Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

Disusun sebagai salah satu tugas mengerjakan Asuhan Keperawatan Praktik Klinik di Ruang
Delima RSUD Dr. Harjono Ponorogo

DISUSUN OLEH :

Ajeng Ayu Septyana

P17250193030

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala nikmat dan rahmat-Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Laporan Pendahuluan tentang Keperawatan anak :
Bronkopneumonia.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan (LP) ini,
baik dari segi materi maupun segi bahasa. Namun demikian, saya sebagai penulis berharap
semoga Laporan Pendahuluan (LP) ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Kemudian
kami ucapkan terima kasih kepada orang tua dan dosen pembimbing Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah 1 yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi kepada
kami.
Laporan Pendahuluan (LP) ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan anak 1. Terakhir, kami ucapkan jazakumullah akhsanal jaza kepada semua
pihak yang terkait dalam penyusunan Laporan Pendahuluan (LP) ini. Saya mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan Laporan Pendahuluan (LP) kami. Semoga Tuhan
senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

Ponorogo, 20 Oktober 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan Anak dengan judul laporan


pendahuluan dengan Bronkopneumonia Di RSUD Dr. Harjono yang telah disusun oleh
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi Diploma III Keperawatan
Ponorogo yang bernama Ajeng Ayu Septyana NIM. P17250193030 sebagai salah satu tugas
praktikum Keperawatan Anak yang telah diperiksa dan disetujui oleh :

Ponorogo, 20 Oktober 2021

Pembimbing Institusi Penyusun

Wiwiek Retti Andriani, S.Kep.Ns., M. Kep Ajeng Ayu Septyana


NIP : NIM. P17250193030
BAB I

KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia merupakan radang paru-paru pada bagian lobularis yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang ditandai dengan gejala demam
tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal (terdengar adanya ronchi basah),
muntah, diare, batuk kering dan produktif (Dicky K. N & Wulan, 2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan benda asing yang sering dijumpai pada balita. Bronkopneumonia
bersifat sekunder karena melemahnya daya tahan tubuh tetapi juga dapat primer yang
biasanya dijumpai pada anak dan dewasa (Fajri & Purnamawati, 2020)

B. ANATOMI

a. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol dan wajah
yang disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Hidung internal adalah rongga
berlorong. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan udara
yang dihirup ke paru-paru.
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu percabangan saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan
pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Tempatnya pita suara. Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring berperan untuk pembentukan
suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa panjang sekitar 10 sampai 12 cm dengan diameter 2,5
cm terltak sebagian di leher dan sebagian di dada. Dinding tenggorokn tipis dan
kaku dikelilingi oleh cincin tulang rawan dan pada bagian dalam rongga bersilia.
Silia silia ini berfungsi menyaring benda benda asing yang masuk ke dalam
saluran pernapasan.
e. Bronkus
Percabangan dari trakea terbagi menjadi kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut carina. Bronkus kanan lebih pendek lebar dan lebih dekat dengan trakea.
f. Bronkiolus
Brokiolus memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus.
Bronkiolus memiliki dinding yang tipis tidak bertulang rawan dan tidak bersilia.
Mengandung kelenjar sub mukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut yang tidak terputus putus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
g. Alveolus
Tempat pertukaran O2 dan CO2. Alvolus berselaput tipis dan banyak bermuara
kapiler darah yang memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.
h. Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada di bagian atas, di samping dan dibatasi oleh
otot dan rusuk, di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
(Ardhi Utama, 2018)

C. FISIOLOGI PERNAFASAN
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh(inspirasi) serta mengeluarkan udara dari dalam tubuh
(ekspirasi). Proses oksigenasi tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
gas, dan transportasi gas (Muttaqin, 2012).
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan
persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma.
Diafragma disarafi oleh syaraf frenik, ynag keluar dari medulla spinalis pada
vertebra servikal keempat.
b. Difusi gas
Difusi gas adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area yang
bertekanan tinggi kearah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O2 melintasi
membrane alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena adanya perbedaan tekanan
PO2 yang tinggi di alveoli dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah.
c. Transportasi gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jariingan
ke paru dengan bantuan aliran darah (Muttaqin, 2012).

