Anda di halaman 1dari 33

Sectio caesarea adalah persalinan atau lahirnya janin dan

plasenta melalui sayatan dinding abdomen dan uterus,


karena disebabkan antara ukuran kepala dan panggul atau
ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami (Wiknjosastro, 2006).
Menurut Sarwono (2005) sectio caesarea merupakan suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi
dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram.
Faktor-faktor dilakukannya sectio caesarea adalah 13,4%
karena ketuban pecah dini, 5,49% karena pre-eklampsia,
5,14% karena perdarahan, 4,40% karena jalan lahir tertutup,
2,3% karena rahim sobek.
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah
untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan s
erviks dan segmen bawah rahim. Sectio
caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis
dan plasenta previa lainnya jika perdarahan
hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi
pada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga
sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
Indikasi SC dibedakan menjadi 3 macam (Rasyidi,2009), yaitu
indikasi mutlak, indikasi relatif, dan indikasi sosial.
Indikasi Mutlak
1. Indikasi Ibu
• Panggul sempit (Disproporsi sefalopelvik)
• Kegagalan melahirkan secara normal krn kurang adekuatnya
stimulasi
• Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
• Stenosis servik atau vagina (penyempitan)
• Plasenta previa
• Rupture uteri
2. Indikasi Janin
• Kelainan letak
• Gawat janin
• Prolapsus plasenta
• Perkembangan bayi yang terhambat
• Mencegah hipoksia janin
• Bayi besar (BB lebih dari 4,2 kg)
 Indikasi Relatif
• Riwayat SC sebelumnya
• Presentasi bokong
• Distosia
• Fetal distress
• Preaklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
• Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

Indikasi Sosial
• Wanita yg takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya
• Wanita yg ingin SC karena takut bayinya mengalami cedera
atau mengurangi kerusakan penggul
• Wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya
• Sectio Caesaria klasik/ korporal
Yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk
jalan keluar bayi
• Sectio Caesarea Ismika/ Profundal (low servical
dengan insisi bawah rahim)
Dilakukan dengan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim
• Sectio Caesarea ekstraperitonealis yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis dengan demikian
tidak membuka cavum abdominal
• Sectio Caesarea vaginal
• Histerektomi Caesarian
Operasi sectio caesarea (SC) secara umum
dibedakan menjadi primer dan sekunder. SC
primer merupakan tindakan yang dilakukan
pertama kali, sedangkan SC sekunder merupakan
tindakan SC dengan riwayat SC sebelumnya.
Berdasarkan tingkat urgensinya, sectio caesarea
(SC) dapat dibedakan menjadi SC cito dan elektif.
Hanya 1% kehamilan yang memerlukan SC cito,
yaitu SC yang dilakukan setelah proses pesalinan
dimulai. Sedangkan SC elektif adalah tindakan SC
terencana yang dilakukan sebelum proses
persalinan dimulai. Operasi SC emergensi dibagi
Adanya beberapa kelainan/ hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
lahir secara normal/ spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, preeklamsia,
distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan
diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
Komplikasi operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean section, dapat dibedakan
menjadi komplikasi pasca operasi dan komplikasi jangka panjang. Teknik operasi dan indikasi operasi yang baik
dapat mengurangi komplikasi akibat SC. Komplikasi SC dapat menyebabkan mortalitas ibu, sehingga perlu
diperhatikan. SC juga dapat menyebabkan komplikasi pada neonatus, seperti takipnea transien neonatus.
 Komplikasi Jangka Pendek
Komplikasi jangka pendek akibat sectio caesarea (SC) dapat terjadi intraoperatif ataupun pasca operasi. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain adalah:
 Infeksi
Infeksi pasca operasi SC paling sering disebabkan oleh endometritis, infeksi luka bekas operasi, dan tromboflebitis
akibat akses intravena. Pemberian profilaksis antibiotik serta teknik operasi yang baik dapat mengurangi infeksi
pasca partum pada SC. Infeksi juga dapat terjadi akibat pemasangan kateter
 Sepsis
Pasien yang mengalami infeksi pasca SC juga berisiko mengalami sepsis. Sepsis terjadi pada 6.8%-9.7% pasien
dengan luka operasi terinfeksi dan 3.9-18.4% pada pasien endometritis pasca operasi. Pemberian antibiotik, drainasi,
laparotomi ulang, serta eksloprasi luka dapat dilakukan untuk menangani sepsis pasca SC.
 Perdarahan
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi SC yang paling sering terjadi. Perdarahan dapat terjadi secara
langsung ataupun lambat/delayed. Faktor risiko perdarahan pasca SC antara lain adalah: plasenta previa, distosia,
perdarahan antepartum, fibroid uterus, obesitas, pemakaian anestesi umum. Perdarahan umumnya disebabkan
karena atonia uteri, trauma jaringan, trauma kandung kemih, gangguan koagulasi, atau masalah plasenta.
Penanganan akan sangat bergantung dari etiologi perdarahan.
 Gangguan Traktus Urinarius
 Tromboemboli
 Disrupsi Luka
 Komplikasi Anestesi
 Komplikasi Jangka Panjang
 Komplikasi jangka panjang sectio caesarea (SC) adalah :
 Komplikasi luka
 Komplikasi luka yang dapat terjadi antara lain bekas luka insisi keloid.
 Adhesi
Adhesi merupakan komplikasi SC yang paling sering terjadi. Risiko seorang
wanita mengalami adhesi meningkat seiring dengan bertambahnya operasi SC.
Prevalensi adhesi pada SC kedua adalah 12-46% dan pada SC ketiga adalah 26-
75%.[7]
 Ruptur Uteri
Ruptur uteri cukup jarang terjadi pasca SC, namun risikonya meningkat pada
wanita-wanita yang menjalani Trial of Labor After Cesarean (TOLAC).[7,19]
 Plasentasi Abnormal
Wanita yang menjalani SC memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
plasenta previa, plasenta akreta, dan solusio plasenta pada kehamilan
berikutnya. Plasenta previa merupakan komplikasi yang paling sering dengan
peningkatan risiko sekitar 3-4x lebih sering
1. Anastesi Spinal/ epidural = Ibu tetap terjaga
selama melahirkan
2. Anastesi Umum = kedaruratan dan kehidupan
ibu dan bayi terancam

