Disusun Oleh :
Nama : Eka Nupia Rahmah
NPM : 2314901110017
Kelompok/Ruangan : 23A. 3/IGD
Preseptor Klinik : Maria Ulfah.,S.Kep. Ns
Preseptor Akademik : Julianto, Ns., M.Kep
1
1.6 Penatalaksanaan
1.6.1 Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1.6.1.1 Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderita jatuh dalam shock.
1.6.1.2 Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
1.6.1.3 Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
1.6.2 Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
1.6.2.1 Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti
verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang
menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori
waktu menyeka tubuh pasien.
1.6.2.2 Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit
yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
1.6.2.3 Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a. Penetapan slang.
Slang diatur senyaman mungkin, sehingga slang yang
dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,
sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
b. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang
bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang,
melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil
mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas
yang cedera.
2
1.6.2.4 Mendorong berkembangnya paru-paru.
a. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
b. Latihan napas dalam.
c. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
d. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
1.6.2.5 Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500-800cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus
dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan
pernapasan.
1.6.2.6 Suction harus berjalan efektif :
a. Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
b. Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
c. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai
petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien
dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi
miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal :
slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat
rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di
dinding paru-paru.
1.6.2.7 Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
a. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
b. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
c. Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara
masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
d. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botol dan slang harus tetap steril.
e. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
3
sendiri, dengan memakai sarung tangan.
f. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
1.6.2.8 Dinyatakan berhasil, bila :
a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan
radiologi.
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
c. Tidak ada pus dari selang WSD.
1.7 Pathway
Trauma Thorax
Terjadi perdarahan :
Karena tekanan negative intrapleura (perdarahan jaringan intersititium,
Maka udara luar akan terhisap masuk perdarahan intraalveolar diikuti
ke rongga pleura (sucking wound) kolaps kapiler kecil-kecil dan
-open pneumothorak alektasi)
-close pneumothorak tahanan perifer pembuluh paru naik
-tension pneumothorak (aliran darah turun)
ringan kurang 300 cc di punksi
Tek. Pleura meningkat sedang 300 - 800 cc di pasang drain
berat lebih 800 cc torakotomi
4
-bunyi napas sonor/hipersonor pertukaran gas berkurang
(nadi cepat/lemah)
- poto toraks gambaran udara lebih ¼
anemis / pucat dari rongga thorak
WSD/Bullow Drainage
5
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara
sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
k. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
l. Takhikardia, lemah
m. Pucat, Hb turun /normal.
n. Hipotensi.
o. Kemampuan sendi terbatas dan terdapat kelemahan.
p. Ada luka bekas tusukan benda tajam.
q. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
r. Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
s. Bantuan oksigenisasi penting dilakukan untuk mempertahankan
saturasi oksigen klien.
Jika ditemui dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak
sadar maka tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan
memperhatikan :
a. Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan pada
jalan napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari
tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh
benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana
ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa
pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan
epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat
6
dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin
lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Manuver).
b. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik melihat
gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan
napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini dilakukan
secara bersamaan dalam satu waktu. Bantuan napas diberikan sesuai
dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan
menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi jantung,
tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi perdarahan. Klien
dengan trauma dada kadang mengalami kondisi perdarahan aktif, baik
yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma benda tajam maupun
yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup yang
mengenai / melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan
menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai
dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga
prosedur operatif.Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung
Paru) pada penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan
dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir
kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.
d. Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis dan
waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang
mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ;
pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD,
hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
2.1.3.1 Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area
pleural.
2.1.3.2 Pa Co2 kadang-kadang menurun.
2.1.3.3 Pa O2 normal / menurun.
7
2.1.3.4 Saturasi O2 menurun (biasanya).
2.1.3.5 Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
2.1.3.6 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
2.2.1 Diagnosa 1: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas
dinding dada
Definisi
Inspirasi dan/atau eskpirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
Batasan karakteristik
Data subjektif:
Dispnea
Napas pendek
Data objektif:
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Penurunan vntilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam
Peningkatan diameter anterior-posterior
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan binir mencucu
Kecepatan respirasi
Usia dewasa atau 14 tahun lebih ; ≤11 atau ≥24 x permenit
Usia 5-14 tahun < 15 atau > 25
Usia 1-4 tahun <20 atau >30
Usia bayi <25 atau >60
Takipnea
Rasio waktu
Pengunaan otot bantu asesoris untuk bernapas
8
Faktor yang berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Penurunan energy dan kelelahan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Kerusakan musculoskeletal
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuscular
Obesitas
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Kelelahan otot-otot pernapasan
Cedera medulla spinalis
2.2.2 Diagnosa 2: nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau diigambarkan sebagai
istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan
dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan karakteristik
Subjektif:
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif:
Posisi untuk mengindari nyeri
Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak bertenaga
Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah,
pernapasan atau nadi, dilatasi pupil
Perubaan selera makan
9
Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau aktifitas
lain, aktivitas berulang
Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang
Wajah topeng; nyeri
Perilaku menjaga atau sikap melindungi
Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan proses
piker, interaksi menurun.
