Anda di halaman 1dari 37

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. N DENGAN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN PROLONG PREQNANCY DAN RIWAYAT SC DI RUANG
MARWA ZAM-ZAM RS NUR HIDAYAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Pembimbing Akademik:

Disusun oleh:

Ferry Nur Prastini


203203026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. N DENGAN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN PROLONG PREQNANCY DAN RIWAYAT SC DI RUANG
MARWA ZAM-ZAM RS NUR HIDAYAH

Disusun oleh:

Ferry Nur Prastini


203203026

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(…..........................…..) (…………… .………..) (…………………………..)


POST PARTUM / MASA NIFAS

A. Definisi Post Partum


Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2012). Akan tetapi seluruh alat genital akan
kembali dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2011).
Nifas Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2006)
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2012) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

B. Perubahan Fisiologis Dalam Masa Nifas


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina.

1
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau
2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
a. Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang
meskipun bledder penuh
b. Uretra tersumbat karena perlukaan/udema
pada dindingnya akibat oleh kepala bayi
c. Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum
turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita
menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.

2
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,2 0C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

C. Tanda dan Gejala


1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
2) Involusi :  Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.

3
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi
1. Segera setelahPertengahan Lembut Terjadi Keras
lahir simpisis dan
umbilicus
2. 1 jam setelahUmbilikus Keras
lahir
3. 12 jam setelah1 cm di atas pusat Berkurang Berkurang
lahir Turun 1 cm/hari
4. setelah 2 hari Melemah
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
3) Lochea
a) Komposisi : Jaringan endometrial, darah dan limfe.
b) Tahap
(1) Lokhea Rubra : hari ke-1 sampai hari ke 4, berwarna
merah, berisi darah segar, jaringan sisa, lemak bayi,
mekonium, lanugo.
(2) Lokhea Sanguinolenta : hari ke 4 sampai hari ke 7 post
partum, berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
(3) Lokhea Serosa : hari ke 7 samapi hari ke 14 postpartum,
berwarna kuning kecoklatan, mengandung serum,
leukosit, dan robekan laserasi plasenta.
(4) Lokhea Alba : minggu ke 2 samapi dengan minggu ke 6,
berwarna kuning-putih, mengandung lekosit, sel desidua,
sel epitel, sel lendir serviks, dan sel serabut jaringan
yang mati.
Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat
berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

4
4) Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu
tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
5) Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai
ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih. Ibu tidak menyusui mulai pada
minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat,
dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
6) Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa
hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal
melebar dan tampak bercelah.
7) Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati
ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk
ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
8) Perineum
a) Episiotomi : Penyembuhan dalam 2 minggu
b) Laserasi
TK I    :  Kulit dan strukturnya dari permukaan sampai otot
TK II   :  Meluas sampai dengan otot perineal
TK III :  Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV :  melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak
karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang
tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting
mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan
mengecil pada 1-2 hari.

5
c. Sistem Endokrin
1) Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus
menstruasi.
2) Hormon pituitary
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,
menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak
ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Tanda-tanda vital : Tekanan darah sama saat bersalin, suhu
meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
2) Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu.
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
3) Perubahan hematologic : Ht meningkat, leukosit meningkat,
neutrophil meningkat.
4) Jantung : Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-
3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-
basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
1) Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
2) Nafsu makan kembali normal.
3) Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
1) Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi
karena trauma.
2) Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

6
3) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

7
SECTIO CAESAREA

A. Pengertian Sectio Caesarea


Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Mansjoer, A. 2011). Sectio Saesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Rustam, 2008).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat
badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Manuaba, Ida Bagus Gede, 2012).
Operasi Caesar atau sectio caesaria adalah proses persalinan yang
dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk
mengeluarkan bayi. Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui ‘jalan lahir’ tidak memungkinkan karena komplikasi medis. Operasi
ini biasanya dilakukan tim yang melibatkan spesialis kandungan, spesialis
anak, spesialis anestesi, dan bidan. Dalam Operasi Caesar, ada tujuh lapisan
yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot
perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi
dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu per satu, sehingga
jahitannya berlapis-lapis (Mitayani, 2011).

