Dosen Pembimbing :
Di susun Oleh :
Azmarizah : 171107815401005
2018/2019
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 MOW ( Tubektomi )......................................................................................................7
2.1.1 Pengertian..................................................................................................................7
2.1.2 Keuntungan dan kerugian MOW.............................................................................8
2.1.3 Teknik MOW di sertai keuntungan dan kerugian.....................................................9
2.1.4Teknik Melakukan Mow..........................................................................................15
2.1.5 Waktu Pelaksanaan Mow........................................................................................16
2.1.6 Indikasi MOW.........................................................................................................17
2.1.7 Kontraindikasi MOW..............................................................................................18
2.1.8 Komplikasi dan Penanganan Mow.....................................................................18
2.1.9 Instrumen MOW................................................................................................19
2.2 MOP ( Vasektomi )......................................................................................................28
2.2. 1.Pengertian...........................................................................................................28
2.2.2 Cara kerja MOP.......................................................................................................28
2.2.3 Efektifitas MOP......................................................................................................28
2.2.4 keuntungan dan kerugian MOP...............................................................................28
2.2.5 Teknik MOP............................................................................................................29
2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi MOP..........................................................................30
2.2.7 Konseling pasca operasi..........................................................................................31
2.2.8 Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi...............................31
2.2.9 Instrumen MOW dan fungsinya.........................................................................32
2.2.10 Cara sterilisasi & penyimpanan instrument.......................................................39
BAB III....................................................................................................................................43
PENUTUP...............................................................................................................................43
3
a. Kesimpulan...................................................................................................................43
3.1.1 MOW atau Tubektomi............................................................................................43
3.1.2 MOP atau Vasektomi..............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................44
4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas limpah
rahmat dan karunianya makalah ini dapat diselesai kan.
Penyusunan makalah ini masih banyak kesulitan yang amat sangat dirasakan oleh
kami. Atas dasar kekurangan dan kelemahan kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kamipun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Makalah ini dapat dituntaskan sebagaimana yang kami harapkan, banyak hambatan ,
rintangan, cobaan serta bermacam-macam ujian namun pada akhirnya ALLAH SWT
memperkenankan kami menyelesaikan makalah ini yang berjudul METODE MODERN
STERILISASI (MOW DAN MOP), insyaallah di dalamnya terdapat ilmu yang
bermanfaat. Sesungguh nya makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu
tugas Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak banyak membantu
kepada kami berupa saran, tenaga dan juga pemikiran.
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas,
maupun persebaranya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi
tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi
kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan
perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan
menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB )
sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. Banyaknya
anak-anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian
pemerintah.
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif Wanita
(MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita (MOW) sering dikenal
dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba fallopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan
Medis Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau
mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kerugian:
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat
dipulihkan kembali.
2. Klien dapat menyesal dikemudian hari
3. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi
atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
6. Tidak melindungi diri dari IMS.
9
Kerugian:
a) Memerlukan peralatan yang mahal
b) Memerlukan latihan khusus
c) Belum ditentukan standardisasi prosedur ini
d) Potensi reversibilitas belum diketahui
2. Operatif
Dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Abdominal
a. Laparotomi
Laparotomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena diperlukan
insisi yang panjang dan anestesi umum atau anestesi spinal.Laparotomi
hanya diperlukan bila cara-cara kontap lainnya gagal atau
timbulkomplikasi sehingga sehingga memerlukaninsisi yang lebih besar.
Atau jika padakeadaan lain, jika kontap bukan meriupakan operasi
utama, tetapi sebagai pelengkapmisalnya padasectio sesaria, KET dll.
b. Mini- Laparatomi
1) Waktu operasi
Post-partum
Post-abortus
Interval (dilakukan pada saat bukan post-partum atau post-
abortus)
2) Tempat Insisi
Sub-umbilikal / infra-umbilika
Supra-pubis / Mini-Pfannenstiel
10
Keuntungan:
1. Mudah dipelajari
2. Dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar
ilmu bedah dan keterampilan bedah
3. Hanya memerlukan alat-alat sederhana dan tidak mahal, terutama
alat-alat bedahstandar
4. Komplikasibiasanya hanya komplikasi minor
5. Dapat dilakukan segera setelah melahirkan
Kerugian:
1. Waktu operasi lebih lama
2. Sukar dilakuakn pada wanita yang sangat gemuk
3. Meninggalkan bekas luka kecil yang masih dapat terlihat
4. Nyeri singkat
5. Angka kejadian infeksi lebih tinggi daripada laparoskopi
c. Laparoskopi
Adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga
peritoneum denganalat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding
anterior abdomen.
