Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Pada awal berkembangnya keperawatan, keperawatan tidak mendapat

pengakuan sebagai disiplin ilmu atau sebuah profesi. Sampai pada tahun 1950

keperawatan muncul sebagai disiplin ilmu yang mana ilmu tersebut masih

mempunyai dasar, prinsip dan tradisi yang didapatkan dari pendidikan magang dan

masih dengan landasan teori konvensional. Pada masa transisi adalah masa sejarah

yang berkelanjutan karena ilmu pengetahuan tentang keperawatan mulai

berkembang dan menjadi dasar praktik keperawatan. Pada masa selanjutnya ilmu

keperawatan semakin berkembang dengan pesatnya dan mempunyai dampak

peningkatan tingginya hasil research dari ilmuwan keperawatan yang mulai diakui

sebagai dasar teori keperawatan dan terus dikembangkan lebih lagi sebagai acuan

kurikulum dan panduan bagi kemajuan praktik dalam keperawatan. Teori

keperawatan sangat penting sekali untuk praktik keperawatan maupun disiplin ilmu .

Teori keperawatan berkembang berdasarkan pada pengetahuan ilmu tentang

keperawatan dan bukan berdasarkan dari ilmu pengetahuan lain. Teori yang muncul

adalah hasil karya atau teori yang muncul atas usaha dari seorang individu yang

melakukan penelitian atau mempraktekkan tindakan keperawatan pada seorang

pasien. Teori ilmu atau filosofi ilmu dapat digunakan sebagai pandangan dasar atau

pedoman dasar untuk melakukan pengkajian tentang penyebab dan landasan yang

mendasari realita serta keingintahuan tentang gambaran sebuah fenomena yang

sedang terjadi disekitar kita .

Filosofi atau falsafah keperawatan meliputi empat konsep dasar dari meta

paradigma keperawatan yang saling berhubungan dan berkelanjutan serta terdiri

dari aspek kesehatan, manusia, keperawatan dan lingkungan. Perawat harus

mempunyai pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan secara holistik


mengingat seorang individu memiliki ciri – ciri yang berbeda – beda dengan

kelompok komunitas yang berbeda pula. Teori keperawatan ini memberika sebuah

kerangka kerja sebagai dasar perawat dalm memberikan asuhan keperawatan

(Snowden, S. et al, 2014).

Teori dasar keperawatan yang dapat di praktikkan dalam dunia keperawatan

disebut dengan practice theory atau micro theory. Salah satu contoh teori praktek

keperawatan adalah teori comfort atau teori kenyamanan dari Katharine Kolcaba.

Teori dari Kolkaba dapat dipraktekkan pada keperawatan dengan terpenuhinya

kebutuhan kenyamanan pada fase relief, ease, dan transcendence dan yang

terpenuhi pada konteks fisik, psikospiritual,sosiokultural dan lingkungan . Teori dari

Katharine Kolcaba sering sekali digunakan pada praktik keperawatan yang salah

satunya diaplikasikan untuk perawatan luka gangren pada pasien dengan diabetes

melitus.

Pada pasien dengan diabetes melitus yang diberikan tindakan perawatan luka

gangren, pasien sering mengeluh nyeri dan merasa kurang nyaman dengan luka

yang dideritanya. Di dunia ini nyeri adalah masalah yang paling utama yang menjadi

dasar utama diagnosa keperawatan maupun diagnosa medis. Nyeri dapat

dibedakan sesuai dengan kondisi yang sangat mengancam dan dengan lama waktu

yang menyertai. Nyeri dibedakan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Keduanya sama – sama menimbulkan sensai ketidaknyamanan yang

mempengaruhi individu yang sedang mengalami nyeri. Nyeri akut dan nyeri kronis

memiliki penanganan yang sangat berbeda – beda sesuai dengan tingkat nyeri dan

karakteristik nyeri. Penanganan nyeri akut yang terjadi pada penderita bila tidak

segera ditangani akan berkembang menjadi nyeri kronis . Banyak sumber yang telah

mengkaji dan mengembangkan teori Comfort Kolcaba dalam praktik keperawatan.


Dengan demikian makalah ini dibuat untuk mengidentifikasi dan untuk

mengimplementasikan teori Comfort Kolcaba untuk mengurangi nyeri pada tindakan

perawatan luka gangren pasien dengan diabetes melitus.