Bukti nyeri yang dapat diamati
Berfokus pada diri sendiri
Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan tidak menyeringai
Faktor yang berhubungan:
Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis
2.2.3 Diagnosa 3: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari
Batasan karakteristik
penurunan waktu reaksi
kesulitan membolak-balik posisi tubuh
asik dengan aktivitas lain sebagai pengganti gerak
dispnea saat beraktivitas
perubahan cara berjalan
pergerakan menentak
keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus
keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
keterbatasan rentang pergerakan sendi
tremor yang diindikasi oleh pergerakan
ketidak stabilan poetur tubuh
melambatnya pergerakan
gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
Faktor yang berhubungan
10
perubahan metabolism sel
indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
gangguan kognitif
kepercayaan budaya terkait aktivitas sesuai usia
penurunan kekuatan kendali atau massa otot
keadaan alam perasaan depresi atau ansietas
keterlambatan perkembangan
ketidaknyamanan
intoleransi aktivitas danpenurunan kekuatan pertahanan
kaku sendi atau kontraktur
defisiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
kurang dukungan lingkungan fisik atau sosial
keterbatasan ketahanan kardiovaskular
hilangnya integritas struktur tulang
medikasi
gangguan musculoskeletal
gangguan neuromuscular
nyeri
program pembatasan pergerakan
keengganan untuk memulai pergerakan
gaya hidup yang kurang gerak atau disuse atau melemah
malnutrisi
gangguan sensori persepsi
2.3 Perencanaan
2.3.1 Diagnosa 1: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas
dinding dada
Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan pola
pernapasan efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan, status ventilasi
dan pernapasan yang tidak terganggu, kepatenan jalan napas dan tidak ada
penyimpangan tanda vital
Intervensi keperawatan dan rasional
11
Intervensi Rasional
Pengkajian
pantau adanya pucat dan sianosis Menandakan kurangnya
O2 dalam jaringan
pemantauan pernapasan: Perubahan karakteristik
- pantau kecepatan, irama, pernapasan menandakan
kedalaman dan upaya trauma dada sehingga O2
pernapasan maupun ventilasi di paru
- perhatikan pergerakan dada, bisa kurang sehingga
amati kesimetrisan, diperlukan pemantauan
penggunaan otot-otot bantu, pernapassan.
serta retraksi otot
supraklavikuler dan
interkosta
- pentau pernapasan yang
berbunyi, seperti mendengkur
- pantau pola pernapasan
- perhatikan lokasi trakea
- auskultasi suara napas
- pantau peningkatan
kegelisahan
- catat perubahan pada SaO2,
SvO2, CO2, akhir tidal dan
nila GDA jika perlu
aktivitas kolaboratif
berikan obat nyeri untuk Nyeri dapat memperbera
mengoptimalkan pola napas kecepatan napas
aktivitas lain
tenangkan pasien selama periode Pasien yang tenang dapat
gawat napas mengurangi gejala ansietas
yang dapat membuat sesak
anjurkan napas dalam melalui Pemasukan O2 adekuat
abdomen selama periode gawat
napas
Pertahankan oksigen aliran rendah Alat bantu pernapasan
dengan kanul nasal, masker atau untuk mempertahankan
sungkup kepatenan jalan napas
12
Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
2.3.2.1 Tidak pernah
2.3.2.2 Jarang
2.3.2.3 Kadang-kadang
2.3.2.4 Sering
2.3.2.5 Selalu
Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
2.3.2.1 Sangat berat
2.3.2.2 Berat
2.3.2.3 Sedang
2.3.2.4 Ringan
2.3.2.5 Tidak ada
Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
Pengkajian
Manajemen nyeri: Mengetahui tingkat nyeri
- lakukan pengkajian nyeri secara sehingga dapat
komprehensif meliputi lokasi, menyesuaikan interensi
karakteristik, awitan dan durasi, yang akan dilakukan
frekuensi, kualitas, intensitas atau selanjutnya
keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
- Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif
Aktivitas kolaboratif
Gunakan pereda nyeri konsultasikan Golongan analgetik dapat
dengan tenaga medis mengurangi nyeri hingga
beberapa jam
14
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: EGC.
Nurjannah, Intan Sari & Tumanggor, Roxsana Devi. (2017). Nursing Intervention
Classification (NIC). Indonesia: Elsevier Singapore Pte Ltd.
Nurjannah, Intan Sari & Tumanggor, Roxsana Devi. (2017). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Indonesia: Elsevier Singapore Pte Ltd.
15
Banjarmasin, 29 Februari 2024
16