BATU BULI-BULI
A. PENGERTIAN
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung
kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat .
Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya
dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya.
Vesikolitiasis atau batu buli-buli adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada
vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih .
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes
disertai dengan rasa nyeri ( Shiddiq zahrul 2016 )
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk
yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli . Batu kandung
kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu
vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor
pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses
pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih
besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi
yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-
obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.
Batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal
yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
C. MANIFESTASI KLINIS
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih
menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat
mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri
dan perut kembung.
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada
penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan
cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di
daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan
berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau
nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain :
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria
D. WOC
Terlampir
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk
batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu
asam urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat
dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Prosedur diagnostik:
Vesikolitektomi ( sectio alta ):
Mengangkat batu buli - buli atau kandung kemih.
F. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik. Dengan
produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya
bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti
Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar
ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran
kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan.
Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2.
Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam
urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4
dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan
menggunakan sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada
permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup
memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan.
2. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan kemajuan
tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu kandung kemih,
batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai
gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang kejut luar
tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu
tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan
dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar
bersama kemih.
3. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut atau bila
cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu indikasi.
Misalnya apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan
batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu
kejut atau sistolitotomi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot :
prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
4. Mual berhubungan dengan Episode kolik renal sehingga menimbul gejala gastrointestinal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap : prosedur bedah,
prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot :
prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
DEFINISI:pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international association for the study of pain) awitan yang tiba – tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung <6 bulan.
BATASAN KARAKTERISTIK
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC Label : Pain Management NIC Label : Pain Management
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi kateter/
badan.
DEFINISI : Disfungsi eliminasi urine
BATASAN KARAKTERISTIK
KriteriaHasil :
1. Kandung kemih kosong secara penuh (5)
2. Pasien mengatakan peningkatan rasa nyaman (5)
3. Bebas dari ISK (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
DEFINISI: sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok, epigastrium, atau abdomen yang
bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan dorongan atau keinginan
untuk muntah.
BATASAN KARAKTERISTIK
Biofisik Situasional
KriteriaHasil :
NOC Label >> Nausea and Vomiting Control
1. Pasien dapat menghindari faktor penyebab nausea dengan baik (5)
2. Pasien melakukan acupressure point P6 untuk mencegah mengurangi mual (5)
NOC Label >>Nausea &vomiting severity
1. Pasien mengatakan tidak mual (5)
2. Pasien mengatakan tidak muntah (5)
3. Tidak ada peningkatan sekresi saliva (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC Label >> Nausea Management NIC Label >> Nausea Management
1. Mengidentifikasi keefektifan
1. Lakukan pengkajian lengkap rasa intervensi yang diberikan
mual termasuk frekuensi, durasi,
tingkat mual, dan faktor yang
menyebabkan pasien mual. 2. Mengidentifikasi pengaruh mual
2. Evaluasi efek mual terhadap nafsu terhadap kualitas hidup pasien.
makan pasien, aktivitas sehari-hari,
dan pola tidur pasien 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
3. Ajnurkan makan sedikit tapi sering dan menegah mual
dan dalam keadaan hangat
4. Anjurkan pasien mengurangi 4. Untuk menghindari terjadinya mual
jumlah makanan yang bisa
menimbulkan mual.
5. Berikan istirahat dan tidur yang 5. Untuk menghindari efek mual
adekuat untuk mengurangi mual
6. Lakukan akupresure point P6 3 jari 6. Membantu mengurangi efek mual dan
dibawah pergelangan tangan menegah muntah
pasien. Lakukan selama 2-3 menit
setiap 2 jam selama kemoterapi.
7. Kolaborasi pemberian antiemetik : 7. Menurangi mual dengan aksi
ondansentron 4 mg IV jika mual sentralnya pada hipotalamus
DEFINISI : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
Tujuan :setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam hipertermi klien teratasi
KriteriaHasil :
1.peningkatansuhukulit (5)
2.hipertermia (5)
3. dehidrasi (5)
4. sakitkepala (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Dorongkonsumsicairan 1. Cairan yang terpenuhi mengurangi
dehidrasi pasien karna hipertermi
2. Monitor suhu sesering mungkin
2. Mengetahui tingkat perkembangan
klien
3. Kompres hangat membukapori
3. Berikan kompres hangat pada pasien
porikulit yang mempercepat proses
pada lipat paha dan aksila penguapan suhu tubuh
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap : prosedur bedah,
prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 2 jam diharapkan pasien dapat
terhindar dari risiko infeksi,
Kriteria hasil :
FAKTOR RISIKO
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC label : Wound Care NIC label : Wound Care