Anda di halaman 1dari 10

BAB II

ISI

A. Memahami Konsep Moral Dalam Keperawatan


Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem
etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan
atau diizinkan dalam situasi tertentu.( John Stone, 1989 ).
Fry (1991) menjelaskan bahwa dalam praktik keperawatan, ada beberapa konsep penting yang
harus termaktub dalam standar praktik keperawatan, diantaranya yaitu:
a. Advokasi
Menurut ANA (1985) advokasi adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan
oleh siapapun. Fry (1987) sendiri mendefinisikan sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki dampak/penyebab penting. Sementara itu Gadow (1983) mengatakan bahwa advokasi
merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada
individu secara bebas untuk menentukan nasib sendiri.
Peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan bantuan kepada klien atas
keputusan yang telah dibuat klien. Hal ini berarti perawat memberikan penjelasan/informasi sesuai
kebutuhan klien. Menurut Kohnke (1982), perawat dalam memberikan bantuan memiliki dua peran
yaitu peran aksi dan nonaksi.peran aksi berarti perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa
mereka memiliki hak dan tanggung jawab dalam memnentukan pilihan atau keputusan sendiri tanpa
tekanan pengaruh orang lain. Sedangkan peran nonaksi mengandung arti bahwa sebagai advokat,
perawat harus menahan diri untuk tidak mempengaruhi klien. Dalam menjalankan peran sebagai
advokat, perawat harus menghargai klien sebagai individu yang memiliki berbagai karakteristik.
Perawat harus memberikan perlindungan terhadap martabat dan nilai manusiawi klien selama dalam
keadaan sakit.

b. Responsibilitas dan Akuntabilitas


1) Responsibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas yang berhubungan dengan peran
tertentu dari perawat . perawat yang selalu bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakannya akan
mendapatkan kepercayaan dari klien atau profesi lain. Sehingga ia akan tetap kompeten dalam
pengetahuan dan keterampilan serta selalu menunjukan keinginan untuk bekerja berdasarkan kode etik
profesi.
2) Akuntabilitas (tanggung gugat) mengandung arti dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan
yang dilakukan, dan menerima konsikuensi dari tindakan tersebut (Kozier, erb, 1991). Mengandung
dua komponen utama yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat (Fry, 1990) dan dipandang dalam suatu
tingkatan hierarki, dimulai dari tingkat individu, institusi/profesional, serta sosial (Sulliva, decker,
1998) perawat bertanggung gugat terhadap dirinya, profesi , klien, sesama karyawan, dan masyarakat.
Agar dapat bertanggung gugat, perawat harus bertindak profesional serta sesuai dengan kode etik
profesinya. Akunsibilatas dilakukan untuk mengevaluasi efektifikasi perawat dalam melakukan praktik
keperawatan.

c. Loyalitas
Merupakan suatu konsep yang meliputi simpati, peduli dan berhubungan dengan timbal balik
terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawata.
Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan pihak yang
harmonis, loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik kepada klien, teman sejawat, institusi,
maupun profesi. Untuk mewujudkannya, Tabbner mengajukan berbagai argumerntasi:
1) Masalah klien tidak boleh didiskusikan dengan klien lain, karena informasi klien harus
didiskusikan secara profesional.
2) Perawat harus menhindari pembicaraab yang tidak manfaat.
3) Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
4) Perawat harus menunjukan loyalitasnya kepada profesi dengan berprilaku secara tepat pada saat
bertugas.

B. Pengertian Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang merupakan
bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai
dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. (fauziah, 2012)
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai :
a. Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
b. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
c. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
C. Pengertian Keputusan Moral Dalam Keperawatan
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu
masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk
mengambil suatu tindakan yang tepat.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.

2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :

a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.

b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia

c. Falsafah yang dianut organisasi.

d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.

3. Masalah harus diketahui dengan jelas.

4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.

5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah
dianalisa secara matang.

Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai
masalah :

a. Tidak tepatnya keputusan.

b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik
dari segi manusia, uang maupun material.

c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara


kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.

d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif dan
memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara individu
sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah
atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan mengakibatkan hal
positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang terhadap fakta dan data yang
dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kelemahan.

D. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengambilan Keputusan


Pada saat menghadapi masalah yang menyangkut etika, perawat harus mempunyai kemampuan
yang baik untuk pasien maupun dirinya. Beberapa ahli menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-
hari, perawat sebenarnya telah menghadapi permasalahan etis, bahkan Thompson dan Thompson
menyatakan semua keputusan yang dibuat dengan, atau tentang pasien mempunyai dimensi etis. Setiap
perawat harus dapat mendeterminasi dasar-dasar yang ia miliki dalam membuat keputusan misalnya
agama, kepercayaan atau falsafah moral tertentu yang menyatakan hubungan kebenaran atau kebaikan
dengan keburukan. Beberapa orang membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan
buruk dari keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan pengalamannya. Dalam
membuat keputusan etis, seseorang harus berpikir secara rasional, bukan emosional. Banyak faktor
yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan keputusan, antara lain faktor
agama, sosial, ilmu pengetahuan/teknologi, legislasi/keputusan juridis, dana/keuangan, pekerjaan/posisi
pasien maupun perawat, kode etik keperawatan dan hak-hak pasien.
a. Faktor Agama dan Adat Istiadat
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia harus
beragama/berkepercayaan.
Contohnya: adalah sebelum program KB diluncurkan sebagai program nasional sudah dilakukan suatu
diskusi dengan pemuka agama tentang metode kontrasepsi, sehingga tenaga kesehatan tidak ragu-ragu
saat mempromosikan program tersebut.
Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh dalam membuat keputusan etis.
Contohnya adalah falsafah budaya jawa “makan tidak makan asalkan kumpul”. Falsafah ini masih
dipegang erat oleh masyarakat jawa sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya seluruh
anggota keluarga akan ikut menanggung biaya RS dan sebagainya.

b. Faktor Sosial
Faktor ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum dan peraturan perundang-undangan.
Contohnya adalah kaum wanita yang pada awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga yang tergantung
pada suaminya telah beralih pada pendamping suami yang mempunyai pekerjaan dan bahkan banyak
yang telah menjadi wanita karir. Dengan semakin meningkatnya orang yang menekuni profesinya,
semakin banyak pula yang menunda perkawinan dan banyak pula yang mempertahankan kesendirian.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif
dengan pendekatan tim kesehatan. Ini menyebabkan perubahan beberapa kebijakan pemerintah
termasuk mahalnya biaya pengobatan.

c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan telah
mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya
berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru.
Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesian
hemodialisa, ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat dibantu dengan berbagai jenis inseminasi,
kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.

d. Faktor Legislasi dan Keputusan Juridis


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi
merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai dengan
hukum dapat menimbulkan konflik. Hampir disemua negara, pemerintah berupaya untuk melindungi
hak-hak asasi manusia dengan menyusun suatu undang-undang.
Misalnya masalah abortus merupakan topik pembicaraan yang hangat secara nasional. Di Amerika
Serikat beberapa negara bagian mengijinkan adanya aborsi dengan alasan setiap ibu berhak
menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan dibeberapa negara lain melarang aborsi dengan alasan
perlindungan nyawa calon bayi. Selain masalah pengaturan abortus aktivitas lain juga menjadi masalah
hukum, diantaranya pengaturan pengangkatan dan penjualan bayi, fertilisasi in vitro, ibu pengganti, hak
pilih mati dan hak untuk menolak perawatan.

e. Faktor Dana/Keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah. Walaupun pemerintah telah mengalokasikan
dana yang besar untuk pembangunan kesehatan, namun dana ini belum sepenuhnya dapat mengatasi
berbagai program atau masalah kesehatan sehingga partisipasi swasta dan masyarakat banyak
digalakkan.
Contohnya program JamKesMas atau BPJS

f. Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan. Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya.
Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktik sendiri tetapi bekerja di rumah sakit,
dokter praktik swasta atau institusi kesehatan yang lain.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
keputusan/aturan tempat ia bekerja.

g. Kode etik keperawatan


Merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pemertahanan, dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab dan
kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Apabila seorang anggota melanggar kode etik profesi, maka organisasi profesi dapat memberi sanksi
atau mengeluarkan anggota tersebut.

E. Pengambilan Keputusan Kelompok


Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:
Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang sebelumnya
telah didefinisikan.Keputusan harus diterima oleh orang yang bertanggungjawab melaksanakannya.
Contoh; Rapat merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai informasi dan mengambil
keputusan. Ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dipetik melalui suatu rapat, yaitu :
Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan dalam forum terbuka.
Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran serta pengertian yang
mendalam.Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh peserta rapat.Rapat melatih menerima
pendapat orang lain. Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang pemikiran orang lain dan belajar
menempatkan diri pada posisi orang lain.
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses pemecahan masalah.
Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan, mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk
menilai sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.
F. Langkah-langkah Pembuatan Keputusan
Ada tiga langkah yang biasa digunakan dalam pengambilan keputusan moral. Mereka adalah
utilitarianisme, intuisionisme, dan situasional. Paham utilitarianisme adalah paham yang berpendapat
bahwa yang baik itu adalah yang berguna, menguntungkan, berfaedah, dan yang jahat atau buruk
adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Berasal dari kata Latin utilis tersusunlah teori
tujuan perbuatan ini. Secara umum, utilitarianisme menilai sebuah tindakan berdasarkan hasil yang
dicapainya, apakah mereka membawa kebaikan bagi manusia atau tidak. Paham ini juga disebut
dengan paham teleologis, bahwa semua sistem terarah kepada tujuan. Ends justifies means.
(pemerintah: menggusur, demi kepentingan orang banyak, sedikit dikorbankan).
Salah satu kekuatan utilitarianisme adalah bahwa mereka menggunakan sebuah prinsip dengan
jelas dan rasional. Dengan prinsip ini, pemerintah sering membangun pegangan mereka atas
pembentukan kebijakan untuk mengatur masyarakat. Kekuatan lain dari teori ini adalah hasil perbuatan
yang dihasilkan.
Intuisionisme adalah sistem etika lainnya yang tidak mengukur baik tidaknya sesuatu perbuatan
berdasarkan hasilnya melainkan semata-mata berdasarkan maksud si pelaku dalam melaksanakan
perbuatan tersebut. Sistem ini menyoroti wajib tidaknya perbuatan dan keputusan ini. Sistem lain
tersebut adalah intuisionisme. Intuisionisme, berasal dari bahasa Inggris: intuition, adalah pandangan
bahwa manusia memiliki sebuah kacakapan, yang biasa disebut hati nurani, yang memampukan mereka
untuk melihat secara langsung apa yang disebut benar atau salah, jahat atau baik secara moral.
Pengetahuan intuitif ini adalah pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses
logika baik deduktif maupun induktif. Teori ini juga dikenal sebagai teori deontologi (dari kata Yunani:
deon: apa yang harus dilakukan; kewajiban). (berdasarkan hati nurani) Intuisionisme memang memiliki
kebenaran. Pendekatan yang ketiga ditawarkan oleh seorang tokoh etika, Joseph Fletcher, adalah
pendekatan situasional. Bagi Fletcher tidak ada sistem yang benar-benar dapat digunakan bagi semua
situasi. Menurut dia, semuanya tergantung kepada situasi yang dihadapi oleh pelaku. Pandangan ini
memang lebih condong kepada paham intuisionisme, namun kadang-kadang juga bisa menjadi
utilitarianisme.
G. Pelaksanaan Etik Dan Moral Dalam Pelayanan Klinis Keperawatan

Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan
perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau
memberikan konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat
rendah. Hal ini disebabkan karena pasien kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama
yang dilakukan oleh perawat adalah berusaha membantu pasien untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar
kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang sangat sukses dan
mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali dalam mengelola
usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan sehingga terjadi perdarahan lambung yang
menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika
kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya
untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah pada
keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut harus selalu dilakukan
dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan dan mengajukannya kepada pasen tersebut.
Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah
ini ?” Pasen diminta untuk memilih atas pertanyaan berikut:
1. Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau membaca).
2. Meluangkan waktu bersama keluarga.
3. Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
4. Menonton televisi.
5. Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6. Menggunakan waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat
berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:
1. Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasen, misalnya stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktifitasnya, maka sarankan kepadanya
memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih masalah kesehatannya, maka
hal ini menunjukkan tanda positif.

2. Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan promosikan nilai-nilai
tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak anda
pasti akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi kegiatan
bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.

3. Tindakan: Berikan bantuan kepada pasen untuk merencanakan kebiasaan baru yang konsisten setelah
memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk memikirkan suatu cara bagaimana nilai
tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu diucapkan perawat/bidan
kepada pasennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda, dan anda
menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan anda”.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnadi,Adi.(2008).”nilai nilai esensial dalam keperawatan” http ://wordpress.com(2017/10/30).
Sumarni,Nani.(2010).” keputusan moral dan teori moral dalam keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai