Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan keterlibatan yang diperoleh oleh

keluarga dan teman kepada remaja untuk mengatur dan merawat diri sendiri

(indanah, 2010). Dukungan sosial merupakan pertolongan dari keluarga,

teman atau lingkungan sosial di sekitarnya yang diterima remaja, sehingga

individu dihargai. Dukungan sosial dapat juga dianggap sebagai suatu kondisi

dipercaya seperti anggota keluarga, teman, saudara, atau rekan kerja.

Dukungan diberikan agar individu mengetahui bahwa orang lain juga

memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Widyanto Candra Faisalado,

2014).

a. Bentuk Dukungan Sosial

Dukungan dapat berupa verbal atau non verbal (Widyanto Candra

Faisalado, 2014). Dukungan verbal dapat berupa penyampaian informasi,

saran, nasihat, serta penghargaan. Sedangkan dukungan non verbal dapat

berupa sikap mendengarkan, memperhatikan, serta mengerti perasaan

seseorang. Konsep operasional dari dukungan sosial adalah perceived

support (dukungan yang dirasakan) yang memiliki dua elemen dasar

diantaranya adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana

seseorang dapat mengandalkanya saat dibutuhkan dan derajat kepuasan

8
9

terhadap dukungan yang ada. Dukungan dapat dibagi menjadi 4 bentuk

yaitu:

1) Dukungan penghargaan (Esteem support)

Bentuk dukungan penghargaan dapat diberikan melalui dorongan atau

persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu serta perbandingan

positif dengan individu lain. Dukungan pernghargaan ini dapat

membantu individu dalam meningkatkan harga diri, serta membangun

harga diri dan kompetisi.

2) Dukungan instrumental (Instrumental support)

Dukungan instrumental merupakan bentuk dukungan langsung dan

nyata. Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan materi yang

dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, barang,

makanan serta pelayanan. Dukungan ini dapat membantu individu

mengurangi tekanan karena dapat langsung digunakan untuk

memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi.

3) Dukungan informasional (Informational support)

Bentuk dukungan informasional adalah pemberian informasi terkait

dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai makhluk sosial, manusia

tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan orang lain. Dalam

berhubungan dengan orang lain, manusia mengikuti sistem komunikasi

dan informasi yang ada. Sistem dukungan informasi mencakup

pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan individu.


10

Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu untuk

mengenali dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

4) Dukungan jaringan (Network support)

Pemberian dukungan jaringan dapat membuat rasa anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial.

Dukungan ini melibatkan rasa kebersamaan satu sama lain serta

meningkatkan saling memiliki.

b. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Perilaku merokok pada remaja yang semakin meningkat,

meningkatkan resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan dan sosial

akibat merokok pada remaja. Faktor yang mempengaruhi remaja perilaku

merokok itu dari keluarga, lingkungan sekolah, dan kounitas teman sebaya.

c. Pengukuran Dukungan Sosial

Pada pengukuran variabel bebas, peneliti menggunakan kuisioner

dukungan sosial yang diadaptasi dari teori dukungan sosial Sarafino (2002)

kuesioner terdiri dari 20 item pernyataan. Kuisioner menggunakan Skala

likert, dimana terdapat 4 pilihan jawaban yaitu (SS) dengan nilai 3, (S)

dengan nilai 2, (KK) dengan nilai (1), (TP) dengan skor 0.

2. Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi adalah segala sesuatu

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Bakhtiar, 2010). Motif

atau motivasi berasal dari kata latin moreve berarti dorongan dari diri remaja
11

untuk bertindak atau berperilaku (Bakhtiar, 2010). Motivasi adalah suatu

alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Protection Motivation Theory (Priyoto, 2014) menyatakan

berperilaku kesehatan dikarenakan individu tersebut memiliki niat

berperilaku. Ada 4 kompenen yaitu self efficacy, efektivitas respon,

keparahan (severity), kerentanan (vulnerability).