D. ETIOLOGI GANGGUAN KEBUTUHAN BRONKOPNEUMONIA


Penyebab terbanyak bronkopneumonia pada anak adalah bakteri pneumokokus
dan virus. Sedangkan pada bayi dan anak kecil sering ditemukan staphylocomlus
aureus sebagai penyebab terberat, paling serius dan sangat progresif dengan angka
kematian yang tinggi. Bronkopneumonia didahului oleh terjadinya peradangan pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari (Andriyani, et al., 2021)

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN FUNGSI


KEBUTUHAN BRONKOPNEUMONIA
Dalam jurnal yang diteliti oleh (Handayani, Muhtar, & Chaeruddin, 2021)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
bronkopneumonia, sebagai berikut :
1. Status gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki status gizi baik
tapi mengalami kejadian bronkopneumonia. Pada dasarnya, anak dengan status
gizi lebih/gemuk mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik daripada anak
dengan status gizi kurang atau buruk. Faktor penyebab terjadinya
bronkopneumonia pada anak yang memiliki gizi baik bisa disebabkan oleh
pencemaran udara dalam rumah, misalnya asap rokok yang terhisap dan karena
asap pembakaran untuk memasak.
2. Status imunisasi
Pemberian imunisasi dapat mencegah berbagai jenis penyakit infeksi termasuk
bronkopneumonia. Pemberian imunisasi seperti DPT dapat mencegah infeksi
saluran pernapasan, anti batuk rejan dan tertanus, dan imunisadi Hib yang
diberikan untuk membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe B,
organisme ini dapat menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat yang bisa menyebabkan tersedak.
3. Lingkungan
Pengaruh lingkungan rumah bisa menjadi salah satu faktor kejadian
bronkopneumonia seperti kurangnya menjaga kebersihan rumah, kebiasaan
menggunakan kipas angin, kebiasaan memasukkan mainan atau barang yang
dipegang ke dalam mulut. Hal tersebut kebiasaan yang tanpa disadari menjadi
proses masuknya virus dan bakteri ke dalam tubuh.
4. Paparan asap rokok
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan pernapasan, batuk pilek dan
sebagainya terdapat 20% sampai 80% lebih sering terjadi pada anak perokok
daripada bukan anak perokok. Hal tersebut kemungkinan untuk mendapatkan
bronkitis dan infeksi paru lain pada anak yang orangtuanya perokok juga dua kali
lebih sering bila dibandingkan dengan orangtuanya bukan perokok.

F. MANIFESTASI KLINIS BRONKOPNEUMONIA


Manifestasi klinis yang sering terlihat pada anak yang menderita bronkopneumonia
yaitu :
a. Demam yang tinggi (39℃-40℃) terkadang disertai kejang.
b. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada seperti ditusuk-tusuk pada saat
bernapas dan batuk.
c. Pernapasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut.
d. Adanya bunyi pernapasan ronchi dan wheezing.
e. Rasa lelah akibat reaksi eradangan dan hipoksia jika infeksi serius.
f. Ventilasi yang berkurang karena penimbunan mukus yang menyebabkan
atelektasis absorbsi.
g. Batuk disertai sputum yang kental.
h. Nafsu makan menurun.
(Fajri & Purnamawati, 2020)

