Indikasi Sosial
• Wanita yg takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya
• Wanita yg ingin SC karena takut bayinya mengalami cedera
atau mengurangi kerusakan penggul
• Wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya
• Sectio Caesaria klasik/ korporal
Yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk
jalan keluar bayi
• Sectio Caesarea Ismika/ Profundal (low servical
dengan insisi bawah rahim)
Dilakukan dengan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim
• Sectio Caesarea ekstraperitonealis yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis dengan demikian
tidak membuka cavum abdominal
• Sectio Caesarea vaginal
• Histerektomi Caesarian
Operasi sectio caesarea (SC) secara umum
dibedakan menjadi primer dan sekunder. SC
primer merupakan tindakan yang dilakukan
pertama kali, sedangkan SC sekunder merupakan
tindakan SC dengan riwayat SC sebelumnya.
Berdasarkan tingkat urgensinya, sectio caesarea
(SC) dapat dibedakan menjadi SC cito dan elektif.
Hanya 1% kehamilan yang memerlukan SC cito,
yaitu SC yang dilakukan setelah proses pesalinan
dimulai. Sedangkan SC elektif adalah tindakan SC
terencana yang dilakukan sebelum proses
persalinan dimulai. Operasi SC emergensi dibagi
Adanya beberapa kelainan/ hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
lahir secara normal/ spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, preeklamsia,
distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan
diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
Komplikasi operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean section, dapat dibedakan
menjadi komplikasi pasca operasi dan komplikasi jangka panjang. Teknik operasi dan indikasi operasi yang baik
dapat mengurangi komplikasi akibat SC. Komplikasi SC dapat menyebabkan mortalitas ibu, sehingga perlu
diperhatikan. SC juga dapat menyebabkan komplikasi pada neonatus, seperti takipnea transien neonatus.
Komplikasi Jangka Pendek
Komplikasi jangka pendek akibat sectio caesarea (SC) dapat terjadi intraoperatif ataupun pasca operasi. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain adalah:
Infeksi
Infeksi pasca operasi SC paling sering disebabkan oleh endometritis, infeksi luka bekas operasi, dan tromboflebitis
akibat akses intravena. Pemberian profilaksis antibiotik serta teknik operasi yang baik dapat mengurangi infeksi
pasca partum pada SC. Infeksi juga dapat terjadi akibat pemasangan kateter
Sepsis
Pasien yang mengalami infeksi pasca SC juga berisiko mengalami sepsis. Sepsis terjadi pada 6.8%-9.7% pasien
dengan luka operasi terinfeksi dan 3.9-18.4% pada pasien endometritis pasca operasi. Pemberian antibiotik, drainasi,
laparotomi ulang, serta eksloprasi luka dapat dilakukan untuk menangani sepsis pasca SC.
Perdarahan
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi SC yang paling sering terjadi. Perdarahan dapat terjadi secara
langsung ataupun lambat/delayed. Faktor risiko perdarahan pasca SC antara lain adalah: plasenta previa, distosia,
perdarahan antepartum, fibroid uterus, obesitas, pemakaian anestesi umum. Perdarahan umumnya disebabkan
karena atonia uteri, trauma jaringan, trauma kandung kemih, gangguan koagulasi, atau masalah plasenta.
Penanganan akan sangat bergantung dari etiologi perdarahan.
Gangguan Traktus Urinarius
Tromboemboli
Disrupsi Luka
Komplikasi Anestesi
Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang sectio caesarea (SC) adalah :
Komplikasi luka
Komplikasi luka yang dapat terjadi antara lain bekas luka insisi keloid.
Adhesi
Adhesi merupakan komplikasi SC yang paling sering terjadi. Risiko seorang
wanita mengalami adhesi meningkat seiring dengan bertambahnya operasi SC.
Prevalensi adhesi pada SC kedua adalah 12-46% dan pada SC ketiga adalah 26-
75%.[7]
Ruptur Uteri
Ruptur uteri cukup jarang terjadi pasca SC, namun risikonya meningkat pada
wanita-wanita yang menjalani Trial of Labor After Cesarean (TOLAC).[7,19]
Plasentasi Abnormal
Wanita yang menjalani SC memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
plasenta previa, plasenta akreta, dan solusio plasenta pada kehamilan
berikutnya. Plasenta previa merupakan komplikasi yang paling sering dengan
peningkatan risiko sekitar 3-4x lebih sering
1. Anastesi Spinal/ epidural = Ibu tetap terjaga
selama melahirkan
2. Anastesi Umum = kedaruratan dan kehidupan
ibu dan bayi terancam
Estetika
Pola istirahat/tidur Pasien mengatakan sebelum masuk Pasien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit pasien sulit untuk rumah sakit tidur malam selama 8
tidur, sering terbangun, pasien tidur jam mulai dari jam 9 malam sampai
malam ±5 jam mulai dari jam 12 jam 5 pagi dan tidur siang selama 2
malam sampai jam 5 pagi dan jam.
jarang tidur siang saat hamil.
Terapi
Pasien 1 Pasien 2
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi 1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi
bedah. bedah
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
imobilisasi. imobilisasi.
3. Ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan kurang pengetahuan
ibu.
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien 1
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
pada pasien 1 (Ny. P) mengeluhkan
kedua kaki terasa kebas disertai
dengan nyeri bagian abdomen dan Diagnosa keperawatan yang
ASI tidak lancar. tekanan darah didapatkan pada pasien 1
110/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, berjumlah 3 dan pada pasien
Respiratory Rate 24 x/mnt, suhu 2 berjumlah 2, tetapi diagnosa
36,50C, kesadaran composmentis. keperawatan yang akan
Pada pasien 2 (Ny. R) mengeluhkan dibahas hanya satu yaitu
kaki terasa kesemutan dan sulit intoleransi aktvitas
digerakkan disertai dengan nyeri berhubungan dengan
pada bagian abdomen. tekanan imobilisasi
darah 150/90 mmHg, nadi 82
x/mnt, Respiratory Rate 20 x/mnt,
suhu 360C, kesadaran composmentis
Perencanaan Keperawatan