Anda di halaman 1dari 27

1.

Kolom ease diisi dengan pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana


kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien mengenai kenyamanan,
meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan
sosial).
2. Kolom transcendence diisi dengan pernyataan mengenai bagaimana kondisi
pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan, meliputi
empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungandansosial).
Selain itu, pengkajian kenyamanan di klinik, perawat dapat juga
menggunakan beberapa instrumen yang telah diuji secara empiris, seperti
Radiation Therapy Comfort Questionnaire, Visual Analog Scales, Urinary
Incontinence and Frequency Comfort Questionnaire, Hospice Comfort
Questionnaire, Comfort Behaviors Checklist (Peterson dan Bredow, 2004: 264-
268).
Konsep Utama Teori Kolcaba

Terdapat 7 komponen dalam konsep utama teori comfort yang dikemukakan oleh
Kolcaba, yaitu sebagai berikut :

1. Health Care needs


Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu
kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan
kesehatan yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support
sistem tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual,
sosial dan lingkungan yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan
verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan dengan
parameter petofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan serta
kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.
2. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang erat
dalam bidang keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang
dialami oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman
immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan
(relief), ketenangan (ease), and kemampuan lebih (transcendence) yang dapat
terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan.

Kolcaba (2003) kemudian menderiviasi konteks diatas menjadi beberapa hal


berikut :
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik (Physical comfort)
Kebutuhan akan rasa nyaman fisik adalah penurunan mekanisme fisiologis
yang terganggu atau berisiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif
yang berkenaan dengan sensasi tubuh. Intervensi comfort yang standar
digunakan untuk memperoleh atau mempertahankan keseimbangan.
b. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual (Psychospiritual comfort)
Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual adalah kebutuhan terhadap
kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan yang bertujuan agar pasien
atau keluarga dapat bangkit atau bahkan meninggal dengan damai melalui
prosedur yang menyakitkan atau trauma yang tidak dapat sembuh dengan
segera.
c. Kebutuhan rasa nyaman sosikultural (Socialcultural comfort)
Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural adalah kebutuhan penentraman hati,
dukungan, bahasa tubuh yang positif dan perawatan yang dilihat dari segi
budaya. Kebutuhan ini dipenuhi melalui coaching atau pemberian
informasi (pendidikan kesehatan), promosi kesehatan, pelatihan, termasuk
prilaku dapat melakukan, pesan kesejahteraan mendapatkan informasi
sesuai dengan perkembangan yang berhubungan dengan prosedur pulang
dari rumah sakit dan rehabilitasi.
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan (environmental comfort)
Kebutuhan rasa nyaman lingkungan termasuk kerapian, lingkungan yang
sepi, perabotan yang nyaman, bau lingkungan minimum dan keamanan
seperti dalam tatanan pediatrik. Termasuk perhatian dan saran terhadap
adaptasi lingkungan di kamar rumah sakit dan rumah pasien. Perawat
seharusnya melakukan upaya menurunkan kebisingan penerangan dan
gangguan istirahat tidur untuk memfasilitasi promosi kesehatan
lingkungan.
3. Comfort Measures
Comfort measures mengacu pada tiga comfort berikut, yaitu :
Comfort care adalah filosofi perawatan kesehatan yang berdasarkan fisik,
psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan yang nymana bagi klien. Comfort
care mempunyai 3 komponen, yaitu intervensi yang sesuai dan tepat waktu,
model perawatan yang perhatian dan empati berfokus pada kenyamanan
pasien.
Comfort measures adalah intervensi yang sengaja dirancanag untuk
meningkatkan kenyamanan klien atau keluarga. Intervensi keperawatan di
rancang untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan
oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual,
lingkungan dan intervensi fisik.
Comfort needs adalah kebutuhan rasa nyaman relief, ease dan
transcendence dalam konteks pengalaman manusia secara fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan lingkungan.
4. Enhanced Comfort
Enhanced Comfort yaitu meningkatkan kenyamanan yang terus
menerus dengan melakukan intervensi kenyamanan secara konsisten dan terus
menerus, sampai klien akan mncapai kesehatan yang diinginkan dalam
mencari kesembuhan (HSBs). Ini dilakukan dengan cara melakukan asuhan
keperawatan secara menyeluruh dengan tindakan yang independent dan
dependen sesuai dengan kewenangan perawat.
Proses yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan asuhan
keperawatan yaitu dengan melakukan tindakan dan dieva;uasi secara terus
menerus dengan SOAP dan SOAPIER sampai klien mengalami kesembuhan
sesuai dengan tujuan perawatan (outcomes comfort).
5. Intervening Variables
Intervening variables adalah faktor positif ataupun negatif yang sedikit sekali
dapat dikontrol oleh perawat tetapi berpengaruh langsung pada kesuksesan
rencana intervensi kenyamanan. Intervening variables meliputi pengalaman
masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system, prognosis, financial,
dan kebiasaan pola kesehatan.
6. Health Seeking Behavior (HSBs)
Health Seeking Behavior (HSBs) perilaku pasien atau keluarga yang terlibat
secara sadar atau tidak sadar, menggerakan mereka ke arah kesejahteraan.
HSBs ini merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang
berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh pasien saat
konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas
yang tekait dengan kesehatan), internal (penyembuhan/ pengembalian fungsi
imun atau kematian yang damai).
7. Institusional Integrity
Institusional Integrity adalah kondisi sarana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, jujur, profesional dan beretika. Integritas institusional dianggap
sebagai nilai-nilai etik, stabilitas finansial, dan keseluruhan dari organisasi
pelayanan kesehatan pada area lokal, regional, dan nasional. Pada sistem
rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum
atau home care.

Hubungan Antar Konsep dalam Teori Comfort Kolcaba

Hubungan antar konsep kolcaba yang digambarkan secara singkat dalam


dapat diterapkan dalam proses keperawatan dengan diawali dari kemampuan perawat
dalam mengkaji kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman fisik, psikospiritual,
sosiokultural, lingkungan klien dan anggota keluarga. Perawat dapat mengidentifikasi
kebutuhan kenyamanan tersebut khususnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh
support system eksternal. Perawat menyusun rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan kenyamanan, merancang intervensi dan menentukan keberhasilannya
dengan memperhatikan intervening variables.

Perawat melakukan intervensi yang dianggap efektif dengan perilaku caring,


shingga hasil yang dicapai terlihat sebagai peningkatan rasa nyaman atau disebut
comfort measures. Sedangkan comfort care akan mengkaitkan semua komponen
tersebut. Pasien dan perawat sepakat tentang health seeking behavior yang
diinginkan, bila kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs
dan akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan. Bila perawat dan klien puas
terhadap intervensi dan menentukan keberhasilan dengan memperhatikan invening
variables.

Perawat melakukan intervensi yang diaggap efektif dengan perilaku yang


caring, sehingga hasil yang dicapai terlihat sebagai peningkatan rasa nyaman atau
disebut comfort measures. Sedangkan comfort care akan mengkaitkan semua
komponen tersebut. Pasien dan perawat sepakat tentang health seeking behavior yang
diinginkan, bila kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs
dan akan lebih puas dengan pelaynan kesehatan. Bila perawat dan klien puas terhadap
institusi pelayanan, masyarakat akan mengetahui kontribusi institusi tersebut terhadap
program kesehatan pemerintah. Institusi jadi lebih terpandang dan berkembang
(Kolcaba, 2003, Sitzman & Eichelberger, 2011).

A. Bentuk Logis
Didalam teori nya mengenai kenyamanan, Kolcaba mengemukakan tiga tipe
alasan logis:
1. Induction
Menurut Bishop dan Hardin (2006) induksi terjadi setelah terjadi proses
generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang spesifik. Ketika perawat
mendalami tentang praktek keperawatan dan keperawatan sebagai disiplin,
perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau eksplisit, term,
proposisi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.
Pada akhir 1980, Kolcaba menjabat sebagai kepala unit Alzheimer. Pada
saat itu beliau menemukan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
praktek pada perawatan demensia seperti: lingkungan yang mendukung,
ketidakmampuan yang berlebih (excess disability), dan fungsi optimal. Ketika
beliau mencoba menggambarkan hubungan antara ketiga istilah tersebut,
beliau menyadari bahwa ketiganya tidak dapat menggambarkan praktik secara
menyeluruh. Menurut beliau, ada bagian yang kurang lengakap dalam
keperawatan, yaitu bagaimana perawat mencegah disabilitas dan penilaian
apakah intervensi yang diberikan berhasil. Fungsi optimal diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan aktivitas, misalnya menata meja, menyiapkan
makanan dan lain-lain. Akan tetapi, istilah ketidakmampuan berlebih tidak
mampu mendefinisikan clarity secara menyeluruh. Oleh karena itu, Kolcaba
(1) menggolongkan excess disabilitymenjadi disabilitas fisik dan mental, (2)
mengenalkan konsep comfort (3) menjelaskan hubungan non-recursive antara
comfort dan fungsi optimal. Proses ini menandai langkah awal dari teori
comfort Kolcaba dan pemikiran tentang kompleksitas terhadap teori tersebut
(Kolcaba, 1992).
2. Deduction
Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang
bersifat general menjadi kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin,
2006). Tahapan deduktif dari perkembangan teori menghasilkan hubungan
comfort dengan konsep lain untuk menghasilkan sebuah teori. Pendapat dari
ketiga theorist disertakan dalam teori comfort, oleh karena itu Kolcaba
mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga konsep
dasar: relief, ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan adalah
suatu kerangka konsep general yang mampu menjelaskan comfort menjadi
istilah yang lebih mudah dipahami dan mengurangi tingkat abstraksinya
(Tomey & Alligood, 2010).
Teori dari seorang psikolog bernama Henry Murray, dianggap sesuai
untuk mendukung teori comfort Kolcaba. Teori Murray menjelaskan tentang
human needs, yang diaplikasikan pada pasien yang mendapatkan banyak
stimulus dalam kondisi pemberian pelayanan kesehatan yang penuh dengan
stressor. Teori Murray menginspirasi pendapat Kolcaba bahwa meskipun
comfort diaplikasikan secara spesifik, akan tetapi ketika comfort diberikan
kepada pasien secara terus-menerus maka kenyamanan pasien secara
keseluruhan dapat ditingkatkan (Tomey & Alligood, 2010).
Dalam tahap deduktif ini, Kolcaba memulai dengan abstrak, teori
konstruksi umum, dan proses sosiologis dari pengurangan untuk mengurangi
keabstrakan dari teori comfort dalam praktek keperawatan.
3. Retroduction
Retroduction digunakan untuk menyeleksi fenomena yang sesuai untuk
dikembangkan lebih luas untuk kemudian diuji kembali. Tipe ini
diaplikasikan dalam area yang hanya memiliki beberapa teori (Bishop &
hardin, 2006). Kolcaba menambahkan konsep integritas institusional dalam
middle range theory. Kolcaba menambahkan line 4 dalam kerangka teori
Murray, antara lain: kekuatan penghambat membutuhkan perawatan
kesehatan, kekuatan fasilitasi adalah intervensi keperawatan, kekuatan
interaksi merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi intervensi
keperawatan. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi keperawatan
adalah diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang
dikemukakan oleh pasien. 
Dalam kerangka kerjanya tersebut Kolcaba menguraikan tentang teori
kenyamanan sebagai berikut:
1. Adanya kebutuhan perawatan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
kenyamanan yang spesifik yang timbul dalam suatusituasi perawatan
kesehatan.
2. Kebutuhan kenyamanan tersebut membutuhkan intervensi keperawatan yang
membutuhkan komitmen dalam perawatan kenyamanan pasien.
3. Dalam pemberian intervensi kenyamanan akan dipengaruhi oleh variabel-
variabel intervensi seperti level dari staf keperawatan, insentif yang diterima
oleh perawat, dan patient acuity.
4. Tujuan dari pemberian intervensi adalah akan didapatkan kenyamanan pasien.
Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya kenyamanan pasien maka dilakukan
pengukuran dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari struktur
taksonomi.
5. Kenyamanan pasien akan menentukan perilaku pasien dalam mencari
kesehatan (health seeking behaviors of patient), yang ditunjukkan dengan
perilaku internal, eksternal ataupun kematian dengan damai.
6. Health seeking behaviors of patient melibatkan institusi yang terintegrasi yang
memiliki system nilai positif, tujuan yang jelas terkait dengan kenyamanan
resipien, perbaikan kesehatan, dan kelangsungan finansial.
7. Hasil akhir yang diharapkan dalam kerangka kerja penelitian ini adalah
adanya kepuasan dari resipien yang dilihat dari status fungsional resipien atau
Health Seeking Behaviors (HSB) yang lain, dan berdasarkan hasil survey dari
perawatan kenyamanan.