B. Jenis-Jenis Sectio Caesarea


Menurut Nugroho (2011) sectio cesaria dibagi menjadi:
1. Section cesaria klasik / corporal : Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
2. Section cesaria transperineals profunda : Insisi pada bawah
rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
3. Section cesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

8
4. Section cesaria Hysteroctomi : Setelah sectio cesaria dilakukan
hysteroktomy dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri,
infeksi intra uterin berat.
Yang paling banyak dilakukan saat ini adalah SC transperitoneal profunda
dengan insisi dari segmen bawah uterus.
Keunggulan dari SC transperitoneal profunda :
a. Perdarahan luka insisi tidak terlalu banyak
b. Bahaya peritonitis tidak terlalu besar
c. Parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya
terjadi ruptur uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam masa
nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
C. Etiologi
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal
(Nugroho, 2011).

9
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.

10
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
d. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012).

D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan

11
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

12
E. Pathway

13
F. Tehnik Pelaksanaan Sectio Cesarea
1. Bedah caesar transperitoneal profunda
a. Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara
melintang, kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan
samping.
b. Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim
kurang lebih 1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian
diperlebar dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
c. Stetlah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan
dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
d. Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
f. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1) Lapisan I : Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara
silang dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
2) Lapisan II : lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur
horizontal (lambert) dengan benang yang sama.
3) Lapisan III: Peritoneum plika vesikouterina dijahit secara jelujur
menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
i. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2. Bedah Caesar klasik /corporal.
a. Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah
korpus uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan
gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting
lindungi janin dengan dua jari operator.

14
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan
dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1) Lapisan I : Miometrium tepat diatas
endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan benang
chromic catgut no.1 dan 2
2) Lapisan II : lapisan miometrium diatasnya
dijahit secara kasur horizontal ( lambert) dengan benang yang
sama.
3) Lapisan III : Dilakukan reperitonealisasi
dengan cara peritoneum dijahit secara jelujur menggunakan
benang plain catgut no.1 dan 2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a. Persiapan Kamar Operasi
1) Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
2) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
b. Persiapan Pasien
1) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
2) Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
3) Perawat member support kepada pasien.
4) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur
dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).

15
5) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui
penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
6) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
7) Pemeriksaan USG.
8) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a. Analgesik
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg
Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk
mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg
morfin.
1) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang
diberikan adalah 50 mg.
2) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100
mg Meperidin.
3) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan
darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan
fundus harus diperiksa.
c. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
d. Diet

16
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
e. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
5) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
f. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
g. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1.      Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam

17
2.      Oral             : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3.      Injeksi         : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
h. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
i. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
j. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Uji laboratorium
a. Fungsi lumba: menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah

18
h. Kadar magnesium darah

I. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register  , dan diagnosa keperawatan.
b.   Keluhan utama
c.   Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
d.   Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

19
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial

20
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.

e.    Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
7) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
8) Anus

21
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur\

9) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
10) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

J. Masalah Dan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Nyeri akut b.d Agen Cidera Fisik (Prosedur Bedah: Operasi SC)
2. Risiko perdarahan dengan kondisi terkait prosedur bedah: post SC
3. Resiko infeksi
4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
5. Defisiensi Pengetahuan b.d Kurang Informasi
6. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan defisit pengetahuan

22
K. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Nyeri akut b.d agen cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Pain Management
fisik (Prosedur Bedah: x 24 jam nyeri akut pasien teratasi dengan kriteria 1. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Operasi SC) hasil: 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Kontrol Nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
No Indikator Level Target 3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
sekarang intervensi
1 Mengenali 3 1 4. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
kapan nyeri 5. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
terjadi 6. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
2 Menggambarkan 3 1 7. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
faktor penyebab 8. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
3 Menggunakan 2 1 tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
tindakan 9. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
pengurangan menemukan dukungan
(nyeri) tanpa 10. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
analgesic mengetahui pengalaman nyeri pasien
4 Melaporkan 3 1 11. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
nyeri yang seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
terkontrol 12. Kurangi faktor presipitasi nyeri
13. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
Keterangan farmakologi dan inter personal)
1 = tidak pernah menunjukkan 14. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
2 = jarang menunjukkan 15. Tingkatkan istirahat
3 = kadang-kadang menunjukkan 16. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
4 = sering menunjukkan 17. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
5 = secara konsisten menunjukkan tindakan nyeri tidak berhasil

