Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 Maret sampai dengan 28 Maret 2019

terhadap 28 orang responden dengan usia 1-12 bulan di Desa Pandak Bandung

Kediri Tabanan. Data yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh langsung dari responden penelitian melalui pengisian Kuisioner

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebelum dan setelah dilakukan terapi

pijat bayi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling,

dengan jumlah 28 bayi usia 1-12 bulan dengan persebaran jenis kelamin laki

laki sebanyak 19 orang dan perempuan sebanyak 9 orang, ini membuktikan

bahwa sebaggian besar bayi yang ada di Desa Pandak Bandung Kediri

Tabanan pada bulan Maret 2019 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan

usia, didapatkan bahwa karakteristik responden di Desa Pandak Bandung

Kediri Tabanan memiliki usia rata-rata 5 bulan dengan usia tertinggi 12 bulan

dan usia terendah 1 bulan.


1. Gambaran Kualitas Tidur pada Bayi Usia 1-12 Bulan Sebelum Pijat

Bayi di Desa Pandak Bandung Kediri Tabanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi pijat bayi,

frekuensi kualitas tidur yang paling banyak dialami responden adalah

kualitas tidur buruk yakni sebanyak 20 orang dengan presentase sebesar

71,4%. Hasil penelitian ini menandakan bahwa persentase responden yang

mengalami kualitas tidur buruk menempati proporsi tertinggi

dibandingkan dengan kategori kualitas tidur baik.

Penelitian Field (2002), menunjukan bahwa bayi yang dapat dipijat

mengalami peningkatan pada tonus vagus (saraf otak ke-10) yang akan

merangsang peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin.

Dengan demikian, proses penyerapan makanan akan menjadi lebih baik.

Itu sebabnya mengapa berat badan bayi dan anak yang dipijat meningkat

lebih banyak daripada bayi dan anak yang tidak dipijat.

Secara umum bayi memiliki waktu tidur yang bervariasi seperti pada bayi

baru lahir yang sehat sekitar 16-17 jam selama periode 24 jam, yang terdiri

atas beberapa serangan tidur pendek. Pada bayi usia satu minggu jumlah

tidurnya yaitu 16,5 jam per hari yang dibagi pada siang hari delapan jam

dan malam hari 8,5 jam. Pada bayi usia satu bulan jumlah tidurnya yaitu

15,5 jam per hari yang dibagi atas tidur siang tujuh jam dan tidur malam

8,5 jam. Semakin bertambahnya usia bayi, jam tidurnya juga semakin
berkurang. Total jumlah waktu tidur bayi usia 0-6 bulan berkisar antara

13-15 jam per hari. Pada umumnya bayi pada usia 3-12 bulan biasanya

tidur rata-rata 14 jam sehari dimana jumlah waktu tidur siang rata-rata

sebanyak dua kali selama 1-2 jam sedangkan waktu malam dihabiskan

rata-rata 11-12 jam (Sitiatava, 2009).

2. Gambaran Kualitas Tidur pada Bayi Usia 1-12 Bulan Sesudah Pijat

Bayi di Desa Pandak Bandung Kediri Tabanan

Setelah dilakukan pengukuran kualitas tidur pada seluruh responden,

peneliti melakunan tindakan berupa pijat bayi. Pijat bayi adalah terapi

sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Sentuhan dan

pandangan mata antara orang tua dan bayi mampu mengalirkan kekuatan

jalinan kasih sayang diantara keduanya yang merupakan dasar komunikasi

untuk memupuk cinta kasih secara timbal balik, mengurangi kecemasan,

meningkatkan kemampuan fisik serta rasa percaya diri (Aminati, 2013).

Pelaksanaan intervensi pijat bayi dilakukan dari tanggal 4 maret 2019

sampai dengan 28 maret 2019, dimana dalam satu minggu dilaksanakan 2

kali pemberian intervensi. Dalam pelaksanaan intervensi pijat bayi,

peneliti dibantu oleh beberapa orang yang sudah mengerti tentang pijat

bayi.
Hasil penilaian kualitas tidur yang didapat setelah dilakukan intervensi

pijat bayi didapatkan bahwa frekuensi responden yang mengalami kualitas

tidur baik sebanyak 17 orang dengan presentase sebesar 60,7% dan 11

orang responden atau sekitar 39,3% mengalami kualitas tidur buruk.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Irva (2014) dengan judul “Pengaruh

Terapi Pijat terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi”. Dalam penelitian

tersebut menggunakan sampel 24 bayi, dimana 17 bayi masuk dalam

kelompok eksperimen dan 17 bayi lmasuk dalam kelompok kontrol. Hasil

dalam penelitian ini didapatkan pada kelompok eksperimen terjadi

peningkatan berat badan bayi sebesar 700 gram setelah dilakukan

pemijatan selama 2 minggu dengan p-value sebesar 0,000 (p<0,05) yang

bermakna adanya peningkatan yang signifikan antara berat badan bayi

sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi pijat bayi.

Pada saat pemijatan akan meningkatkan pengeluaran hormon tidur yaitu

melatonin, dimanan hormon ini dapat membuat bayi memiliki pola tidur

yang teratur. Melatonin atau hormon tidur, dapat membantu mengontrol

ritme tubuh dan siklus tidur-bangun. Fluktuasi hormon ini bergantung

pada irama sirkadian (terang atau gelap). Adanya cahaya akan

menghambat pelepasan melatonin dari kelenjar pineal, oleh karena itu

sekresi hormon ini lebih banyak pada malam hari daripada siang hari.

Hormon ini disekresi secara teratur pada saat pemijatan bayi. Secara
farmakologi, sudah ada bukti bahwa tidur nyenyak sangat berhubungan

dengan mekanisme serotoninergik yaitu serotonin yang berfungsi sebagai

pengatur tidur, sistem serotonin yang berproyeksi ke nucleus suprakiasma

hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian (siklus tidur-bangun)

disaat kondisi bayi dalam keadaan terjaga dan aktif (Ratna dkk., 2013).

3. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur pada Bayi Usia 1-12

Bulan di Desa Pandak Bandung Kediri Tabanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,013 yang berarti

nilai p ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh terapi pijat bayi terhadap kualitas tidur pada bayi usia 1-12 bulan

di Desa Pandak Bandung Kediri Tabanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Touch

Research Institute Amerika oleh Tiffany Field yang menunjukkan bahwa

anak-anak yang dipijat selama 2x15 menit setiap minggunya dalam jangka

waktu empat minggu, tidurnya menjadi lebih nyenyak sehingga pada

waktu bangun konsentrasinya lebih baik daripada sebelum diberi

pemijatan (Roesli, 2013).

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Pamungkas (2016) dengan judul

“Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur 0-6 Bulan di

Puskesmas Kartasura”. Dalam penelitian tersebut menggunakan 40


sampel, yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pada bayi yang tidak mendapatkan

pijat bayi sebagian besar memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 15 bayi

(75%) dan sisanya 5 bayi (25%) memiliki kualitas tidur baik. Selanjutnya

pada kelompok bayi yang mendapatkan pijat bayi sebagian besar memiliki

kualitas tidur yang baik sebanyak 19 bayi (95%) dan satu bayi (5%) yang

memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil uji analisis didapatkan nilai p-

value 0,0001 yang berarti terdapat pengaruh pijat bayi dengan kualitas

tidur bayi.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan penelitian, peneliti belum meneliti

dan membuktikan semua faktor yang memengaruhi kualitas tidur pada bayi

berdasarkan penelitian lain, sehingga diperlukan penelitian lanjutan mengenai

penelitian serupa dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang dimaksud.

C. Implikasi terhadap Pelayanan, Pendidikan, dan Penelitian

1. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini memiliki implikasi terhadap pelayanan dimana penelitian ini

dapat menjadi acuan dan evidence based practice yang kemudian dapat

diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


2. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi pendidikan untuk

mengembangkan evidence based nursing khususnya mengenai terapi

komplementer untuk menangani kualitas tidur pada bayi.

3. Penelitian Keperawatan

Temuan peneliti dalam penelitian ini dapat menjadi acuan untuk

melakukan penelitian selanjutnya mengenai pijat bayi untuk meningkatkan

kualitas tidur bayi.

Anda mungkin juga menyukai