Tentunya kita mengetahui bahwa untuk menjadi seorang tenaga
medis, kita tidak bisa bekerja secara individu atau sendiri-sendiri, namun harus saling bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya. Menurut Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Dr. F. Sri. Susilaningsih, MN, tidak ada satu profesi yang bisa menyelesaikan permasalahan pasien secara komplit, karena penanganan pasien harus utuh, berkualitas, dan memuaskan. Ini adalah pengalaman saya ketika menjalani operasi usus buntu pada bulan Maret 2018 lalu. Pengalaman ini saya gambarkan mengenai kerjasama dan kolaborasi tim kesehatan yang baik dalam melayani saya dari awal memasuki unit gawat darurat hingga menginjakkan kaki keluar rumah sakit. Pada malam itu, keadaan saya cukup parah dan butuh penanganan cepat dan dibutuhkan operasi secepatnya. Ketika saya datang, saya langsung dibawa ke unit gawat darurat dan suster segera memasang infus, padahal pada saat itu ayah saya masih mengisi data pada bagian administrasi. Biasanya beberapa rumah sakit tidak akan melakukan hal itu ketika belum selesai melakukan administrasi. Setelah ayah saya mengurus administrasi, beberapa saat kemudian dokter datang menghampiri saya dan melakukan berbagai pengecekan dan menyegerakan saya untuk melakukan tindak medis rontgen. Sekitar 15 menit kemudian, saya dibawa menuju ruang radiologi untuk dirontgen di bagian abdomen. Selanjutnya, saya segera dibawa masuk ke kamar rawat inap disambut oleh beberapa suster. Mereka membantu saya untuk berpindah ranjang, dan membantu saya untuk mandi. Kemudian suster mendata makanan yang saya sukai sesuai diet yang diperlukan, dan menyerahkannya kepada pihak catering. Pada malam itu juga, saya disuguhi bubur dan jus. Suster pun sangat rajin untuk mengecek keadaan saya dan dokter jaga juga secara rutin mengontrol keadaan saya. Ketika itu saya mengalami alergi dengan cairan infus golongan sephalosporin, saya langsung sesak nafas dan bengkak diseluruh tubuh. Saya memencet tombol darurat, dan suster segera menghampiri saya dan langsung mengganti cairan infus. Beberapa saat kemudian, saya kembali pulih. Keesokan harinya saya segera dioperasi, dokter bedah yang menangani saya sangatlah ramah sehingga sayapun tidak takut untuk melakukan operasi. Dari pengalaman saya ini, ada beberapa hal yang patut saya contoh. Kerjasama antar tim, baik itu dalam bidang kesehatan ataupun lainnya, selain itu juga penyampaian informasi yang baik antar profesi, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melayani pasien, juga sikap yang ditunjukkan setiap profesi terhadap pasien yang sangat ramah dan mengutamakan altruism. Sesuai dengan prinsip kolaborasi kesehatan menurut Canadian Medical Association pada tahun 2007, yaitu prinsip Patient-Centered Care yang memberikan pelayanan kesehatan pada pasien sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan pasien, juga pada prinsip Clear Communication. Prinsip ini menyatakan bahwa pentingnya komunikasi efektif didalam kolaborasi tim kesehatan untuk menjamin pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas.