosep, 2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend,
2012)

4. Proses Terjadinya Masalah

6
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan
dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat
juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari
lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk
mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor
(krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah
kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara
terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis.

5. Tanda dan Gejala


Stuart (2013) mengemukakan tanda dan gejala apabila seseorang
memiliki harga diri rendah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandanangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri

7
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir

6. Penatalaksanaan Medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus
harga diri rendah kronis adalah :
a) System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih,
dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
b) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
c) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan
pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk
tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
d) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah:

8
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan
fungsi otak.

2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.

3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT),


melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak
dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.

4) Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi


dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer
untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur
tubuh atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras
gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.

Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan


lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti :

a. Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood,


mengalami penurunan.

b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan


orientasi; mengatur fight-flight dan proses pembelajaran dan
memori, mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan
dan depresi.

c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang


mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.

9
d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang
kurang energi, selalu terlihat mengantu. Selain itu berdasarkan
diagnose medis klien yaitu skizofrenia yang sering
mengindikasikan adanya penurunan glutamat.

Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat


digunakan :

a. Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau


pancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah
disuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran
dua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia
tersebut didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan
gambaran aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa dan
konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang merefleksikan
aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang
fisiologi dan neuro-kimiawi otak.
b. Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan
dengan MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi
spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik
dan visual dan dapat menghubungkan antara kimiawi dan
struktur otak dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan
gangguan jiwa.

Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia


dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami
diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi
syarat sebagai berikut:

10
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang
cukup singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat,
baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan aripiprazole.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis, 2005).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
4. Keperawatan

11
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku
merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.
Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy
aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat, 2005). Dari empat jenis therapy aktivitas
kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapy
aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat, 2005).

12
13

Anda mungkin juga menyukai