Anda di halaman 1dari 21

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DI RUANG CEMPAKA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI, BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
FEBRI NGESTIUTAMA
203203097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DI RUANG CEMPAKA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI, BANTUL, YOGYAKARTA

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) ( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2013).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2013).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah (Price, 2012).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2012).

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab, anemia dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis yaitu (Smeltzer, 2013):
1. Anemia Defisiensi Zat besi (Fe)
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang
merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kebutuhan zat
besi untuk anak-anak rata-rata 5mg/hr. Akan bertambah jika anak
mendapat infeksi sampai 10mg/hr. Gambaran klinis yang ditimbulkan
anak lemas, jantung berdebar-debar, pucat, sakit kepala. Penatalaksanaaan
dapat diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/kg BB/hari.
2. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA untuk
metabolism inti sel dan pematangan sel. Gejala anak yang menderita
defisiensi asam folat pucat, letih pusing, sukar tidur. Penatalaksanaan dapt
diberikan asam folat 3x5 mg/hari, dan pada bayi 3x2,5 mg/hr.
3. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Tergolong
dalam anemia megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir sama
dengan anemia efisiensi asam folat. Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi
untuk pematangan normoblas, metabolism saraf , dan purin. Selain asupan
yang kurang anemia ini dapat disebabkan karena adanya kerusakan
lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan secret yang
berfungsi untuk absorbsi B12.
4. Anemia Pascaperdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan yang menahun
gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang.
Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan gejala pucat,
transpirasi, takikardia, tekanan darah menurun. Dapat dilakukan
pemberian transfuse darah. Pilihan kedua plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus yang tersedia.

C. FAKTOR PREDISPOSISI/PRESIPITASI
1. Faktor predisposisi (Smeltzer, 2013):
a. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, bronkietasis, empyema
b. Kelainan darah
c. Ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu
dapat menyebabkan anemia.
e. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit
lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.
f. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang
parah

2. Faktor presipitasi
Menurut Badan POM (2013), Penyebab anemia yaitu:
a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin
(antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
e. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat
besi dan vitamin B12.

D. PATOFISIOLOGI
1. Pathway (Terlampir)
2. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor, atau kebanyakan diakibatkan oleh penyebab yang
tidak diketahui (idiopatik). Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang, kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi
darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau
sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Price, 2012).

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis umum anemia (Wong, 2012):
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan
hemoglobin, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah),
angina (sakit dada).
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang).
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada sistem saraf pusat.
7. Anemia berat gangguan GI (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare) dan
CHF.
Manifestasi klinis khusus pada anemia (Wong, 2012):
1. Anemia aplastik: Ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi
bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
2. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan
pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik,
letargi, tidur meningkat, kehilangan minat aktivitas bermain. Tampak
lemas, sering berdebar-debar, lelah, pucat, sakit kepala, tampak pucat
pada mukosa bibir, telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak
membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
3. Anemia aplastik: Ikterus, hepatosplenomegali.
F. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Menurut Wong (2013), akibat yang ditimbulkan dari anemia yaitu:
1. Gagal jantung,
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang (Smeltzer, 2013):
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada pasien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila defisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
6. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Price (2012), pemeriksaan penunjang pada klien dengan anemia
yaitu:
1. Laboratorium
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Primary Assesment
a. Data subjektif
1) Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau penurunan
kesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri kepala,demam,
penglihatan kabur, dan vertigo.
2) Riwayat sebelumnya: gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
b. Data objektif
1) Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
2) Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
3) Circulation
CRT >2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada
kulitdan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir)
dandasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan), kuku mudah patah, berbentuk
sepertisendok (clubbing finger), rambut kering, mudah putus,
menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.
4) Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur, kelemahan,keletihan
berat, sensitif terhadap dingin
2. Secondary Assessment
a. Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan abdomen.
b. Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam, hemoglobin
dan hematokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis anemia dapat
berbeda. Biasanya hasil lab menunjukkan jumlah eritrosit menurun,
jumlah retikulosit bervariasi, misal: menurun pada anemia aplastik
(AP) dan meningkat pada respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis.
c. Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan secara
tiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang timbul
d. Pengkajian persistem
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan
produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi
terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: Takikardia/ takipnae, dispnea pada waktu bekerja
atau istirahat, letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan, tubuh
tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Tanda: Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural, disritmia (abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T), takikardia, bunyi jantung murmur sistolik. Ekstremitas pada
kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) serta
dasar kuku pucat. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi), kuku mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
3) Integritas ego
Gejala: Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda: Depresi.
4) Eliminasi
Gejala: Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen,
sindrom malabsorpsi. Hematemesis, feses dengan darah segar,
melena, diare atau konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda: Distensi abdomen.
5) Nutrisi
Gejala: Penurunan masukan diet, masukan diet protein
hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Tanda: Lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah.
6) Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, Kelemahan, keseimbangan buruk, klaudikasi.
Tanda: Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis,
mental tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik,
epitaksis, gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar dan
posisi, tanda romberg positif, paralysis.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen, sakit kepala.
8) Pernapasan
Gejala: Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala: Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,
riwayat terpajan pada radiasi baik terhadap pengobatan atau
kecelekaan, riwayat kanker, terapi kanker, tidak toleran terhadap
dingin dan panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda: Demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum, ptekie dan ekimosis.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat (merokok, gaya hidup monoton,
trauma, obesitas, asupan garam imobilitas).
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Ansietas, posisi tubuh,
deformitas tulang, deformitas dinding dada, keletihan, hiperventilasi,
sindrom hipoventilasi, gangguan musculoskeletal, kerusakan neurologis,
imaturitas neurologis, disfungsi neuromuscular, obesitas, nyeri, keletihan
otot pernapasan, cedera medulla spinalis.
3. Keletihan berhubungan dengan anemia, status penyakit, peningkatan
kelelahan fisik, malnutrisi, kondisi fisik buruk, kehamilan, deprivasi tidur,
kelembaban, cahaya, kebisingan, suhu.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan Gaya hidup kurang gerak,
imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah
baring.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient, ketidakmampuan untuk mencerna makanan,
ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis
6. Hipertermi berhubungan dengan agen farmaseutikal, aktivitas berlebihan,
dehidrasi, iskemia, pakaian yang tidak sesuai, peningkatan laju
metabolisme, penurunan perspirasi, penyakit, sepsis, suhu lingkungan
tinggi, trauma.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Circulatory care:arterial
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 jam, insufficiency
perifer diharapkan masalah 1. Lakukan
berhubungan ketidakefektifan perfusi jaringan pengkajian secara
dengan kurang perifer pada klien dapat teratasi menyeluruh
pengetahuan dengan kriteria hasil : mengenai sirkulasi
tentang faktor perifer (nadi
pemberat Tissue perfusion: peripheral perifer, edema,
(merokok, gaya 1. CRT pada jari-jaari tangan CRT, warna dan
hidup monoton, normal. Dari 3 (deviasi suhu kulit)
trauma, obesitas, dari rentang normal 2. Monitor status
asupan garam sedang) menjadi 5 (tidak cairan klien, intake
imobilitas). ada deviassi dari rentang dan output.
normal). 3. Anjurkan klien
2. CRT pada jari kaki normal. untuk melakukan
Dari 3 (deviasi dari rentang exercise, jika
normal sedang) menjadi 5 diperbolehkan
(tidak ada deviassi dari 4. Jaga ekstremitas
rentang normal). dari kejadian
3. Suhu kulit ekstremitas cedera.
normal. Dari 3 (deviasi 5. Pelihara asupan
dari rentang normal cairan yang kuat
sedang) menjadi 5 (tidak untuk menurunkan
ada deviassi dari rentang viskositas darah.
normal).
4. Nadi radialis kanan dan
kiri kuat. Dari 3 (deviasi
dari rentang normal
sedang) menjadi 5 (tidak
ada deviassi dari rentang
normal).
5. Tekanan darah dalam
rentang normal (100/70-
120/80 mmHg). Dari 5
(deviasi dari rentang
normal snagat jauh)
menjadi 3 (deviasi dari
rentang normal sedang).

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Terapi Oksigen


pola napas b.d keperawatan selama 3x24 jam, 1. Posisikan klien
Ansietas, posisi diharapkan masalah semi fowler untuk
No Diagnosa NOC NIC
tubuh, deformitas ketidakefektifan pola nafas pada memaksimalkan
tulang, deformitas klien menjadi efektif dengan ventilasi.
dinding dada, kriteria hasil : 2. Identifikasi klien
keletihan, perlunya pemasangan
hiperventilasi, Respiratory status: ventilation oksigen
sindrom 1. Tidak sesak. Dari 2 3. Auskultasi suara
hipoventilasi, (substansial) menjadi 2 nafas, catat adanya
gangguan (ringan). suara tambahan
musculoskeletal, 2. Frekuensi napas dalam batas 4. Berikan Oksigen
kerusakan normal 12-20 kali/menit. Dari 3 sesuai perintah
neurologis, (deviasi dari range normal
imaturitas sedang) menjadi 5 (tidak ada Vital Signs Monitoring
neurologis, deviasi dari range nomal). 1. Monitor TD, nadi,
disfungsi 3. Irama napas teratur. Dari 3 suhu, dan RR
neuromuscula,obe (deviasi dari range normal 2. Catat adanya fluktuasi
sitas, nyeri, sedang) menjadi 5 (tidak ada tekanan darah
keletihan otot deviasi dari range nomal). 3. Monitor frekuensi dan
pernapasan, 4. Tidak adanya suara napas irama pernapasan
cedera medulla tambahan. Dari 4 (deviasi dari 4. Monitor suara paru
spinalis. range normal ringan) menjadi 5
(tidak ada deviasi dari range
normal).
3. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Energy Management
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan anemia, diharapkan klien mampu 1. Kaji status fisik dan
status penyakit, beraktivitas sederhana dengan psikologis klien
peningkatan kriteria hasil: terkait kelelahan.
kelelahan fisik, 2. Monitor tanda vital
malnutrisi, Fatigue level 3. Kaji asupan nutrisi
kondisi fisik 1. Kelelahan klien berkurang. klien .
buruk, kehamilan, Dari 3 (sedang) menjadi 5 4. Kaji kemampuan
deprivasi tidur, (tidak mengalami kardioraspirasi klien
kelembaban, kelelahan). terhadap aktivitas.
cahaya, 2. Klien tidak kehilangan 5. Diskusikan dengan
kebisingan, suhu. nafsu makan. Dari 3 klien dan keluarga
(sedang) menjadi 5 (tidak aktivitas yang harus
kehilangan nafsu makan) dihindari dan yang
3. Gangguan konsentrasi boleh dilakukan klien .
klien berkurang. Dari 3 6. Ajarkan pergerakan
(sedang) menjadi 5 (tidak dan aktivitas secara
ada). bertahap.
4. Klien tidak pusing. Dari 4 7. Berikan obat untuk
(berat) menjadi 2 (ringan). penambah energy bila
No Diagnosa NOC NIC
5. Hematokrit dalam batas dibutuhkan.
normal. Dari 3 (kondisi 8. Kolaborasikan dengan
kompromais sedang) dokter.
menjadi 5 (tidak ada
kondisi kompromais).
6. Kualitas tidur klien
meningkat. Dari 3
(kondisi kompromais
sedang) menjadi 5 (tidak
ada kondisi kompromais).
7. Klien mampu melakukan
aktivitas harian secara
normal. Dari 3
(kondisi kompromais
sedang) menjadi 5 (tidak
ada kondisi kompromais).

4. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan Energy management


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor sistem
dengan Gaya diharapkan intoleransi aktivitas kardiorespirasi klien
hidup kurang dapat teratasi dengan kriteria hasil: selama kegiatan
gerak, imobilitas, (takikardia, disritmia,
ketidakseimbanga Activity tolerance dyspnea, pucat, dll).
n antara suplai 1. Frekuensi nadi ketika 2. Monitor sumber
dan kebutuhan beraktivitas dalam batas normal kegiatan dan kelelahan
oksigen, tirah (60-100 kali/menit). Dari 3 emosional yang dialami
baring. (kondisi kompromais sedang) klien.
menjadi 5 (tidak ada kondisi 3. Monitor respon oksigen
kompromais). klien (tekanan nadi,
2. Kemudahan bernafas ketika tekanan darah, atau
beraktivitas. Dari 2 (kondisi respirasi).
kompromais substansial) 4. Anjurkan dan ajarkan
menjadi 4 (kondisi kompromais kegiatan pengalihan
ringan). yang menenangkan
3. Tekanan darah dalam rentang untuk meningkatkan
normal (100/70-120/80 relaksasi.
mmHg). Dari 3 (kondisi 5. Anjurkan aktivitas fisik
kompromais sedang) menjadi 5 sesuai dengan
(tidak ada kondisi kemampuan.
kompromais). 6. Anjurkan periode
4. Kemudahan dalam melakukan istirahat dan kegiatan
aktivitas harian (Activities of secara bergantian.
Daily Living/ ADL). Dari 2 7. Ajarkan klien untuk
No Diagnosa NOC NIC
(kondisi kompromais menghubungi tenaga
substansial) menjadi 4 (kondisi kesehatan jika tanda dan
kompromais ringan). gejala kelelahan tidak
berkurang.

5. Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan selama Nutrition management


an nutrisi kurang 3x24 jam, diharapkan 1. Monitor jumlah nutrisi
dari kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kandungan kalori
tubuh b.d faktor dari kebutuhan tubuh dapat teratasi nutrisinya
biologis, faktor dengan kriteria hasil: 2. Berikan makanan
ekonomi, yang sudah terpilih.
ketidakmampuan Nutritional status 3. Anjurkan klien untuk
untuk 1. Asupan nutrisi adekuat meningkatakan
mengabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein vitamin C.
nutrient, dan vitamin). Dari 4 (deviasi
ketidakmampuan dari range normal ringan)
untuk mencerna menjadi 5 (tidak ada deviasi
makanan, dari range normal).
ketidakmampuan 2. Asupan makanan adekuat (nasi,
menelan mkanan, sayur, ikan, tempe, buah). Dari
faktor psikologis 3 (deviasi dari range normal
sedang) menjadi 4 (deviasi dari
range normal ringan).
3. Asupan minuman adekuat (air
putih, susu). Dari 4 (deviasi
dari range normal ringan)
menjadi 5 (tidak ada deviasi
dari range normal).
4. Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan (47 kg jika TB 155
cm). Dari 1 (deviasi dari range
normal parah) menjadi 3
(deviasi dari range normal
sedang).
5. Energy cukup. Dari 4 (deviasi
dari range normal ringan)
menjadi 5 (tidak ada deviasi
dari range normal).
6. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Temperature regulation
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor suhu
dengan agen diharapkan hipertermi dapat minimal setiap 2 jam
farmaseutikal, teratasi dengan kriteria hasil: sekali, secara tepat
aktivitas 2. Monitor tekanan
No Diagnosa NOC NIC
berlebihan, Thermoregulation darah, nadi, dan
dehidrasi, 1. Berkeringat ketika panas. respirasi, secara tepat
iskemia, pakaian Dari 3 (kondisi 3. Monitor warna kulit
yang tidak sesuai, kompromais sedang) dan suhu
peningkatan laju menjadi 5 (tidak ada 4. Promosikan intake
metabolisme, kondisi kompromais). cairan dan nutrisi
penurunan 2. Menggigil ketika dingin. yang cukup
perspirasi, Dari 3 (kondisi 5. Instruksikan pada
penyakit, sepsis, kompromais sedang) pasien bagaimana
suhu lingkungan menjadi 5 (tidak ada mencegah heat
tinggi, trauma. kondisi kompromais). exhaustion dan heat
3. Melaporkan suhu yang stroke
nyaman. Dari 4 (kondisi 6. Berikan medikasi
kompromais ringan) antipiretik, secara
menjadi 5 (tidak ada tepat
kondisi kompromais).
4. Tidak mengalami
peningkatan suhu kulit.
Dari 3 (sedang) menjadi 5
(tidak ada peningkatan
suhu kulit).
5. Tidak mengalami
penurunan suhu kulit. Dari
3 (sedang) menjadi 5 (tidak
ada penurunan suhu kulit).
6. Tidak terdapat hipertermia.
Dari 2 (berat) menjadi 4
(ringan)
7. Tidak terdapat hipotermi.
Dari 4 (ringan) menjadi 5
(tidak terjadi hipotermi).
8. Tidak terjadi dehidrasi.
Dari 4 (ringan) menjadi 5
(tidak terjadi dehidrasi).
Pathway (Price, 2012)

Definisi B12 Kegagalan produksi


SDM oleh sumsum Destruksi SDM Perdarahan/
Asam folat, besi
tulang berlebih hemofilia

Penurunan jumlah sel darah merah

Ketidakefektifan
pola napas HB berkurang

Sesak Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke Kurang asupan zat gizi


jaringan berkurang

Cadangan zat besi


Hipoksia ketidakefe tidak mencukupi
Gastro Intestinal
ktifan
Perfusi
Mekanisme anaerob Menurunnya
Penurunan kerja GI jaringan
defisiensi zat besi
perifer
Kerja lambung
menurun ATP Aplasia
berkurang granulopresis

Asam
Lambung Keletihan Infeksi
meningkat granulositopenia

Anoreksia Intoleransi
mual Aktivitas demam

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Hipertermi
kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. (2012). Laporan Tahunan 2012 Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI. Jakarta: Badan POM RI.

Bulechek, M. Gloria et al. (Eds). (2013). Nursing Intervensions Classifications


(NIC) Sixth Edition. The United State: Mosby Elsevier Inc.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S., (2014). Nursing Diagnoses Definitions and
Classification 2015-2017 10th ed., Oxford: Willey Blackwell.

Moorhead, S. et al., (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th ed.,


Missouri: Elsevier Mosby.

Price, Sylvia A. And Wilson Lorraine, M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC

Wong, Donna L. (2012). Buku Ajar keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai