Anda di halaman 1dari 51

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “W”(49 tahun) DENGAN


DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANG ALAMANDA II RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:
Nama : Vera Wati Din
NPM : 183203032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIII


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “W”(49 tahun) DENGAN


DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANG ALAMANDA II RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Dwi Kartika Rukmi, M.Kep., Sp.Kep.MB) (Dwi Nursiyati, Amd.Kep)

2
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,
2014). Sedangkan menurut Francis dan John (2011), Diabetes Mellitus klinis
adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Menurut American Diabetes Association (ADA) (2005) diabetes merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Diabetes juga
dapat dikatakan sebagai suatu keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007).

B. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS


Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Commitee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes (Corwin, 2010), yaitu:

1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus


tergantung insulin (DMTI).
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) / Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI). Sembilan puluh persen sampai

3
95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering
pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang
obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
C. ETIOLOGI
Penyebab diabetes adalah sebagai berikut (Price, 1995 cit Indriastuti 2014):
1. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.Faktor-faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu kecenderungan atau predisposisi genetik ke arah terjadinya diabetes tipe
I. kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA(human leucocyt antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Resiko
terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu
yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLLA tersebut.
Faktor-faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya
suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi pada
jaringan tersebut yang dianggapnnya seolah-olah jaringan asing. Factor-faktor

4
lingkungan. Adanya faktor eksternal yang dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes tipe II
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus II. Faktor-faktor ini
adalah :
a. Usia resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 tahun.
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan

5
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan

6
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadra glukosanya sangat tinggi) (Mansjoer dkk, 2012).

7
PATHWAY
DM Tipe I DM Tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetik, dll

Sel β pancreas hancur Jmh sel pancreas menurun


Defisiensi Insulin

Katabolisme protein meningkat


Hiperglikemia Liposis meningkat
Pembatasan diit
Fleksibilitas Penurunan BB
darah merah
Intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang
Pelepasan O2
dari kebutuhan
poliuria
Hipoksia perifer Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer

Nyeri

Peningkatan beban kerja


Viskositas meningkat arbsorbsi oleh glomerulus
Penurunan sekresi kalium
Peningkatan kontraktilitas CKD
jantung Hiperkalemi
Gagal pompa Peningkatan
CHF rearbsorpsi Na Gangguan penghantaran
ventrikel kiri
kelistrikan jantung
Suplai O2 jaringan Ketidak
otak turun Gagal pompa seimbangan CES meningkat Penurunan preload
ventrikel kanan volume cairan lebih
Metabolisme dari kebutuhan Peningkatan
anaerob tekanan kapiler Penurunan Cardiac
Tekanan diastole Output
Penimbunan asam meningkat
Peningkatan
laktat & penurunan volume intersisial Suplai O2 jaringan
ATP
Bendungan atrium kanan turun
Edema pulmo
Fatigue Bendungan vena sistemik Kelelahan otot

Sesak napas
Intoleransi aktifitas
Pola napas
tidak efektif 8
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi kilinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin
adalah sebagai berikut (Prince, Sylfia A Wilson, Lorraine M, 2010):
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang
berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan gatal,
bisul-biusl, keputihan, kesemutan, rasa baal, kelemahan tubuh, luka yang
tidak sembuh-sembuh, infeksi saluran kemih.

F. KOMPLIKASI
Menurut Subekti (2012) komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
1. Komplikasi Metabolik Akut. Kondisi disebabkan oleh
perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma.
2. Hipoglikemia
Dapat terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan terlalu sedikit atau karena aktivitas yang berlebihan.
3. Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata. Keadaan ini akan mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak  yang dimanifestasikan dengan adanya
dehidrasi, asidosis dan kehilangan elektrolit.

9
4. Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik.
Keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
5. Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ
tubuh.
6. Komplikasi Makrovaskuler
Mengakibatkan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar.Tipe penyakit
makrovaskuler ini tergantung pada lokasi lesi aterosklerotik.
7. Komplikasi Mikrovaskuler
Disebut juga mikroangiopati ditandai dengan penebalan membran basalis
pembuluh kapiler.
8. Retinopati Diabetik. Kondisi disebabkan oleh perubahan
dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina.
9. Ulkus/gangren
Terdapat lima derajat ulkus  kaki diabetic menurut Margareth dan Clevo
(2012)
a. Grade 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masi utuh disertai dengan
pembentukan kalus.
b. Grade I : kerusakan hanya sampaipermukaan kulit.
c. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d. Grade III : terjadi abses dalam deengan atau tanpa osteomielitis.
e. Grade IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
f. Grade V : Gangren pada seluruh kaki atau sebagian tungkai

10
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus
adalah sebagai berikut (Corwin, 2010):
1. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah
pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 100 100-200 >200


- Darah kapiler
<80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena
- Darah kapiler <110 110-120 >126

<90 90-110 >110

2. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp
>200 mg/dl.
3. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah
vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan
deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.
4. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam
urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer:
carik celup memakai GOD.
5. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

11
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien. Menurut Soegondo (2016), penatalaksanaan medis pada pasien
diabetes mellitus meliputi:
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya :

a. Diit DM I 1100 kalori e. Diit DM V 1900 kalori


b. Diit DM II 1300 kalori f. Diit DM VI 2100 kalori
c. Diit DM III 1500 kalori g. Diit DM VII 2300 kalori
d. Diit DM IV 1700 kalori h. Diit DM VIII 2500 kalori

Diit I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk


diberikan
kepada
penderita
yang terlalu
gemuk
Diit IV s/d V diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja, atau

12
diabetes komplikasi.

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3


J yaitu:
- Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
- Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
- Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan
rumus :
BB (Kg)
BBR =

TB (cm) – 100

1. Kurus (underweight) BBR < 90 %


2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
 Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
 Obesitas sedang BBR 130% - 140%
 Obesitas berat BBR 140% - 200%
 Morbid BBR >200 %

13
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :

1. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari


2. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya
: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan
ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal

14
dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraselluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
2) Beberapa cara pemberian insulin
a) Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :

15
(1) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu
dinding perut, lengan, dan paha. Dalam
memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan
setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan
setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan
kecepatan absorpsi setiap hari.
(2) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorpsi apabila
dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan
insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
(3) Pemijatan (Massage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin
(4) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap)
akan mempercepat absorpsi insulin.
(5) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja
insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler
akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
b) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuscular dapat digunakan pada koma diabetik
atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan
subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah
digunakan untuk terapi koma diabetik.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Diabetes Melitus
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pangkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
(Rumahorbo, 2009) :

16
1. Riwayat atau adanya factor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari
4 kg, riwayat glukosuria sselama stress (kehamilan, pembedahan,
trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik
tiasid, kontrasepsi oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus : poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnosis
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200
mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis (00132)
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme
regulasi dan kelebihan asupan cairan (00026)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi (00002)
4. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi, keletihan
dan nyeri (00032)
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (00092).

17
18
K. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


1. Nyeri akut b/d agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Label: Manajemen Nyeri (1400) 1. Intensitas dari nyeri dan
biologis (00132) selama …x…jam, masalah keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara ketidak nyamanan harus
klien dengan nyeri akut dapat teratasi komprehensif termasuk lokasi, dikaji dan
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, didokumentasikan setelah
kualitas dan faktor presipitasi dan prosedur atau beberapa
Label : Kontrol Nyeri (1605) reaksi non verbal klien terhadap stimulus yang
1. Pasien dapat Menggambarkan faktor nyeri. menyebabkan nyeri
penyebab nyeri. 2. Ajarkan tentang teknik non dengan beberapa hal baru
2. Pasien mampu mengontrol nyeri farmakologi: napas dalam, tentang nyeri dan interval
dengan teknik non farmakologi yaitu relaksasi, distraksi, kompres dari nyeri.
relaksasi nafas dalam. hangat/ dingin. 2. Pengalaman klien
3. Pasien melaporkan bahwa nyeri 3. Berikan analgetik untuk terhadap nyeri masa
terkontrol. mengurangi nyeri (sesuai dengan lampau dapat dijadikan
Label : Tingkat Nyeri (2102) kondisi pasien) bahan evaluasi awal untuk
1. Panjangnya episode nyeri pasien 4. Tingkatkan istirahat dan berikan penanganan nyeri saat ini.
berkurang posisi semifowler kepada pasien 3. Minimalisasi pengaruh
2. Pasien mengatakan nyeri berkurang untuk memberikan kenyaman eksternal mampu
3. Tekanan darah pasien dalam rentang terhadap pasien. membantu klien untuk
normal yaitu 120/80 mmHg) 5. Berikan informasi tentang nyeri mengatasi nyeri dan
4. Pasien tidak tampak menahan seperti penyebab nyeri, berapa mencegah timbulnya
kesakitan lama nyeri akan berkurang dan nyeri.
5. Pasien tidak mengalami gangguan antisipasi ketidaknyamanan dari 4. Analgetik diperlukan
nafsu makan. prosedur untuk pereda nyeri.

19
Label : Nyeri: Respon Psikologis 6. Monitor vital sign sebelum dan 5. Respon klien terhadap
Tambahan (1306) sesudah pemberian analgesik prosedur dapat dijadikan
1. Pasien tidak merasakan kecemasan pertama kali serta teknik relaksasi bahan evaluasi efektifitas
2. Pasien tidak mengalami ketakutan yang sudah diajarkan. untuk penanganan nyeri
terhadap prosedur dan alat yang Label: Pemberian Analgesik (2210) selanjutnya.
digunakan selama tindakan 6. Vital sign dilakukan untuk
3. Pasien tidak mengalami keputusasaan 1. Tentukan lokasi, karakteristik, mengetahui penurunan
4. Pasien tidak merasakan kesedihan kualitas, dan derajat nyeri sebelum tanda-tanda vital hasil dari
yang berlebihan pemberian obat penanganan nyeri.
5. Tidak terdapat ketakutan nyeri yang 2. Cek instruksi dokter tentang jenis
tidak dapat ditahan obat, dosis, dan frekuensi
6. Rasa tidak berharga 3. Cek riwayat alergi
7. Tidak adanya gangguan pada 4. Pilih analgesik yang diperlukan
konsentrasi atau kombinasi dari analgesik
8. Tidak mengalami kekhawatiran untuk ketika pemberian lebih dari satu
ditinggalkan. 5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal.
Label: Terapi Relaksasi (6040)
1. Lakukan pengkajian tingkat nyeri
yang dirasakan oleh pasien
2. Kaji intervensi relaksasi masa lalu
yang sudah digunakan ketika nyeri
3. Jelaskan rasionalisasi dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang
digunakan.
4. Ajarkan teknik relaksasi yang

20
direncanakan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien
5. Evaluasi dan dokumentasikan
respon terhadap terapi relaksasi.
2. Kelebihan volume cairan b/d Setelah dilakukan tindakan keperwatan Label : Monitor Cairan (4130) 1. Ukur berat badan pasien dan
gangguan mekanisme regulasi dan selama …x… jam, diharapkan masalah 1. Observasi berat badan pasien asupana intake dan output
kelebihan asupan cairan (00026) keperawatan klien dengan kelebihan 2. Observasi asupan dan pengeluaran untuk mengetahui
volume cairan, dapat teratasi dengan 3. Monitor tekanan darah, denyut keseimbangan cairan
kriteria hasil : jantung, dan status pernapasan. 2. Kaji kondisi turgor kulit
Label : Keseimbangan Cairan (0601) 4. Kaji turgor kulit pasien pasien untuk mengetahui
5. Kaji jumlah dan jenis intake atau tingkat kelembaban pasien
1. Tekanan darah pasien dalam rentang asupan cairan serta kebiasaan 3. Pemberian obat farmakologi
normal yaitu 120/80 mmHg eliminasi. untuk membantu dalam
2. Keseimbangan intake dan output 6. Berikan agen farmakologis untuk proses pengeluaran cairan
dalam 24 jam meningkatkan pengeluaran urin 4. Kolaborasikan dengan dokter
3. Berat badan stabil 7. Berikan dialysis dan catat reaaksi pada kondisi pasien tertentu.
4. Hematokrit dalam rentang normal pasien
5. Pasien tidak mengalami kehausan 8. Konsultasikan ke dokter jika
yang berlebihan pengeluaran urin kurang dari
6. Pasien tidak mengalami pusing yang 0,5ml/kg/jam atau asupan cairan
berlebihan orang dewasa kurang dari 2000
7. Pasien tidak mengalami kram otot dalam 24 jam.
8. Pasien tidak mengalami asites
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Label: Manajemen Nutrisi (1100) 1. Kaji asupan nutrisi pasien
dari kebutuhan tubuh b/d selama …x…jam, masalah keperawatan untuk pemenuhan nutrisi
ketidakmampuan mengabsorpsi klien dengan ketidakseimbangan nutrisi 1. Observasi kalori dan asupan nutrisi 2. Berikan pengetahuan
nutrisi (00002) kurang dari kebutuhan tubuh dapat 2. Observasi berat badan kepada keluarga dan pasien
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan kepada pasien terkait terkait dengan pemenuhan
dengan pemenuhan makanan sesuai nutrisi sesuai usia.

21
Label: Status Nutrisi: Asupan makan dengan usia.
dan cairan (1020) 4. Anjurkan kepada pasien untuk
1. Intake nutrisi pasien lewat mulut pemenuhan nutrisi
2. Intake cairan lewat mulut 5. Edukasikan kepada keluarga untuk
3. Pasien tidak mengalami hidrasi mendukung pemenuhan kebutuhan
4. Berat dan tinggi badan pasien dalam nutrisi pasien.
rentang normal sesuai masa
pertumbuhannya
5. Intake kalori, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, zat
besi, kalsium, dan sodium.
4. Ketidakefektifan pola nafas b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Label : Monitoring Pernafasan (3350) 1. Kaji kecepatan, irama,
hiperventilasi, keletihan dan nyeri selama …x…jam, diharapkan masalah 1. Observasi kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
(00032) keperawatan klien dengan kedalaman, dan kesulitan bernafas. bernafas untuk mengetahui
ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi 2. Observasi suara nafas tambahan pola pernafasan klien
dengan kriteria hasil : seperti ngorok atau mengi 2. Memposisikan pasien
3. Observasi pola nafas (misalnya miring ke samping
Label : Status Pernafasan (0415). bradipneu, takipneu, hiperventilasi, 3. Berikan bantuan terapi
1. Frekuensi pernafasan pasien dalam pernapasan kusmaul) nebulizer ataupun oksigen
rentang normal yaitu 16-24 4. Observasi saturasi oksigen pada untuk mengatasi masalah
kali/menit. pasien sesuai dengan anjuran ketidakefektifan pola
2. Irama pernafasan pasien reguler. kebutuhan pasien pernafasan pasien.
3. Kedalaman inspirasi pasien dalam 5. Observasi keluhan sesak napas
kondisi normal pasien, termasuk kegiatan yang
4. Tidak terdengar suara tambahan meningkatkan atau memperburuk
pada saat auskultasi. sesak napas tersebut.
5. Saturasi oksigen dalam rentang 6. Observasi hasil foto thoraks.
normal 95 – 100%. 7. Auskultasi suara napas, catat area
6. Pasien tidak menggunakan otot

22
bantu nafas. dimana terjadi penurunan atau tidak
7. Pasien tidak mengalami dispnue adanya ventilasi dan keberadaan
pada saat istirahat dan aktivitas suara napas tambahan.
ringan. 8. Catat perubahan pada saturasi O2,
8. Pasien tidak mengalami demam volume tidal akhir CO2, dan
dipertahankan. perubahan nilai analisa gas darah
9. Pasien tidak mengalami restrraksi dengan tepat.
dinding dada. 9. Posisikan pasien miring ke samping,
Label : Status Pernafasan: Ventilasi sesuai indikasi untuk mencegah
(0403). aspirasi, lakukan teknik log roll, jika
1. Pasien tidak terlihat menggunakan pasien diduga mengalami cedera
otot bantu nafas. leher.
2. Pada saat auskultasi tidak terdengar 10. Berikan bantuan resusitasi jika
suara bunyi tambahan. diperlukan.
3. Tidak terlihat retraksi dinsing dada. 11. Berikan bantuan terapi napas
4. Tidak terlihat pengembangan (oksigenasi atau nebulizer) sesuai
dinding dada yang tidak simetris. kondisi pasien.
5. Pasien tidak mengalami dispnea saat
istrahat dan saat latihan.
6. Frekuensi pernafasan pasien dalam
rentang normal yaitu 16-24
kali/menit.
5. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan Label: Manajemen energi (0180) 1. Observasi system
ketidakseimbangan antara suplai keperawatan ..x..jam, diharapkan masalah 1. Observasi sistem kardiorespirasi kardiorespirasi pasien selama
dan kebutuhan oksigen (00092). keperawatan klien dengan intoleransi pasien selama kegiatan (dyspnea) pasien mengalami sesak serta
aktivitas dapat teratasi dengan kriteria 2. Observasi status fisiologis pasien kelelahan.
hasil : yang menyebabkan kelelahan sesuai 2. Edukasikan kepada pasien
konteks usia dan perkembangan. dan keluarga untuk pasien
Label: Tolerasi terhadap aktivitas

23
(0005) 3. Ajarkan pasien mengenai melakukan aktivitas fisik
1. Saturasi oksigen pasien dalam rentang pengelolaan kegiatan dan sesuai dengan kemampuan
normal (95-100%). manajemen waktu untuk mencegah
2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas kelelahan
dalam rentang normal. 4. Anjurkan aktivitas fisik sesuai
3. Frekuensi pernafasan ketika dengan kemampuan
beraktivitas dalam rentang normal 5. Edukasi kepada keluarga ataupun
4. Pasien mudah dalam melakukan pasien erkait tanda dan gejala dari
aktivtas sehari-hari (ADLs). kelelahan
6. Kolaborasikan dengan ahli gizi
terkait cara meningkatkan asupan
energi dari makanan

24
DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisologi, Alih Bahasa James Veldan, Editor Bahasa
Indonesia Egi Komara Yuda et al. Jakarta : EGC.
Kowalak., 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Editor Bahasa Indonesia, Renata Komalasari &
Anastasia Onny Tampubolon. Jakarta:EGC.

McCloskey&Bulechek, 2013, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork.
Mansjoer. A. Dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III. Media Aesculapius,
Jakarta.
NANDA, 2018-2020, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA.
Nuari, A.N dan Widayati, D., 2017. Gangguan Pada Sistem Perkeemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan. Ed 1, Cet. 1. Yogyakarta:Deepublish

Smeltzer and Bare., 2014. Textbook of Medical – Surgical Nursing. Third Edition. Volume 2.
Brunner & Suddarth’s, Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins, a Walter
Kluwer Business.

University IOWA., NIC and NOC Project., 2013, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA.

25
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “W”(49 tahun) DENGAN DIABETES


MELLITUS TIPE 2 DI RUANG ALAMANDA II RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:
Nama : Vera Wati Din
NPM : 183203032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIII


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2019

26
LEMBAR PENGESAHAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “W”(49 tahun) DENGAN DIABETES


MELLITUS TIPE 2 DI RUANG ALAMANDA II RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Dwi Kartika Rukmi, M.Kep., Sp.Kep.MB) (Dwi Nursiyati, Amd.Kep)

27
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JEND ACHMAD YANI YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “W”(49 tahun) DENGAN DIABETES


MELLITUS TIPE 2 DI RUANG ALAMANDA II RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Nama Mahasiswa : Vera Wati Din


Tempat Praktik : Ruang Alamanda II (Bangsal Dalam)
Tanggal Praktik : 29 April – 18 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2019
Jam Pengkajian : 17.00 WIB
Sumber data : Klien, Keluarga dan Rekam Medis

A. DATA UMUM KLIEN


No. RM : 365xxx
Nama Klien : Ny.W
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dangean 002/003 Gulon Salam Magelang
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal masuk : 30 April 2019
Ruang : Alamanda II (Bangsal Dalam)
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe 2, vomitus low intake

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan masuk RS :
Klien rujukan dari klinik Daqu Sehat, dengan keluhan mual muntah semenjak satu
minggu yang lalu, pusing, makan minum berkurang, dan hasil pemeriksaan GDS di
klinik 570, sehingga dirujuk ke RSUD Sleman.
2. Keluhan utama saat
Klien mengatakan saat ini masih merasakan pusing jika bangun dari tempat tidur,
masih lemas, dan masih merasakan mual dan muntah. Makan dan minum sudah

28
mulai terjadi peningkatan dari hari sebelumnya. Hasil pemeriksaan GPP didapatkan
hasil 355.
3. Riwayat kesehatan masa lalu :
Klien mengatakan mengalami diabetes mellitus semenjak 10 tahun yang lalu, dan
mengalami hipertensi semenjak 4 tahun terakhir. Klien sudah beberapa kali dirawat
di Rumah Sakit karena mengalami pusing dan mual muntah seperti kondisi yang
dialami klien sekarang.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga mengatakan kedua orang tua klien memiliki riwayat penyakit keturunan
yaitu hipertensi dan diabetes mellitus.
5. Penyakit keturunan : Ada
 DM
 Asma
 Hipertensi
 Jantung
6. Riwayat kecelakaan atau pembedahan sebelumnya :
Klien mengatakan klien tidak pernah kecelakaan dan melakukan operasi sebelumnya.
7. Riwayat Alergi dan pengobatan yang pernah di peroleh :
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
8. Genogram

Keterangan :
: klien Ny. W
: perempuan
: laki-laki
: perempuan meninggal
: laki-laki meninggal
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal satu rumah

29
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Sistem Pernafasan
 Dispnea : Tidak
 Sputum : Tidak
 Riwayat penyakit Bronktis : Tidak; Asthma: Tidak; TBC: Tidak; Emphysema:
Tidak; Pneumonia : Tidak
 Merokok : Tidak
 Respirasi : 18 x/menit; regular dan dangkal.
 Penggunaan otot bantu pernapasan: Tidak
 Fremitus :Tidak
 Nasal flaring :Tidak
 Sianosis : Tidak
 Pemeriksaan Thorax
a. Inspeksi :
Pengembangan dada tampak simetris, tidak tampak menggunakan otot bantu
pernapasan dada, tidak tampak adanya lesi, RR : 18 x/menit (reguler dan
dangkal),
b. Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan, nyeri tekan tidak dirasakan.
c. Perkusi : Suara sonor dikedua lapang paru.
d. Auskultasi : Suara napas vesikuler. Rhonki-/-, wheezing -/-.
2. Sistem Kardiovaskular
 Riwayat Penyakit : Hipertensi: Iya; Penyakit gangguan jantung: Tidak
 Edema kaki : Tidak
 Plebitis : Tidak
 Claudicasio : Tidak
 Dysreflexia :Tidak
 Palpitasi : Tidak; Sinkop: Tidak
 Rasa kebas/kesemutan: Iya
 Batuk darah : Tidak
 TD : 180/90 mmHg, pengukuran di: lengan atas bagian kanan
Posisi pengukuran: Tidur
 Nadi : 80 x/menit diukur di radial

30
 Kualitas nadi : Kuat
 CRT : 2 detik.
 Homans sign : Negatif
 Abnormalitas kuku: Tidak ada kelainan pada kuku
 Perubahan kulit : Tidak ada perubahan, warna kulit merata
 Membran mukosa: Lembab
 Pemeriksaan Kardio
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis di intercostal 5 dan 6 midcklavikula sinistra, tidak
ada nyeri tekan.
c. Perkusi : Suara jantung redup
d. Auskultasi : Suara s1 dan s2 terdengar lup dup, tidak ada suara tambahan.
3. Sistem Gastrointestinal
 Antropometri
a. BB : 65 kg TB : 150 cm IMT : 28,88
 Gizi kurang
 Gizi cukup
 Gizi lebih
b. Berat badan: 65 Kg, ada perubahan BB: Tidak ada
IMT Status Gizi Kategori

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 – 18.5 Gizi Kurang Kurus

18.5 – 25.0 Gizi Baik Normal

25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk

> 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

 Biokimia
Hb : 10,4 gr/dl
Hmt : 32 %
Albumin : -
Serum glukosa: -

31
 Clinical sign
a. Turgor kulit : Elastis
b. Membran mukosa: Lembab
c. Edema : Tidak
d. Ascites : Tidak; Derajat:-
e. Pembesaran tiroid: Tidak
f. Kondisi gigi dan mulut : Tampak bersih
g. Kondisi lidah : Bersih
h. Halitosis: Tidak
i. Hernia: Tidak
j. Massa abdomen :Tidak
k. Bising usus: 12 x/menit
l. Data tambahan dalam Pemeriksaan abdomen:
Inpeksi: Bentuk simetris, tidak ada luka, warna kulit merata, tidak ada kelainan
bentuk, dan tidak ada benjolan.
Auskultasi: Bising usus terdengar 12 x/menit
Perkusi: Suara perut tympani
Palpasi: Tidak terdapat nyeri palpasi perut
 Diet : Bubur DM
a. Pola makan sebelum dirawat: 3x/sehari; waktu: pagi, sang, dan malam
b. Ada larangan/pantangan makanan: Tidak
c. Penggunaan suplemen makanan: Tidak
d. Kehilangan nafsu makan: Tidak
e. Mual/Muntah: Iya
f. Alergi makanan:Tidak
g. Dada serasa terbakar sesaat setelah makan: Tidak
h. Masalah dalam menelan: Tidak
i. Gigi Palsu: Tidak
j. Penggunaan diuretik: Tidak
k. Pola makan selama sakit/dirawat : 3x/sehari; waktu: pagi, sang, dan malam
l. Kebutuhan cairan selama sakit: 1950 k/kal, kebutuhan cairan 1950 x 1ml=
1950= 2,0 L

32
m. Balance cairan selama 24 jam
Intake Output Balance cairan
Parenteral: 1500 cc Urine : 750 cc Input – output :
Makan + minum : 100 IWL : 15cc x 65 = 975cc 1850-1775 = 75
+250cc cc
Feses : 50 cc
Muntah : - cc
Drain : - cc
Darah :- cc
Total : 1850 cc Total : 1775 cc Total: +75

4. Sistem Neurosensori
 Merasa pusing/mau pingsan: Iya
 Sakit kepala : Iya
 Kesemutan/Kebas/lemah : Tidak
 Riwayat stroke : Tidak
 Kejang : Tidak
 Kehilangan daya penglihatan : Tidak
 Glaukoma : Tidak; Katarak:Tidak; Alat bantu pengelihatan:Tidak
 Kehilangan daya pendengaran: Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
 Pengecap : baik, tidak ada keluhan pada pengecapan
 Pengidung : baik, tidak ada keluhan pada penciuman
 Peraba : baik, tidak ada keluhan pada perabaan
 Status mental : baik, tidak ada keluhan pada status mental
 Orientasi : T, W, O baik, pasien dapat mengenali orang, tempat
dan waktu.
 Tingkat kesadaran :
 GCS : E: 4, M:6, V:5 Total: 15 (CM)
 Afek (gambarkan) : baik, tidak adda keluhan
 Memori : mampu mengingat dengan baik
 Pupil : mengecil jika terkena cahaya
 Facial droop : Tidak ada kelemahan otot wajah
 Postur tubuh : baik, tidak ada kelainan postur tubuh

33
 Reflek tendon : ada
 Paralisis : Tidak ada
 Pengkajian nyeri
Klien mengatakan tidak merasakan nyeri.
5. Sistem Muskuloskeletal
 Kegiatan utama sebelum sakit: Membersihkan rumah
 Kegiatan senggang: berkumpul dengan keluarga
 Kondisi keterbatasan: Tidak ada keterbatasan. Klien mengatakan selama dirawat
di Rumah Sakit, klien membutuhkan keluarga untuk membantu klien dalam
perawatan diri yaitu menggantikan baju, mengambil makanan, membantu ke
kamar mandi, dan membersihkan tubuh klien.
 Tidur malam: Pasien mengatakan istirahat dengan cukup, 7-8 jam
 Kesulitan untuk tidur: Pasien mengatakan tidak da kesulitan untuk tidur
 Sulit bangun tidur: Tidak
 Perasaan tidak tenang saat bangun tidur: Tidak
 Rentang gerak : Aktif
 Kekuatan otot :5 5
5 5
 Deformitas : Tidak ada deformitas
 Postur : Postur tubuh baik, tidak ada kelainan bentuk
 Gaya Berjalan : Normal, berjalan dengan tegak
 Kemampuan ADL’s. Menurut Sugiarto (2005), pemenuhan ADLs klien termasuk
dalam kategori Mandiri dengan nilai 13.
(Menggunakan kode 2 = independen, 1 = butuh bantuan, 0 = dependen)
0 1 2
Buang air besar √
Buang air kecil √
Menggunakan toilet √
Berdandan √
Makan √
Berpakaian √
Berpindah tempat √
Mobilisasi √
Naik tangga √
Mandi √

34
6. Sistem Integumen
 Riwayat alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi makan ataupun obat
 Riwayat imunisasi : Pasien mengatakan imunisasi lengkap
 Perubahan sistem imun: Tidak ada perubahan system imun
 Transfusi darah : Pasien mengatakan belum pernah dilakukan tranfusi darah
sebelumnya
 Temperatur kulit : hangat, S: 36,5 C
 Diaphoresis : Tidak ada keringat berlebihan
 Integritas kulit : Elastis
 Ulcer : Tidak ada
 Luka bakar : Tidak ada
 Pressure Ulcer : Tidak ada
 Edema : Tidak ada
7. Sistem Eliminasi
a. Fecal
1) Frekuensi BAB : pasien mengatakan 1x sehari
2) Karakteristik feses : lembek
3) Penggunaan laxative : tidak
4) Perdarahan per anus : tidak
5) Hemoroid : tidak ada
b. Bladder
1) Inkotinensia : tidak
2) Urgensi : tidak
3) Retensi urin : tidak
4) Frekuensi BAK : 6-7 x/sehari
5) Karakteristik urin : kuning jernih
6) Volume urin :  750cc
7) Nyeri/terbakar/kesulitan BAK : Tidak
8) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak
8. Sistem Reproduksi
 Keluhan sistem reproduksi : Tidak ada keluhan

35
 Akseptor KB : Klie mengatakan sudah 15 tahun tidak
menggunakan KB
 Kegiatan sexual teratur : Klien mengatakan semenjak klien mulai sakit,
klien jarang melakukan aktivitas seksual. Bisa terhitung sebulan sekali, ataupun
bahkan tidak melakukannya.
 Perempuan
a. Usia menarche : 14 tahun
b. Durasi menstruasi : 7 hari
c. Periode menstruasi :30 hari
d. Waktu menstruasi terakhir : 02 April 2019
e. Hamil : Tidak
f. Perdarahan di waktu menstruasi : Tidak
g. Menopouse : Tidak
h. Vaginal discharge : Tidak
i. Pemeriksaan payudara : Tidak ada nyeri tekan, bentuk normal, dan
tidak ada lesi.
j. Pemeriksaan lain : Tidak ada
k. Terapi hormonal : Tidak ada
 Laki – laki:
a. Penis discharge: - .
b. Gangguan prostat: -
c. Sirkumsisi: -
d. Vasektomi: -
e. Gangguan pada alat kelamin: -

D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Nilai / kepercayaan
Agama yang dianut : Islam
Kegiatan keagamaan yang di jalani : Sholat
Nilai/kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada
Gaya hidup : Klien mengatakan paham dengan larangan baik makanan ataupun
aktivitas yang dibatasi sesuai kondisinya, sehingga gaya hidup sehari-hari klien
sesuai anjuran.
Perubahan gaya hidup : tidak ada

36
2. Koping / stress
Pasien merasa stress : Pasien mengatakan tidak merasakan cemas dengan kondisi
penyakitnya.
Faktor penyebab stress : Tidak ada
Cara mengatasi permasalahan : Pasien mengatakan jika ada masalah selalu cerita
dengan keluarga untuk mencari jalan keluarnya
Status emosional : baik
Mudah tersinggung : tidak
3. Hubungan
Tinggal dengan : Suami dan anak-anak
Orang yang mendukung : Suami, saudara dan anak-anak
Penyakit memengaruhi hubungan keluarga/orang lain : tidak ada
Kegiatan di masyarakat : mengikuti acara-acara ibu-ibu di kelurahan tempat klien
tinggal.
4. Persepsi Diri
Yang dirasakan terkait hospispitalisasi : tidak ada
Perilaku pasien sesuai dengan situasi : Ya
E. DEFISIT PENGETAHUAN/PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN
Bahasa utama : bahasa jawa
Daftar kebutuhan pendidikan selama di rawat : tidak ada
F. DISCHARGE PLANNING (DISIAPKAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
PASIEN)
Pemberian Discharge planning tentang Nutrisi yang baik pada pasien DM dan
mengajarkan senam kaki DM.
G. Data Penunjang
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal dlm satuan Interpretasi
29/4/19 Hematologi Rutin
Jam 12.22
Hemoglobin 10,4 12,0-16,0 (gr/dl) L
Hematokrit 32 37-47 (%) L
Lekosit 11,6 4,5-11,5 (ribu/uL) H
Eritrosit 4,37 4,2-5,4 (ribu/uL) N
Trombosit 292 150-440 (ribu/uL) N

MPV 11,0 7,2-11,0 (fL) N


N
PDW 12,8 9-13 (fL)
Index Eritrosit
H
RDW-CV 16,0 11,5-14,5 (%)
L
MCV 72,3 80-100 (fL)
L

37
MCH 23,8 26-34 (pg) N
MCHC 32,9 32-36 (%)
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0,2 0-1 (%) N
N
Monosit 7,5 4-8 (%)
L
Eosinofil 0,3 1-6 (%)
L
Limfosit 13,4 22-40 (%)
H
Neutrofil 78,6 40-70 (%)
KIMIA KLINIK
Natrium (Na) 121,0 130-148 (mmol/L) L
Kalium (K) 3,84 3,5 – 5,3 (mmol/L) N
Clorida (Cl) 89,0 98 – 107 (mmol/L) N
Kreatinin 0,36 0,7-1,2 (mg/dL) N

Ureum 31,0 10-50 (mg/uL) N

Pemeriksaan Tambahan :
1. Hasil pemeriksaan thoraks yaitu :
a. Hasil : tampak perselubungan inhomogen miniml di paracardial dextra, tak tegas,
airbroncogram. Kedua diafragma licin. Pleural space menebal. Cor, CTR: 0,63.
b. Kesan : Pneumona segmental, pura cardial dextra, dan cardiomegaly.
H. Terapi Yang Diberikan
Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi
01/05/19 Ceftriaxon IV 2x1000 mg Obat antibiotic dengan fungsi untuk
mengobati berbagai macam bakteri.
Prosagon IV 1x30 mg Obat yang digunakan untuk
mengobati masalah lambung dan
esofagus
Metoclopramide IV 2x10 mg Untuk mencegah mual dan muntah
Insulin jenis aspart yang digunakan
Novorapid SC 3x4 unit untuk menurunkan kadar gula
dalam darah
Aspar K IV 3x300 mg Obat yang digunakan untuk
mengatasi kondisi kekurangan
klium atau hipokalemia.
Candesartan Oral 1x16 mg Obat penghambat reseptor
angiotensin II (ARB) yang
bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah
Amlodipin Oral 1x10 mg Obat yang digunakan untuk

38
mengatasi hipertensi dan serangan
angina pectoris
Mecobalamin Oral 2x500 mg Salah satu bentuk vitamin B12
untuk mengobati neuropati perifer
dan beberapa jenis anemia.
KSR Oral 3x600 mg Obat suplemen mineral dengan
fungsi untuk mengobati atau
mencegah jumlah kalium yang
rendah dalam rendah.

1. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1. Ds : Risiko Hipertensi dan
 Klien mengatakan merasakan pusing jika bangun dari Ketidakefektifan diabetes mellitus
tempat tidur, masih lemas, dan masih merasakan mual Perfusi Jaringan
 Do : Otak
 Klien memiliki riwayat hipertensi semenjak 4 tahun
yang lalu, dan diabetes mellitus semenjak 10 tahun
yang lalu.
 TD : 180/90 mmHg, N: 80 x/mnt, RR : 18 x/mnt, S:
36,5 C
2. Ds: Risiko Sindrom Berat badan
 Klien mengatakan mengalami diabetes mellitus Ketidakseimbangan berlebih, risiko
semenjak 10 tahun yang lalu, dan mengalami Metabolik ketidakstabilan
hipertensi semenjak 4 tahun terakhir. kadar glukosa
 Klien mengatakan memiliki riwayat keluarga dengan darah, usia >30
diabetes mellitus dan hipertensi tahun, Riwayat
Do : keluarga
 Usia >30 tahun hipertensi dan
 Berat badan berlebih dengan kategori gizi sangat diabetes mellitus
gemuk dengan nilai IMT : 28,88
 Hasil pemeriksaan GPP didapatkan hasil 355
3. Ds : Risiko Muntah dan
 Klien mengatakan saat ini mengeluhkan merasakan Ketidakseimbangan gangguan
mual dan muntah Elektrolit mekanisme
Do : pengaturan
 Balance cairan pasien +75
 TD : 180/90 mmHg, N: 80 x/mnt, RR : 18 x/mnt, S:
36,5 C

Diagnosa Keperawatan (Sesuai dengan Prioritas) :


1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak d/d hipertensi dan diabetes mellitus
(00201)
2. Risiko sindrom ketidakseimbangan metabolik d/d berat badan berlebih, usia >30
tahun, Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus dan hipertensi, dan risiko
ketidakstabilan kadara glukosa darah (00263)

39
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit d/d muntah dan gangguan mekanisme pengaturan
(00195)g

40
RENCANA KEPERAWATAN (RENPRA)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Risiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirawat di Label : Monitor Tekanan Intrakranial (TIK)
jaringan otak d/d hipertensi dan Rumah Sakit, diharapkan masalah keperawatan klien dengan (2590)
diabetes mellitus (00201) risko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat teratasi 1. Observasi status neurologis pasien
dengan kriteria hasil : 2. Observasi suhu pasien
Label: Perfusi jaringan : Serebral (0416) 3. Berikan antibiotik
Indikator Level awal target 4. Letakkan kepala dan leher pasien dalam posisi
Tekanan darah sistol 2 5 netral, hindari fleksi pinggang yang berlebihan.
dalam keadaan normal. 5. Berikan agen farmakologis untuk
mempertahankan TIK dalam jangkauan
Tekanan darah diastole 2 5 tertentu
dalam keadaan normal. 6. Kolaborasikan dengan dokter jika terjadi
peningkatan TIK yang tidak bereaksi sesuai
Sakit kepala 2 5 dengan peraturan perawatan.
lelah 2 5 Label : Monitor tanda – tanda vital (6680)
lesu 2 5 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
Keterangan : pernapasan.
1=Tidak pernah menunjukkan 2. Monitor tekanan darah jika pasien telah
2=Jarang menunjukkan mengkonsumsi obat jika memungkinkan.
3=Kadang-kadang menunjukkan 3. Monitor irama dan tekanan jantung.
4=Sering menunjukkaan 4. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan.
5=Secara konsisten menunjukkan 5. Monitor adanya tanda tanda cushing refleks
(tekanan nadi lebar, bradikardi, dan
peningkatan tekanan darah sistolik).
2. Risiko sindrom ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirawat di Label : Manajemen Hiperglikemi (2120)
metabolik d/d berat badan berlebih, Rumah Sakit, diharapkan masalah keperawatan klien dengan 1. Mengukur kadar glukosa darah klien
usia >30 tahun, Riwayat keluarga risiko sindrom ketidakseimbangan metabolik dapat teratasi 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
dengan diabetes mellitus dan dengan kriteria hasil : 3. Berikan insulin sesuai anjuran dan kondisi
hipertensi, dan risiko ketidakstabilan Label : Kadar Glukosa Darah (2300) pasien
kadara glukosa darah (00263) N Indikator Level Target 4. Berikan cairan melalui IV sesuai dengan
o sekarang kondisi pasien
41
1 Glukosa darah dalam rentang 1 5 5. Edukasikan kepada pasien dan keluarga
normal terkait dengan manaemen diabetes salaam
2 Hemoglobin Glikosilat dalam 1 5 periode sakit, termasuk penggunaan insulin
rentang normal ataupun obat oral, monitor asupan cairan, dan
3 Fruktosamin dalam rentang 1 5 penggantian karbohidrat
normal 6. Kolaborasikan dengan tenaga kesehatan
4 Urin glukosa dalam rentang 1 5
lainnya jika tidak terjadi perubahan pada
normal
kondisi pasien
5 Urin Keton dalam kondisi 1 5
normal
Keterangan:
1= Deviasi berat dari kisaran normal
2= Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3= Deviasi sedang dari kisaran normal
4= Deviasi ringan sedang dari kisaran normal
5= Tidak ada deviasi dari kisaran normal

3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirawat di Label : Monitor Cairan
d/d muntah dan gangguan Rumah Sakit, diharapkan masalah keperawatan klien dengan 1. Observasi intake dan output pasien
keseimbangan mekanisme pengaturan risiko ketidakseimbangan elektrolit dapat teratasi dengan 2. Observasi adanya edema di bagian
(00195) kriteria hasil : ekstremitas pasien
Label: Keseimbangan Elektrolit (0606) 3. Batasi masukan cairan pada kondisi
Indikator Level awal target hiponatremi dengan serum Na <130 mEq/l
Tidak terjadi edema, 1 5 4. Berikan diuretic sesuai anjuran
dan efusi 5. Kolaborasikan dengan tenaga kesehatan
lainnya jika terjadi tanda-tanda kelebihan
Tidak terdapat bunyi 2 5 cairan
nafas tambahan, dank
lien tidak mengalami
sesak napas.

Tidak mengalami 2 5
kelelahan, kecemasan,
42
dan kebingungan.
Tekanan darah dalam 2 5
batas normal
Tidak terjadi 1 5
peningkatan distensi
vena jugularis
Keterangan:
1=Tidak pernah menunjukkan
2=Jarang menunjukkan
3=Kadang-kadang menunjukkan
4=Sering menunjukkaan
5=Secara konsisten menunjukkan

43
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 1
Rabu, 01/05/19 , Jam 20.00
HARI, IMPLEMENTASI
DIAGNOSA
NO TANGGAL, EVALUASI Paraf
KEPERAWATAN
DAN JAM

1 Risiko Rabu, 1. Mengobservasi status neurologis pasien S: Vera


ketidakefektifan 01/05/19 2. Mengobservasi suhu pasien  Pasien mengatakan masih merasakan pusing jika bangun Wati
perfusi jaringan Jam 19.30 3. Memberikan obat antibiotic yaitu ceftriaxone dari tempat tidur, masih lemas, dan masih merasakan Din
otak d/d 2x100 mg secara IV mual
4. Meletakkan kepala dan leher pasien dalam O:
hipertensi dan
posisi netral, hindari fleksi pinggang yang  TD : 180/90 mmHg, N: 80 x/mnt, RR : 18 x/mnt, S: 36,5
diabetes mellitus berlebihan.
C
A : Masalah keperawatan belum teratasi yang dibuktikan dengan
No Indikator Level Target Level
awal sekarang
1 Tekanan darah sistol 2 5 2
dalam keadaan
normal.

2 Tekanan darah 2 5 2
diastole dalam
keadaan normal.

3 Sakit kepala 2 5 2
4 lelah 2 5 3
5 lesu 2 5 3
P : Lanjutkan intervensi, kelola indicator 1,2,3,4, dan 5
2 Risiko sindrom Rabu, 1. Melakukan pemeriksaan kadar glukosa S : Vera
ketidakseimbang 01/05/19 darah klien  Klien mengatakan sudah terbiasa dilakukan penyuntikan Wati
an metabolik d/d 2. Memberikan insulin novorapid 3x6 unit insulin Din

44
berat badan Jam 19.30 melalui subkutan sesuai anjuran  Klien mengatakan sudah menderita diabete mellitus
berlebih, usia 19.35 3. Mengedukasikan kepada pasien dan semenjak 10 tahun
>30 tahun, keluarga terkait dengan manaemen O :
Riwayat diabetes salaam periode sakit, termasuk  Pemeriksaan didapatkan 355 nilai gula darah pasien
A : Masalah keperawatan belum teratasi yang dibuktikan dengan
keluarga dengan penggunaan insulin ataupun obat oral,
No Indikator Level Target Level
diabetes mellitus monitor asupan cairan, dan penggantian awal sekarang
dan hipertensi, karbohidrat 1 Glukosa darah dalam 1 5 2
dan risiko rentang normal
ketidakstabilan
kadara glukosa P : Lanjurkan intervensi, kelola indicator 1
darah

3 Risiko Rabu, 1. Mengobservasi adanya edema di bagian S : -Klien mengatakan merasakan mual dan muntah Vera
Ketidakseimban 01/05/19 ekstremitas pasien O: Wati
gan elektrolit 2. Mengkaji mual dan muntah yang  Tampak tidak terdapat edema di ekstremitas atas maupun Din
Jam 19.35 bawah
d/d muntah dan dirasakan oleh pasien
gangguan  TD : TD : 180/90 mmHg, N: 80 x/mnt, RR : 18 x/mnt, S:
keseimbangan 36,5 C
A : Masalah teratasi sebagian yang dibuktikan dengan :
mekanisme
pengaturan
No Indikator Level Target Level
awal sekarang
1 Tidak terjadi 1 5 5
edema, dan
efusi

2 Tidak terdapat 2 5 5
bunyi nafas
tambahan, dank
lien tidak
mengalami
sesak napas.

45
3 Tidak 1 5 4
mengalami
kelelahan,
kecemasan, dan
kebingungan.
4 Tekanan darah 2 5 3
dalam batas
normal
5 Tidak terjadi 1 5 5
peningkatan
distensi vena
jugularis
6 Mual dan 1 5 2
muntah
P : Lanjutkan intervensi, kelola indicator 1,2,3,4, dan 5

HARI KE 2
Kamis, 02/05/19, jam 20.00
HARI, IMPLEMENTASI
DIAGNOSA
NO TANGGAL, EVALUASI Paraf
KEPERAWATAN
DAN JAM

1 Risiko Kamis, 1. Mengobservasi status neurologis pasien S: Vera


ketidakefektifan 02/05/19 2. Mengobservasi suhu pasien  Pasien mengatakan pusing yang dirasakan sudah berkurang Wati
perfusi jaringan Jam 19.00 3. Memberikan obat antibiotic yaitu ceftriaxone O: Din
otak d/d 2x100 mg secara IV  TD : 165/80 mmHg, N; 96x/mnt, S; 36,8 C, RR; 18x/mnt
A : Masalah keperawatan teratasi
hipertensi dan
No Indikator Level Target Level
diabetes mellitus awal sekarang
1 Tekanan darah 2 5 4
sistol dalam
keadaan

46
normal.

2 Tekanan darah 2 5 4
diastole dalam
keadaan
normal.

3 Sakit kepala 2 5 5
4 lelah 3 5 4
5 lesu 3 5 4
P : Lanjutkan intervensi, kelola indicator 1,2,3,4, dan 5
2 Risiko sindrom Kamis, 1. Melakukan pemeriksaan kadar glukosa S : - Vera
ketidakseimbang 02/05/19 darah klien O: Wati
an metabolik d/d 2. Memberikan insulin novorapid 3x6 unit  Pemeriksaan didapatkan 415 nilai gula darah pasien Din
Jam 19.05 A : Masalah keperawatan belum teratasi yang dibuktikan dengan
berat badan melalui subkutan sesuai anjuran
19.10 No Indikator Level Target Level
berlebih, usia awal sekarang
>30 tahun, 1 Glukosa darah dalam 2 5 2
Riwayat rentang normal
keluarga dengan
diabetes mellitus P : Lanjurkan intervensi, kelola indicator 1
dan hipertensi,
dan risiko
ketidakstabilan
kadara glukosa
darah

3 Risiko Kamis, 1. Mengobservasi adanya edema di bagian S : klien mengatakan sudah tidak merasakan mual dan muntah Vera
Ketidakseimban 02/05/19 ekstremitas pasien O: Wati
gan elektrolit Jam 19.05 2. Mengobservasi mual dan muntah pasien  Tampak tidak terdapat edema di ekstremitas atas maupun Din
d/d muntah bawah
19.10 A : Masalah teratasi

47
No Indikator Level Target Level
awal sekarang
1 Tidak terjadi 5 5 5
edema, dan
efusi

2 Tidak terdapat 5 5 5
bunyi nafas
tambahan, dank
lien tidak
mengalami
sesak napas.

3 Tidak 4 5 5
mengalami
kelelahan,
kecemasan, dan
kebingungan.
4 Tekanan darah 3 5 5
dalam batas
normal
5 Mual dan 2 5 5
muntah
P : Pemberian discharge planning untuk menjaga pola hidup sehat

HARI KETIGA
Jumat, 03/05/19
Jam 20.00
NO DIAGNOSA HARI, IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf

48
TANGGAL,
KEPERAWATAN
DAN JAM

1 Risiko Jumat 1. Mengobservasi status neurologis pasien S: Vera


ketidakefektifan 03/05/19  Pasien mengatakan sudah tidak merasakan pusing Wati
perfusi jaringan Jam 19.45 O: Din
otak d/d  TD : 160/80 mmHg, N; 94x/mnt, S; 36, 2 C, RR; 20x/mnt
A : Masalah keperawatan teratasi
hipertensi dan
No Indikator Level Target Level
diabetes mellitus awal sekarang
1 Tekanan darah 4 5 5
sistol dalam
keadaan
normal.

2 Tekanan darah 4 5 5
diastole dalam
keadaan
normal.

3 Sakit kepala 5 5 5
4 lelah 4 5 5
5 lesu 4 5 5
P : Pemberian discharge planning kepada keluarga terkait dengan
menjaga pola hidup klien dan mengkonsumsi obat sesuai anjuran
dokter, serta melakukan pemeriksaan kesehtan kembali sesuai jadwal
yang sudah diberikan.
2 Risiko sindrom Jumat, 1. Memberikan insulin novorapid 3x6 unit S : - Vera
ketidakseimbang 03/05/19 melalui subkutan sesuai anjuran O: Wati
an metabolik d/d Jam 19.50  Pemeriksaan didapatkan 271 nilai gula darah pasien Din
berat badan A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
No Indikator Level Target Level
berlebih, usia awal sekarang
>30 tahun, 1 Glukosa darah dalam 2 5 3
Riwayat

49
keluarga dengan rentang normal
diabetes mellitus
dan hipertensi, P : Lanjurkan intervensi, kelola indicator 1
dan risiko  Memberikan discharge planning kepada klien dan keluarga
ketidakstabilan terkait dengan pembatasan makanan, aktivitas, dan
pemberian obat secara terataur dirumah.
kadara glukosa
darah

50
51

Anda mungkin juga menyukai