Keuntungan:
1. Komplikasi rendah
2. Cepat ( rata-rata 5-15 menit )
3. Insisi kecil sehingga luka parut rendah sekali
4. Dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi
5. Kurang memnyebabkan rasa sakit bila dibanding dengan mini-
laparatomi
6. Sangat berguna jika jumlah calon akseptor banyak
Kerugian:
1. Risiko komplikasi bisa serius.
2. Memerlukan pneumo-peritoneum dengan segala akibatnya
3. Lebih sukar dipelajari
11
2) Vaginal
a. Kolpotomi
Cara yang dikenal yaitu kolpotomi posterior dan kolpotomi anterior.
Kolpotomi posterior lebih sering dipakai.Tekniknya dengan membuka c
avum douglas yang terletak diantara dinding depan rectum dan dinding
belakang uterus melalui vagina untuk sampai ke tuba fallopii.Kolpotomi
anterior dilakukan dengan caraperitoneum diinsisi diantara kandung
kencing dan uterus, kemudian uterus diputar sehingga tuba fallopii
terlihat.
Keuntungan:
1. Dapat dilakukan dengan rawat jalan
2. Hanya memerlukan waktu sekitar 5-15 menit
3. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal
4. Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan cara-cara
kontap lainnya
5. Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas luka parut
eksternal
6. Peralatan yang dipakai sederhana, murah dan mudah
pemeliharaanya.
7. Morbiditas dan komplikasi mayor rendah
8. Angka kegagalan rendah ( kira-kira 1% )
b. Kuldoskop
Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop
yang dimasukkan melalui fornix posterior melalui cavum douglas, yaitu
suatu kantong peritoneum yang terletak diantara dinding depan
rectum dan dinding belakang uterus.Dengan adanya laparoskopi trans-
abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapatkanminat sehingga
sekarang jarang dilakukan.Waktu operasi Kuldoskopi post-partum atau
post-abortus sebaiknya dikerjakan minimal 5 minggusetelah melahirkan
12
Kerugian:
Harus dilakukan dengan posisi knee-chest yang mungkin kurang
menyenangkan.
3. Transcervikal
Merupakan metode kontrasepsi dimana oklusi tuba fallopii dilakukan
melaui cervix uteri.Metode ini belum banyak dikerjakan dan pada
umumnya masih dalam tahap eksperimental.
a. Histeroskopi
Prinsipnya sama seperti laparoskopi, hanya pada histeroskopi tidak
dipakai trocar,tetapi suatu vacum cervical adaptor untuk mencegah
keluarnya gas saat dilatasicervix/ cavum uteri.
Keuntungan:
1. Sederhana
2. Relatif murah
3. Mudah dipelajari
4. Anestesi minimal
5. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
6. Tidak diperlukan insisi
13
Kerugian:
1. Resiko perforasi uterus dan luka bakar
2. Angka kegagalan tinggi ( 11-35 % )
3. Risiko kehamilan ektopik/ kehamilan cornu
4. Sering timbul kesulitan teknis dalam mencari lokasi orificium
tubae
5. Oklusi tuba fallopii mungkin tidak segera efektif
b. Blind- delivery
Pada metode ini, operator tidak melihat langsung kedalam cavum uteri
untuk melokalisir orificium tubae. Alat-alat yang diperlukan hanya
alat-alat sederhana
Keuntungan:
1. Mengerjakannya mudah
2. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
Kerugian:
1. Kebanyakan zat kimia kurang efektif setelah satu kali pemberian,
sehingga akseptor haruskembali untuk peberian berikutnya
(sampai tiga kali pemberian) dengan interval satu minggu atau
satu bulan.
15
alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih
sulit, mudah berdarah dan infeksi.
3. Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
4. Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk
dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri
karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan
kontrasepsi mantap.
2. Kontraindikasi relative
a. Obesitas berlebihan
b. Bekas laparotomi
menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi
yaitu:
1. Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2. Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol
4. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
5. Belum memberikan persetujuan tertulis.
19
KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Luka pada kandung kemih. Intestinal Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila
(jarang terjadi). kandung kemih atau usus luka dan diketahui
sewaktu operasi, lakukan reparasi primer.
Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk
kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab
ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan
laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan
intravena, resusitasi cardiopulmonary dan
tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi kulit Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan
atau subkutan) apa yang ditemukan.
untuk menyimpan
5 Bak instrumen peralatan-peralatan operasi
yang sudah seteril
sisa-sisa luka
jahitan
Menjepit Kassa
sewaktu
menekan luka,
menjepit
jaringan yang
tipis dan lunak
Untuk menggunting
20 Gunting benang benang saat melakukan
penjahitan
pakaian yang
mempermudah kinerja
24 Jubah O.K dokter dan staffnya dalam
melakukan tindakan
operasi
Untuk menggunting
34 Gunting
jaringan yang ada didalam.
jaringan
28
2. Kerugian:
Diperlukan suatu tindakan operatif
Kadang-kadangmenyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
Belum memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah
ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens
dikeluarkan.
Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parahsetelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria.
2.2.5 Teknik MOP
1. Operatif
a. Vasektomi dengan pisau setelah anestesilokal yaitu dengan larutan prokain
lidokain atau lignokain tanpamemakai adrendin maka dilakukan irisan pada
kulit scrotum. Kulit dan otot-otot disayat,maka tampak vas deferens dengan
sarungnya. Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara dua belahan
scrotum atau pada dua tempat di atas masing-masing vas deferensKedua
vas tampak sebagai saluran yang putih dan agak kenyal pada perabaan. Vas
dapatdibedakan dari pembuluh-pembuluh darah, karena tidak berdenyut.
IdentifikasiVasterutaa sukar apabila kulit scrotumtebal.
b. Vasektomi
Tanpa pisau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon
akseptor kontap pria akantindakan operasi ( yang umumnya dihubungkam
dengan pemakaian pisau operasi ), danuntuk menggalakkan penerimaan
kontap pria, di Indonesia sekarang telah diperkenalkanmetode vasektomi
tanpa pisau ( VTP ).Vasektomi pada pisau juga dapat dilakukan tanpa
mengiris kulit, jadi tanpa memakai pisau sama sekali, yaitu dengan cara:
Saluran diikat bersama-sama dengan kulit scrotum dengan cara
mencobloskan jarum dengan benang sampai ke bawah saluran mani.
Dapat juga disuntikkan ke dalam saluran mani.
30
c. Filariasis.
d. Hernia inguinalis.
e. Orchiopexy (fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum).
f. Luka parut bekas operasi hernia.
g. Skrotum yang sangat tebal.
4. Penyakit sistemik :
a. Penyakit-penyakit perdarahan.
b. Diabetes Mellitus.
c. Penyakit jantung koroner yang baru.
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
untuk menyimpan
5. Bak instrumen peralatan-peralatan operasi
yang sudah seteril
Untuk menggunting
19. Gunting benang benang saat melakukan
penjahitan
pakaian yang
mempermudah kinerja
23. Jubah O.K dokter dan staffnya dalam
melakukan tindakan
operasi
Untuk menggunting
33. Gunting jaringan yang ada didalam.
jaringan
surfaktan yang mempunyai gugus lipofil dan hidrofil. Gugus lipofil akan
mengikat lemak dalam tutup karet, gugus hidrofil akan tertarik oleh aquadest
pada pencucian yang terakhir sehingga tutup karet terbebas dari lemak yang
menempel. Langkah berikutnya yaitu mendidihkan karet dalam larutan Teepol
1%. Langkah ini dilakukan berulang-ulang hingga larutan bersih dan jernih.
Lalu karet direndam dan dicui dengan aquadest dan di autoclave.
b. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi
1. Sterilisator ( alat untuk steril ) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang
jelas dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan steril.
3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
4. Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai
5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang
c. Beberapa alat yang perlu disterilkan
1. Peralatan logam
2. Peralatan kaca
3. Peralatan karet
d. Cara Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan cara rebus
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih
(1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari
logam, kaca dan karet.
2. Sterilisasi dengan cara stoom
Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu,
suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya
peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
41
c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk
membersihakan debu dari permukaan kaca.
d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas
kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari
pyrex.
e. Gelas yang direbus jangan dimasukkan langsung kedalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin
kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk
pendinginan mendadak tidak diperkenankan.
3. Penyimpanan dari bahan baku karet yang disudah sterilisasi
Bahan karet mudah meleleh atau lengket apabila disimpan terlalu lama.
Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku karet, sebelum melakukan
penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan
cara mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur
dibawa sinar matahari atau hembusan udara hangat.
43
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
3.1.1 MOW atau Tubektomi
MOW atau tubektomi merupakan alat kontrasepsi modern sterilisasi pada
wanita atau juga merupakan alat kontarsepsi mantap yaitu penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki
sehingga tidak terjadi kahamilan.
Adapun keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW ini salah satunya
yaitu Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi dan tidak dapat
dipulihkan kembali.
Kerugian dari kontrasepsi ini yaitu salah satunya yaitu Belum memberi
perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.
DAFTAR PUSTAKA