G. KOMPLIKASI BRONKOPNEUMONIA
1. Atelektasis
Atelektasis merupakan suatu kondisi di mana paru-paru gagal atau tidak dapat
mengembang secara sempurna yang disebabkan karena mobilisasi reflek batuk
kering.
2. Empiema
Empiema merupakan suatu kondisi dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura akibat infeksi dari bakteri Bronkopneumonia.
3. Abses paru
Abses paru merupakan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan penumpukan pus
di dalam paru-paru yang meradang.
4. Endokarditis
Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian dalam jantung
(endokardium) yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam aliran darah.
5. Meningitis
Meningitis meupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang
yang diakibatkan oleh infeksi bakteri.
(Andriyani, et al., 2021)

H. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


a. Pemberian antibiotik penisilin, bisa juga diberikan tambahan menggunakan
kloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pemberian obat gabungan diberikan sebagai penghilang penyebab
infeksi dan menghindari resistensi antibiotik.
b. Perbaikan gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena.
c. Pemberian nutrisi enternal secara perlahan melalui selang nasogastrik pada pasien
yang mengalami perbaikan sesak nafas.
d. Fisioterapi dada, sangat efektif bagi penderita penyakit respirasi. Dengan teknik
postural drainage, perkusi dada dan vibrasi pada permukaan dinding dada akan
mengirimkan gelombang amplitude sehingga dapat mengubah konsistensi dan
lokasi sekret.
e. Terapi inhalasi dapat diberikan jika sekresi lendir sudah berlebihan, seperti
nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
pengeluaran dahak, dapat juga melemaskan otot saluran pernapasan.
(Andriyani, et al., 2021)
BAB II

PATHWAY
BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. ANAMNESIS
a. Identitas
Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat dan
tanggal masuk rumah sakit (Andriyani, et al., 2021).
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang muncul pada bronkopneumonia yaitu
gelisah, sesak napas, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai
cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut (Fajri & Purnamawati,
2020).
- Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia diawali oleh innfeksi saluran pernapasan selama
beberapa hari. Suhu tubuh mendadak naik kisaran 39-40℃ terkadang
disertai kejang. Anak tampak gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal, terdapt pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi dinding dada,
terdapat sianosis sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak terjadi
pada awal terinfeksi penyakit, tetapi setelah beberapa hari menjadi
produktif dan kering (Andriyani, et al., 2021).
- Riwayat kesehatan terdahulu
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan masa lalu mengenai pengalaman
sakit yang pernah di alami, riwayat masuk rumah sakit, pemakainan obat,
dosis yang digunakan serta cara pemakaian obat (Andriyani, et al., 2021).
- Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan keluarga yang dimiliki oleh
anggota keluarga, apakah mempunyai penyakit yang sama seperti yang di
derita oleh pasien, riwayat penyakit degeneratif dan menular (Andriyani, et
al., 2021).
2. PEMERIKSAAN FISIK : DATA FOKUS
a. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif, serta nyeri dada
waktu bernapas dan adanya retraksi dinding dada.
b. Palpasi
Hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin meningkat pada sisi
yang sakit dan mengalami peningkatan denyut nadi.
c. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit, pekak akibat penumpukan cairan.
d. Auskultasi
Pada bronkopneumonia akan terdengar stidor suara napas berjuang, terdengar
suuara tambahan seperti ronchi, wheezing.
(Fajri & Purnamawati, 2020)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pada pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dapat ditemukan
leukopenia dan ditemukan anemia ringan dan sedang.
b. Pemeriksaan radiologi, memberikan gambaran beragam, bercak konsolidasi
yang merata pada bronkopneumonia, satu lobus pada pneumonia lobaris, difus
atau infiltrat pada pneumonia stafilokokus
(Fajri & Purnamawati, 2020)
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)


Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Kelebihan atau kekurangan oksienasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada
membran alveolus dan kapiler
c. Hipertermi (D.0130)
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.
d. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
e. Pola Nafas Tidak Efektif (D. 0026)
Inspirasi dan / ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
f. Ansietas (D.0080)
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik, akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
1. BATASAN KARAKTERISTIK
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
- Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
(tidak tersedia)
 Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, whezing dan/atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan naas (pada neonatus)
- Gejala dan tanda minor
 Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
 Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
- Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
1. Dispnea
 Objektif
1. PCO2 meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat/menurun
5. Bunyi napas tambahan
- Gejala dan tanda manor
 Subjektif
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
 Objektif
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/iregular,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
c. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
- Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
1. Mengeluh lelah
 Objektif
1. Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
- Gejala dan tanda minor
 Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
 Objektif
1. Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
2. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
- Spasme jalan napas
- Hipersekresi jalan napas
- Disfungsi neuromuskular
- Sekresi yang tertahan
- Hiperplasia jalan napas
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
- Perubahan membran alveolus dan kapiler
c. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Tirah baring
- Kelemahan
- Imobilitas
- Gaya hidup monoton
C. PERENCANAAN
1. DIAGNOSIS 1
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
a. Tujuan dan kriteria hasil

N DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SLKI)


O
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Bersihan Jalan Napas (L.01001)
(D.0001) Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pada klien
meningkat dengan kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat.
- Produksi sputum menurun.
- Gelisah membaik.

b. Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA KEPERAWATAN SIKI


O
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Latihan Batuk Efektif ( I.01006 )
(D.0001) a) Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
b) Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
c) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik.
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

2. DIAGNOSIS 2
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
a. Tujuan dan kriteria hasil
N DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SLKI)
O
1. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) Pertukaran Gas (L.01003)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pertukaran gas pada klien
meningkat dengan kriteria hasil :
- Dispnea menurun
- Bunyi napas tambahan menurun.
- PCO2 membaik
- PO2 membaik
- Takikardia membaik

b. Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA KEPERAWATAN SIKI


O
1. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) Terapi Oksigen (I.1026)
a) Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen Monitor posisi alat terapi oksigen.
 Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan.
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis, oksimetri, analisa gas darah), jika.
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen.
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi saat makan.
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis.
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen.
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen.

b) Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu.
 Pertahankan kepatenan jalan napas.
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen.
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu.
 Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi.
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien.

c) Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah.

d) Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur.
3. DIAGNOSIS 3
Intoleransi Aktifitas (D.0056)
a. Tujuan dan kriteria hasil

N DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SLKI)


O
1. Intoleransi Aktifitas (D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas pada klien
meningkat dengan kriteria hasil :
- Frekuensi nadi meningkat.
- Keluhan lelah menurun.
- Dispnea saat aktivitas menurun.
- Dispnea setelah aktivitas menurun.

b. Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA KEPERAWATAN SIKI


O
1. Intoleransi Aktifitas (D.0056) Manajemen Energi (I.05178)
a. Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahanfisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapiutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
c. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

c. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis dan interpersonal berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar
klien. Tindakan keperawatan meliputi ; tindakan keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan
atau keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan perawat (Fajri & Purnamawati, 2020).
d. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan fase terakhir proses keperawatan. Hasil evaluasi pada perencanaan
bronkopneumonia yaitu : bersihan jalan napas kembali efektif, gangguan pertukaran gas membaik dan
intoleransi aktivitas meningkat (Fajri & Purnamawati, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S., Windahadayanti, V. Y., Damayanti, D., Faridah, U., Sari Permata, Y. I., Fari,
A. I., . . . Matongka, Y. H. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak. Medan: Yayasan
Kita Menulis.
Ardhi Utama, S. Y. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Dicky K. N, A., & Wulan, A. J. (2017). Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada Anak di
Rumah Sakit Abdul Moeloek. Journal Medula Unila, Vol. 7, No. 2.
Fajri, I. R., & Purnamawati, I. D. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia : Suatu Studi Kasus. Buletin Kesehatan, Vol. 4, No. 2.
Handayani, E., Muhtar, A., & Chaeruddin. (2021). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK DI RSUD LABUANG BAJI
PROVINSI SULAWESI SELATAN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa & Penelitian
Keperawatan, Vol. 1, No. 2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia efinisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai