Anda di halaman 1dari 44

METODE MODERN STERILISASI (MOW DAN MOP)

Dosen Pembimbing :

Dewi Ari Sasanti, S.ST.,M.Kes

Di susun Oleh :

Azmarizah : 171107815401005

Manisya Ferbriani : 171107815401018

Rahma Oktaviani Putri : 17110781540102

AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA BALIKPAPAN

2018/2019
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 MOW ( Tubektomi )......................................................................................................7
2.1.1 Pengertian..................................................................................................................7
2.1.2 Keuntungan dan kerugian MOW.............................................................................8
2.1.3 Teknik MOW di sertai keuntungan dan kerugian.....................................................9
2.1.4Teknik Melakukan Mow..........................................................................................15
2.1.5 Waktu Pelaksanaan Mow........................................................................................16
2.1.6 Indikasi MOW.........................................................................................................17
2.1.7 Kontraindikasi MOW..............................................................................................18
2.1.8 Komplikasi dan Penanganan Mow.....................................................................18
2.1.9 Instrumen MOW................................................................................................19
2.2 MOP ( Vasektomi )......................................................................................................28
2.2. 1.Pengertian...........................................................................................................28
2.2.2 Cara kerja MOP.......................................................................................................28
2.2.3 Efektifitas MOP......................................................................................................28
2.2.4 keuntungan dan kerugian MOP...............................................................................28
2.2.5 Teknik MOP............................................................................................................29
2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi MOP..........................................................................30
2.2.7 Konseling pasca operasi..........................................................................................31
2.2.8 Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi...............................31
2.2.9 Instrumen MOW dan fungsinya.........................................................................32
2.2.10 Cara sterilisasi & penyimpanan instrument.......................................................39
BAB III....................................................................................................................................43
PENUTUP...............................................................................................................................43
3

a. Kesimpulan...................................................................................................................43
3.1.1 MOW atau Tubektomi............................................................................................43
3.1.2 MOP atau Vasektomi..............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................44
4

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas limpah
rahmat dan karunianya makalah ini dapat diselesai kan.
Penyusunan makalah ini masih banyak kesulitan yang amat sangat dirasakan oleh
kami. Atas dasar kekurangan dan kelemahan kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kamipun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Makalah ini dapat dituntaskan sebagaimana yang kami harapkan, banyak hambatan ,
rintangan, cobaan serta bermacam-macam ujian namun pada akhirnya ALLAH SWT
memperkenankan kami menyelesaikan makalah ini yang berjudul METODE MODERN
STERILISASI (MOW DAN MOP), insyaallah di dalamnya terdapat ilmu yang
bermanfaat. Sesungguh nya makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu
tugas Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak banyak membantu
kepada kami berupa saran, tenaga dan juga pemikiran.

Balikpapan, Mei 2019


5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas,
maupun persebaranya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi
tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi
kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan
perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan
menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB )
sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. Banyaknya
anak-anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian
pemerintah.

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif Wanita
(MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita (MOW) sering dikenal
dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba fallopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan
Medis Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau
mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi.

Angka prevalensi metode kontrasepsi jangka panjang khususnya tubektomi masih


sangat rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya. Mekanisme kerja Medis Operatif
Wanita (MOW) yaitu dengan mencapai tuba fallopi dan menutup atau mengoklusi tuba
fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak
dapat bertemu dengan ovum.
6

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan kontrasepsi MOW?
2. Apa keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW?
3. Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOW?
4. Apa saja jenis instrumen untuk melakukan MOW ?
5. Apa saja fungsi dari instrumen MOW ?
6. Bagaimana cara mensterilkan dan penyimpana instrument MOW ?
7. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi MOP?
8. Apa keuntungan dan kerugian kontrasepsi MOP?
9. Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOP?
10. Apa saja jenis instrumen untuk melakukan MOP?
11. Apa saja fungsi dari instrumen MOP?
12. Bagaimana cara mensterilkan dan penyimpana instrument MOP?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Apa yang di maksud dengan kontrasepsi MOW
2. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW
3. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOW
4. Mahasiswa dapat mengetahui Apa saja jenis instrumen untuk melakukan MOW
5. Mahasiswa dapat mengetahui Apa saja fungsi dari instrumen MOW
6. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana cara mensterilkan dan penyimpana
instrument MOW
7. Mahasiswa dapat mengetahui Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi MOP
8. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian kontrasepsi MOP
9. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOP
10. Mahasiswa dapat mengetahui Apa saja jenis instrumen untuk melakukan MOP
11. Mahasiswa dapat mengetahui Apa saja fungsi dari instrumen MOP
12. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana cara mensterilkan dan penyimpana
instrument MOP
7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MOW ( Tubektomi )