B. Aplikasi Teori Kenyamanan


Aplikasi teori kenyamanan di area keperawatan menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan mencakup kegiatan
pengkajian, penegakan diagnosis keperawatan sesuai masalah keperawatan,
menyusun intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian ditujuan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan
keluarga pada empat konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural
dan lingkungan. Kenyamanan fisik terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme
homeostasis. Kenyamanan psikospiritual mencakup kesadaran diri (harga diri,
seksualitas, arti hidup) dan hubungan manusia pada tatanan yang lebih tinggi.
Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising, lingkungan sekeliling,
cahaya, suhu, elemen tiruan versus alami.
2. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi
kenyamanan memiliki tiga kategori: (a) intervensi kenyamanan standar untuk
mempertahankan homeostasis dan mengontrol rasa sakit, (b) pelatihan untuk
meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi, menanamkan
harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan dan (c)
tindakan yang menenangkan bagi jiwa, hal-hal menyenangkan yang perawat
lakukan untuk membuat klien atau keluarga merasa diperhatikan dan
diperkuat seperti pijat atau guided imagery, (kolcaba, 2003). Intervensi
holistik yang sesuai dengan teori kenyamanan antara lain: guided imagery,
progressive muscle relaxation, meditasi, terapi mjsik atau seni, pijatan dan
sentuhan terapeutik (Peterson dan Bredow, 2004).
3. Implementasi keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk defisit dalam mekanisme fisiologis
yang terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasif. Kebutuhan
fisik yang tidak jelas terlihat dan yang mungkin tidak disadari seperti
kebutuhan cairan atau keseimbangan elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi.
Kebutuhan fisik yang terlihat seperti sakit, mual, muntah, mengigil atau gatal
lebih mudah ditangani dengan maupun tanpa obat. Standar kenyamanan
intervensi diarahkan untuk mendapatkan kembali dan mempertahankan
homeostasis (kolcaba dan DiMarco, 2005., Wong, 2009).
Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termsuk kebutuhan untuk kebutuhan
kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan agar klien lebih tenang ketika
menjalani prosedur invasif yang menyakitkan atau trauma yang tidak dapat
segera sembuh. Kebutuhan ini sering dipenuhi dengan tindakan keperawatan
yang menenangkan bagi jiwa klien serta ditargetkan untuk trasedensi seperti
pijat, perawatan mulut, penunjang khusus, sentuhan dan kepedulian. Fasilitasi
diri untuk strategi menghibur dan kata-kata motovasi. Tindakan ini termasuk
intervensi khusus karena perawat sering sulit meluangkan waktu untuk
melaksanakannya tetapi apabila perawat menyempatkan diri maka
tindakannya akan sangat bermakna. Tindakan ini dapat memfasilitasi klien
dan keluarga mencapai transendence. Transendensi merupakan faktor kunci
dalam kematian klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).
Kebutuhan kenyamanan sosiocultural adalah kebutuhan untuk jaminan
budaya, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan ini
terpenuhi melalui pembinaan yang mencakup sikap optimisme, pesan-pesan
kesehatan dan dorongan semangat, penghargaan terhadap pencapaian klien,
persahabatan perawat selama bertugas, perkembangan informasi yang tepat
tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur, pemulihan
kesadaran, setelah anastesi, rencana pemulangan dan rehabilitasi. Kebutuhan
sosial ini juga termasuk kebutuhan keluarga untuk keuangan, bantuan
pekerjaan, menghormati tradisi budaya dan kadang-kadang untuk
persahabatan selama rawat inap jika unit keluarga memiliki jaringan sosial
yang terbatas. Rencana pemulangan juga membantu memenuhi kebutuhan
sosial untuk transisi perpindahan perawatan dari rumah sakit ke rumah.
Misalnya diskusi tentang rencana pemakaman dan membantu dengan
berkabung dalam situasi khusus klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong,
2009).
Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan,
perabotan yang nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini juga
termasuk perhatian dan saran pada klien dan keluarga untuk beradaptasi
dengan lingkungan kamar rumah sakit. Ketika perawat tidak mampu untuk
menyediakan lingkungan benar-benar tenang, perawat dapat membantu klien
dan keluarga untuk mampu menerima kekurangan dari pengaturan yang ideal.
Namun perawat harus mampu untuk melakukan upaya mengurangi
kebisingan, cahaya lampu dan gangguan istirahat tidur dalam rangka
memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan kesehatan klien (kolcaba dan
Dimarco, 2005., Wong, 2009).

4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrumen
telah dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan.
Perawat dapat menggunakan bebebrapa instrumen untuk menilai peningkatan
kenyamanan klien seperti behaviors cheklist ataupun childrens comfort
disiases sesuai dengan usia klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan


Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain:
1. Sirkulasi
Kenyamanan dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik, seperti
tidak adanya pembagian ruang yang jelas untuk sirkulasi manusia dan
kendaraan bermotor, atau tidak ada pembagian sirkulasi antara ruang satu
dengan lainnya. Sirkulasi dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi di dalam
ruang dan sirkulasi di luar ruang atau peralihan antara dalam dan luar seperti
foyer atau lobby, koridor, atau hall.
2. Daya alam atau iklim
a. Radiasi matahari Dapat mengurangi kenyamanan terutama pada siang
hari, sehingga perlu adanya peneduh.
b. Angin, Perlu memperhatikan arah angin dalam menata ruang sehingga
tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan memberikan kenyamanan.
Pada ruang yang luas perlu diadakan elemen-elemen penghalang angin
supaya kecepatan angin yang kencang dapat dikurangi.
c. Curah hujan
Faktor curah sering menimbulkan gangguan pada aktivitas manusia di
ruang luar sehingga perlu di sediakan tempat berteduh apabila terjadi
hujan (shelter, gazebo).
d. Temperatur
Jika temperatur ruang sangat rendah maka temperatur permukaan kulit
akan menurun dan sebaliknya jika temperatur dalam ruang tinggi akan
mengalami kenaikan pula. Pengaruh bagi aktivitas kerja adalah bahwa
temperatur yang terlalu dingin akan menurunkan gairah kerja dan
temperatur yang terlampau panas dapat membuat kelelahan dalam bekerja
dan cenderung banyak membuat kesalahan
3. Kebisingan
Pada daerah yang padat seperti perkantoran atau industri, kebisingan adalah
salah satu masalah pokok yang bisa mengganggu kenyamanan para pekerja
yang berada di sekitarnya. Salah satu cara untuk mengurangi kebisingan
adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (ear muff, ear plug).
4. Aroma atau bau-bauan
Jika ruang kerja dekat dengan tempat pembuangan sampah maka bau yang
tidak sedap akan tercium oleh orang yang melaluinya. Hal tersebut dapat
diatasi dengan memindahkan sumber bau tersebut dan ditempatkan pada area
yang tertutup dari pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan
atau semak ataupun dengan peninggian muka tanah.
5. Bentuk
Bentuk dari rencana konstruksi harus disesuaikan dengan ukuran standar
manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman.
6. Keamanan
Keamanan merupakan masalah terpenting, karena ini dapat mengganggu dan
menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan bukan saja berarti dari
segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan konstruksi, bentuk
ruang, dan kejelasan fungsi.
7. Kebersihan
Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa
nyaman karena bebas dari kotoran sampah ataupun bau-bauan yang tidak
sedap. Pada daerah tertentu yang menutut kebersihan tinggi, pemilihan jenis
pohon dan semak harus memperhatikan kekuatan daya rontok daun dan buah.
8. Keindahan
Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh
kenyamanan karena mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera.
Untuk menilai keindahan cukup sulit karena setiap orang setiap orang
memiiki persepsi yang berbeda untuk menyatakan sesuatu itu adalah indah.
Dalam hal kenyamanan, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun
warna.
9. Penerangan
Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang perlu memperhatikan
beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan, kualitas cahaya, daya
penerangan, pemilihan dan peletakan lampu. Pencahayaan alami disini dapat
membantu penerangan buatan dalam batas-batas tertentu, baik dan kulaitasnya
maupun jarak jangkauannya dalam ruangan.
BAB III

ANALISA DAN KRITIK TEORI KENYAMANAN KOLCABA

Pendekatan teori comfot (kenyamanan) yang dikembangkan oleh


kolcaba menawarkan kenyamanan sebagai bagian terdepan dalam proses
keperawatan. Kolcaba memandang bahwa kenyamanan holistik adalah
kenyamanan yang menyeluruh meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual,
lingkungan dan psikososial. Dalam teori kenyamanan kolcaba proses
keperawatan dimulai dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Ada 3 bagian
kebutuhan kenyamanan dalam teori kenyamanan kolcaba yaitu: relief
(kebutuhan kenyamanan yang spesifik), ease (terbebas dari
ketidaknyamanan/meningkatkan kenyamanan), dan transcendence (mampu
memntoleransi atau beradaptasi dengan ketidaknyamanan). Dan dalam
menentukan intervensi keperawatan dalam teori kenyamanan kolcaba terbagi
menjafi tiga prinsip yaitu standart comfort, coaching, dan comfort food for the
soul.

Proses keperawatan sebagai suatu metode yang sistematik dalam


memberikan asuhan keperawatan secara individual yang berfokus terhadap
respon individual dan kelompok baik pada hal yang aktual maupun potensial.
Dalam teori kenyamanan kolcaba proses keperawatan dimulai dari tahap
pengkajian sampai tahap evaluasi. Pada tahap pengkajian perawat
mengumpulkan data-data mengenai pasien dari berbagai sumber. Tipe data
terbagi menjadi dua yaitu data subjektif yang berasal dari pasien atau orang tua
pasien yang menunukan pemahaman, persepsi dan interpretasi klien terhadap
apa yang terjadi. Yang kedua adalah data objektif yang berasal dari data yang
diukur dan diobservasi oleh perawat. Pengkajian dalam aplikasi teori comfort,
perawat mengumpulkan data dari empat konteks yaitu kenyamanan fisik,
kenyamanan psikospiritual, kenyamanansosiokultural, dan kenyamanan
lingkungan. Taksonomi struktur dapat digunakan pada tahap mengelompokkan
data, didalamnya kita dapat mengelompokan apakah tingkat kenyamanan relief,
ease, dan transcendence telah tercapai dikeempat konteks tersebut. Dengan
demikian perawat akan lebih mudah mengidentifikasi mana tingkat kebutuhan
yang memerlukan intervensi standar comfort, choaching, dan comfort food for
the soul.

Dalam proses keperawatan, setelah didapatkan data pengkajian dari


pasien dan keluarga, tahap selanjutnya adalah menentukan diagnose
keperawatan. Begitu juga dalam teori kenyamanan, pada tahap pengambilan
diagnosa keperawatan, perawat menyimpilkan masalah keperawatan apa saja
yang muncul berdasarkan data-data yang dikelompokkan. Masalah kperawatan
yang ditetapkan akan menjadi fokus intervensi asuhan keperawatan yang akan
diimplementasikan pada pasien. Setelah menentukan suatu diagnosa
keperawatan, dilanjutkan dengan menentukan intervensi keperawatan yang
seuai dengan kebutuhan dan masalah yang ditemukan pada pasien. Intervensi
keperawatan dalam teori kenyamanan diterjemahkan menjadi tiga intervensi
yaitu intervensi standar comfort, coachin, dan comfort food for the soul.
Intervensi keperawatan yang diambil dilaksanakan oleh perawat padatahap
implementasi keperawatan. Pada tahap implementasi perawat mulai melakukan
sesuai yang telah direncanakan. Implementasi yang akan dilakukan terdiri dari
dua tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri dan tindakan keperawatan
kolaborasi.

Dan pada tahap evaluasi keperawatan, secara sederhana merupakan


tahap mengkaji kemajuan yang terjadi setelah seluruh tindakan keperawatan
yang sesuai dengan rencana yang dilaksanakan. Evaluasi pada teori comfort
dapat berupa evaluasi terhadap tipe kenyamanan pada empat konteks.
Contohnya pada saat pengkajian diawal didapatkan data bahwa pengkajian
konteks fisik berada pada kenyamanan relief, maka padatahap evaluasi dikaji
kembali apakah tipe kenyamanan pada kontak fisik telah berubah menjadi
tingkat kenyamanan ease.

A. Analisa Teori Kenyamanan Colcaba


1. Asumsi mayor terkait paradigma keperawatan
Colcaba menjabarkan defenisinya sebagai berikut :
a. Keperawatan :
Keperawatan adalah penilaian kebutuhan kenyamanan, perancangan
kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian
kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan
implementasi. Pengkajian dan evaluasi dinilai secara subjektif seperti
ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau secara objektif,
misalnya observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan nilai
laboratorium, atau perubahan perlaku. Penilaian juga dapat dilakukan
melalui rangkaian penilaian skala (VAS) atau daftar pertanyaan
(kuesioner), dimana keduanya telah dikembangkan oleh colcaba.
b. Pasien :
Penerima perawat seperti individu, keluarga, institusi, atau masyarakat
yang membutuhkan perawatan pasien.
c. Lingkungan :
Lingkungan Adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk meningkatkan kenyamanan.
d. Kesehatan :
Kesehatan adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien
atau kelompok, dari pasien, keluarga atau masyarakat.

Dari asumsi tersebut, Colcaba mengansumsikan hal-hal dibawah ini :


a. Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus yang
kompleks.
b. Kenyamanan dalah hasilholistik yang diinginkan yang mengacu pada
disiplinkeperawatan.
c. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan
merek.
d. Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus melibatkan
helathseeking behaviors (HSBs) pilihan mereka.
e. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan
pelayanan kesehatan mereka.
f. Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi pada
penerima perawatan.

2. Penerimaan oleh Keperawatan


a. Praktek
Teori ini masih baru. Masih terus dikenalkan dan dipelajari oleh para
siswa yang memilih teori ini untuk krangka studi mereka, seperti didalam
keperawatan kebidanan, katheterisasi jantung, perawatan kritis, pekerja
rumah sakit, ketidaksuburan/kemandulan, terapi radiasi, keperawatan
bedah tulang, keperawatan perioperatif, keperawatan lanjut usia, dan
infeksi saluran kemih. Area studi yang tidak diterbitkan, tetapi dibahas oleh
Kolcaba melalui websitenya, meliputi unit luka bakar, klinik keperawatan,
perawatan rumah, nyeri kronis, terapi pijatan, pediatrk, oncology, dan
perioperative. Untuk praktek klinik Colcaba menanyakan skala
kenyamanan pada pasien dengan skor 0-10 yang mana 10 adalah nilai
tertinggi dari kenyamanan. Skala kenyamanan ini bisa diterapkan untuk
pengkajian nyeri atau untuk tujuan pendokumentasian, harus diterapkan
dan komunikatif.
Teori kenyamanan telah dimasukan oleh perawat anestesi kedalam
praktek klinik untuk pedoman manajemen kenyamanan pasien, spesifik
manajemen :
1) Pengkajian kebutuhan kenyamanan pasien selama pembedahan
nyeri akut, kesakitan.
2) Menciptakan kenyamanan dengan meminta persetujuan pasien
sebelum dilakukan pembedahan intervensi yang spesifik.
3) Memfasilitasi yang nyaman, temperature tubuh dan factor-faktor
yang dihubungkan dengan kenyamanan selama pembedahan.
4) Melanjutkan dengan manajemen kenyamanan dan pengukuran
periode setelah operasi.
b. Pendidikan
Sesuai petujuk dalam pengajaran kenyamanan pada pogram sarjana
keerawatan, teori kenymanan telah ditetapkan kepada keperawaant pada
pasien yang mendapatakn terapi radiasi yang dilaporkan oleh Cox pada
tahun 1998. Teori ini sangat mudah untuk dipahami dan diterapkan pada
mahasiswa perawat yang menyajikan suatu metode efektif untuk menilai
kebutuhan kenyamanan holistik kepada orang tua yang membutuhkan
perawatan akut. Teori ini tidak erbatas pada gerontologi pada praktik
lanjutan. Teor ini cocok digunakan mahasiswa yan praktik klinik dan
aplikasinya dapat divasilitasi dengan menggunakan web Colcaba tentang
care plank kenyamanan. Teori ini juga memebrikan jalan untuk mahasiswa
dalam memperoleh kemudahan mereka (by knowing) dan untuk
memelihara ease dengan kurikulum mereka (melalui kepercayaan anggota
fakultas mereka), dan untuk mecapai trancendence dari stressor mereka
dengan menggunakan teknik self comforting.
c. Riset
The Encylopedia of Nursing Research menyebutkan pentingnya mengukur
kenyamanan sebagai tujuan keperawatan. Perawat dapat memberikan bukti
untuk mempengaruhi keputusan institusi, masyarakat, dan tingkatan
legislatif yang hanya sampai pada studi kenyamanan yang menunjukkan
efektivitas keperawatan yang holistik/ menyeluruh.

Kritik Teori Comfort Kolcaba

1. Clarity
Beberapa artikel tentang analisis konsep teori Kolcaba terdapat beberapa
yang memiliki kekurangan dalam hal kejelasan konsep teori, tetapi tetap
konsisten dalam hal definisi, derivasi, asumsi dan proposisi. Kejelasan teori ini
lebih banyak dijelaskan dalam artikel yang terbaru.Teori ini diaplikasikan secara
spesifik di dalam praktik dan akademik, tetapi memiliki keurangan dalam
kejelasan bahasa.Semua konsepnya dijelaskan secara teoritikal dan operasional.

2. Simplicity
Teori Kenyamananini sangat sederhana karena didasari oleh asuhan
keperawatan dari awal ilmu keperawatan dikembangkan. Bahasa dan aplikasi
dari teori comfort ini sedikit menggunakan teknologi, tetapi juga
dapataplikasikan dalamsetting yang menggunakan teknologi tingkat tinggi.
Hanya sedikit variable didalam teorinya yang dipilih dalam riset dan pendidikan.
Inti dari teori inimengembalikan perawat untuk kembali kepada praktikyang
berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan secara holistic dari pasien.
Kesederhanaan teori ini memudahkan mahasiswa dan perawat dalam
memperlajari dan mempraktekkan teori Kenyamanan.
3. Generality
Teori KenyamanKolcaba ini telah di aplikasi di beberapa setting
penelitian budaya dan beberapa kelompok usia. Beberapa faktor yang membatasi
penggunaan teori ini adalah mengetahui tentang kebutuhan kenyamanan dari
pasien. Jika perawat, institusi, komunitas secara konsisten menggunakan teori ini
maka teori ini sangat efisien, indivualis, dan dapat memenuhi kebutuhan manusia
secara holistic.Toksonomi struktur dari teori Kenyamanan dapan memfasilitasi
para peneliti untuk membangun instrument instrument Kenyamanan dalam
berbagai setting baru.
4. Empirical Precision
Penggunaan teori ini berawal dari pemberian intervensi kenyaman
terhadap wanita dengan penyakit cancer, seorang lansia di hospice, dan
mahasiswa yang stress terhadap tugas kuliah. Pada study terhadap lansia
didapatkan peningkatan HSBs,yang mendukung terhadap teori Kenyamanan
selanjutnya. Beberapa instrument tentang confort ini di berbagai setting
keperawatan bisa didapatkan diwebsite Kolcaba.
5. Derivable Consquense
Teori Kenyamanan ini menjelaksn tentang dimana pasien sebagai sentral
dalam pelayan dan menjelaskan bagaimana mengukur tingkat kenyaman
pasien,status pasien dan kekuatan institusi. Teori ini dapat
membuktikankeuntuungan teori secara efektifitas untuk meningkatkan kenyaman
dan HSBs. Teori Kenyamanan ini mendedikasikan untuk mengembalikan teori
keperawatan kepada akarnya.
Teori Keperawatan “Comfort Kolcaba” dapat diaplikasiakn pada hampir
semua aspek dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Pengkajian dengan menggunakan Comfort Theory mampu untuk menggali semua
data dari pasien dan keluarga secara komprehensif mulai dari konteks fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Namun masih ada beberapa
kendala yang dijumpai selama menerapkan Comfort Theory dalam melakukan
asuhan keperawatan. Kendala yang dihadapi dalam tahap pengkajian ini adalah
ketika mengkaji konteks psikospiritual pada anak yang terutama belum bisa
berkomunikasi, dibutuhkan pengamatan terhadap prilaku untuk mendapatkan
data tentang psikospiritual. Kendala lain adalah ketika harus melakukan analisis
data dari hasil pengkajian pada empat konteks kenyamanan untuk
diklasifikasikan ke dalam tiga tipe kenyamanan dari Kolcaba yaitu Relief, Ease,
dan Transcendencen karena tidak ada standar baku yang jelas dari masing-
masing kategori.
Intervensi dalam Kolcaba terbagi atas tiga kategori yaitu Standart
Comfort,Coaching, dan Comfort Foof For The Soul. Ketiga kategori intervensi
ini dapat digunakan dalam mengatasi masalah ketidaknyamanan di empat
konteks kenyamanan yang muncul pada pasien. Namun keberhasilan pelaksanaan
intervensi untuk mengatasi masalah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
teori keperawatan., seperti ketersediaan sarana dan prasarana, kemampuan
keluarga untuk ikut berpartisipasi aktif dalam perawatan, dibutuhkan kreatifitas
dan inovasi perawat untuk mengatasi segala keterbatasan yang ada. Dan
padatahapevaluasi, yaitu melihat hasil intervensi yang dilaksanakan, instrument
yang dikembangkan oleh Kolcaba tidak semua dapat diaplikasikan, misalnya
pada kasus dengan diagnose nyeri perawat menekankan pada masalah nyeri
sehingga evaluasi yang digunakan tidak bisa sesuai dengan teori Kolcaba, salah
satunya bisa menggunakan skala nyeri FLACC dan VAS.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis konsep dan teori Comfort (Kenyamanan) Kolcaba, dapat
disimpulkan bahwa teori Kenyamanan Kolcaba memilki kelebihan dan kekurangan
dalam pengaplikasiannya di asuhan keperawatan baik secara praktik maupun
pendidikan (teori).

A. Kelebihan
Asumsi dari teori Kolcaba menyatakan bahwa Kenyamanan merupakan
konsep yang memiliki hubungan kuat dengan ilmu keperawatan. Perawat
Menyediakan kenyamanan untuk pasien dan keluarga mereka melalui intervensi
dengan orientasi pengukuran kenyamanan. Tindakan penghiburan yang dilakukan
oleh perawat akan memperkuat pasien dan keluargapasienyang dapat dirasakan
seperti berada di dalam rumah sendiri. Kondisi keluarga dan pasien diperkuat dengan
tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan melibatkan
perilaku perawatan(Tomey, Alligood, 2010).The Encyclopedia of Nursing
Research menyebutkan pentingnya mengukur kenyamanan sebagai tujuan
keperawatan. Perawat dapat memberikan bukti untuk mempengaruhi keputusan
institusi dan masyarakat hanya sampai pada studi kenyamanan yang menunjukkan
efektivitas keperawatan yang holistik/menyeluruh. Tindakan kenyamanan diartikan
sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan
kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial,
financial, psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik.Taksonomi struktur
dapat digunakan pada tahap mengelompokkan data, di dalamnya kita dapat
mengelompokkan apakah tingkat kenyamanan relief, ease, dan transcendence telah
tercapai di keempat konteks tersebut. Dengan demikian perawat akan lebih mudah
mengidentifikasi mana tingkat kebutuhan yang memerlukan intervensi standart
comfort, choaching, dancomfort food for the soul
Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan
sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu :
1. Standart comfort intervention yaitu Teknis pengukuran kenyamanan,
merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan homeostasis dan
mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-tanda vital, hasil kimia
darah, juga termasuk pengobatan nyeri. Tekhnis tindakan ini didesain untuk
membantu mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan,
serta mencegah komplikasi.
2. Coaching (mengajarkan) meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan
kecemasan, memberikan informasi, harapan, mendengarkan dan membantu
perencanaan pemulihan (recovery) dan integrasi secara realistis atau dalam
menghadapi kematian dengan cara yang sesuai dengan budayanya.
Agar Coaching iniefektif, perlu dijadwalkan untuk kesiapan pasien dalam
menerima pengajaran baru.
3. Comfort food for the soul, meliputi intervensi yang menjadikan penguata ndalam
sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk kenyamanan psikologis
meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan
ketenangan, guided imagery, terapi musik, mengenang, dan lain-lain. Saat ini
perawat umumnya tidak memiliki waktu untuk memberikan comfort food untuk
jiwa (kenyamanan jiwa/ psikologis), akan tetapi tipe intervensi comfort tersebut
difasilitasi oleh sebuah komitmen oleh institusi terhadap perawatan kenyamanan.
B. Kekurangan
Walaupun dalam teori Kenyamanan Kolcaba sangat mengedepankan
pencapaian rasa nyaman dalam memberikan asuhan keperawatan, namun dalam
pengaplikasian langsung kepada pasien masih memiliki beberapa kendala.Beberapa
kendala yang masih ditemui dalam penerapan teori Kenyaman Kolcaba yaitu
pengkajian psiko spiritual masih sulit dilakukan pada pasien yang belum atau tidak
bias berkomunikasi dengan baik akibat proses penyakit dan pasca pembedahan, selain
itu analisis data dari hasil pengkajian pada empat konteks kenyamanan untuk
diklasifikasikan kedalam tiga tipe kenyamanan dari Kolcaba yaitu Relief, Ease ,dan
Transcendencen karena tidak ada standa rbaku yang jelas dari masing-masing
kategori, dan keberhasilan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar teori keperawatan.,
seperti ketersediaan sarana dan prasarana, kemampuan keluarga untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam perawatan anak, dibutuhkan kreatifitas dan inovasi perawat
untuk mengatasi segala keterbatasan yang ada, serta dalam evaluasi kenyamanan
berdasarkan pengembangan instrument Kolcaba sudah ada, tetapi tidak semua dapat
diaplikasikan.
Teori kenyamanan yang dikembangkan oleh Kolcaba mudah dimengerti dan
dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan misi/tujuan
keperawatan tradisional yaitu kenyamanan.Teori ini melibatkan semua aspek
(holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural. Namun
untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan
perawat yang terampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus
kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan
teknik problem solving yang tepat. Selain itu dalam pemberian intervensi comfort
food for the soul masih sulit untuk dilakukan, hal ini salah satu penyebabnya yaitu
karena masih kurangnya kompetensi seorang perawat dalam memberikan stimulus-
stimulus mandiri untuk mencapai kenyamanan.

Anda mungkin juga menyukai