A. Defenisi
B. Rentang respon
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang
menyenangkan.Pada tahap ini masuk dalam golongan
nonpsikotik.Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal
yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka
menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu
halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.
F. Proses keperawatan
1. Faktor predisposisi
a. Genetika
b. Neurobiology
c. Neurotransmitter
d. Abnormal perkembangan syaraf
e. Psikologis
2. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3. Mekanisme koping
a. Regresi
b. Proyeksi
c. Menarik diri
Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company
A. Defenisi
B. Rentang respon
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham
adalah sebagai beriku :
1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan
7. Menghindar dari orang lain
8. Mendominasi pembicaraan
9. Berbicara kasar
10. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
D. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menakan perasaannya sehingga
pengamatan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Sesorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham
3. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkaran terhadap
kenyataan
E. Faktor presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
Dopamine, neropinerpin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
F. Jenis waham
1. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“saya ini pejabat di kementrian kesehatan”
“saya punya perusahaan paling besar di dunia lho…..”
2. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“kalau saya mau masuk syurga, saya harus memakai pakaian serba putih
dan mengalungkan tasbih setiap hari”
a. Status mental
Berdandan dengan baik dan berpakain rapi, tetapi mungkin terlihat
eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan
terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan
sehingga dapat memanipulasi data.Selain itu perasaan hatinya konsisten
dengan isi waham.
G. Pohon masalah
J. Diagnosa keperawatan
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak dipenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
D. Faktor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungana sosial juga dapat ditimbulkan oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Faktor eksternal
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas
ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
F. Rentang respons
Adaptif Maladaptif
Objektif :
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
J. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial
SP 2
Evaluasi kegiatan
SP 4
Evaluasi
kemampuan
keluarga
Evaluasi
kemampuan pasien
Rencana tindak
lanjut keluarga
- Follow up
- Rujukan
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (kusumawati dan hartono, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (stuart dan sundeen, 2010).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(berkowitz, dalam harnawati, 2012).
Setiap aktifitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(stuart dan sundeen, 2010).
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat
melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend,
2013).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-
barang (Maramis, 2010).
Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik (Ketner et al…2014).
C. Rentang respons
Keterangan :
1. Asertif
D. Faktor predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terjadi asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masakecil
yang tidak menyenangkan
c. Rasa frustasi
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan
dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindakan kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak
kekerasa.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh
peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predsiposisi
biologic
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (system limbic) ternyata
menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi
limbic (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan
memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatsi,
danhendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut:
E. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
fakor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lingkunga.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut:
F. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme kpoing yang
konstruktif dan mengeksplorasikan kemarahannya.Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formal.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan anatara lain :
1. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system
syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinerprin yang
menyebabkan tekanan darah menmingkat, takikardi, wajah
merah, pupil melebar, mual sekresi HCL meningkat, peristaltic
gaster menurun, pengeluaran juga meningkat, tangan mengepal,
tubuh menjadi kaku dan diserta reflek yang cepat
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, dan
asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya diserta kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
G. Pohon masalah
Perilaku kekerasan
GPS : Halusinasi
H. Masalah keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
J. Diagnosa keperawatan
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(nanda, 2010).
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain (depkes RI, 2014).
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspersikan
(Townsend, 2013).
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 2012)
D. Rentang respons
F. Faktor Presipitasi
Faktor presipistasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri
: harga diri rendah kronis in dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
G. Pohon masalah
Isolasi social
Objektif :
Mengkriktik diri sendiri
Persaan tidak mampu pandangan hidup pesimis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapi
Berkurang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
J. Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah kronis
Sp 2
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
Latih kemampuan
yang dipilh
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1dan
2)
Memilih
kemampuan ketiga
yang dapat
dilakukan
Masukkan dalam
jadwal egiatan
pasien
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan adasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
( Keliat BA 2016 )
Deficit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan dirinya
( Maramis W. F.2015 )
C. Pohon masalah
Objektif :
Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri
ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki, dan
berbau, serta kuku panjang dan
kotor
Ketidakmampuan
berpakaian/berhias ditandai
dengan rambut acak-acakan.
Pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita)
Ketidakmampuan makan secra
mandiri ditandai dengan
F. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
SP 3
Evaluasi kemampuan
SP 2
Latih keluarga
merawat langsung ke
pasien cara makan
RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
Evaluasi kemampuan
keluarga
Evaluasi kemapuan
pasien
Rencan tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. (fitria, 2009).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang untuk mengakhiri kehidupannya
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan (stuart dan Sundeen, 2010)
C. Rentang respons
Rentang respons protektif diri
1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
D. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
preidisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk.Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiya atau saksi
penganiayaan.
2. Perilaku
E. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/pekerjaan dan kekerasaan merupakan faktor penyebab yang
lain. Interkasi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku
kekerasan.
F. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping allternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme
koping.Ancaman bunuh diri mungkin menujukkan upaya terakhir upaya
terkahir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatsi masalah.Bunuh
diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada
diri seseorang.
Objektif :
Implusif
Menujukkan perilaku yang
mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh)
Ada riwayat penyakit mental (depresi),
psikosis, dan penyalahgunaan alcohol
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit
kronis, atau penyakit terminal)
Pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier0
Status perkawinan yang tidak
haromins
J. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2014. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2014. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.