2.1.1 Pengertian.
 Pemotongan ( oklusi ) kedua tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu.Disebut juga tubektomi atautubal ligation.
 MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat
melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan
sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.
 Metode operasi wanita  merupakan salah satu cara kontrasepsi diikuti dengan
tindakan pembedahan pada saluran telur wanita. Tubektomi merupakan tindakan
medis berupa penutupan tuba uterine dengan penutupan tuba uterine dengan
maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang
sampai seumur hidup.
 Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan
lagi. Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan
bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan
kesehatan).
 MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan
sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur
kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur,
dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga
tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun
(BKKBN, 2006)
 Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan
memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah
8

mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu


(Hanafi, 2004).

2.1.2 Keuntungan dan kerugian MOW.


1. Keuntungan.
Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:
1.      Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
2.      Tidak mengganggu kehidupan suami istri
3.      Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
4.      Tidak mempengaruhi ASI
5. Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali
tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari kontrasepsi
mantap adalah sebagai berikut:
1. Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan).
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).
3. Tidak bergantung pada faktor senggama.
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
6. Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)

2. Kerugian:
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat
dipulihkan kembali.
2. Klien dapat menyesal dikemudian hari
3. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi
atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
6. Tidak melindungi diri dari IMS.
9

2.1.3 Teknik MOW di sertai keuntungan dan kerugian.


1. Penyinaran
Penggunaan sinar laser untuk oklusi tuba.
Keuntungan:
   a)      Kerusakan tuba falopii terbatas 
   b)      Morbiditas rendah
   c)      Dapat dikerjakan dengan laparoskopi histeroskopi atau laparatomi

Kerugian:
   a)      Memerlukan peralatan yang mahal 
   b)      Memerlukan latihan khusus
   c)      Belum ditentukan standardisasi prosedur ini
   d)     Potensi reversibilitas belum diketahui 

2. Operatif 
Dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Abdominal
a. Laparotomi
Laparotomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena diperlukan
insisi yang panjang dan anestesi umum atau anestesi spinal.Laparotomi
hanya diperlukan bila cara-cara kontap lainnya gagal atau
timbulkomplikasi sehingga sehingga memerlukaninsisi yang lebih besar.
Atau jika padakeadaan lain, jika kontap bukan meriupakan operasi
utama, tetapi sebagai pelengkapmisalnya padasectio sesaria, KET dll.
b. Mini- Laparatomi
1) Waktu operasi
 Post-partum
 Post-abortus
 Interval (dilakukan pada saat bukan post-partum atau post-
abortus)
2) Tempat Insisi
 Sub-umbilikal / infra-umbilika
 Supra-pubis / Mini-Pfannenstiel
10

Keuntungan:
1. Mudah dipelajari
2. Dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar
ilmu bedah dan keterampilan bedah
3. Hanya memerlukan alat-alat sederhana dan tidak mahal, terutama
alat-alat bedahstandar 
4. Komplikasibiasanya hanya komplikasi minor 
5. Dapat dilakukan segera setelah melahirkan

Kerugian:
1. Waktu operasi lebih lama
2. Sukar dilakuakn pada wanita yang sangat gemuk 
3. Meninggalkan bekas luka kecil yang masih dapat terlihat
4. Nyeri singkat
5. Angka kejadian infeksi lebih tinggi daripada laparoskopi

c. Laparoskopi
Adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga
peritoneum denganalat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding
anterior abdomen.
Keuntungan:
1. Komplikasi rendah
2. Cepat ( rata-rata 5-15 menit )
3. Insisi kecil sehingga luka parut rendah sekali
4. Dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi
5. Kurang memnyebabkan rasa sakit bila dibanding dengan mini-
laparatomi
6. Sangat berguna jika jumlah calon akseptor banyak

 Kerugian:
1. Risiko komplikasi bisa serius.
2. Memerlukan pneumo-peritoneum dengan segala akibatnya
3. Lebih sukar dipelajari
11

4. Memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus dalam bedah abdomen


5. Harga peralatan mahal dan memerlukan perawatan yang teliti
6. Tidak dianjurkan untuk dilakukan segera post-partum.

2) Vaginal
a. Kolpotomi
Cara yang dikenal yaitu kolpotomi posterior dan kolpotomi anterior.
Kolpotomi posterior lebih sering dipakai.Tekniknya dengan membuka c
avum douglas yang terletak diantara dinding depan rectum dan dinding
belakang uterus melalui vagina untuk sampai ke tuba fallopii.Kolpotomi
anterior dilakukan dengan caraperitoneum diinsisi diantara kandung
kencing dan uterus, kemudian uterus diputar sehingga tuba fallopii
terlihat.
Keuntungan:
1. Dapat dilakukan dengan rawat jalan
2. Hanya memerlukan waktu sekitar 5-15 menit
3. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal
4. Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan cara-cara
kontap lainnya
5. Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas luka parut
eksternal
6. Peralatan yang dipakai sederhana, murah dan mudah
pemeliharaanya.
7. Morbiditas dan komplikasi mayor rendah
8. Angka kegagalan rendah ( kira-kira 1% ) 

b. Kuldoskop
Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop
yang dimasukkan melalui fornix posterior melalui cavum douglas, yaitu
suatu kantong peritoneum yang terletak diantara dinding depan
rectum dan dinding belakang uterus.Dengan adanya laparoskopi trans-
abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapatkanminat sehingga
sekarang jarang dilakukan.Waktu operasi Kuldoskopi post-partum atau
post-abortus sebaiknya dikerjakan minimal 5 minggusetelah melahirkan
12

atau 2-4 minggu setelah abortus.Sebagai prosedur interval, kuldoskopi


paling baik dikerjakan selama fase dini darisiklus haid ( tidak ada
kehamilan).
Keuntungan:
1. Tidak meninggalkan luka parut eksternal
2. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal
3. Dapat dikerjakan secara rawat jalan
4. Peralatan lebih sederhana dan lebih murah bila dibandingkan
dengan laparoskopi.
5. Waktu operasi singkat
6. Komplikasi dan morbiditas rendah
7. Tidak memerlukan pneumo-peritoneum buatan
8. Elektro-koagulasi jarang dikerjakan.

Kerugian:
Harus dilakukan dengan posisi knee-chest yang mungkin kurang
menyenangkan.

3. Transcervikal
Merupakan metode kontrasepsi dimana oklusi tuba fallopii dilakukan
melaui cervix uteri.Metode ini belum banyak dikerjakan dan pada
umumnya masih dalam tahap eksperimental.
a. Histeroskopi
Prinsipnya sama seperti laparoskopi, hanya pada histeroskopi tidak
dipakai trocar,tetapi suatu vacum cervical adaptor untuk mencegah
keluarnya gas saat dilatasicervix/ cavum uteri.
Keuntungan:
1. Sederhana
2. Relatif murah
3. Mudah dipelajari
4. Anestesi minimal
5. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
6. Tidak diperlukan insisi
13

7. Dapat dilakukan secara rawat jalan karena prosedurnya


cepat/singkat

Kerugian:
1. Resiko perforasi uterus dan luka bakar 
2. Angka kegagalan tinggi ( 11-35 % )
3. Risiko kehamilan ektopik/ kehamilan cornu
4. Sering timbul kesulitan teknis dalam mencari lokasi orificium
tubae
5. Oklusi tuba fallopii mungkin tidak segera efektif  

b. Blind- delivery
Pada metode ini, operator tidak melihat langsung kedalam cavum uteri
untuk melokalisir orificium tubae. Alat-alat yang diperlukan hanya
alat-alat sederhana

c. Penyumbatan tuba mekanis


 Tubal clipsTubal clips dipasang pada isthmus tuba fallopii, 2-3 cm
dari uterus, melalui laparotomi,laparoskopi, kolpotomi atau
kuldoskopi.Tubal clips menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit
atau kecil pada tuba fallopiidiandingkan dengan cara-cara oklusi
tuba fallopii lainnya.
 Tubal ringDengan memasang cincin berdiameter 1 mm pada tuba
fallopii. Dapat dipakai pada minilaparotomi, laparoskopi dan cara
trans-vaginal, dipasang pada ampula tuba atauampulary-isthmic
junction, 2-3 cm dari uterus. Tubal ring merusak tuba fallopii
sepanjang1-3 cm.

