pengakuan sebagai disiplin ilmu atau sebuah profesi. Sampai pada tahun 1950
keperawatan muncul sebagai disiplin ilmu yang mana ilmu tersebut masih
mempunyai dasar, prinsip dan tradisi yang didapatkan dari pendidikan magang dan
masih dengan landasan teori konvensional. Pada masa transisi adalah masa sejarah
berkembang dan menjadi dasar praktik keperawatan. Pada masa selanjutnya ilmu
peningkatan tingginya hasil research dari ilmuwan keperawatan yang mulai diakui
sebagai dasar teori keperawatan dan terus dikembangkan lebih lagi sebagai acuan
keperawatan sangat penting sekali untuk praktik keperawatan maupun disiplin ilmu .
keperawatan dan bukan berdasarkan dari ilmu pengetahuan lain. Teori yang muncul
adalah hasil karya atau teori yang muncul atas usaha dari seorang individu yang
pasien. Teori ilmu atau filosofi ilmu dapat digunakan sebagai pandangan dasar atau
pedoman dasar untuk melakukan pengkajian tentang penyebab dan landasan yang
Filosofi atau falsafah keperawatan meliputi empat konsep dasar dari meta
kelompok komunitas yang berbeda pula. Teori keperawatan ini memberika sebuah
disebut dengan practice theory atau micro theory. Salah satu contoh teori praktek
keperawatan adalah teori comfort atau teori kenyamanan dari Katharine Kolcaba.
kebutuhan kenyamanan pada fase relief, ease, dan transcendence dan yang
Katharine Kolcaba sering sekali digunakan pada praktik keperawatan yang salah
satunya diaplikasikan untuk perawatan luka gangren pada pasien dengan diabetes
melitus.
Pada pasien dengan diabetes melitus yang diberikan tindakan perawatan luka
gangren, pasien sering mengeluh nyeri dan merasa kurang nyaman dengan luka
yang dideritanya. Di dunia ini nyeri adalah masalah yang paling utama yang menjadi
dibedakan sesuai dengan kondisi yang sangat mengancam dan dengan lama waktu
yang menyertai. Nyeri dibedakan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
mempengaruhi individu yang sedang mengalami nyeri. Nyeri akut dan nyeri kronis
memiliki penanganan yang sangat berbeda – beda sesuai dengan tingkat nyeri dan
karakteristik nyeri. Penanganan nyeri akut yang terjadi pada penderita bila tidak
segera ditangani akan berkembang menjadi nyeri kronis . Banyak sumber yang telah
Rumusan masalah
Bagaimana konsep teoritis dan aplikasi teori Comfort yang dikembangkan untuk
mengurangi nyeri pada tindakan perawatan luka gangren pasien dengan diabetes
melitus.
Tujuan
Kolcaba
- Mengetahui konsep nyeri pada perawatan luka gangren pasien dengan
diabetes melitus
- Mengetahui aplikasi moderen dresing yang dikembangkan dalam perawatan
Tinjauan Pustaka
Teori Comfort Katharine Kolcaba
Teori konseptual dari Kolcaba ini adalah teori comfort yang mengikuti konsep –
penting bagi pasien dalam mengurangi rada nyeri yang sedang dialami oleh pasien .
Comfort adalah suatu konsep teori yang berhubungan kuat dalam praktik
kebutuhnya ringan akibat intervensi dari perawat atau dengan kata lain
kebutuhan pasien terpenuhi hal ini merupakan hasil penelitian dari Orlando
(1961).
b. Ease (ketentraman), suatu keadaan yang tenang dan kesenangan. Pada tipe
sosial.
Adapun konsep tersebut dapat di lihat dalam struktur toksomoni kenyaman, pada
gambar 2.1
asuhan kesehatan yang tidak dapat dicapai dengan sistem dukungan penerima secara umum
(tradisional). Kebutuhan manusia dapat berupa kebutuhan fisiologis, psikospritaul, sosiokultural, atau
lingkungan
kepada mereka yang membutuhkan, dengan tujuna memberikan kenyamanan meliputi fisiologis,
Intervening variabel : merupakan beberapa kontent atau faktor yang berdampak apda
penerimaan mengenai kenyamanan yang sepenuhnya, hal ini mencakup pengalaman sebelumnya,
usia, sikap, status emosional, latar belakang budaya, sistem pendukung, prognosisi, ekonomi edukasi,
Enhanced Comfort (rasa nyaman) intervensi yang di berikan oleh perawat telah membuat
Kolcaba bahwa kenyamanan adalah sebuah konsep teori yang berkaitan erat
kepada pasien dan anggota keluarganya untuk memberikan tindakan dengan skala
dapat memperkuat rasa percaya diri pasien dan keluarga seperti mereka
diri pada pasien yang melibatkan perilaku baik yang dilakukan oleh perawat .
akan dibandingkan dengan tiga jenis kenyamanan yaitu relief, ease, dan
taxonomi yang menjelaskan tentang kompleksitas yang menjadi tujuan utama dari
teori tersebut. Penggunaan dari struktur taxonomi dari kenyamanan pada gambar
dibawah ini adalah sebagai dasar yang dapat digunakan untuk pengembangan
partisipan yang berasal dari komunitas. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
hal ini item positif dan negatif harus dikembangkan secara berimbang pada setiap
kenyamanan makanan untuk jiwa (comfort food for the soul) (Snowden, S. et al,
yang muncul pada pasien. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana perawat
perubahan yang terjadi pada tanda – tanda vital, menyakinkan pasien untuk
mendapatkan analgesik yang dapat mengurangi sensasi rasa nyeri dan pasien
dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang dibantu oleh
menangani kondisi sehat maupun sakit secara efektif, menyiapkan untuk perbaikan
dan menghadapi kematian dengan damai. Dalam hal ini peran perawat sangat
dibutuhkan sebagai pendengar yang aktif, memberikan respon yang baik dan
memberikan keyakinan pada pasien mengenai masalah yang dialami oleh pasien .
Comfort food for the soul: Adalah tindakan intervensi keperawatan yang
lingkungan yang tenang dan damai, setra dapat memberikan tindakan intervensi
guided imagery. Dalam praktik nyata Kolcaba berpendapat bahwa tindakan asuhan
keperawatan ini sering sekali terlewati dan tidak dilakukan dengan baik. pada
penting dalam membantu pasien untuk mengatasi banyak pengalaman yang tidak
menyenangkan atau masalah – masalah yang sedang dihadapi oleh pasien di dalam
Konsep Nyeri
tindakan medis yang telah dilakukan . Definisi lain menyebutkan bahwa nyeri dapat
individu.
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensasi rasa, emosional dan
sensorik yang tidak menyenangkan dan muncu akibat dari kerusakan jaringan
dengan serangan tiba – tiba atau secara dengan intensitas ringan hingga berat
dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan. Sedangkan nyeri kronik dapat didefinisikan
sebagai nyeri yang sedang berlangsung selama 6 bulan atau lebih dengan intensitas
Usia
Usia sangat berpengaruh terhadap sensasi rasa nyeri terutama pada anak dan
orang dewasa. Pada anak – anak sangat sulit untuk memahami dan
menggambarkan rasa nyeri yang sedang dirasakan secara rinci. Pada anak – anak
belum bisa mengungkapkan rasa nyeri secara baik sehingga sebagai perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Sedangkan pada orang dewasa nyeri yang
sedang dirasakan dapat diungkapkan pada perawat melalui keluhan, ekspresi wajah
Budaya
Budaya sangat mempengaruhi cara seorang individu dalam mengatasi nyeri yang
sedang diirasakannya. Keyakinan dan nilai – nilai luhur dalam suatu daerah masih
Pengalaman masa lalu menjadi suatu faktor yang mempengaruhi penanganan nyeri
individu lebih merasa ketakutan terhadap rasa nyeri yang akan datang. Berbeda
Dukungan keluarga
terhadap nyeri. Pada anak – anak kehadiran orang tua sangat berpengaruh penting
Batasan karakteristik nyeri dibedakan menjadi afektif yaitu seperti rasa gugup,
khawatir, rasa takut dan rasa cemas. Perilaku dipengaruhi oleh perilaku yang sangat
berhati – hati, kontak mata terhadap perawat berkurang, gelisah. Sedangkan pada
kognitif dipengaruhi oleh objektif, gemetaran atau tremor pada tangan pasien,
peningkatan tanda – tanda vital seperti nadi dan respirasi, keringat dingin yang
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cidera atau pembedahan medis
yang dilakukan. Luka yang dialami pada pasien dapat di klasifikasikan berdasarkan
sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka berdasarkan sifat dapat
primer adalah tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan luka bersih dan tidk ada
jaringan yang hilang. Biasanya tipe ini adalah luka insisi. Penyembuhan luka
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka. Dan yang terakhir adalah delayed
Penyembuhan luka
Luka dikatakan akut bila penyembuhan luka terjadi dalam 2 sampai 3 minggu.
Sedangkan pada luka kronis adalah luka yang tidak terdapat tanda – tanda sembuh
dalam jangka lebih dari 4 sampai 6 minggu. Proses penyembuhan luka sendiri ada
kehilangan darah
- Fase awal terjadi hemostasis
- Fase akhir terjadi fagositosis.
- Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
sebelumnya.
- Pengurangan bertahap aktivitas seluler dan vaskulerisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.
sebagai metode
lingkungan yang lembab karena sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik
dibawa ke dasar luka yang memungkinkan mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri saat dilakukan tindakan debridemen. Perawatan luka dengan model modern
dressing harus tetap memperhatikan tiga tahap yakni mencuci luka, membuang
jaringan mati, dan memilih balutan. Modern dressing lebih efektif dan frekuensi
kasa NaCl. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah teknik perawatan
balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan hidropolimer, balutan
Pembahasan
Penyembuhan luka pada pasien dengan luka gangren diabetes melitus
perubahan lingkungan yang berada disekitar luka dan mempengaruhi pada status
kesehatan pasien. Penyembuhan luka sendiri melalui tahap – tahap yang mendasari
mulai dari tahap hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi dari sel yang akan
membentuk jaringan. Menurut artikel dengan judul Teknik perawatan luka modern
dan konvensional terhadap kadar interleukin 1 dan interleukin 6 pada pasien dengan
diabetik ini menyebutkan bahwa proses perbaikan akan segera terjadi setelah
adanya luka yang mengeluarkan grow factor, cytokyne dan molekul – molekul dari
untuk dipertimbangkan. Faktor – faktor tersebut adalah faktor luka, luas, kedalaman,
lokasi, adannya eksudat atau push dan kondisi tepi luka. Kondisi luka harus
dimonitor dan dikaji setiap melakukan perawatan luka gangren pada pasien dengan
diabetes melitus .
perbedaan yang mendasari untuk pemberian perawatan luka gangren pada pasien
dengan diabetes melitus. Pada perawatan luka konvensional perawatan luka masih
menggunakan kasa yang diberi cairan NaCl tetapi berbeda halnya pada teori
perawatan luka yang dilakukan. Penggunaan modern dressing lebih efektif dan
menggunakan teknik balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan
Pada artikel lain dengan judul perawatan luka kronis dengan modern dressing
lingkungan yang lembab karena sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik
nyeri saat dilakukan tindakan debridemen. Pada proses ini akan dilanjutkan dengan
degradasi fibrin yang memproduksi faktor – faktor yang akan merangsang makrofag
proses peningkatan re-epitalisasi, dan yang paling terakhir adalah pentingnya untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Menurut penelitian luka yang
lembab akan melindungi ujung syaraf sehingga akan mengurangi sensasi rasa nyeri
melalui banyak penelitian yang telah dilakukan. Hasilnya sangat membantu bagi
rasa nyeri.salah satu teknik yang mengalami perkembangan yang sangat pesat yaitu
teknik perawatan untuk luka gangren. Yang berawal dari teknik konvensional dan
menggunakan teknik moderen dressing untuk perawatan luka gangren pada pasien
dengan diabetes melitus. Pada modern dressing pemilihan balutan luka sangat
Dalam jurnal dengan judul aplikasi modern wound care pada perawatan luka
infeksi menyebutkan bahwa balutan luka yang moist seperti foam/busa, alginate,
memberikan efek myenyerap eksudat atau push dan melindungi lingkungan dasar
luka secara alami dan lembab. Sedangkan hydrogel adalah gel hydropilik yang
memberikan fungsi untuk meningkatkan kelembaban pada area luka. Sehingga luka
tetap lembab dan dapat mengurangi sensasi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien .
Kesimpulan dan saran
datang dengan keluhan nyeri pada luka membutuhkan tindakan perawatan dengan
segera karena pasien sudah merasa tidak nyaman dengan sensasi rasa nyeri pada
lukanya. Pemberian tindakan perawatan luka pada saat ini banyak sekali metode
yang berkembang dengan pesat. Pemilihan metode dengan tepat akan memberikan
hasil yang lebih baik lagi. Perkembangan teori model konvensional menjadi model
dilakukan menghasilkan sebuah metode baru dalam perawatan luka dengan modern
Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8 ed.). Missouri: Elsevier.
Fatmadona, R., Elvi Oktarina. (2016). Aplikasi Modern Wound Care pada Perawatan
Luka Infeksi di RS Pemerintah Kota Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(2),
159-165.
Kartika, R.W. (2015). Perawatan luka kronis dengan modern dressing. Wound care/
diabetic center, 42(7).
Kolcaba, K. & Wilson, L. (2002). Comfort care: a framework for perianesthesia
nursing. J Perianest Nurs, 17(2).
Kurniyawan, E.H. (2016). Complementary and alternative medicine acupressure in
reducing pain intensity: a narrative review. NurseLine Jurnal, 1(2).
Nontji, W., Suni Hariati, and Rosyidah Arafat. (2015). Modern and Convensional
Wound Dressing to Interleukin 1 and Interleukin 6 in Diabetic wound. Jurnal
Ners, 10(1), 133-137.
Paterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle range theorist: Application to nursing
research (3rd ed). Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
Snowden, S., Donbell, A., dan Duffy, T. (2014). Pioneering theories in nursing.