a) Self efficacy

Memiliki arti percaya bisa merubah perilaku dirinya sendiri. Contoh “saya

percaya bahwa saya dapat merubah perilaku merokok saya”. Sedangkan

orang dengan self efficacy rendah maka memiliki keyakinan bahwa

dirinya akan gagal, sehingga akan mencoba menghindarinya dengan

bebagai cara.

b) Respon efektivitas

Merupakan kepercayaan individu bahwa perilaku direkomendsikan bisa

mengurangi bahaya. Respon ini secara efektif akan mempengaruhi

seseorang sesuai anjuran. Contoh “perubahan perilaku pada merokok saya

akan meningkatkan kesehatan saya.

c) Vulnerability

Kerentanan yang tidak diinginkan. Hal ini mengacu pada persepsi subjektif

seseorang tentang risiko kejadian negatif yang terjadi kepada mereka atau

kerawanan terserang suatu penyakit. Kerentanan ancaman. Contoh

“mungkin terserang penyakit kanker sangat tinggi”.


12

d) Severity

Tingkat kegawatan. Contoh “kanker adalah penyakit yang serius”.

Semakin menganggap tinggi tingkat keparahan dari suatu kondisi

kesehatan, atau hasil negatif lainnnya, maka tinggi pula niat seseorang

untuk mengikuti rekomendasi.

(1) Proses Motivasi

Proses motivasi (Bakhtiar, 2010) sebagai berikut: stimulus yang

diberikan organisme dapat diterima atau ditolak, apabila stimulus tersebut

tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi

perhatian individu dan berhenti disini.

Tujuan-tujuan,
Ketidakseimbangan insentif,atau imbalan-
motivasi internal: Perilaku imbalan
kebutuhan,
keinginan, dan
harapan
(expectancy) Umpan balik
(Feedback):
pengurangan
ketidakseimbangan:
Pemuasan kebutuhan,
harapan
Skema 2.1
Proses motivasi
(Sumber: Bakhtiar, 2010)

(2) Bentuk Motivasi

Memotivasi adalah proses untuk mempengaruhi tingkah laku

manusia. Menurut bentuknya motivasi dibagi menjadi 3 (Bakhtiar, 2010)

yaitu:
13

a) Motivasi intrinsik yaitu dorongan yang datang dari diri sendiri yaitu

rasa keterikatan pada aktivitas merokok. Faktor yang mempengaruhi

meliputi usia, pengetahuan, nilai dan persepsi, pengalaman. (Uno Hamzah,

2015).

Rokok dapat digolongkan berdasarkan banyaknya konsumsi dalam

sehari, yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi Perokok


Katagor Jumlah konsumsi rokok
i
Ringan 1 - 10 batang/hari

Sedang 11-20 batang/hari

Berat >20 batang/hari

(Sumber : Bustan, 2007)

Klasifikasi perokok dapat ditentukan oleh indeks Brinkman (IB) dengan

rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari (batang) x lama

merokok (tahun), dengan hasil ringan (0-199), sedang (200-599) dan

berat (>600).

b) Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar individu yaitu

lingkungan, individu melihat seseorang merokok kemudian individu

tertarik untuk merokok. dapat juga terjadi karena pergaulan. Faktor luar

yang mempengaruhi remaja termotivasi merokok yakni: 1) (Aula,

2010:38) pengaruh orangtua. lingkungan. Orangtuanya tidak

memperhatikan dan sering keras, ekonomi. Yang besar pengaruhnya

yaitu orangtuanya sendiri perokok berat, anak-anaknya ikut untuk

mencontohnya. 2) (Aula, 2010:38) pengaruh teman. Berbagai fakta


14

mengungkapkan, semakin banyak teman kita, maka akan semakin besar

kita menjadi perokok. Seringkali remaja laki-laki bertindak dengan

semaunya agar teman-tamannya mau menerima dan dijauhkan dari kata

‘bencong’. 3) faktor iklan. Melihat iklan di media cetak dengan

merokok itu adalah lambang kejantanan, membuat seseorang ikut iklan

tersebut. Iklan adalah media untuk menyampaikan informasi kepada

masyarakat terhadap suatu produk atau iklan (Ariyani, 2011:5).

Selain sensasi ketenangan, ada beberapa motivasi menghisap rokok

(Satiti, 2009) sebagai berikut :

a) Rokok sebagai kenikmatan

b) Rokok sebagai kebebasan

c) Menghisap sebagai pergaulan

d) Menghisap sebagai tanda persahabatan

e) Menghisap sebagai solidaritas

f) Menghisap rokok terlihat keren

g) Rokok sebagai kejantanan

(3) Pengukuran Motivasi

Dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang.

Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu

mengenai objek motivasi yang hendak diungkap. Pernyataan motivasi

berisi hal-hal yang positif mengenai objek motivasi, yaitu kalimat yang

bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar, 2011). Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang atau kelompok orang


15

tentang fenomena merokok. Dengan skala likert, maka sikap dijabarkan

menjadi suatu indikator. Indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

untuk menyusun item instrumen yang berupa pernyataan.

3. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan (Priyoto, 2014). Perilaku

adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan,

tanggapan dan jawaban, yang dilakukan seseorang (Risnawati, 2010).

Perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:

berjalan, berbicara, menangis, sekolah, merokok dan sebagainya. Dari uraian

ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo Soekidjo, 2012). Di dalam

proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut

antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar.

Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia,

karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang masuk

ke rangsang yang dihasilkan (Notoatmodjo Soekidjo, 2012).

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui

melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra

penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Faktor-faktor di dalam


16

pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yakni faktor intern dan

ekstern (Notoatmodjo Soekidjo, 2012).

a) Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan

sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.

b) Faktor ekstern berupa objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil

kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras

dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh

lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.

Tabel 2.2 Proses Perubahan Perilaku melalui Experiental


Proses Perubahan Definisi dan Contoh
Consciousness Raising (Peningkatan Usaha untuk mencari informasi baru dan
Kesadaran) memahami keuntungannya melalui
informasi, pendidikan dan umpan balik dari
perilaku yang bermasalah.
Contoh: saya ingat orang-orang informasi
yang telah memberi saya tentang cara untuk
berhenti merokok.
Drama Relief Perasaan takut, cemas, atau khawatir karena
perilaku tidak sehat, atau inspirasi perasaan
dan harapan ketika mereka mendengar
tentang bagaimana orang dapat mengubah
perilaku sehat.
Contoh: saya bereaksi secara emosional
terhadap peringata tentang merokok.
Environmental Reevaluation Menyadari bagaimana perilaku tidak sehat
(Evaluasi Lingkungan Kembali) mereka mempengaruhi orang lain dan
bagaimana mereka bisa memiliki efek yang
lebih positif dalam mengubah.
Contoh: saya menganggap pandangan
bahwa merokok dapat berbahaya bagi
lingkungan.
17

Sosial Liberation (Kebebasan Menyadari bahwa masyarakat yang lebih


Lingkungan) mendukung perilaku sehat.
Contoh: saya menemukan masyarakat yang
berubah dengan cara yang membuat lebih
mudah bagi bukan perokok.

Self Reevaluation (Kembali Menyadari bahwa perilaku sehat


Mengevaluasi Diri) merupakan bagian penting dari mereka.
Contoh: ketergantungan saya pada rokok
membuat saya merasa kecewa dalam diri
sendiri.
(Sumber : Priyoto, 2014)

Tabel 2.3 Proses Perubahan Melalui Perilaku


Proses Perubahan Definisi dan Contoh
Stimulus kontrol (Kendali Mengendalikan situasi dan penyebab lain
Rangsangan) yang memicu perilaku tidak sehat muncul
kembali orang lain dengan mengingat dan
isyarat yang mendorong perilaku yang
sehat sebagai pengganti bagi mereka yang
mendorong perilaku tidak sehat.
Contoh: saya menghapus hal-hal yang dari
rumah saya yang mengingatkan saya
merokok.
Helping Relationships (membantu Menemukan orang-orang yang mendukung
hubungan) perubahan mereka.
Contoh: saya memiliki seseorang yang
mendengarkan ketika saya perlu bicara
tentang merokok saya.
Counter Conditioning Mengganti cara berfikir tidak sehat
menjadi cara berfikir yang sehat.
Contoh: saya menemukan bahwa
melakukan hal-hal lain dengan tangan
saya adalah pengganti yang baik untuk
merokok.
Reinforcement Management Pemberian penghargaan kalau bisa berubah
(Manajemen Penguatan) perilaku sehat.
Contoh: saya beri hadiah sendiri ketika
saya tidak merokok.
Self Reevaluation (kembali Menyadari bahwa perilaku sehat
mengevaluasi diri) merupakan bagian penting dari mereka.
Contoh: ketergantungan saya pada rokok
18

membuat saya merasa kecewa dalam diri


saya.
Self liberation (pembebasan diri) Percaya pada kemampuan untuk bisa
berubah dan membuat komitmen bertindak
berdasarkan keyakinan itu.
Contoh: saya membuat komitmen untuk
tidak merokok.
(Sumber : Priyoto, 2014)

a. Pengukuran Perilaku

Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi

tentang indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan, sikap, dan

praktek berbeda (Priyoto, 2014). Untuk memperoleh data tentang

pengetahuan dan sikap cukup dilakukan melalui wawancara, baik

wawancara terstruktur, maupun wawancara mendalam, dan focus group

discussion (FGD) khusus untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk

memperoleh data praktik atau perilaku yang akurat adalah melalui

pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara

dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah

dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. Pengukuran sikap

berperilaku (Attitude Toward the Behavior)

1) Uji coba untuk mengidentifikasi perilaku terbuka, normal dan kontrol

perilaku.

Responden deskripsi dari sebuah perilaku dan diberi pertanyaan ilustrasi

seperti contoh dibawah. Tanggapan yang diperoleh digunakan untuk

mengidentifikasi keyakinan utama personal, yaitu keyakinan unik

tertentu yang dimiliki masing-masing partisipan dalam penelitian ini.

Selain itu juga digunakan untuk membuat daftar keyakinan utama yang
19

paling umum dalam populasi tersebut (modal salient beliefs). Daftar ini

dapat dijadikan dasar/landasan untuk menyusun kuesioner standar yang

digunakan dalam penelitian utama. Untuk memperoleh hasil dari

perilaku, partisipan dalam studi percobaan diberi waktu beberapa menit

untuk mengutarakan pemikiran mereka dalam menanggapi pertanyaan-

pertanyaan yang ada.

2) Pengukuran terhadap Perilaku (Behavioral Belief)

Kekuatan keyakinan dan evaluasi hasil untuk keyakinan terbuka yang

berbeda akan menyediakan informasi sebenarnya tentang pertimbangan

sikap yang menuntun orang dalam membuat keputusan apakah mereka

setuju atau tidak terhadap perilaku tersebut. Kekuatan keyakinan dan

evaluasi hasil juga dapat digunakan untuk memperoleh gabungan

keyakinan (belief composite) yang diasumsikan untuk menentukan sikap

terhadap perilaku sesuai dengan model harapan-nilai (Expectancy-value

model), seperti yang ditunjukan dalam persamaan dibawah ini :

Keterangan

A = sikap

Bi = behavior beliefs

Ei = evaluation outcome

3) Pengukuran (Norma Subyektif Norm)

Pengukuran dari kekuatan keyakinan normatif dan motivasi untuk

memenuhi keinginan orang yang berpengaruh menghasilkan gambaran

mengenai tekanan normatif pada populasi tersebut. Gabungan keyakinan


20

normatif secara keseluruhan diperoleh dengan menerapkan rumus

harapan-nilai (expectancy-value formula).

4) Pengukuran Kontrol dapat diterima (Perceived Behavioral Control)

Menghitung kemampuan dan kekuatan rata-rata dari keyakinan kendali

yang berbeda-beda memberikan gambaran mengenai faktor yang dilihat

sebagai pendukung atau penghalang kinerja perilaku.

4. Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang berupa membakar dan menghisap serta menimbukan asap yang

dapat terisap oleh orang-orang disekitarnya (Lestari & Purwadani, 2012).

Perilaku merokok dapat diamati secara langsung melalui aktivitas respon

orang terhadap rangsangan untuk merokok (Istiqomah, 2013).

Faktor penguat (reinforcing) perilaku merokok adalah perilaku

merokok keluarga, teman, guru dan iklan rokok di televisi. Faktor pemungkin

(enebling) perilaku merokok berupa ketersediaan rokok di lingkungan

sekolah siswa dan keterjangkauan uang saku siswa terhadap rokok

(Kurniasih, 2008). Perempuan dan laki-laki memiliki psiologi yang berbeda

dalam perilaku merokok, laki-laki merokok ketika mengalami emosi positif

sedangkan perempuan yang merokok biasanya memiliki perasaan negatif

(NTRC, 2016).

a. Tahapan Perilaku Merokok


21

Menurut Levental & Clearly dalam Mustikaningrum (2010) terdapat

4 seseorang menjadi perokok yaitu:

1) Tahap Persiapan

Remaja mendapatkan gambar mengenai merokok dengan cara melihat

dan mendengar dari orang lain. Hal tersebut menyebabkan minat remaja

untuk merokok.

2) Tahap Inisiasi

Pada tahap ini apakah remaja akan meneruskan atau tidak merokok.

3) Tahap Menjadi Perokok

Remaja mengkonsumsi rokok 1-4 batang per hari maka mempunyai

kecendrungan menjadi perokok.

4) Tahap Pemeliharaan

Pada tahap ini sudah menjadi bagian dari pengaturan diri remaja

perokok.

b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Syafiie (2009) ada 4 tipe perilaku merokok, yaitu:

1) Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

Rokok sebagai penambah kenikmatan yang sudah didapat, seperti

merokok setelah makan atau minum kopi.

2) Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif

Merokok saat marah, cemas dan gelisah.

3) Perilaku merokok yang adiktif


22

Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang.

4) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi

kebiasaan.

c. (Trim Bambang, 2006) Tempat Merokok Dibedakan Menjadi 2 yaitu:

1) Tempat – tempat umum atau ruang publik

a) Kelompok homogen (sama-sama perokok).

Secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya

mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka

menempatkan diri di area yang smoking area.

b) Kelompok yang heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang

tidak merokok, orang sakit, anak kecil)

Mereka yang berani merokok di tempat tersebut, tergolong sebagai

orang yang tidak mempunyai tata krama, dan tidak berperasaan.

2) Tempat-tempat yang bersifat pribadi.

a) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-

tempat seperti ini karena individu yang penuh dengan rasa gelisah

yang mencengkam dan kurang menjaga kebersihan diri.

b) Di toilet. Mereka yang memilih tempat seperti ini karena hanya untuk

ketenangan dan kurang menjaga kebersihan.


23

d. Dampak Perilaku Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tanpa disadari

remaja dapat merugikan diri sendiri dan orang lain yang berada

disekitarnya. Kerugian yang paling nyata akan dirasakan yaitu masalah

kesehatan. Masalah akan timbul akibat pengaruh bahan kimia yang ada

dalam rokok seperti nikotin, karbon monoksida dan tar (Mukuan, 2012:2).

Perilaku merokok pada remaja pada umumnya semakin meningkat sesuai

dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya

frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan adanya

ketergantungan nikotin. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan

kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan

selalu membutuhkan kadar nikotin yang selalu tinggi untuk mencapai

kepuasan dan ketagihannya (Mukuan, 2012:2). Octafrida (2011) membagi

dampak perilaku merokok menjadi 3 yaitu:

1) Pengaruh Terhadap Mata

Rokok merupakan penyebab penyakit katarak, yang terjadi di bagian

tengah lensa. Banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat

dalam asap rokok dapat merusak protein lensa (Muhibah, 2011).

2) Pengaruh Terhadap Gigi

Hubungan antara merokok berkaitan dengan penurunan fungsi saliva

yang berperan dalam proteksi gigi.

3) Penyakit Paru obstruktif kronik (PPOK)


24

PPOK sudah terjadi pada 18% perokok. Individu yang merokok

mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume In Second,

dimana kira-kira hampir 94% perokok beresiko menderita PPOK

(Saleh, 2011).

5. Dukungan Sosial dan Motivasi pada Remaja Perilaku Merokok

Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fenomena

yang muncul dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah

mengetahui dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan

tindakan merokok. Namun, sangat disayangkan karena tidak hanya

kebiasaan- kebiasaan yang baik saja yang ditiru, melainkan juga kebiasaan-

kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan merokok. Jika seseorang yang bukan

perokok ternyata hidup atau bekerja dengan seorang perokok, maka akan

kemungkinan terpengaruh merokok. Jadi, seseorang yang bukan perokok

akan mulai merokok dan mungkin juga sebaliknya, yaitu perokok

mengurangi frekuensi perilaku merokok.

Kelompok sosial menjadi kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi

kebiasaan merokok pada remaja. Gabungan faktor belajar observasi dan

dukungan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

kejadian merokok. Dapat disimpulkan masalah merokok pada remaja

merupakan bentuk masalah kesehatan yang bukan saja disebabkan oleh

perilaku remaja perokok tersebut, akan tetapi sangat dipengaruhi banyaknya

paparan untuk melakukan observation learning, dan kekuatan luar berupa

dukungan sosial (Priyoto, 2014).


25

Untuk menghentikan kebiasaan merokok, terdapat tahapan-tahapan

tertentu yang harus di lalui termasuk motivasi. motivasi merupakan suatu

wujud untuk siap melakukan perubahan yang mana dapat merangsang

kemauan tinggi. (periode awal seorang perokok siap untuk berusaha

berhenti merokok), tahap awal penghentian (periode beberapa minggu

untuk berhenti merokok setelah perokok berkomitmen untuk berhenti),

penghentian (periode dua minggu setelah berusaha berhenti merokok), dan

pemeliharaan (dua minggu setelah periode berhenti yang memfokuskan

pada pemeliharaan pantangan (Baker et al., 2011) dalam Garey (2016).

Namun sebagian besar tidak siap untuk berhenti dalam waktu 6 bulan

dikarenakan berbagai macam faktor nikotin. Kegagalan dalam upaya

berhenti merokok di dasari oleh kurangnya kesiapan individu tersebut

untuk mencapai tujuan sehingga dapat mempengaruhi motivasi. Motivasi

para perokok sangat dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan intervensi

berhenti merokok sesuai dengan metode yang sudah dipilih (Celik, 2013).

Remaja perilaku merokok sering ditemui dilingkungan sekolah

menengah pertama dimana kurangnya informasi tentang rokok, berdampak

bagi diri sendiri ataupun orang lain. Awalnya remaja merokok karena

adanya pengaruh dari keluarga, iklan, teman pergaulan. Dengan adanya

dukungan sosial yaitu orangtua yang sangat berpengaruh memberikan

informasi, gambaran pada remaja merokok sehingga temotivasi untuk

mengurangi perilaku merokok atau berhenti merokok remaja SMP baik

kelas VIII dan IX.


26

B. Kerangka Teori

Faktor yang
mempengaruhi

Keluarga,

lingkungan sekolah,

komunitas teman sebaya

Dukungan Sosial Motivasi


Dukungan penghargaan Motivasi intrinsik
Dukungann instrumental
Motivasi ekstrinsik
Dukungan informasional

Dukungan jaringan

Perilaku merokok Dampak

Tahap persiapan Pengaruh terhadap


mata
Tahap inisiasi
Pengaruh terhadap gigi
Tahap menjadi PPOK
perokok

Tahap pemeliharaan

Skema 2.2 Pengaruh Dukungan sosial Terhadap Motivasi Pada Remaja


Kelas VIII dan IX dengan Perilaku Merokok

Anda mungkin juga menyukai