Rumusan masalah

Bagaimana konsep teoritis dan aplikasi teori Comfort yang dikembangkan untuk

mengurangi nyeri pada tindakan perawatan luka gangren pasien dengan diabetes

melitus.

Tujuan

- Mengetahui konsep teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine

Kolcaba
- Mengetahui konsep nyeri pada perawatan luka gangren pasien dengan

diabetes melitus
- Mengetahui aplikasi moderen dresing yang dikembangkan dalam perawatan

luka gangren pada pasien dengan diabetes melitus

Tinjauan Pustaka
Teori Comfort Katharine Kolcaba

Teori konseptual dari Kolcaba ini adalah teori comfort yang mengikuti konsep –

konsep dasar seperti kebutuhan pelayanan kesehatan, intervensi keperawatan,

penekanan kenyamanan pada pasien. Perawat mempunyai peranan yang sangat

penting bagi pasien dalam mengurangi rada nyeri yang sedang dialami oleh pasien .

Disaat individu mengalami ketidaknyamanan dalam hal kesehatan mereka akan

mencari pelayanan kesehatan guna menghilangkan rasa tidak nyaman bagi

kesehatan dirinya. Bagi institusi kesehatan yang memberikan pelayanan

kenyamanan terkait kesehatan yang maksimal sehingga individu merasa nyaman

dan puas akan berdampak pada institusi tersebut .

Comfort adalah suatu konsep teori yang berhubungan kuat dalam praktik

keperawatan. Dalam konsep teorinya kolcaba mengkolaborasikan 3 teori

keperawatan sebelumnya. Dalam hal ini kolcaba meidentifikasikan serta

menganalisis jenis kenyamanan, adapaun ketiga konsep itu adalah

Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut :

a. Relief (kelegaan), suatu keadaan dimana individu (pasien) merasa

kebutuhnya ringan akibat intervensi dari perawat atau dengan kata lain

kebutuhan pasien terpenuhi hal ini merupakan hasil penelitian dari Orlando

(1961).
b. Ease (ketentraman), suatu keadaan yang tenang dan kesenangan. Pada tipe

ini Kolcaba mendefisikan dari hasil penelitian Handerson (1966). Pada

penelitian Handerson mendiskriptifkan terkait 13 fungsi dasar manusia terkait

adaptasi yang harus di capai.


c. Transedence (transendensi), merupakan hasil penelitian dari Paterson dan

Zderad (1975), pada penjelasannya perawat mampu mengatasi masalah

kesehatan atau kesulitan pasien.


Kolcaba kemudian menjelaskan konteks kenyamanan diatas menjadi

beberapa hal berikut :


a. Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh.
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga

diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap

kebutuhan lebih tinggi.a


c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.
d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan

sosial.

Adapun konsep tersebut dapat di lihat dalam struktur toksomoni kenyaman, pada

gambar 2.1

Gambar 1.2 Struktur Taksonomi Kenyamanan

Dalam teorinya Kolcaba memberikan konsep teori kenyamanan, konsep ini

menjelaskan bagaimana kebutuhan perawatan kesehatan hingga praktek terbaik

dan kebijakan terbaik


Health Care needs merupakan kebutuhan comfort yang berkembang dari situasi stress dalam

asuhan kesehatan yang tidak dapat dicapai dengan sistem dukungan penerima secara umum

(tradisional). Kebutuhan manusia dapat berupa kebutuhan fisiologis, psikospritaul, sosiokultural, atau

lingkungan

Nursing intervention merupakan intervensi keperawatan untuk memberikan rasa nyaman

kepada mereka yang membutuhkan, dengan tujuna memberikan kenyamanan meliputi fisiologis,

sosial, ekonomi, psikologis, lingkungan dan intervensi fisik.

Intervening variabel : merupakan beberapa kontent atau faktor yang berdampak apda

penerimaan mengenai kenyamanan yang sepenuhnya, hal ini mencakup pengalaman sebelumnya,

usia, sikap, status emosional, latar belakang budaya, sistem pendukung, prognosisi, ekonomi edukasi,

dan keseleruhan elemen lainya dari pengalaman penerima

Enhanced Comfort (rasa nyaman) intervensi yang di berikan oleh perawat telah membuat

individu (penerima) merasa nyaman


Perilaku mencari bantuan: tujuan hasil yang ingin dicapai tentang makna sehat yakni sikap

penerima berkonsultasi mengenai kesehatanya dengan perawat.

Pendapat – pendapat yang dikemukakan dan terus di kembangkan oleh

Kolcaba bahwa kenyamanan adalah sebuah konsep teori yang berkaitan erat

dengan dasar ilmu keperawatan. Perawat harus dapat memfasilitasi kenyamanan

kepada pasien dan anggota keluarganya untuk memberikan tindakan dengan skala

pengukuran kenyamanan. Tindakan intervensi yang telah difasilitasi oleh perawat

dapat memperkuat rasa percaya diri pasien dan keluarga seperti mereka

mendapatkan kenyamanan dalam keluarga mereka yang berada dirumah sendiri.

Tindakan pelayanan kesehatan dapat memperkuat dan memberikan rasa percaya

diri pada pasien yang melibatkan perilaku baik yang dilakukan oleh perawat .

Teori kenyamanan dibagi menjadi empat aspek menurut Kolcaba yaitu

fisiologis, psikospiritual,sosiokultural dan lingkungan. Dari aspek – aspek tersebut

akan dibandingkan dengan tiga jenis kenyamanan yaitu relief, ease, dan

transcendence akan membentuk suatu struktur yang disebut dengan struktur

taxonomi yang menjelaskan tentang kompleksitas yang menjadi tujuan utama dari

teori tersebut. Penggunaan dari struktur taxonomi dari kenyamanan pada gambar

dibawah ini adalah sebagai dasar yang dapat digunakan untuk pengembangan

sebuah kuesioner tentang kenyamanan secara holistik dan umum untuk

mendapatkan hasil pengukuran kenyamanan menggunakan sample rumah sakit dan

partisipan yang berasal dari komunitas. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam

hal ini item positif dan negatif harus dikembangkan secara berimbang pada setiap

aspek pada kotak yang tersedia .


Pada teori comfort terdapat tiga kategori intervensi yaitu intervensi standar

kenyamanan (standard comfort interventions), pembinaan (coaching), dan

kenyamanan makanan untuk jiwa (comfort food for the soul) (Snowden, S. et al,

2014). Masing-masing kategori intervensi dijelaskan dibawah ini:

Standard comfort interventions: Adalah cara yang digunakan untuk membantu

pasien dalam mempertahankan dan mendapatkan tingkat kemampuan fisik yang

sebelumnya dan dapat menghambat dan mendeteksi ketidaksiapan dan komplikasi

yang muncul pada pasien. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana perawat

memberikan tindakan intervensi termasuk memantau dan bertanggung jawab pada

perubahan yang terjadi pada tanda – tanda vital, menyakinkan pasien untuk

mendapatkan analgesik yang dapat mengurangi sensasi rasa nyeri dan pasien

dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang dibantu oleh

pemantauan dari perawat .

Coaching : Tindakan keperawatan yang dapat membantu pasien dalam

menangani kondisi sehat maupun sakit secara efektif, menyiapkan untuk perbaikan

dan menghadapi kematian dengan damai. Dalam hal ini peran perawat sangat

dibutuhkan sebagai pendengar yang aktif, memberikan respon yang baik dan

memberikan keyakinan pada pasien mengenai masalah yang dialami oleh pasien .

Comfort food for the soul: Adalah tindakan intervensi keperawatan yang

diberikan perawat menggunakan terapi terapeutik, perawat dapat menciptakan

lingkungan yang tenang dan damai, setra dapat memberikan tindakan intervensi

guided imagery. Dalam praktik nyata Kolcaba berpendapat bahwa tindakan asuhan

keperawatan ini sering sekali terlewati dan tidak dilakukan dengan baik. pada

kenyataannya tindakan asuhan keperawatan ini memberikan dampak yang sangat

penting dalam membantu pasien untuk mengatasi banyak pengalaman yang tidak
menyenangkan atau masalah – masalah yang sedang dihadapi oleh pasien di dalam

lingkungan perawatan kesehatan .

Konsep Nyeri

Secara garis besar nyeri adalah suatu perasaan terhadap pengalaman

sensori yang tidak menyenangkan yang mempengaruhi ketidaknyamanan karena

terjadinya kerusakan jaringan akibat dari adanya cedera, kecelakaan, maupun

tindakan medis yang telah dilakukan . Definisi lain menyebutkan bahwa nyeri dapat

diartikan sebagai keadaan yang dapat mempengaruhi ketidak nyamanan seorang

individu bila seseorang tersebut mengalaminya . Jadi dapat disimpulkan bahwa

nyeri adalah suatu dasar sensasi ketidaknyamanan berhubungan dengan tubuh

yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang sedang dirasakan oleh seorang

individu.

Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensasi rasa, emosional dan

sensorik yang tidak menyenangkan dan muncu akibat dari kerusakan jaringan

dengan serangan tiba – tiba atau secara dengan intensitas ringan hingga berat

dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan. Sedangkan nyeri kronik dapat didefinisikan

sebagai nyeri yang sedang berlangsung selama 6 bulan atau lebih dengan intensitas

ringan hingga berat .

Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri pada seseorang individu meliputi :

 Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap sensasi rasa nyeri terutama pada anak dan

orang dewasa. Pada anak – anak sangat sulit untuk memahami dan

menggambarkan rasa nyeri yang sedang dirasakan secara rinci. Pada anak – anak

belum bisa mengungkapkan rasa nyeri secara baik sehingga sebagai perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Sedangkan pada orang dewasa nyeri yang

sedang dirasakan dapat diungkapkan pada perawat melalui keluhan, ekspresi wajah

yang menggambarkan nyeri yang sedang dirasakan.

 Budaya

Budaya sangat mempengaruhi cara seorang individu dalam mengatasi nyeri yang

sedang diirasakannya. Keyakinan dan nilai – nilai luhur dalam suatu daerah masih

menggunakan cara tradisional yang diajarkan oleh leluhurnya.

 Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu menjadi suatu faktor yang mempengaruhi penanganan nyeri

selanjutnya. Penanganan nyeri yang tidak baik akan mengakibatkan seorang

individu lebih merasa ketakutan terhadap rasa nyeri yang akan datang. Berbeda

dengan individu yang mempunyai pengalaman masa lalu terhadap nyeri

mendapatkan penanganan dengan baik maka individu akan mampu mentoleransi

rasa nyeri dengan baik .

 Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat mempunyai peran penting dalam mempengaruhi respon

terhadap nyeri. Pada anak – anak kehadiran orang tua sangat berpengaruh penting

untuk memberikan perlindungan maupun rasa nyaman terhadap anak.

 Batasan Karakteristik nyeri

Batasan karakteristik nyeri dibedakan menjadi afektif yaitu seperti rasa gugup,

khawatir, rasa takut dan rasa cemas. Perilaku dipengaruhi oleh perilaku yang sangat

berhati – hati, kontak mata terhadap perawat berkurang, gelisah. Sedangkan pada
kognitif dipengaruhi oleh objektif, gemetaran atau tremor pada tangan pasien,

peningkatan tanda – tanda vital seperti nadi dan respirasi, keringat dingin yang

muncul secara tiba – tiba.

 Perawatan Luka dengan Modern Dressing

Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cidera atau pembedahan medis

yang dilakukan. Luka yang dialami pada pasien dapat di klasifikasikan berdasarkan

sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka berdasarkan sifat dapat

dibedakan menjadi abrasi, kontusio, insisi,laserasi, luka terbuka, luka puncture.

Sedangkan berdasarkan klasifikasi meiputi superfisial yang telah melibatkan lapisan

teratas atau lapisan dermis. Berdasarkan proses penyembuhan, luka dapat

dikategorikan menjadi tiga yaitu penyembuhan luka primer. Penyembuhan luka

primer adalah tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan luka bersih dan tidk ada

jaringan yang hilang. Biasanya tipe ini adalah luka insisi. Penyembuhan luka

sekunder adalah hilangnya bagian jaringan, proses penyembuhan dimulai dari

pembentukan jaringan granulasi di dasar luka. Dan yang terakhir adalah delayed

primary healing ditandai dengan penyembuhan luka yang berlangsung lambat,

sering terdapat infeksi dan diperlukan penutupan secara manual .

Penyembuhan luka

Berdasarkan penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi akut dan kronis.

Luka dikatakan akut bila penyembuhan luka terjadi dalam 2 sampai 3 minggu.

Sedangkan pada luka kronis adalah luka yang tidak terdapat tanda – tanda sembuh

dalam jangka lebih dari 4 sampai 6 minggu. Proses penyembuhan luka sendiri ada

tiga fase yaitu inflamasi, epitelisasi dan fase maturasi .

Pada fase inflamasi :

- Hari ke 0 sampai hari ke 5


- Respon segera setelah terjadi injuri berupa bekuan darah untuk mencegah

kehilangan darah
- Fase awal terjadi hemostasis
- Fase akhir terjadi fagositosis.
- Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

Fase proliferasi atau epitelisasi

- Hari ke-3 sampai 14.


- Disebut juga fase granulasi karena ada nya pembentukan jaringan granulasi;

luka tampak merah segar, mengkilat.


- Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fi broblas, sel infl amasi, pembuluh

darah baru, fibronektin, dan asam hialuronat.


- Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan

epidermis pada tepian luka.


- Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi.

Fase maturasi atau remodelling

- Berlangsung dari beberapa minggu sampai 2 tahun.


- Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan

kekuatan jaringan (tensile strength).


- Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50- 80% sama kuatnya dengan jaringan

sebelumnya.
- Pengurangan bertahap aktivitas seluler dan vaskulerisasi jaringan yang

mengalami perbaikan.

CARA PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN DRESSING

Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan

prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode

konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal

sebagai metode

modern dressing. Prinsip modern perawatan luka dengan cara meningkatkan

lingkungan yang lembab karena sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik
dibawa ke dasar luka yang memungkinkan mengurangi atau menghilangkan rasa

nyeri saat dilakukan tindakan debridemen. Perawatan luka dengan model modern

dressing harus tetap memperhatikan tiga tahap yakni mencuci luka, membuang

jaringan mati, dan memilih balutan. Modern dressing lebih efektif dan frekuensi

penggantian balutan menjadi berkurang bila dibandingkan dengan menggunakan

kasa NaCl. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah teknik perawatan

luka yang diberikan. Pada teori perawatan konvensional menggunakan kasa,

antibiotik dan antiseptik. Sedangkan pada perawatan modern menggunakan teknik

balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan hidropolimer, balutan

hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan hidrogel dan absorben .

Pembahasan
Penyembuhan luka pada pasien dengan luka gangren diabetes melitus

adalah suatu proses penyembuhan yang komplek dan mempengaruhi pada

perubahan lingkungan yang berada disekitar luka dan mempengaruhi pada status

kesehatan pasien. Penyembuhan luka sendiri melalui tahap – tahap yang mendasari

mulai dari tahap hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi dari sel yang akan

membentuk jaringan. Menurut artikel dengan judul Teknik perawatan luka modern

dan konvensional terhadap kadar interleukin 1 dan interleukin 6 pada pasien dengan

diabetik ini menyebutkan bahwa proses perbaikan akan segera terjadi setelah

adanya luka yang mengeluarkan grow factor, cytokyne dan molekul – molekul dari

serum pembutuh darah yang mengalami kerusakan dan mengalami degranulasi


platelet. Penyembuhan luka mempunyai beberapa faktor yang mendasari dan perlu

untuk dipertimbangkan. Faktor – faktor tersebut adalah faktor luka, luas, kedalaman,

lokasi, adannya eksudat atau push dan kondisi tepi luka. Kondisi luka harus

dimonitor dan dikaji setiap melakukan perawatan luka gangren pada pasien dengan

diabetes melitus .

Dengan adanya perkembangan teori – teori keperawatan banyak sekali

perbedaan yang mendasari untuk pemberian perawatan luka gangren pada pasien

dengan diabetes melitus. Pada perawatan luka konvensional perawatan luka masih

menggunakan kasa yang diberi cairan NaCl tetapi berbeda halnya pada teori

keperawatan moderen yang lebih banyak menggunakan hidrocoloid pada tindakan

perawatan luka yang dilakukan. Penggunaan modern dressing lebih efektif dan

frekuensi penggantian balutan menjadi berkurang bila dibandingkan dengan

menggunakan kasa NaCl. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah

teknik perawatan luka yang diberikan. Pada teori perawatan konvensional

menggunakan kasa, antibiotik dan antiseptik. Sedangkan pada perawatan modern

menggunakan teknik balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan

hidropolimer, balutan hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan hidrogel dan absorben .

Pada artikel lain dengan judul perawatan luka kronis dengan modern dressing

menyebutkan bahwa prinsip moderen perawatan luka dengan cara meningkatkan

lingkungan yang lembab karena sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik

dibawa ke dasar luka yang memungkinkan mengurangi atau menghilangkan rasa

nyeri saat dilakukan tindakan debridemen. Pada proses ini akan dilanjutkan dengan

degradasi fibrin yang memproduksi faktor – faktor yang akan merangsang makrofag

untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar luka. Selanjutkan akan melalui

proses peningkatan re-epitalisasi, dan yang paling terakhir adalah pentingnya untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Menurut penelitian luka yang

lembab akan melindungi ujung syaraf sehingga akan mengurangi sensasi rasa nyeri

yang sedang dirasakan oleh pasien dengan luka gangren .

Teknik perawatan luka terus menerus mengalami perkembangan yang pesat

melalui banyak penelitian yang telah dilakukan. Hasilnya sangat membantu bagi

pasien yang membutuhkan perawatan luka gangren dengan mengurangi sensasi

rasa nyeri.salah satu teknik yang mengalami perkembangan yang sangat pesat yaitu

teknik perawatan untuk luka gangren. Yang berawal dari teknik konvensional dan

terus – menerus dikembangkan menjadi teknik perawatan modern. Teknik tersebut

menggunakan teknik moderen dressing untuk perawatan luka gangren pada pasien

dengan diabetes melitus. Pada modern dressing pemilihan balutan luka sangat

penting untuk penutupan luka pada pasien .

Dalam jurnal dengan judul aplikasi modern wound care pada perawatan luka

infeksi menyebutkan bahwa balutan luka yang moist seperti foam/busa, alginate,

hydrocolloid,hydrogel dan film transparant. Hydrocolloid merupakan balutan yang

tahan terhadap air yang membantu pencegahan kontaminasi bakteri. Hydrocolloid

memberikan efek myenyerap eksudat atau push dan melindungi lingkungan dasar

luka secara alami dan lembab. Sedangkan hydrogel adalah gel hydropilik yang

memberikan fungsi untuk meningkatkan kelembaban pada area luka. Sehingga luka

tetap lembab dan dapat mengurangi sensasi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien .
Kesimpulan dan saran

Penyembuhan luka gangren pada pasien dengan diabetes melitus yang

datang dengan keluhan nyeri pada luka membutuhkan tindakan perawatan dengan

segera karena pasien sudah merasa tidak nyaman dengan sensasi rasa nyeri pada

lukanya. Pemberian tindakan perawatan luka pada saat ini banyak sekali metode

yang berkembang dengan pesat. Pemilihan metode dengan tepat akan memberikan

hasil yang lebih baik lagi. Perkembangan teori model konvensional menjadi model

modern terus dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi rasa

ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien.

Dengan adanya pengembangan teori – teori keperawatan yang terus

dilakukan menghasilkan sebuah metode baru dalam perawatan luka dengan modern

dressing yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada pasien dengan

membuat kelembaban dilingkungan luka yang sedang dialami oleh pasien.


Daftar Pustaka

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8 ed.). Missouri: Elsevier.
Fatmadona, R., Elvi Oktarina. (2016). Aplikasi Modern Wound Care pada Perawatan
Luka Infeksi di RS Pemerintah Kota Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(2),
159-165.
Kartika, R.W. (2015). Perawatan luka kronis dengan modern dressing. Wound care/
diabetic center, 42(7).
Kolcaba, K. & Wilson, L. (2002). Comfort care: a framework for perianesthesia
nursing. J Perianest Nurs, 17(2).
Kurniyawan, E.H. (2016). Complementary and alternative medicine acupressure in
reducing pain intensity: a narrative review. NurseLine Jurnal, 1(2).
Nontji, W., Suni Hariati, and Rosyidah Arafat. (2015). Modern and Convensional
Wound Dressing to Interleukin 1 and Interleukin 6 in Diabetic wound. Jurnal
Ners, 10(1), 133-137.
Paterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle range theorist: Application to nursing
research (3rd ed). Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.

Snowden, S., Donbell, A., dan Duffy, T. (2014). Pioneering theories in nursing.

London: Andrews UK Limited.

Anda mungkin juga menyukai