23
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Monitor tanda-tanda vital


1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat
2. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
3. Monitor sianosis sentral dan perifer
4. Identifikasi terkait perubahan tanda-tanda vital

Analgesic Administration
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
3. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
4. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
5. Cek riwayat alergi
6. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
7. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
8. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
9. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
10. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
11.

24
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Risiko perdarahan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada Pencegahan perdarahan
kondisi terkait prosedur pasien selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi 1. Monitor risiko perdarahan
bedah: post SC perdarahan dengan kriteria hasil sebagai berikut: 2. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Status sirkulasi 3. Monitor komponen koagulasi darah
1. Tekanan darah batas normal 4. Pertahankan pasien tetap tirah baring bila terjadi
2. Tidak mati rasa perdarahan
3. Capilarry refill time kembali <2 detik 5. Intruksikan pasien meningkatkan makanan yang
4. Tidak pucat mengandung vitamin K
Status materbal: post partum 6. Cegah konstipasi (motivasi untuk meningkatkan
5. Jumlah lokia normal ± 240-270 ml cairan)
6. Warna lokia normal sesuai dengan masa post 7. Intruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor
partum tanda perdarahan dan lapor kepada petugas kesehatan
7. Tidak infeksi Manajemen Cairan
8. Penyembuhan insisi 1. Monitor status hidrasi
2. Monitor hasil laboratorium terkait dengan retensi
cairan (misalnya peningkatan berat jenis,
peningkatan BUN, penurunan hematokrit,
peningkatan kadar osmolalitas urin)
3. Berikan terapi IV
4. Berikan cairan dengan tepat
5. Tingkatkan asupan oral
6. Jaga intake dan catat output pasien
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada Infection Control (Kontrol infeksi)
pasien selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut: 2. Pertahankan teknik isolasi
Risk control 3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan

25
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
factor yang mempengaruhi penularan serta pasien
penatalaksanaannya, 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
timbulnya infeksi kperawtan
4. Jumlah leukosit dalam batas normal 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kulit pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat

26
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif

Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik pasien selama 3 x 24 jam, diharapkan klien dapat 1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
melak ukan ADLs dengan kriteria hasil sebagai mandiri.
berikut: 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
Self care : Activity of Daily Living (ADLs) kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
1. Klien terbebas dari bau badan makan.
2. Menyatakan kenyamanan terhadap 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
kemampuan untuk melakukan ADLs untuk melakukan self-care.
3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

Perawatan post partum


1. Monitor TTV
2. Monitor lokia

27
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3. Pantau lokasi fundus
4. Pantau perinium atau luka
operasi
5. Minta BAK sebelum
pemeriksaan post partum
6. Periksa suhu, warna payudara
dan puting
7. Lakukan perawatan perinium
8. Ajarkan perawatan perinium
untuk mencegah infeksi dan ketidaknyamanan

Defisiensi Pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 Teaching: Individu
kurang informasi x 8 jam, defisiensi pengetahuan ibu dapat teratasi 1. Bangun kredibilitas pengajar, sesuai keperluan
dengan kriteria hasil : 2. Tentukan kebutuhan pembelajaran pasien
Pengetahuan Menyusui 3. Nilai tingkat umum pengetahuan dan pengertian pasien
No Indikator Level Target 4. Nilai tingkat pendidikan pasien
sekarang 5. Nilai kemampuan/ ketidakmampuan kognitif,
1 Manfaat 2 5 psikomotor, dan afektif pasien
menyusui 6. Tentukan kemampuan pasien untuk belajar informasi
2 Fisiologi laktasi 2 5 khusus ( contoh : tingkat perkembangan, status fisiologi,
3 Teknik yang 1 5 orientasi, nyeri, lelah, ketidakpenuhan kebutuhan dasar,
tepat untuk status emosional, dan adaptasi terhadap penyakit)
menempelkan 7. Tentukan motivasi pasien untuk belajar informasi khusus
bayi ke (contoh : keyakinan kesehatan, kegagalan dalam
payudara memenuhi suatu kebutuhan di masa lampau, pengalaman
4 Posisi bayi yang 1 5 buruk dengan perawatan kesehatan/ pembelajaran,
tepat saat tujuan yang berlawanan)
menyusui 8. Tingkatkan kesiapan pasien untuk belajar, sesuai
keperluan

28
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5 Teknik yang 1 5 9. Susun tujuan pembelajaran yang realistik, saling
tepat untuk menguntungkan dengan pasien
memutuskan 10. Identifikasi sasaran pembelajaran yang perlu untuk
hisapan bayi meraih tujuan
6 Metode untuk 1 5 11. Tentukan urutan penyajian informasi
menyendewakan 12. Nilai gaya pembelajaran pasien
bayi 13. Pilih metode/ strategi pengajaran yang sesuai
Keterangan: 14. Pilih materi pendidikan yang sesuai
1 = tidak ada pengetahuan 15. Sesuaikan isi dengan kemampuan dan ketidakmampuan
2= pengetahuan terbatas kognitif, psikomotor, dan afektif pasien
3 = pengatahuan sedang 16. Sesuaikan instruksi untuk memfasilitasi pembelajaran
4 = pengetahuan banyak 17. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
5 = pengetahuan sangat banyak 18. Instruksikan pasien, saat diperlukan
19. Evaluasi pencapaian sasaran yang dinyatakan pasien
20. Sediakan waktu bagi pasien untuk bertanya dan diskusi
dengan penuh perhatian
21. Dokumentasikan isi yang ada, materi tertulis, dan
pengertian pasien tentang informasi atau perilaku pasien
yang mengindikasikan pembelajaran pada catatan medik
tetap
22. Libatkan keluarga/ orang berarti, sesuai keperluan

Pendidikan Orangtua : Bayi


1. Monitor kebutuhan belajar bagi keluarga.
2. Tentukan pengetahuan, kesiapan dan kemampuan
orangtua dalam belajar menganai perawatan bayi.
3. Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi
yang baru lahir
4. Ajarkan orangtua untuk dapat merangsang

29
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
perkembangan bayi
5. Berikan dukungan ketika orangtua belajar keterampilan
perawatan bayi.
6. Berikan informasi bagi orangtua mengenai bagaimana
membuat lingkungan rumah yang aman.
Ketidakefektifan pemberian Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada Breastfeeding Assistance
asi berhubungan dengan pasien selama 3 x 24 jam diharapkan pemberian asi 1. Monitor integritas kulit putting
defisit pengetahuan efektif dengan kriteria hasil sebagai berikut: 2. Monitor kemampuan untuk mengatasi masalah
Knowledge : breastfeeding payudara buntu dengan tepat
1. Klien dapat menyusui dengan efektif 3. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
2. mengetaui tehnik untuk mengatasi masalah 4. Monitor kemampuan bayi untuk menggapai putting
menyusui 5. Dorong ibu untuk tidak membatasi bayi menyusu
3. Bayi menandakan kepuasan menyusu 6. Monitor integritas kulit sekitar putting
4. Ibu menunjukkan harga diri yang positif 7. Monitor peningkatan pengisian ASI
dengan menyusui 8. Fasilitasi kontak ibu dengan bayi sawal mungkin
(maksimal 2 jam setelah lahir)
9. Sediakan  kenyamanan dan privasi selama
menyusui
10. Anjurkan ibu untuk memakai Bra yang nyaman,
terbuat dari cootn dan menyokong payudara
11. Dorong orang tua untuk meminta perawat untuk
menemani saat menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
12. Dorong ibu untuk minum jika sudah merasa haus
13. Dorong ibu untuk menghindari penggunaan rokok
danPil KB selama menyusui
14. Dorong ibu untuk melanjutkan laktasi setelah
pulang bekerja/sekolah
15. Instruksikan perawatan putting untuk mencegah
lecet