Pemilihan anestesi tergantung keadaan, bila


terjadi cedera spinal atau perdarahan merupakan
kontraindikasi anastesi spinal.
1. Tipe Klasik = kelahiran cepat, plasenta previa
2. Tipe segmen bawah :
• Insisi vertikal
• Insisi transversal (populer)
 Mudah dilakukan

 Kehilangan darah lebih sedikit

 Ruptur pada kehamilan selanjutnya sedikit

 Estetika

 Lebih kecil infeksi post op


1. Persiapan prenatal = memberikn penkes ttg kelainan dengan
SC
2. Perawatan selama kelahiran SC
• Menjelaskan pd klien & keluarga ttg tindakan SC yg
dilakukan
• Kolaborasi = ahli kardiopulmuner (toleransi thd Op) dan ahli
anastesi
• Inform consent
• Observasi TTV ibu, TD dan DJJ.
• Persiapan fisik = pencukuran, pengosongan kandung kemih,
pengosongan kolon, pasang IVFD, lab : darah rutin, gol darah
utk transfusi
• Persiapan mental klien & keluarga
• Beri kesempatan pd klien untuk mengungkapkan perasaan
 3. Perawatan pasca partum
• Setelah pembedahan, dipindahkan ke ruang pemulihan
• Pemulihan dari efek anestesi, derajat nyeri, kepatenan jalan nafas,
obs TTV setiap 15 menit, kondisi balutan insisi, jumlah lokhea
• Kolaborasi pemberian obat untuk mengatasi nyeri
• Memfasilitasi bonding attachment
• Menyusui bayi dapat dimulai
• Masalah fisiologis spt nyeri = analgetik, mengubah posisi, teknik
relaksasi
• Perawatan luka op = 3 hari post partum, teknik aseptik &
antiseptik, perawatan perineal, payudara, personal hygiene.
• Observasi TTV, TFU, luka op, lokhea, tanda homans, eliminasi
urine
• Memberikan penkes ttg perawatan bayi, nutrisi ibu menyusui,
program KB
• Rencana pulang terdiri dari informasi ttg diit, pembatasan
aktifitas, perawatan payudara, kontrasepsi, aktivitas seksual,
medikasi/ obat-obatan.
 Menurut Nanda (2013), diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien post SC sbb:
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik )pembedahan,
trauma, jalan lahir episiotomi)
2. Resiko infeksi b/d faktor resiko : episiotomi,
laserasi jalan lahir bantuan pertolongan persalinan
3. Gangguan pola tidur b/d kelemahan
4. Defisit perawatan diri : madi/ kebersihan diri,
makan, toleting, b/d kelemahan post partum
5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d kebutuhan nutrisi post
partum
1. Pemberian cairan
2. Diet
3. Mobilisasi
4. Katerisasi
5. Pemberian obat – obatan
6. Perawatan luka
7. Perawatan rutin
8. Perawatan payudara
Identitas Pasien 1 Pasien 2
Keluhan Saat Pasien G1P0A0 hamil 40 minggu Pasien G3P2A1 hamil 38 minggu
Masuk Rumah mengeluhkan perut mules dan keluar mengeluhkan perut mules, letak bayi
Sakit air ketuban. melintang dan
disarankan bidan ke rumah sakit
muhammadiyah.
Keluhan Saat Pasien mengeluhkan nyeri dibagian Pasien mengeluhkan nyeri dibagian
Pengkajian perut, badan terasa lemas, ASI keluar perut dan kaki terasa kesemutan
tidak lancar, dan kedua kaki terasa
kebas.
HPHT dari tanggal 22 Agustus 2016, HPHT dari tanggal 1 September 2016,
taksiran partus tanggal 29 Mei 2017, taksiran partus tanggal 8 Juni 2017,
Riwayat pasien memeriksakan kandungannya pasien memeriksakan kandungannya
Kehamilan tiap bulan ke Bidan dengan keluhan tiap bulan, pada umur kehamilan 35
sering demam, kaki terasa ngilu saat minggu pasien mengeluhkan tekanan
hamil ke 2 bulan. darahnya tinggi.
a. Pasien melahirkan tanggal 17 Juni a. Pasien melahirkan tanggal 19 Juni
2017 di Rumah Sakit 2017 di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Muhammadiyah Palembang ditolong
Riwayat ditolong oleh Dokter dengan jenis oleh Dokter dengan jenis persalinan
Persalinan persalinan sectio caesarea, sectio caesarea, perdarahan normal,
perdarahan normal, plasenta utuh, plasenta utuh, ketuban utuh.
ketuban pecah sebelum waktunya. b. Jenis kelamin bayi perempuan
b. Jenis kelamin bayi perempuan dengan berat badan lahir 2,7 Kg,
dengan berat badan lahir 3,1 Kg, APGAR Score 9, anus ada dan cacat
APGAR Score 10, anus ada dan bawaan tidak ada.
Aktivitas sehari-hari Pasien 1 (Ny. P) Pasien 2 (Ny. R)

Nutrisi Pasien mengatakan sebelum masuk Pasien mengatakan sebelum masuk


rumah sakit pola makannya 2 kali rumah sakit pola makannya 2 kali
sehari dengan porsi makan banyak, sehari dengan porsi makan
nafsu makan pasien bertambah bertambah seiring bertambah usia
seiring sejak usia kehamilan 24 kehamilan. Pada saat pengkajian
minggu. Pada saat pengkajian pasien pasien mengatakan belum makan
mengatakan belum makan tetapi tetapi sudah minum.
sudah minum.

Eliminasi Pasien mengatakan sebelum masuk Pasien mengatakan sebelum masuk


rumah sakit pola BAB 2 kali sehari rumah sakit BAB 1 kali sehari dengan
dengan karakteristik lunak, dan karakteristik lunak dan BAK ±3 kali
BAK sebanyak ± 6 kali sehari sehari berwarna kuning. Pada saat
berwarna kuning. Pada saat pengkajian pasien belum BAB dan
pengkajian pasien belum BAB dan terpasang kateter, eliminasi ± 80 ml.
terpasang kateter, eliminasi ±100 ml.
Aktivitas sehari-hari Pasien mengatakan sebelum Pasien mengatakan sebelum masuk
masuk rumah sakit aktivitas rumah sakit aktivitas sehari-hari
sehari-hari pasien adalah sebagai pasien adalah mengurus rumah dan
ibu rumah tangga dan selalu anak-anaknya. Pada saat
mengurus rumah dan suaminya. pengkajian pasien bedrest karena
Pada saat pengkajian pasien masih pengaruh anestesi spinal.
bedrest karena masih pengaruh
anestesi spinal.

Pola istirahat/tidur Pasien mengatakan sebelum masuk Pasien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit pasien sulit untuk rumah sakit tidur malam selama 8
tidur, sering terbangun, pasien tidur jam mulai dari jam 9 malam sampai
malam ±5 jam mulai dari jam 12 jam 5 pagi dan tidur siang selama 2
malam sampai jam 5 pagi dan jam.
jarang tidur siang saat hamil.

Rencana pemakaian Pasien mengatakan berencana Pasien mengatakan belum berencana


kontrasepsi memakai KB Suntik. memakai alat kontrasepsi.
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2

Pemeriksaan Fisik TD : 110/70 mmHg TD : 150/90 mmHg


N : 80 x/mnt N : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt RR : 20 x/mnt
BB Hamil Aterm: 59 Kg BB Hamil Aterm: 58 Kg
TB : 142 cm TB : 155 cm
T : 36,50C T : 360C
BB Sekarang : 55 Kg BB Seakarang : 54 Kg

Head to Toe Dada Dada


Payudara Payudara
Bentuk payudara : Membesar dan Bentuk payudara : Membesar dan
simetris simetris
Putting susu : Menonjol Putting susu : Menonjol
Hiperpigmentasi : Terlihat Hiperpigmentasi : Terlihat disekitar
disekitar areola berwarna hitam areola berwarna hitam
Kebersihan : Cukup bersih Kebersihan : Cukup bersih
Kolostrum : Ada Kolostrum : Ada
Abdomen Abdomen
Luka operasi : Tertutup Luka operasi : Tertutup
Striae : Ada Striae : Ada
Tinggi fundus uteri : 1 jari dibawah Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah
pusat pusat
Kontraksi uterus : Ada Kontraksi uterus : Ada
Bising usus : Ada Bising usus : Ada
Nyeri : Skala 5 Nyeri : Skala 6
Pemeriksaan Diagnostik

Terapi

Pasien 1 Pasien 2
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi 1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi
bedah. bedah
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
imobilisasi. imobilisasi.
3. Ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan kurang pengetahuan
ibu.
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien 1

DK Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx. 1 Tujuan: a.Lakukan pengkajian nyeri a. Membantu dalam
Setelah dilakukan tindakan secara komprehensif mengidentifikasi derajat
asuhan keperawatan selama termasuk lokasi, ketidaknyamanan. Jumlah
3x24 jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi, jaringan, otot dan sistem limfatik
dapat berkurang dan frekuensi, kualitas dan yang diangkat dapat
memberikan kenyamanan faktor presipitasi. mempengaruhi jumlah nyeri
dengan kriteria hasil: yang dialami.
b. Ajarkan tentang teknik b. Memberikan kenyamanan dan
a. Mampu mengontrol nyeri non farmakologi (napas menurunkan ketegangan pada
(tahu penyebab nyeri, dalam). area insisi dan mengurangi nyeri.
mampu menggunakan c. Monitor tanda-tanda vital. c. Pada banyak pasien, nyeri dapat
teknik nonfarmakologi menyebabkan gelisah, serta
untuk mengurangi nyeri). tekanan darah dan nadi
b. Melaporkan bahwa nyeri meningkat. Analgesia dapat
berkurang. d. Demonstrasikan cara menurunkan tekanan darah.
c. Mampu mengenali nyeri untuk menyanggah insisi d. Untuk memfasilitasi pergerakan
(skala, intensitas, ketika bergerak disekitar dan batuk dengan mengurangi
frekuensi dan tanda tempat tidur atau saat tegangan pada otot yang disayat.
nyeri). mobilisasi. e. Mencegah statis vena, tekanan
d. Menyatakan rasa nyaman pada penonjolan tulang, dan
setelah nyeri berkurang. e. Bantu untuk mengubah meningkatkan kenyamanan.
posisi tiap 2 jam hingga Perubahan posisi dapat
anastesi menghilang. mengendurkan otot abdomen,
yang membantu mengurangi
sensasi nyeri.
DK Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx. 2 Tujuan: a. Berikan edukasi tentang a. Agar pasien dapat mengerti
Setelah dilakukan mobilisasi pasien. tentang tahap-tahapan
tindakan asuhan mobilisasi.
keperawatan selama 3x24 b. Bantu pasien melakukan b. Meningkatkan aliran darah
jam diharapkan rentang gerak pasif sesegera dan untuk mencegah kekakuan
mengembangkan pola mungkin. sendi yang dapat berlanjut
aktivitas atau istirahat pada keterbatasan mobilisasi.
konsisten dengan c. Bantu pasien dalam c. Dengan bergerak pasien dapat
keterbatasan fisiologis melakukan mobilisasi memperlancar sirkulasi dan
dengan kriteria hasil: secara bertahap dan sesuai mempercepat proses
kebutuhan. penyembuhan.
a. Berpartisipasi dalam d. Berikan dorongan untuk d. Kemajuan aktivitas bertahap
aktifitas fisik yang melakukan aktivitas mencegah peningkatan kerja
diinginkan. bertahap jika dapat jantung tiba-tiba, memberikan
b. Mampu melakukan ditoleransi. Berikan bantuan bantuan hanya sebatas
aktifitas sehari-hari sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong
secara mandiri. kemandirian untuk melakukan
c. Mampu berpindah aktifitas.
dengan atau bantuan e. Monitor tanda-tanda vital. e. Untuk membantu memastikan
alat. bahwa tanda-tanda vital pasien
d. Sirkulasi adekuat. dalam batas normal.
f. Bantu dalam memenuhi f. Agar kebutuhan dasar pasien
kebutuhan dasar pasien. dapat terpenuhi khususnya
nutrisi pasien.
DK Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx. 3 Tujuan: a. Kaji keefektifan a. Untuk membantu
Setelah dilakukan menyusui. memastikan bahwa bayi
tindakan asuhan menerima nutrisi yang
keperawatan selama 3x24 adekuat tanpa menimbulkan
jam diharapkan peningkatan nyeri pada ibu.
kebutuhan nutrisi bayi b. Lidah bayi harus berada
terpenuhi dengan kriteria b. Evaluasi posisi lidah dibawah selama menyusui
hasil: bayi selama menyusui. dengan putting berada
diatasnya.
1. Kemantapan
c. Bayi yang rewel sulit untuk
pemberian ASI
c. Instruksikan ibu untuk menyusui secara efektif.
2. Proses menyusui memberikan ASI saat
berjalan lancar bayi terjaga d. Agar proses menyusui
d. Ajarkan ibu tentang berjalan lancar dan air susu
3. Ibu mengindikasikan
teknik menyusui yang banyak.
terhadap kepuasan
benar dan breast care
memberikan ASI.
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien 2

DK Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx. 1 Tujuan: a. Lakukan pengkajian nyeri a. Membantu dalam mengidentifikasi
Setelah dilakukan tindakan secara komprehensif derajat ketidaknyamanan. Jumlah
asuhan keperawatan termasuk lokasi, jaringan, otot dan sistem limfatik yang
selama 3x24 jam karakteristik, durasi, diangkat dapat mempengaruhi jumlah
diharapkan nyeri dapat frekuensi, kualitas dan nyeri yang dialami.
berkurang dan faktor presipitasi. b. Memberikan kenyamanan dan
memberikan kenyamanan b. Ajarkan tentang teknik menurunkan ketegangan pada area
dengan kriteria hasil: non farmakologi (napas insisi dan mengurangi nyeri.
dalam). c. Pada banyak pasien, nyeri dapat
a. Mampu mengontrol c. Monitor tanda-tanda vital. menyebabkan gelisah, serta tekanan
nyeri (tahu penyebab d. Demonstrasikan cara darah dan nadi meningkat. Analgesia
nyeri, mampu untuk menyanggah insisi dapat menurunkan tekanan darah.
menggunakan teknik ketika bergerak disekitar d. Untuk memfasilitasi pergerakan dan
nonfarmakologi untuk tempat tidur atau saat batuk dengan mengurangi tegangan
mengurangi nyeri). mobilisasi. pada otot yang disayat.
b. Melaporkan bahwa e. Bantu untuk mengubah e. Mencegah statis vena, tekanan pada
nyeri berkurang. posisi tiap 2 jam hingga penonjolan tulang, dan meningkatkan
c. Mampu mengenali anastesi menghilang. kenyamanan. Perubahan posisi dapat
nyeri (skala, intensitas, f. Kolaborasi pemberian mengendurkan otot abdomen, yang
frekuensi dan tanda obat analgetik. membantu mengurangi sensasi nyeri.
nyeri). f. Mempertahankan tingkat kenyamanan
d. Menyatakan rasa dan memungkinkan pasien untuk
nyaman setelah nyeri mobilisasi tanpa nyeri yang menyertai
berkurang.
DK Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx. 2 Tujuan: a. Berikan edukasi tentang a. Agar pasien dapat mengerti
Setelah dilakukan mobilisasi pasien. tentang tahap-tahapan mobilisasi.
tindakan asuhan b. Bantu pasien melakukan b. Meningkatkan aliran darah dan
keperawatan selama 3x24 rentang gerak pasif sesegera untuk mencegah kekakuan sendi
jam diharapkan mungkin. yang dapat berlanjut pada
mengembangkan pola keterbatasan mobilisasi.
aktivitas atau istirahat c. Bantu pasien dalam c. Dengan bergerak pasien dapat
konsisten dengan melakukan mobilisasi secara memperlancar sirkulasi dan
keterbatasan fisiologis bertahap dan sesuai mempercepat proses
dengan kriteria hasil: kebutuhan. penyembuhan.
d. Berikan dorongan untuk d. Kemajuan aktivitas bertahap
a. Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas mencegah peningkatan kerja
aktifitas fisik yang bertahap jika dapat jantung tiba-tiba, memberikan
diinginkan. ditoleransi. Berikan bantuan bantuan hanya sebatas kebutuhan
b. Mampu melakukan sesuai kebutuhan. akan mendorong kemandirian
aktifitas sehari-hari untuk melakukan aktifitas.
secara mandiri. e. Untuk membantu memastikan
c. Mampu berpindah e. Monitor tanda-tanda vital. bahwa tanda-tanda vital pasien
dengan atau bantuan dalam batas normal.
alat. f. Agar kebutuhan dasar pasien
d. Sirkulasi adekuat. f. Bantu dalam memenuhi dapat terpenuhi khususnya
kebutuhan dasar pasien. nutrisi pasien.
BAB V
PEMBAHASAN

Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
pada pasien 1 (Ny. P) mengeluhkan
kedua kaki terasa kebas disertai
dengan nyeri bagian abdomen dan Diagnosa keperawatan yang
ASI tidak lancar. tekanan darah didapatkan pada pasien 1
110/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, berjumlah 3 dan pada pasien
Respiratory Rate 24 x/mnt, suhu 2 berjumlah 2, tetapi diagnosa
36,50C, kesadaran composmentis. keperawatan yang akan
Pada pasien 2 (Ny. R) mengeluhkan dibahas hanya satu yaitu
kaki terasa kesemutan dan sulit intoleransi aktvitas
digerakkan disertai dengan nyeri berhubungan dengan
pada bagian abdomen. tekanan imobilisasi
darah 150/90 mmHg, nadi 82
x/mnt, Respiratory Rate 20 x/mnt,
suhu 360C, kesadaran composmentis
Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang


dapat dilakukan, yaitu Berikan
Implementasi Keperawatan
edukasi tentang mobilisasi
pasien, Bantu pasien melakukan Pada diagnosa intoleransi aktivitas
rentang gerak pasif sesegera berhubungan dengan imobilisasi,
mungkin, Bantu pasien dalam semua rencana keperawatan yang
melakukan mobilisasi secara telah penulis susun berdasarkan
bertahap dan sesuai kebutuhan, teori dapat dilakukan pada pasien
Berikan dorongan untuk 1 (Ny. P) dan pasien 2 (Ny. R)
melakukan aktivitas bertahap dilapangan sehingga tidak ada
jika dapat ditoleransi. Berikan kesenjangan antara perencanaan
bantuan sesuai dan pelaksanaan teoritis dan yang
kebutuhan,Monitor tanda-tanda dilakukan dalam pemberian
vital, Bantu dalam memenuhi asuhan keperawatan dilapangan.
kebutuhan dasar pasien.
Evaluasi
Keperawatan

Setelah dilakukan implementasi


selama 3 hari pasien mampu
melakukan mobilisasi secara
mandiri, mampu melakukan
aktivitas dengan mandiri, mampu
memenuhi kebutuhan dasar, dan
keadaan umum tampak baik.

Anda mungkin juga menyukai