Anda di halaman 1dari 21

Departemen Keperawatan Maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN GSR

“PENYAKIT TROFOBLAS GANAS”

DI RUANGAN AS-SALAM

RS YAYASAN WAKAF IBNU SINA MAKASSAR

OLEH :

NUR SYAHRAENY RAMLI


(21.04.018)

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(.......................................) (.........................................)

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT TROFOBLAS GANAS

A. Definisi

Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) adalah kelainan proliferasi trofoblas

pada kehamilan, berupa suatu spektrum tumor saling berhubungan tetapi dapat

dibedakan secara histologis. Penyakit trofoblas gestasional merupakan penyakit

yang terjadi yang terjadi pada saat kehamilan, penyakit ini terjadi pada sel-sel

trofoblas. Di dalam tubuh wanita, sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita ini

hamil. Dengan kata lain, penyakit ini adalah poliferasi atau perbanyakan sel

trofoblas yang berasal dari kehamilan. Trofoblas adalah jaringan yang pertama

kali mengalami diferensiasi pada masa embrional dini kemudian berkembang

menjadi jaringan ekstraembrionik dan membentuk plasenta yang merupakan

interfase janin maternal. Penyakit trofoblas dapat berupa tumor atau keadaan

yang merupakan predisposisi terjadinya tumor (Nurarif, 2015).

Penyakit trofoblas gestasional adalah sekelompok penyakit yang berasal

dari khorion janin. Terdiri dari molahidatidosa, mola invasif, koriokarsinoma

dan Tumor Trofoblastik Plasenta Site (PSTT) yang ditandai oleh poliferasi

jaringan trofoblastik yang abnormal. Molahidatidosa merupakan bentuk jinak

dari penyakit trofoblas gestasional dan dapat mengalami transformasi menjadi

bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma (Nurarif, 2015).


B. Etiologi

Penyebab dari Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) antara lain: (Nurarif,

2015)

1. Penyebab yang pasti tidak diketahui

2. Para peneliti riset meyakini bahwa penyakit trofoblas gestasional berkaitan

dengan kondisi ibu yang buruk, khususnya asupan protein dan asam folat

yang kurang, ovum yang cacat, kelainan kromosom atau gangguan

keseimbangan hormonal

3. Pada 50% pasien koriokarsinoma memiliki riwayat hamil mola

4. Pada 50% lainnya penyakit tersebut biasanya didahului oleh abortus spontan

atau abortus yang diinduksi, kehamilan ektopik atau kehamilan normal.

C. Klasifikasi

Klasifikasi Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) sebagai berikut:

(Bulechek, 2015)

1. Lesi Molar

a. Molahidatidosa

Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang

tidak sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan villi

vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas proliferatife

tidak normal. Molahidatidosa terdiri dari: molahidatidosa komplit dan

parsial; perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan morfologi,

gambaran klinikopatologi, dan sitogenik.


1) Molahidatidosa komplit adalah hasil kehamilan tidak normal tanpa

adanya embrio-janin, dengan pembengkakan hidropik villi plasenta

dan seringkali memiliki hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan.

Pembengkakan villi menyebabkan pembentukan sisterna sentral

disertai penekanan jaringan penghubung matur yang mengalami

kerusakan pembuluh darah

2) Molahidatidosa parsial adalah hasil kehamilan tidak normal dengan

adanya embrio-fetus yang cenderung mati pada kehamilan dini,

dengan pembentukan sisterna sentral pada plasenta akibat

pembengkakan fokal villi korialis, dan disertai hiperplasia trofoblastik

fokal yang seringkali hanya melibatkan sinsitiotrofoblas. Villi yang

tidak terpengaruh memberikan gambaran normal dan pembuluh darah

villi korialis menghilang bersamaan dengan kematian janin.

b. Mola Invasif

Mola invasif adalah suatu tumor atau proses menyerupai tumor yang

menginvasi miometrium dan memberikan gambaran hiperplasia

trofoblastik serta struktur villi plasenta menetap. Tumor ini dapat

mengalami metastatis tetapi tidak menunjukkan perkembangan ke arah

keganasan dan dapat mengalami penyembuhan spontan.

2. Lesi Nonmolar (Neoplasia Trofoblastik Gestasional + NGT)

a. Koriokarsinoma

Koriokarsinoma adalah suatu karsinoma yang berasal dari epitel trofoblas

dan menunjukkan gambaran bagian sitotrofoblas dan sinsitotrofoblas.


Tumor ini dapat berasal dari hasil konsepsi berupa kelahiran hidup,

kelahiran mati, abortus, kehamilan ektopik, atau molahidatidosa, ataupun

timbul ab initio

b. Placental Site Trophoblastic Tumor (PSTT)

Adalah suatu tumor yang berasal dari trofoblas atau pembuluh darah

plasenta dan terutama terdiri dari sel-sel sitotrofoblas. Tumor ini

mencakup lesi keganasan stadium rendah dan tinggi

c. Tumor Trofoblastik Epiteloid

Tumor trofoblastik epiteloid lebih sering berhubungan dengan riwayat

kehamilan aterm daripada riwayat kehamilan mola. Tumor ini

berkembang dari perubahan neoplastik sel-sel trofoblas intermediate tipe

korionik

D. Patofisiologi

Sel-sel villi trofoblastik pada kelainan ini akan mengakibatkan

peningkatan ukuran yang cepat daan terisi dengan cairan. Sel trofoblas terletak

cincin sebelah luar blastoksit (struktur yang terbentuk lewat pembelahan sel

pada sekitar hari ke-3 hingga ke-4 pasca fertilisasi). Sel-sel ini pada akhirnya

akan menjadi bagian dari struktur yang membentuk plasenta dan selaput janin.

Ketika mulai berdegenerasi, sel-sel tersebut akan terisi cairan. Sel trofoblastik

menjadi edematous dan gambarannya berupa vesikel yang terlihat sebagai

kumpulan buah anggur. Sebagai akibatnya, embrio tidak dapat berkembang

melewati tahap primitif awal (Bulechek, 2015)).


E. Manifestasi Klinis

1. Pembesaran uterus yang tidak proporsional; kumpulan seperti buah anggur

mungkin ditemukan dalam vagina pada pemeriksaan pelvis (VT; vaginal

touncher)

2. Nausea dan vomitus yang berlebihan

3. Perdarahan per vaginam yang intermiten atau terus-menerus dengan darah

yang berwarna merah cerah atau kecoklatan pada minggu kehamilan ke 12

4. Keluarnya jaringan yang menyerupai kumpulan buah anggur

5. Gejala hipertensi gestasional yang timbul sebelum minggu kehamilan ke 20

6. Tidak terdengarnya bunyi jantung janin

7. Nyeri perut

8. Batuk darah

9. Melena

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan radioimmunoassay menunjukkan kenaikan hCG yang ekstrim

pada awal kehamilan.