d. Penyumbatan tuba kimiawi


Banyak zat-zat kimia yang saat ini dalam penelitian eksperimental
untuk oklusi tuba fallopii,terutama dilakukan pada hewan percobaan.
Sedangkan pada manusia baru beberapa zat kimiasaja yang telah
diteliti.
Cara kerja :
14

 Tissue adhesiveZat kimia akan menjadi padat sehingga terbentuk


sumbat didalam tuba fallopii.
 Sclerosing agent 
Zat kimia akan merusak saluran tuba fallopii dan menimbulkan
fibrosis.Zat kimia dalam bentuk cairan, pasta atau padat, diasukkan
melalui serviks kedalam utero-tubal junction, dapat dengan
visualisasi secara langsung yaitu dengan histeroskop, atau
tanpavisualisasi langsung ( blind-delivery ) dengan kateter, kanula
atau tabung suntik. Atau dapatdikerjakan juga melalui ujung
fimbriae, dengan melihat secara langsung melalui jalan trans-
abdominal atau trans-vaginal.Saat ini, zat-zat kimia yang telah
diteliti untuk kontap wanita yaitu :
phenol (carbolic acid)compounds, Quinacrine, dan Methyl-
cyanoacrylate (MCA).
 Zat-zat kimia yang ideal untuk oklusi tuba fallopii harus :
1. Sedapatnya diberikan dalam 1 kali pemberian
2. Efektif 100%
3. Non-toksik 
4. Murah
5. Tersedia setiap saat
6. Terbatas pada tuba fallopii, tidak boleh sapai ke rongga
abdomen.
7. Tidak menyebabkan rasa sakit
8. Stabil, dengan masa kerja tak terbatas

Keuntungan:
1. Mengerjakannya mudah
2. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.

Kerugian:
1. Kebanyakan zat kimia kurang efektif setelah satu kali pemberian,
sehingga akseptor haruskembali untuk peberian berikutnya
(sampai tiga kali pemberian) dengan interval satu minggu atau
satu bulan.
15

2. Ada beberapa zat kimia yang sangat toksik, sehingga dapat


menyebabkan kerusakan jaringan sektarnya.
3. Beberapa zat kimia memerlukan alat khusus untuk aplikasinya.
4. Irreversibel
5. Dosis zat kimia sukar ditentukan sebelumnya.

2.1.4Teknik Melakukan Mow


1.      Tahap persiapan pelaksanaan
a.       Informed consent
b.      Riwayat medis/ kesehatan
c.       Pemeriksaan laboratorium
d.      Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen
e.       anesteri

2. Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi


antara lain:
a.       Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan
ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat
dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga
lebih aman dan efektif (Syaiffudin, 2006)
Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba
dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian
dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut
ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril
serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 -
4 hari. (Syaiffudin,2006).
b.      Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang
telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik
ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus
(tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien
16

yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya


pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi
dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien
rawat jalan setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006).

3.      Perawatan post operasi


a.       Istirahat 2-3 jam
b.      Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
c.       Ambulasi dini
d.      Diet biasa
e.       Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1
minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang
menetap, perdarahan luka insisi.

2.1.5 Waktu Pelaksanaan Mow


Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW dapat
dilakukan pada saat:
1.      Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
2.      Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau
selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca
persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang
akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah
hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan
17

alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih
sulit, mudah berdarah dan infeksi.  
3.       Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
4.      Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk
dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri
karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan
kontrasepsi mantap.

2.1.6 Indikasi MOW


Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976
di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan
jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau
lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 –
40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya
berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang
diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)
Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:
1.      Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita
ini hamil lagi.
a.       Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit
jantung, dan sebagainya.
b.      Gangguan psikis
Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering
menderita psikosa nifas, dan lain lain.
2. Indikasi medis obstetrik
Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea
yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya.
3. Indikasi medis ginekologik
18

Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk


sekaligus melakukan sterilisasi.
4. Indikasi sosial ekonomi
Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang
sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.
a. Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu,
kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri,
misalnya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil
perkaliannya adalah 120.
b. Mengikuti rumus 100
Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang
Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang
Umur ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang

2.1.7 Kontraindikasi MOW


1.      Kontra indikasi mutlak
a.       Peradangan dalam rongga panggul
b.      Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut)
c.       Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan

2.      Kontraindikasi relative
a.       Obesitas berlebihan
b.      Bekas laparotomi
menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi
yaitu:
1. Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2. Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol
4. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
5. Belum memberikan persetujuan tertulis.
19

2.1.8 Komplikasi dan Penanganan Mow

KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Luka pada kandung kemih. Intestinal Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila
(jarang terjadi). kandung kemih atau usus luka dan diketahui
sewaktu operasi, lakukan reparasi primer.
Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk
kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab
ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan
laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan
intravena, resusitasi cardiopulmonary dan
tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi kulit Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan
atau subkutan) apa yang ditemukan.