30
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
16. Instruksikan ibu untuk makan makanan bergizi
selama menyusui
17. Diskusikan penggunaan pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu
18. Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika
diperlukan
Lactation Conseling
1. Monitor ketrampilan ibu dalam mengunci bayi
pada putting
2. Evaluasi pengertian tentang saluran susu tersumbat
dan mastitis
3. Evaluasi keadekuatan pengosongan payudara
dengan menyusui
4. Evalusi kualitas dan penggunaan bantuan dalam
menyusui
5. Evaluasi pengertian ibu tentang tanda-tanda bayi
ingin menyusu (contoh: rooting, menghisap, dan
terjaga)
6. Evaluasi pola menghisap dan mengecap bayi
7. Tentukan pengetahuan dasar tentang menyusui
8. Koreksi kesalahpahaman, miss informasi, dan
ketidaktepatan tentang menyusui
9. Tentukan frekuensi menyusu berhubungan dengan
kebutuhan bayi
10. Instruksikan teknik-teknik relaksasi, termasuk
masase payudara
11. Anjurkan cara peningkatan istirahat, termasuk
pengalihan tugas-tugas rumah tangga dan cara
meminta bantuan

31
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
12. Instruksikan tetap mencatat lama dan frekuensi sesi
perawatan
13. Instruksikan ibu tentang pertumbuhan bayi untuk
mengidentifikasi pola menyusui yang normal pada
bayi
14. Anjurkan ibu untuk menyusui dengan dua payudara
setiap kali menyusui
15. Instruksikan orang tua bagaimana membedakan
antara ketidakcukupan suplay susu yang dirasa dan
yang aktuat
16. Rekomendasikan perawatan putting
17. Instruksikan jika menemui gejala masalah  untuk
melaporkan kepada praktisi petugas kesehatan
18. Instruksikan bagaimana menyusui kembali, sesuai
keperluan
19. Instruksikan ibu untuk berkonsultasi dengan
praktisi kesehatan sebelum menjalani pengobatan
selama menyusui, diresepkan atau tidak
20. Tunjukkan alat-alat yang tersedia untuk membantu
menyusui yang diikuti bedah payudara, seperti
pompa payudara, bungkusan penghangat, dan
perlengkapan perawatan
21. Anjurkan melanjutkan menyusui setelah kembali
bekerja atau sekolah
22. Anjurkan untuk pompa payudara jika suplay susu
rendah
23. Anjurkan ibu untuk menghindari pil kontrasepsi
saat menyusui
24. Anjurkan ibu untuk menghindari rokok sat

32
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
menyusui Diskusikan metode alternative
kontrasepsi
25. Demonstrasikan pelatihan menghisap, sesuai
keperluan
26. Demonstrasikan masase payudara dan diskusikan
keuntungannya untuk meningkatkan suplay  air
susu
27. Diskusikan tanda-tanda kesiapan untuk menyapih
28. Edukasi orang tua tentang pemberian makan pada
bayi untuk mengambil keputusan
29. Sediakan informasi tentang keuntungan dan
kerugian menyusui

33
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Y. 2012. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.


Carpenito. 2010. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Dewi. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Docterman dan Bullechek. 2015.Nursing Invention Classifications (NIC), Edition
4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2015.Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Mansjoer, A. 2011. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Mochtar, 2012. Perawatan Persalinan Ibu. Jakarta:Medika pustaka


Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, AB. 2013. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wiknjosastro, Hanifah. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiharjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka.

34

Anda mungkin juga menyukai