2. Pemeriksaan histology terhadap vesikel akan membantu konfirmasi

diagnosis

3. Ultrasonografi yang dilakukan sesudah kehamila bulan ke 3 akan

memperlihatkan kumpulan mirip buah anggur dan bukan janin; skeleton

janin tidak terdeteksi dengan pemeriksaan USG; dan gambar USG

menunjukkan pola mirip serpihan salju


4. Kadar hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah sel darah merah (eritrosit);

prothrombin time, partial thromoplastin time, kadar fibrinogen dan hasil

pemeriksaan fungsi hati serta renal semuanya menunjukkan nilai yang

abnormal

5. Hitung leukosit dan laju endap darah mengalami peningkatan

G. Penatalaksanaan

1. Melakukan tindakan induksi abortus jika abortus spontan tidak terjadi

2. Perawatan tindak lanjut sangat penting karena peningkatan risiko

koriokarsinoma

3. Monitoring kadar hCG seminggu sekali dilakukan sampai kadar tersebut

tetap normal selama 3 minggu berurutan

4. Pemeriksaan tindak lanjut secara periodik selama 1 hingga 2 tahun

5. Pemeriksaan VT dan foto rontgen thorax dengan interval teratur

6. Dukungan emosional bagi pasutri yang berduka karena kehilangan bayinya

dan masa depan obstetrik serta medis yang tidak menentu

7. Menghindari kehamilan sampai kadar hCG normal kembali (dapat

memerlukan waktu sampai 1 tahun)

H. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan hebat hingga

menyebabkan syok dan pada kondisi yang lebih lanjut dapat menjadi

kariokarsinoma.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi: nama, umur,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan

ke-, lamanya perkawinan dan alamat

2. Keluhan Utama

Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam

berulang.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah sakit atau pada saat pengkajian

seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih

besar dari usia kehamilan

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan yang

dilakukan, kondisi klien pada saat ini

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Yang dapat dikaji mellaui genogram dan dari genogram tersebut dapat

diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang

terdapat dalam keluarga


6. Riwayat Kesehatan Reproduksi

Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,

bau, warna dan adanya disminorhe serta kaji kapan menopause terjadi,

gejala serta keluhan yang menyertainya

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat

ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya

8. Riwayat Seksual

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan

serta keluhan yang menyertainya

9. Riwayat Pemakaian Obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis

obat lainnya

10. Pola aktivitas sehari-hari

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),

istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit

11. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya

terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan

penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain:

- Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase
- Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan

- Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya

keterbatasan fisik, dan seterusnya

b) Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan

jari

- Sentuhan; merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi

uterus

- Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor

- Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal

c) Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketuka langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ

atau jaringan yang ada di bawahnya

- Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi

- Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut

apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak


d) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang

terdengar.

Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada

untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung

janin

B. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit Nutrisi

Penyebab:

- Ketidakmampuan menelan makanan

- Ketidakmampuan mencerna makanan

- Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

- Peningkatan kebutuhan metabolisme

- Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)

2. Intoleransi aktivitas

Penyebab:

- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

- Tirah baring

- Kelemahan

- Imobilitas

- Gaya hidup monoton

3. Hipovolemia
Faktor Risiko:

- Kehilangan cairan secara aktif

- Gangguan absorpsi cairan

- Status hipermetabolik

- Kekurangan intake cairan

4. Nyeri akut

Penyebab:

- Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)

- Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

- Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, trauma, dll)

5. Ansietas

Penyebab:

- Krisis situasional

- Kebutuhan tidak terpenuhi

- Ancaman terhadap konsep diri

- Ancaman terhadap kematian

- Disfungsi sistem keluarga

6. Resiko infeksi

Faktor resiko:

- Prosedur infasif

- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

- Malnutrisi

- Imunosupresi
C. Intervensi

1. Defisit Nutrisi

NOC:

- Nutritional status

- Nutritional status: food and fluid

- Intake

- Nutritional status: nutrient intake

- Weight control

Kriteria hasil :

a. Turgor baik, intake dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan

menelan, , BB meningkat.

b. Porsi makan dihabiskan

NIC:

Nutrition Management

a. Kaji faktor penyebab

Rasional: Adanya nyeri dapat menurunkan nafsu makan

b. Ketahui makanan kesukaan pasien

Rasional: Meningkatkan nafsu makan

c. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

Rasional: Untuk mengetahui intake klien

d. Timbang pasien pada interval yang tepat

Rasional: Penurunan BB mengindikasikan nutrisi kurang


e. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana

memenuhinya

Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi klien

f. Berikan makanan dalam porsi sedikit tetapi sering dengan makanan yang

bervariasi

Rasional: Meningkatkan intake nutrisi klien

g. Kolaborasi pemberian obat antiemetik dan atau analgesik sebelum makan

atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.

Rasional:Meningkatkan nafsu makan klien

2. Intoleransi Aktivitas

NOC:

- Self Care : ADLs

- Toleransi Aktivitas

- Konservasi Energi

Kriteria Hasil:

- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi, dan RR

- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secar mandiri

- Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC:

a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

Rasional: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas
b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

Rasional: menjadi dasar dalam penentuan intervensi selanjutnya

c. Monitor nutrisi dan sumber energi adekuat

Rasional: mengetahui status nutrisi klien

d. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

Rasional: mengetahui tingkat kelelahan yang dialami klien serta tingkat

emosinya

e. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

Rasional: perubahan tanda-tanda vital menunjukkan adanya peningkatan

atau penurunan kerja jantung

f. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Rasional: mengetahui pola tidur sebelum dan selama sakit

3. Hipovolemia

NOC:

- Fluid balance

- Hydration

- Nutritional status : food and fluid intake

Kriteria Hasil:

- Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB

- Tabda-tanda vital dalam batas normal

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastis turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

- Elletrolit, Hb, Hmt dalam batas normal


NIC:

a. Pertahankan cairan intake dan output yang akurat

b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ostostatik), jika diperlukan

c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN< Hmt,

osmolitas urin, albumin, total protein)

d. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam

e. Kolaborasi pemberian cairan IV

f. Monitor status nutrisi

g. Berikan cairan oral

4. Gangguan rasa nyaman: nyeri

NOC :

- Pain level

- Pain control

- Comfort level

Kriteria hasil:

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC :
Pain management

a. Monitor tanda-tanda vital, observasi kondisi umum pasien dan keluhan

pasien.

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien.

b. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Rasional : tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala

nyeri

c. Berikan alternatif tindakan kenyamanan. Contoh : pijatan, perubahan

posisi, relaksasi, nafas dalam, imajinasi dan sentuhan terapeutik.

Rasional : Meningkatkan sirkulasi perifer.

d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi,

distraksi, kompres hangat/ dingin

Rasional : Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.

e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik

Rasional : merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik

berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

5. Ansietas

NOC:

- Kontrol kecemasan

- Koping

Kriteria Hasil:

- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas

- Vital sign dalam batas normal

- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC:

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan

Rasional: Klien mudah untuk mengungkapkan kecemasan.

b. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

Rasional: Klien dapat memahami penyakitnya

c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

Rasional: Klien mampu memahami penyakitnya dan tindakan yang akan

dilakukan.

d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

Rasional: Membuat klien merasa aman

e. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

Rasional: Dukungan dari keluarga dapat membuat klien lebih tenang dan

optimis

f. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

Rasional : Teknik relaksasi dapat menurunkan kecemasan

g. Dengarkan dengan penuh perhatian

Rasional: Klien merasa diperhatikan


h. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

Rasional: Memudahkan menghilangkan kecemasan

i. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

Rasional: Perasaan cemas akan berkurang ketika telah diungkapkan.

j. Kolaborasi : Pemberian obat anti cemas

Rasional: Mengurangi kecemasan

6. Resiko Infeksi

NOC:

- Immune Status

- Knowledge: Infection Control

- Risk Control

Kriteria Hasil:

- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

- Jumlah leukosit dalam batas normal

NIC:

a. Pertahankan teknik aseptik

b. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudahn tindakan keperawatan

c. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

d. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

e. Tingkatkan intake nutrisi

f. Berikan terapi antibiotik

g. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


h. Monitor adanya luka

i. Dorong masukan cairan

j. Dorong istirahat

k. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

l. Kaji suhu badan pasien neutropenia setiap 4 jam


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). USA:


Elsevier.
Moorhead, Sue dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA:
Elsevier.
Nurarif A, H, dkk. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 1-3. Mediaction Jogja: Jogjakarta.
2015
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat: Jakarta. 2017

Anda mungkin juga menyukai