2.1.9 Instrumen MOW


NO NAMA ALAT GAMBAR ALAT FUNGSI ALAT
(Sphygmomanometer)
adalah untuk untuk
mengukur tekanan darah
1 Tensi Meter yang bekerja secara
manual saat memompa
maupun mengurangi
tekanan pada manset.
20

untuk mengukur suhu


2 Thermometer (temperatur), ataupun
perubahan suhu

Untuk mendegarkan detak


3 Stetoskop
jantung pasien

Tempat alat / kotoran2


4 Nerbeken pada waktu bekerja/
operasi

untuk menyimpan
5 Bak instrumen peralatan-peralatan operasi
yang sudah seteril

6 Pinset chirurgis  Membentuk pola


jahitan dan
meremove
jahitan
 Menjepit dan
menahan secara
lebih kuat pada
waktu diseksi
dan penjahitan
luka dan
memberi tanda
pada kulit
sebelum
memulai insisi
 Menjepit luka
 Menjepit otot
 Membersihkan
atau mengambil
21

sisa-sisa luka
jahitan
 Menjepit Kassa
sewaktu
menekan luka,
menjepit
jaringan yang
tipis dan lunak

tempat untuk menaruh


7 kasa, betadine,
Kom

8 Handscoon Alat pelindung diri


Steril petugas

9 Lidocain Untuk pembiusan.


22

Untuk pelindung supaya


10 baju tidak terkena cairan
Celemek operasi
obat,cairan berbahaya dan
sejenisnya

11 Untuk penjahitan luka


Benang catgut
terbuka

12 Untuk tindakan penjahitan


Jarum otot
otot

13 Untuk tindakan penjahitan


Jarum kulit
kulit
23

Gunting untuk menggunting


14 lengkung bagian-bagian alat tubuh
panjang yang akan diamati

Untuk mengiris jaringan


15 Skapel yang terdiri dari batang
scalpel dan pisau scalpel

Untuk memegang jarum


16 Klem pemegang
saat melakukan penjahitan
jarum
luka pada jaringan

Untuk mengukur panjang


17 Sonde uterus rahim pada tindakan
kebidanan
24

18 Untuk membuka atau


Speculum SIM
menahan vagina

Untuk tidur seseorang


19 Tempat tidur
yang sakit tidak
pasien
merasakan kesakitan

Untuk menggunting
20 Gunting benang benang saat melakukan
penjahitan

Untuk melindungi mata


dari berbagai resiko
21 Kaca mata
berbahaya dari paparan
medis
bahan kimia yang dapat
menyebabkan kebutaan
25

Untuk melindungi rambut


22 nurse cap agar tidak rontok saat para
medis melakukan operasi

Untuk menjepit atau


23 Pinset anatomi memegang jaringan,alat
dan bahan medis lainnya

pakaian yang
mempermudah kinerja
24 Jubah O.K dokter dan staffnya dalam
melakukan tindakan
operasi

Digunakan pada saat


25 operasi supaya tidak
Dug bolong
mengotori tempat lain
yang tidak dibedah.
26

26 Untuk menerangi saat


Lampu LED
tindakan dilakukan.

Untuk melindungi petugas


27 Masker kesehatan dari penyakit
menular melalui udara.

28 Hypafix Untuk perawatan luka.

29 Untuk menyuntikkan atau


Spuit 20cc
menghisap cairan

30 Betadin Sebagai antiseptik


27

31 Kapas Untuk vulva hygyne.

Untuk menyerap darah


32 Tampom yang di masukan kedalam
lubang vagina

Untuk perawatan luka,


33 sebagai aplikasi untuk
Kassa steril
mengoleskan betadine ke
vagina sebagai antiseptik .

Untuk menggunting
34 Gunting
jaringan yang ada didalam.
jaringan
28

2.2 MOP ( Vasektomi )


2.2. 1.Pengertian
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi.Caranya ialah dengan memotong
saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat, sehingga sel sperma
tidak dapat mengalir keluar  penis (urethra). Sterilisasi laki-laki termasuk operasi
ringan, tidak melakukan perawatan di rumahsakit dan tidak mengganggu
kehidupan seksual. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan
koitus terjadi pula ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang
tidak mengandung sperma.Kontap pria ini masih merupakan metode yang
“terabaikan” dan kurang mendapatkan perhatian.

 2.2.2 Cara kerja MOP


Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak
didapatkan spermatozoa didalam semen/ejakulat.

2.2.3 Efektifitas MOP


a. Angka kegagalan 0-2,2 % ,umumnya < 1 % 
b. Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh:
 Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali
dari spermatozoa.
 Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah
pembentukan granulomaspermatozoa
 Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi
 Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens.4.

2.2.4 keuntungan dan kerugian MOP


1. Keuntungan:
 Efektif  
 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
 Sederhana
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
 Hanya memerlukan anestesi lokal saja
 Biaya rendah
29

 Secara kultural, sangat dianjrkan di negara-negara dimana wanita merasa malu


untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan
paramedis wanita.

2. Kerugian:
 Diperlukan suatu tindakan operatif  
 Kadang-kadangmenyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
 Belum memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah
ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens
dikeluarkan.
 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parahsetelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria.

2.2.5 Teknik MOP
1. Operatif 
a. Vasektomi dengan pisau setelah anestesilokal yaitu dengan larutan prokain
lidokain atau lignokain tanpamemakai adrendin maka dilakukan irisan pada
kulit scrotum. Kulit dan otot-otot disayat,maka tampak vas deferens dengan
sarungnya. Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara dua belahan
scrotum atau pada dua tempat di atas masing-masing vas deferensKedua
vas tampak sebagai saluran yang putih dan agak kenyal pada perabaan. Vas
dapatdibedakan dari pembuluh-pembuluh darah, karena tidak berdenyut.
IdentifikasiVasterutaa sukar apabila kulit scrotumtebal.
b. Vasektomi
Tanpa pisau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon
akseptor kontap pria akantindakan operasi ( yang umumnya dihubungkam
dengan pemakaian pisau operasi ), danuntuk menggalakkan penerimaan
kontap pria, di Indonesia sekarang telah diperkenalkanmetode vasektomi
tanpa pisau ( VTP ).Vasektomi pada pisau juga dapat dilakukan tanpa
mengiris kulit, jadi tanpa memakai pisau sama sekali, yaitu dengan cara:
 Saluran diikat bersama-sama dengan kulit scrotum dengan cara
mencobloskan jarum dengan benang sampai ke bawah saluran mani. 
 Dapat juga disuntikkan ke dalam saluran mani.
30

 Saluran mani dapat dibakar dengan mencobloskan jarum kauter halus


melalui kulit ke dalam saluran mani.

2. Penyumbatan vas deferens


 Mekanis dilakukan dengan penjepitan vas deferens menggunakan :
 Vaso-clips
 Intra Vasal Thread (IVT)
 Reversible Intravas Device (R-IVD).
 Shug
 Phaser (Bionyx Control)
 Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)

3. Penyumbatan vas deferens kimiawi


dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan zat-zat kimiawi
berupa :
1.Quinacrine
2.Ethanol
3.Ag-nitrat

2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi MOP


 Indikasi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-
istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan
kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
 Kontraindikasi
1. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies (penyakit kulit menular akibat tuma
gatal).
2. Infeksi traktus genetalia.
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
a. Varicocele (varikositas pleksus pampiniformis korda spermatika,
yang membentuk benjolan skrotum yang terasa seperti ”kantong
cacing”).
b. Hydrocele besar
31

c. Filariasis.
d. Hernia inguinalis.
e. Orchiopexy (fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum).
f. Luka parut bekas operasi hernia.
g. Skrotum yang sangat tebal.
4. Penyakit sistemik :
a. Penyakit-penyakit perdarahan.
b. Diabetes Mellitus.
c. Penyakit jantung koroner yang baru.
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

2.2.7 Konseling pasca operasi


1. Menjaga daerah insisi agar tetap kering 
2. Tidak menarik-narik atau menggaruk-nggaruk luka yang sedang
dalam penyembuhan.
3. Memakai penahan skrotum (celana dalam).
4. Menghindari mengangkat benda berat dan kerja keras untuk 3 hari.
5. Klien boleh bersenggama sesudah tidak merasa sakit (hari ke 2-3), namun
untuk mencegah kehamilan,pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama
3 bulan atau sampai ejakulasi15-20 kali.
6. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi

2.2.8 Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi


Efek samping yang dapat timbul yang akan timbul adalah:
a. Timbul rasa nyeri.
b. Infeksi pada bekas luka.
c. Membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.
d. Belum ada efek samping jangka panjang.
e. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi.
f. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjadi
32

2.2.9 Instrumen MOW dan fungsinya


NO NAMA ALAT GAMBAR ALAT FUNGSI ALAT
(Sphygmomanometer)
adalah untuk untuk
mengukur tekanan darah
1. Tensi Meter yang bekerja secara
manual saat memompa
maupun mengurangi
tekanan pada manset.

untuk mengukur suhu


2. Thermometer (temperatur), ataupun
perubahan suhu

Untuk mendegarkan detak


3. stetoskop
jantung pasien

Tempat alat / kotoran2


4. Nerbeken pada waktu bekerja/
operasi

untuk menyimpan
5. Bak instrumen peralatan-peralatan operasi
yang sudah seteril

6. Pinset chirurgis  Membentuk pola


jahitan dan
meremove
jahitan
 Menjepit dan
menahan secara
33

lebih kuat pada


waktu diseksi
dan penjahitan
luka dan
memberi tanda
pada kulit
sebelum
memulai insisi
 Menjepit luka
 Menjepit otot
 Membersihkan
atau mengambil
sisa-sisa luka
jahitan
 Menjepit Kassa
sewaktu
menekan luka,
menjepit
jaringan yang
tipis dan lunak

tempat untuk menaruh


7. kasa, betadine,
Kom

8. Handscoon Alat pelindung diri


Steril petugas
34

9. Lidocain Untuk pembiusan.

Untuk pelindung supaya


10. Celemek operasi baju tidak terkena cairan
obat,cairan berbahaya dan
sejenisnya

11. Benang catgut Untuk penjahitan luka


terbuka

12. Jarum otot Untuk tindakan penjahitan


otot
35

13. Jarum kulit Untuk tindakan penjahitan


kulit

Gunting untuk menggunting


14. lengkung bagian-bagian alat tubuh
panjang yang akan diamati

Untuk mengiris jaringan


15. Skapel yang terdiri dari batang
scalpel dan pisau scalpel

Untuk memegang jarum


16. Klem pemegang saat melakukan penjahitan
jarum
luka pada jaringan
36

17. Speculum SIM Untuk membuka atau


menahan vagina

Untuk tidur seseorang


18. Tempat tidur yang sakit tidak
pasien
merasakan kesakitan

Untuk menggunting
19. Gunting benang benang saat melakukan
penjahitan

Untuk melindungi mata


dari berbagai resiko
20. Kaca mata berbahaya dari paparan
medis
bahan kimia yang dapat
menyebabkan kebutaan
37

Untuk melindungi rambut


21. nurse cap agar tidak rontok saat para
medis melakukan operasi

Untuk menjepit atau


22. Pinset anatomi memegang jaringan,alat
dan bahan medis lainnya

pakaian yang
mempermudah kinerja
23. Jubah O.K dokter dan staffnya dalam
melakukan tindakan
operasi

Digunakan pada saat


24. Dug bolong operasi supaya tidak
mengotori tempat lain
yang tidak dibedah.
38

25. Lampu LED Untuk menerangi saat


tindakan dilakukan.

Untuk melindungi petugas


26. Masker kesehatan dari penyakit
menular melalui udara.

27. Hypafix Untuk perawatan luka.

28. Spuit 20cc Untuk menyuntikkan atau


menghisap cairan

29. Betadin Sebagai antiseptik


39

30. Kapas Untuk vulva hygyne.

Untuk menyerap darah


31. Tampom yang di masukan kedalam
lubang vagina

Untuk perawatan luka,


32. Kassa steril sebagai aplikasi untuk
mengoleskan betadine ke
vagina sebagai antiseptik .

Untuk menggunting
33. Gunting jaringan yang ada didalam.
jaringan

2.2.10 Cara sterilisasi & penyimpanan instrument


a. Pengertian
Sterilisasi menggunakan metode panas basah karena kater ini merupakan
produk yang tidak tahan panas. Alat yang digunakan adalah autoclave. Pada
awal percobaan dilakukan perendaman dengan HCL 2% selama 2 hari, hal ini
bertujuan untuk mencuci dan menetralkan kotoran-kotoran yang bersifat basa.
Kemudian perendaman kembali dengan larutan teepol 1%merupakan
40

surfaktan yang mempunyai gugus lipofil dan hidrofil. Gugus lipofil akan
mengikat lemak dalam tutup karet, gugus hidrofil akan tertarik oleh aquadest
pada pencucian yang terakhir sehingga tutup karet terbebas dari lemak yang
menempel. Langkah berikutnya yaitu mendidihkan karet dalam larutan Teepol
1%. Langkah ini dilakukan berulang-ulang hingga larutan bersih dan jernih.
Lalu karet direndam dan dicui dengan aquadest dan di autoclave.
b. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi
1. Sterilisator ( alat untuk steril ) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang
jelas dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan steril.
3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
4. Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai
5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang
c. Beberapa alat yang perlu disterilkan
1. Peralatan logam
2. Peralatan kaca
3. Peralatan karet
d. Cara Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan cara rebus
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih
(1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari
logam, kaca dan karet.
2. Sterilisasi dengan cara stoom
Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu,
suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya
peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
41

4. Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia


Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol,
sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila
kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
Perhatian :
1. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
2. Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
3. Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan :
nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
4. Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga
seluruh bagian dapat disterilkan.
5. Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat
(dihitung sejak peralatan disterilkan).
6. Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator,
sebelum waktu untuk mensterilkan selesai.
7. Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan
korentang steril.
8. Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun
tutupnya.
9. Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus
disterilkan kembali.
e. Cara penyimpanan alat yang sudah disterilisasi
1. Penyimpanan dari bahan baku logam yang disudah sterilisasi
Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun
alumunium sering terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal
demikian maka alat-alat tersebut harus disimpan pada tempat yang
mempunyai temperatur tinggi (sekitar 37oC) dan lingkungan yang kering
memakai bahan silikon sebagai penyerap uap air, sebelum alat tersebut
disimpan maka alat tersebut harus bebas dari kotoran debu maupun air yang
melekat.
2. Penyimpanan dari bahan baku kaca yang disudah sterilisasi
a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC
b. Ruangan tempat penyimpana diberi bahan silikon sebagai zat
higroskopis.
42

c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk
membersihakan debu dari permukaan kaca.
d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas
kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari
pyrex.
e. Gelas yang direbus jangan dimasukkan langsung kedalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin
kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk
pendinginan mendadak tidak diperkenankan.
3. Penyimpanan dari bahan baku karet yang disudah sterilisasi
Bahan karet mudah meleleh atau lengket apabila disimpan terlalu lama.
Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku karet, sebelum melakukan
penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan
cara mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur
dibawa sinar matahari atau hembusan udara hangat.
43

BAB III
PENUTUP

a.  Kesimpulan
3.1.1 MOW atau Tubektomi
MOW atau tubektomi merupakan alat kontrasepsi modern sterilisasi pada
wanita atau juga merupakan alat kontarsepsi mantap yaitu penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki
sehingga tidak terjadi kahamilan.

Adapun keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW ini salah satunya
yaitu Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi dan tidak dapat
dipulihkan kembali.

Sedangkan teknik melakukan kontrasepsi ini yaitu ada berbagai cara :


penyinaran, operatif, dan penyumbatan tuba secara kimiawi.

3.1.2 MOP atau Vasektomi


MOP atau vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap pada laki-laki yaitu
dengan memotong saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat,
sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar  penis (urethra).

Kerugian dari kontrasepsi ini yaitu salah satunya yaitu Belum memberi
perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.

Teknik melakukan kontrasepsi ini ada berbagai cara yaitu : operatif,


penyumbatan vas deverens, dan penyumbatan vas deferens kimiawi.
44

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, ari . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika


Bari Abdul, Saifudin. 2006. Buku Panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Notodiharjo, Riono. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana. Jakarta :
Yayasan bina pustaka
Wikhjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Proverawati atikah, dkk. 2010. panduan memilih kontrasepsi. Yogyakarta : muha medika

Anda mungkin juga menyukai